Anda di halaman 1dari 45

PAJAK

PERTAMBAHAN
NILAI – BARANG
MEWAH (PPN/PPN
BM)
PERPAJAKAN
Noery Mutiarahim, SE., MM
PENDAHULUAN
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi barang atau jasa dan
pengganti dari Pajak Penjualan. Merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas
konsumsi dalam negeri.
Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai
Menghilangkan pajak berganda

Menggunakan tarif tunggal, sehingga memudahkan pelaksanaan

Netral dalam persaingan dalam negeri

Netral dalam perdagangan internasional

Netral dalam pola konsumsi

Dapat mendorong ekspor


DASAR HUKUM
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPn BM)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1983


tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang & Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009


disebut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
PENGERTIAN
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
1 dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan
landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang yang mengatur kepabeanan.
Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam
2
Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena
3
Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang
4
Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.
Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar
5
Daerah Pabean.
PENGERTIAN
Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk dan atau sifat suatu
barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru atau kegiatan
6
mengolah sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan
tersebut.
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha
Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau perolehan Jasa Kena Pajak dan atau
7
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.
Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak , penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor
8
Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan atau ekspor Jasa Kena
Pajak.
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka
9
waktu lain yang ditetapkan degan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.
KARAKTERISTIK PPN
Pajak Objektif Indirect
Pajak Tidak
Substraction
Langsung
Method

KARAKTERIS Multi Stage


Non kumulatif
TIK Tax

Konsumsi Consumption type


Dalam Negeri VAT
CIRI PPN
• Pengenaan PPN dilaksanakan Sistem
FAKTUR
• Setiap terjadinya Penyerahan BKP/JKP,
wajib dibuatkan Faktur Pajak

Faktur Pajak Perupakan


Bukti Pungutan PPN

Faktur Pajak Faktur Pajak


Bagi Penjual Bagi Pembeli
merupakan bukti merupakan bukti
PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN
BARANG KENA PAJAK (BKP)
BARANG KENA PAJAK

BARANG BARANG TIDAK


BERWUJUD BERWUJUD

BARANG CONTOH :
BERGERAK • HAK ATAS MEREK
DAGANG
• HAK PATEN
BARANG TIDAK • HAK CIPTA
BERGERAK
Landas Kontinen
NON BARANG KENA PAJAK
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di
tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh
usaha jasa boga atau katering;
4. Emas batangan, dan surat berharga.
PENYERAHAN BARANG KENA
PAJAK (BKP)
SETIAP KEGIATAN PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK

YANG DIKENAKAN PAJAK


BERDASARKAN
UU PPN
PENYERAHAN BARANG KENA
PAJAK (BKP)
1. Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
2. Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing
3. Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
4. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma

 PT. A perusahaan penghasil topi. Dalam rangka ulang tahun memberikan


kepada seluruh karyawan dan keluarganya topi hasil produksi perusahaan
sebanyak 10.000 unit. Harga jual topi 100ribu, harga pokok produksi 60ribu.
 PT. C perusahaan penghasil susu formula. Dalam rangka kegiatan CSR
perusahaan, memberikan kepada rumah yatim susu formula sebanyak
5.000pack. Harga jual per pack 60ribu, harga pokok 40ribu.
PENYERAHAN BARANG KENA
PAJAK (BKP)
5. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan antar cabang
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi
BUKAN PENYERAHAN BKP
1. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang- Undang Hukum Dagang
2. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
3. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau antar cabang dalam
hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
4. Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan,peleburan,pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak;
5. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan
yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.
JASA KENA PAJAK (JKP)
SETIAP KEGIATAN PELAYANAN TERMASUK JASA YG DILAKUKAN
BERDASARKAN SUATUPERIKATAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG
/PERBUATAN HUKUM YG KARENA PESANAN ATAU
MENYEBABKAN SUATU BARANG PERMINTAAN DGN BAHAN
/FASILITAS/KEMUDAHAN /HAK DAN/ATAU PETUNJUK DARI
TERSEDIA UNTUK DIPAKAI PEMESAN

YANG DIKENAKAN
PAJAK BERDASARKAN
UU PPN
NON JASA KENA PAJAK
1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik; 9. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian
2. Jasa di bidang pelayanan sosial; yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan luar negeri;
perangko; 10. Jasa tenaga kerja;
4. Jasa keuangan 11. Jasa perhotelan;
5. Jasa asuransi 12. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
6. Jasa di bidang keagamaan; rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

7. Jasa di bidang pendidikan; 13. Jasa penyediaan tempat parkir;

8. Jasa kesenian dan hiburan 14. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang
logam
15. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
16. Jasa boga atau katering
PENGUSAHA
ORANG PRIBADI BADAN

DALAM KEGIATAN USAHA


ATAU PEKERJAANNYA

• MENGHASILKAN BARANG;
• MENGIMPOR BARANG;
• MENGEKSPOR BARANG;
• MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
• MELAKUKAN USAHA JASA;-
• MEMANFAATKAN BARANG TIDAK
BERWUJUD / JASA DARI LUAR DAERAH
PABEAN.
PENGUSAHA KENA PAJAK
(PKP)
PENGUSAHA

YANG MELAKUKAN
PENYERAHAN BPK/JKP

YANG DIKENAKAN PAJAK


BERDASARKAN UU PPN

TIDAK TERMASUK PENGUSAHA KECIL, KECUALI


PENGUSAHA KECIL YANG MEMILIH UNTUK
DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
OBJEK PPN
Impor BKP
Penyerahan BKP Penyerahan JKP

Pemanfaatan
Pemanfaatan
BKP di daerah OBJEK PPN JKP
pabean

Ekspor BKP Ekspor JKP


berwujud
Ekspor BKP tidak
berwujud

Dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh


Pengusaha Kena Pajak
OBJEK PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI
Penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
Impor Barang Kena Pajak;
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
(DPP)
HARGA JUAL

PENGGANTIAN YANG DIPAKAI


SEBAGAI DASAR
NILAI IMPOR UNTUK
MENGHITUNG
PAJAK YANG
NILAI EKSPOR TERUTANG

NILAI LAIN YANG


DITETAPKAN MENKEU
HARGA JUAL
NILAI BERUPA UANG

TERMASUK

SEMUA BIAYA YANG DIMINTA ATAU


SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PENJUAL

KARENA
PENYERAHAN BPKP
TIDAK
TERMASUK

PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU PPN&


POTONGAN HARGA YG DICANTUMKAN DALAM
FAKTUR PAJAK
PENGGANTIAN
NILAI BERUPA UANG

TERMASUK

SEMUA BIAYA YG DIMINTA ATAU


SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PEMBERI JASA

KARENA PENYERAHAN
JKP
TIDAK
TERMASUK

PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU PPN&


POTONGAN HARGA YG DICANTUMKAN
DLMFAKTUR PAJAK
NILAI IMPOR
NILAI BERUPA UANG

YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGANBEA


MASUK DITAMBAH PUNGUTAN LAINNYA YG
DIKENAKAN
PAJAKBERDASARKANKETENTUAN DLM
PERUNDANG-UNDANGANKEPABEANAN

UNTUK IMPOR BPKB

TIDAK
TERMASUK

PAJAK YANG DIPUNGUT MENURUT UU


NILAI EKSPOR
Nilai berupa uang
Termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir, yaitu, nilai
yang tercantum dalam dokumen PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang yang telah
difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai).
PPN Ekspor = 0% x Nilai Ekspor
DPP NILAI LAIN
Jenis-jenis nilai lain :
 Harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor 
 Perkiraan harga jual rata-rata
 Harga pasar wajar
 Persentase tertentu dari harga jual, tagihan atau imbalan-Harga faktual yang
dianggap wajar 
DPP NILAI LAIN
Pemakaian Sendiri :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga jual atau Penggantian dikurangi laba
bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan.
Pemberian Cuma-Cuma :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga Jual atau Penggantian dikurangi laba
bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan
Penyerahan BKP dan/atau JKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP dan/atau JKP antar cabang DPP = Harga Jual atau
penggantian dikurangi laba kotor
PPN = 10% x Harga Jual atau penggantian dikurangi laba kotor
DPP ATAS PENYERAHAN BKP YANG
TERGOLONG MEWAH
Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh PKP yang menghasilkan
BKP yang Tergolong Mewah atau atas impor Barang Kena Pajak yang Tergolong
Mewah, Dasar Pengenaan Pajak tidak termasuk PPN dan PPnBM

Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh PKP selain Pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah atau impor, Dasar
Pengenaan Pajak termasuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dikenakan atas
perolehan atau atas impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut.
TARIF PPN/PPN BM
Tarif PPN : Sebesar 10%

Kecuali untuk ekspor yang dikenakan tarif 0%


a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak.

Tarif PPN BM: 10% - 200% (please click 2x >>>Adobe Acrobat )


Document
FAKTUR PAJAK STANDAR
Faktur Pajak yang paling sedikit memuat keterangan tentang:
 Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak;
 Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima
JasaKena Pajak;
 Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
 Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
 Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
 Nama, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak;
SAAT TERUTANG
PAJAK
Terutangnya pajak terjadi pada saat:
a. penyerahan Barang Kena Pajak;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujuddari luar Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
h. ekspor Jasa Kena Pajak.
SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK STANDAR
Selambat-lambatnya:
a. pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak;
b. pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan;
c. pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
FAKTUR PAJAK
GABUNGAN
Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar untuk semua
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang terjadi selama 1 (satu) bulan takwim kepada pembeli Barang
Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama

Saat pembuatan faktur pajak gabungan  paling lama pada akhir


bulan penyerahan.
FAKTUR PAJAK SEDERHANA
FAKTUR PAJAK SEDERHANA DIBUAT DALAM HAL TERJADI PENYERAHAN
BKP/JKP KEPADA KONSUMEN YANG IDENTITASNYA TIDAK LENGKAP

FAKTUR PAJAK SEDERHANA MINIMAL HARUS MEMUAT :


• NAMA, ALAMAT, NPWP WAJIB PAJAK YANG MENYERAHKAN BKP/JKP
• JENIS DAN KUANTUM BKP/JKP YANG DISERAHKAN
• JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN YANG SUDAH TERMASUK
PAJAK ATAU PAJAK DICANTUMKAN SENDIRI
• TANGGAL PEMBUATAN FP SEDERHANA
PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN
a. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.
b. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum
melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas
perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
c. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak
yang memenuhi persyaratan)
PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN
Apabila dalam suatu Masa Pajak:
 PK > PM, selisihnya yang harus disetor ke kas negara oleh PKP paling lambat akhir
bulan berikutnya

 PM > PK, selisihnya dapat direstitusi atau dikompensasikan ke Masa Pajak


berikutnya, atau direstitusi pada akhir tahun buku (pengecualian untuk pengusaha
tertentu yang bergerak dalam bidang ekspor BKP, BKP Tidak Berwujud, JKP,
penyerahan kepada pemungut, belum berproduksi dan tidak dipungut PPN)
PAJAK MASUKAN TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN
a. Perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha;
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan
station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
KESALAHAN DALAM
PEMUNGUTAN PAJAK
a. Apabila pajak yang telah dipungut tersebut telah disetor dan dilaporkan,
maka PKP yang bersangkutan tidak dapat meminta kembali (restitusi).
b. Pajak yang salah dipungut tersebut dapat diminta kembali oleh pihak yang
terpungut, sepanjang belum dikreditkan atau belum dibebankan sebagai biaya.
c. Kesalahan pemungutan dapat berupa ; seharusnya tidak terutang PPN tetapi
dipungut PPN, atau terjadi pemungutan PPN yang jumlahnya lebih besar dari
yang seharusnya terutang.
PPN DIBEBASKAN DAN TIDAK
DIPUNGUT
Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau dibebaskan pengenaan pajak, baik sementara
atau selamanya untuk:
oKegiatan di Kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.
oPenyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
oImport BKP
oPemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabena
oPemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabena, diatur
dengan PP
Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang penyerahannya tidak
dipungut PPN dapat dikreditkan.
Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang penyerahannya
dibebaskan PPN dapat tidak dapat dikreditkan.
PEDAGANG ECERAN
a. Menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan di tempat
penjualan secara eceran tersebut;
b. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan
penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak atau lelang dan
pada umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang ke
tempat penjualan tersebut langsung membawa Barang Kena Pajak
yang dibelinya.
PEDAGANG ECERAN
a. PPN Masukan untuk penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pedagang Eceran dengan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, sebesar 80% (delapan puluh persen) dikalikan dengan Pajak
Keluaran
b. Pajak Keluaran dihitung dengan cara mengalikan nilai peredaran bruto dan atau penerimaan
bruto yang terutang Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak yang bersangkutan dengan
tarif Pajak Pertambahan Nilai.
c. Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan
bruto selama 1 (satu) tahun buku tidak lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 (satu milyar delapan
ratus juta rupiah)
d. menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko, kios,
atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara
penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah;
PENGUSAHA SELAIN
PEDAGANG ECERAN
a. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan Pengusaha Kena
Pajak selain Pedagang Eceran, sebesar 70% (tujuh puluh persen)
dikalikan dengan Pajak Keluaran
b. Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak,
sebesar 40% (empat puluh persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
THANK YOU ^.^

Anda mungkin juga menyukai