Anda di halaman 1dari 83

PPN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tanggal Berlaku: 1 Juli 1984
2. Perubahan Pertama (UU Nomor 11 Tahun 1994) Tanggal Berlaku: 1 Januari 1995
3. Perubahan Kedua (UU Nomor 18 Tahun 2000) Tanggal Berlaku: 1 Januari 2001
4. Perubahan Ketiga (UU Nomor 42 Tahun 2009) Tanggal Berlaku: 1 Januari 2010
5. Perubahan Keempat (UU Nomor 11 Tahun 2020) Tanggal Berlaku: 2 November 2020
1
Perjalanan UU PPN
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 ) Tanggal Berlaku: 1 Juli 1984
2. Perubahan Pertama (UU Nomor 11 Tahun 1994) Tanggal Berlaku: 1 Januari 1995
3. Perubahan Kedua (UU Nomor 18 Tahun 2000) Tanggal Berlaku: 1 Januari 2001
4. Perubahan Ketiga (UU Nomor 42 Tahun 2009) Tanggal Berlaku: 1 Januari 2010
5. Perubahan Keempat (UU Nomor 11 Tahun 2020) Tanggal Berlaku: 2 November 2020
6. Perubahan Kelima (UU Nomor 7 Tahun 2021) Tanggal Berlaku: 1 April 2022
Peraturan teknis pelaksana (yang masih
berlaku sampai dengan saat ini)
• PMK 197/PMK.03/2013 tentang Batasan Pengusaha Kecil PPN
• PP 44 tahun 2022 tentang Penerapan terhadap PPN Barang dan Jasa dan
PPN BM (dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan,
pengaturan lebih lanjut mengenai tarif, cara menghitung,
penggunaan besaran tertentu dalam memungut dan
menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai, serta penunjukan pihak
lain untuk melakukan pemungutan, penyetoran, dan/atau
pelaporan pajak)
• PP 49 tahun 2022 tentang PPN dibebaskan dan PPN atau PPN
dan PPNBM Tidak Dipungut atas Impor dan/atau Penyerahan
BKP Tertentu dan/atau Penyerahakan JKP Tertentu dan/atau
Pemanfaatan JKP Tertentu dari Luar Daerah Pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
1. Pengusaha dengan omzet akumulatif dalam suatu bulan pada satu
tahun buku melebihi Rp.4,8M 🡪 wajib 🡪 PKP
2. Pengusaha kecil: Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP dengan omzet akumulatif dalam 1 tahun buku tidak
lebih dari Rp.4,8M

4
Hak dan Kewajiban PKP

1. Mengukuhkan diri sebagai PKP


2. Membuat faktur pajak
3. Memungut PK (Pajak Keluaran) = PPN saat penjualan
4. Dikenakan PM (PM Masukan) = PPN saat pembelian barang 🡪
dikenakan untuk semua pembeli atas perolehan BKP dan/atau
JKP
5. Mengkreditkan PM (Pajak Masukan) = PPN saat pembelian
6. Menyetorkan kelebihan PPN = PK-PM
7. Mengisi dan melaporkan SPT Masa PPN
1. Mengukuhkan diri sebagai
PKP

6
Batas akhir pengukuhan sebagai PKP
• Pengusaha dengan omzet akumulatif dalam suatu bulan
dalam tahun buku melebihi Rp.4,8M : paling lama akhir
bulan berikutnya setelah bulan saat jumlah peredaran
bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi
Rp4.800.000.000

7
2. Membuat faktur pajak

8
Faktur Pajak (Ps 13)

Faktur Pajak: bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP atau penyerahan JKP

Faktur Pajak dibuat untuk transaksi:


1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean oleh Pengusaha
2. penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean oleh Pengusaha
4. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP
5. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP
9
6. Ekspor JKP oleh PKP
Saat Pembuatan Faktur Pajak (Ps 13)

1. Saat penyerahan BKP


2. Saat penyerahan JKP
3. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan BKP
4. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan JKP
5. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan
6. PKP dapat membuat 1 Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama 1 bulan
kalender
7. PKP dapat membuat 10
1 Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada penerima JKP yang sama selama 1 bulan kalender
Obyek PPN
1. Penyerahan BKP di dalam daerah 1. Ekspor BKP tidak berwujud oleh
pabean oleh Pengusaha PKP
2. Penyerahan JKP di dalam daerah 2. Ekspor JKP oleh PKP
pabean oleh Pengusaha
3. Kegiatan membangun sendiri
3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud tidak untuk tujuan usaha yang
dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
hasilnya untuk digunakan sendiri
4. Pemanfaatan JKP dari luar daerah 4. Penyerahan aktiva yang menurut
pabean di dalam daerah pabean tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan sepanjang PM
5. Impor BKP saat peroleh dapat dikreditkan
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP
Pengertian penyerahan BKP (Ps 1A)

1. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak 1. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
karena suatu perjanjian aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa
2. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu pada saat pembubaran perusahaan;
perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing dengan hak opsi 2. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke
karena dianggap lessor menyerahkan BKP cabang atau sebaliknya danlatau penyerahan
kepada lesse) Barang Kena Pajak antarcabang

3. penyerahan Barang Kena Pajak kepada 3. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha
pedagang perantara atau melalui juru Kena Pajak dalam rangka perjanjian
lelang (pedagang perantara/komisioner pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
dapat berupa OP ataupun badan yang berdiri prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
sendiri dan mengadakan perjanjian untuk langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada
mendapatkan upah. pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.

4. pemakaian sendiri dan/atau pemberian


cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
12
tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak (Ps
1A)

1. penyerahan Barang Kena Pajak kepada 1. pengalihan BKP dalam rangka


makelar (diangkat oleh presiden atau penggabungan, peleburan, pemekaran,
oleh presiden dinyatakan dinyatakan pemecahan, dan pengambilalihan usaha,
berwenang untuk itu) sebagaimana serta pengalihan Barang Kena Pajak untuk
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang tujuan setoran modal pengganti saham,
Hukum Dagang; dengan syarat pihak yang melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan
2. penyerahan Barang Kena Pajak untuk adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
jaminan utang-piutang;
2. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang
3. penyerahan Barang Kena Pajak dalam menurut tujuan semula tidak untuk
hal Pengusaha Kena Pajak melakukan diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
pemusatan tempat pajak terutang; saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dapat dikreditkan

13
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya
ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang,
atau
2. bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;
3. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau
ilmiah;
4. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau
komersial;
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

5. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan


atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut, berupa:
1. Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat
optik, atau teknologi yang serupa;
2. Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara
atau keduanya,
3. untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit,
kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
4. Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi;
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
6. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup
(motion picture films), film atau pita video untuk siaran
televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
7. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan
dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
Definisi Ekspor JKP - Ps 4 (1f)
PKP menghasilkan dan melakukan ekspor BKP Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.

17
Bukan BKP
1. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering,
yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak
daerah dan retribusi daerah
2. uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara,
dan surat berharga
Bukan JKP - 1/2
1. jasa keagamaan
2. jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja
seni dan hiburan yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah
3. jasa perhotelan, meliputi jasa penyewaan kamar dan/atau jasa penyewaan ruangan
di hotel yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi
daerah;
Bukan JKP - 2/2
1. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum, meliputi semua jenis jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya
dapat dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh bentuk
usaha lain;
2. jasa penyediaan tempat parkir, meliputi jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat
parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir atau pengusaha pengelola tempat
parkir kepada pengguna tempat parkir yang merupakan objek pajak daerah dan
retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pajak daerah dan retribusi daerah;
3. jasa boga atau katering, meliputi semua kegiatan pelayanan penyediaan makanan dan
minuman yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
Saat terutangnya PPN
1. Saat penyerahan BKP
2. Saat penyerahan JKP
3. Saat pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
4. Saat pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
5. Saat impor BKP
6. Saat ekspor BKP Berwujud
7. Saat ekspor BKP Tidak Berwujud
8. Saat ekspor JKP
9. Saat pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP
atau JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean,
Jenis Penyerahan BKP/JKP (Ps 16B)
1. Penyerahan BKP/JKP tidak dipungut PPN: PM saat perolehan dapat dikreditkan
2. Penyerahan BKP/JKP dibebaskan dari PPN: PM saat perolehan tidak dapat
dikreditkan
3. Ketentuan lebih lanjut terkait BKP/JKP tidak dipungut PPN dan dibebaskan dari
PPN diatur di PP 49/2022:
1. Impor dan/atau penyerahan BKP tertentu dan/atau penyerahan JKP tertentu yang dibebaskan
dari PPN
2. Impor dan/atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari PPN
3. Penyerahan JKP tertentu yang bersifat strategis di dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan
JKP tertentu yang bersifat strategis dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean yang
dibebaskan dari PPN
4. Impor dan/atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis, penyerahan JKP tertentu yang
bersifat strategis, dan/atau pemanfaatan JKP tertentu yang bersifat strategis dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean yang tidak dipungut PPN
5. Impor BKP yang dibebaskan dari pungutan bea masuk yang tidak dipungut PPN dan PPnBM
BKP dibebaskan dari PPN (Ps 16 B)
1. PM tidak dapat dikreditkan
2. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi:

1. Beras 1. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti,dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami,
2. gabah; dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
3. jagung; 2. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau
4. sagu; dikemas;
5. kedelai; 3. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
6. garam, baik yang dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau
beryodium dikemas atau tidak dikemas;
maupun yang 4. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses
tidak beryodium; dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak
dikemas; dan
5. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan
pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
JKP dibebaskan dari PPN (Ps 16 B)
1. jasa pelayanan kesehatan medis tertentu dan yang berada dalam
sistem program jaminan kesehatan nasional;
2. jasa pelayanan sosial;
3. jasa keuangan;
4. jasa asuransi;
5. jasa pendidikan;
6. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara
dalam negeri yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari jasa
angkutan luar negeri; dan
7. jasa tenaga kerja
JKP dibebaskan dari PPN (Ps 16 B)
jasa pelayanan kesehatan medis meliputi: jasa pelayanan sosial, meliputi:
a. jasa kesehatan tertentu, antara lain: 1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti
1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi; jompo;
2. jasa dokter hewan; 2. jasa pemadam kebakaran;
3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli 3. jasa pemberian pertolongan pada
gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi; kecelakaan;
4. jasa kebidanan dan dukun bayi; 4. jasa lembaga rehabilitasi;
5. jasa paramedis dan perawat; 5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa
6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, pemakaman, termasuk krematorium;
laboratorium kesehatan, dan sanatorium; dan
7. jasa psikolog dan psikiater; dan 6. jasa di bidang olahraga,
8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang
dilakukan oleh paranormal; dan yang tidak mencari keuntungan.
b. jasa kesehatan yang ditanggung oleh jaminan
kesehatan nasional
JKP dibebaskan dari PPN (Ps 16 B)
jasa keuangan, meliputi:
1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya;
3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:
• 1) sewa guna usaha dengan hak opsi;
• 2) anjak piutang;
• 3) usaha kartu kredit; dan/atau
• 4) pembiayaan konsumen;
4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
5. jasa penjaminan.
JKP dibebaskan dari PPN (Ps 16 B)
jasa Pendidikan, meliputi:
1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik, dan pendidikan profesional
2. jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah

Jasa Tenaga Kerja, meliputi:


1. jasa tenaga kerja
2. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung
jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut
3. jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja
Tarif PPN
11%, mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022;
12% mulai berlaku paling lambat pada tanggal 1 Januari
2025
0% diterapkan atas:
1. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
2. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
3. ekspor Jasa Kena Pajak
Rumus PPN

PPN = DPP x Tarif PPN


DPP (Dasar Pengenaan Pajak):
1. Jumlah Harga Jual
2. Nilai Penggantian
3. Nilai Impor
4. Nilai Ekspor
5. Nilai Lain

29
Nilai Lain - 1/2
Transaksi Nilai Lain
Pemakaian sendiri Harga jual atau penggantian dikurangi laba kotor
Pemberian cuma-cuma Harga jual atau penggantian dikurangi laba kotor
Penyerahan media rekaman suara atau gambar Harga jual rata-rata
Penyerahan film cerita (tidak termasuk film cerita Perkiraan hasil rata-rata per judul film
impor)
Penyerahan produk hasil tembakau Harga jual eceran
BKP yang menurut tujuan semula tidak untuk Harga pasar wajar
diperjualbelikan
Penyerahan dari pusat ke cabang, cabang ke Harga pokok penjualan atau harga perolehan
pusat, antar cabang
Nilai Lain - 2/2

Transaksi Nilai Lain


Penyerahan BKP melalui pedagang perantara Harga yang disepakati antara pedagang
perantara dan pembeli
Penyerahan BKP melalui juru lelang Harga lelang
Penyerahan jasa pengiriman paket 10% dari jumlah yang seharusnya ditagih
Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro 20% dari harga jual emas atau nilai penggantian
pariwisata
Penyerahan emas perhiasan, penyerahan jasa 10% dari jumlah yang seharusnya ditagih
perbaikan, dan jasa lain terkait emas
perhiasanpenyerahan jasa pengurusan
transportasi yang didalam tagihan disebutkan
biaya transportasi
PENGKREDITAN PM
PMK 18 Tahun 2021 pasal 54-82
UU no. 42 tahun 2009
UU no. 11 tahun 2020
SE-02/PJ/2020
Pengkreditan PM terhadap PK
• Yang dikreditkan adalah Pajak Masukan atas perolehan barang
• Dilakukan pada bulan yang sama dengan bulan penyerahan
• Batas maksimal pengkreditan 3 bulan setelah berakhirnya masa
pajak selama belum dibebankan dan dilakukan pemeriksaan
• Jika 3 bulan terlampaui karena faktur pajak terlambat diterima,
pengkreditan PM dilakukan melalui pembetulan SPT Masa
Pengkreditan PM pada bulan yang sama dengan
bulan penyerahan
PT A melakukan pembelian mesin dengan Faktur Pajak tertanggal 4
Februari 2020. Pajak Masukan atas pembelian mesin tersebut dikreditkan
dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak Februari 2020 dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Masa
Pajak Februari 2020.
PM juga dapat dikreditkan pada Masa Pajak Februari 2020 atau pada
Masa Pajak berikutnya, yaitu Masa Pajak Maret 2020, April 2020, atau
Mei 2020.
Faktur Pajak diterima Juni 2020 untuk pembelian Februari
2020
PT B melakukan pembelian mesin dengan Faktur Pajak tertanggal 4 Februari
2020, namun Faktur Pajaknya baru diterima oleh PT B pada bulan Juni 2020.
PT B telah menyampaikan SPT Masa PPN Masa Pajak Februari 2020, Maret
2020, April 2020, dan Mei 2020. Pajak Masukan atas pembelian mesin
tersebut dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran melalui pembetulan SPT
Masa PPN Masa Pajak Februari 2020, Maret 2020, April 2020, atau Mei
2020.
Faktur Pajak diterima Juni 2020 untuk pembelian Februari
2020
PT C melakukan pembelian mesin dengan Faktur Pajak tertanggal 4 Februari
2020, namun Faktur Pajaknya baru diterima oleh PT C pada bulan Juni 2020.
PT C telah menyampaikan SPT Masa PPN Masa Pajak Februari 2020, Maret
2020, dan April 2020, tetapi belum menyampaikan SPT Masa PPN Masa
Pajak Mei 2020. Pajak Masukan atas pembelian mesin tersebut dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran melalui pembetulan SPT Masa PPN Masa
Pajak Februari 2020, Maret 2020, atau April 2020, atau melalui
penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 2020.
Faktur pajak terlambat diterima namun PM terlanjur
diperiksa untuk masa Februari 2020
• PT E melakukan pembelian mesin dengan Faktur Pajak tertanggal 4 Februari 2020, namun Faktur
Pajaknya baru diterima oleh PT E pada bulan Juni 2020. PT E telah menyampaikan SPT Masa PPN Masa
Pajak Februari 2020, Maret 2020, dan April 2020, tetapi belum menyampaikan SPT Masa PPN Masa
Pajak Mei 2020.
• Pajak Masukan yang bersangkutan belum dibebankan sebagai biaya atau tidak ditambahkan
(dikapitalisasikan) dalam harga perolehan mesin yang bersangkutan, tetapi terhadap PT E tersebut
telah dilakukan pemeriksaan untuk Masa Pajak Februari 2020.
• Pajak Masukan atas pembelian mesin tersebut tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran melalui
pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak Februari 2020, tetapi dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran
melalui pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak Maret 2020 atau April 2020, atau melalui
penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 2020.
Pengkreditan PM atas impor barang

Pada tanggal 5 Februari 2020, PT D membayar PPN atas impor mesin. PPN
Impor yang dibayar tersebut merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak dilakukannya
pembayaran, yaitu Masa Pajak Februari 2020, atau pada Masa Pajak
berikutnya, yaitu Masa Pajak Maret 2020, April 2020, atau Mei 2020.
Pengkreditan PM atas kekurangan Nilai PPN Impor
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada tanggal 4 November 2020
menerbitkan surat penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean dan
terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh atas PM yang telah
dikreditkan. Kekurangan PPN Impor tersebut telah dibayar oleh PT D pada
tanggal 10 November 2020. PPN Impor yang dibayar tersebut merupakan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa
Pajak dilakukannya pembayaran, yaitu Masa Pajak November 2020, atau
pada Masa Pajak berikutnya, yaitu Masa Pajak Desember 2020, Januari
2021, atau Februari 2021.
Pengkreditan PM jika melakukan penyerahan terutang PPN
dan tidak terutang PPN
• PM dapat dikreditkan 🡪 penyerahan terutang PPN diketahui secara pasti
• PM dihitung Kembali menggunakan pedoman pengkreditan PM jika tidak
diketahui secara pasti jumlah penyerahan terutang PPN dan penyerahan
tidak terutang PPN.
• https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=38
Metode Penghitungan PM
yang Disetorkan ke Negara

41
• PKP berhak untuk menarik PM atas perolehan BKP dan/atau JKP

Syarat untuk dapat menarik PM:


1. PM berkaitan langsung dengan kegiatan usaha
2. PM terkait dengan penyerahan yang terutang PPN 🡪 BKP
3. PM disertai faktur pajak yang sah
4. PM dikreditkan maksimal 3 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak sepanjang belum dibebankan dan belum diperiksa
contoh:
Beli BKP (sol sepatu) 3 Oktober 2021, PM Rp.10.000.000, faktur pajak diterima pada
bulan yang sama. Batas maksimal pengkreditan 31 Desember 2021. Direstitusikan pada
Januari 2022 Rp.10.000.000 🡪 boleh
Dikreditkan bulan Februari
42 2022 🡪 tidak boleh
2 Metode Penghitungan PM yang Disetorkan
ke Negara
1. Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan:
Menghitung PPN secara final 🡪 PM yang dikreditkan dihitung %
tertentu dari PK
2. Mekanisme Pengkreditan PM terhadap PK
Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM

1. PKP dengan peredaran usaha tidak melebihi jumlah tertentu


2. PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu:
1. PKP pengusaha kendaraan bekas
2. PKP pengusaha emas perhiasan
3. Pengusaha jasa pengiriman paket
4. Pengusaha biro perjalanan atau pengusaha jasa biro pariwisata
5. Pengusaha pabrikan emas
6. Pengusaha jasa pengurusan transportasi
PKP dengan peredaran usaha tidak melebihi jumlah tertentu
1. Pengusaha dengan omzet dalam 2 tahun sebelumnya tidak melebihi Rp.1,8M per tahun
buku; atau
2. WP yang baru dikukuhkan menjadi PKP

Jika pada periode berjalan omzet sudah melebihi Rp 1,8M maka mulai masa pajak berikutnya
harus beralih menggunakan Mekanisme Pengkreditan PM terhadap PK

Pengusaha yang masih memenuhi syarat untuk menggunakan Pedoman Penghitungan


Pengkreditan PM dapat beralih menggunakan Mekanisme Pengkreditan PM pada:
1. Masa pertama tahun pajak berikutnya
2. Pemberitahuan tertulis kepada DJP paling lama batas akhir pelaporan SPT Masa PPN pada
masa pertama tahun pajak berikutnya
3. PM yang dapat dikreditkan adalah PM pada masa pertama menggunakan Mekanisme
Contoh
PT T memiliki omzet sebesar Rp.1,2M pada tahun 2019 dan sebesar Rp 1,4M
pada tahun 2020. Akumulasi omzet Januari-Agustus 2021 sebesar Rp.1,9M.
• Maka pada Januari – Agustus 2021 PT T menggunakan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan PM per bulan mulai tahun 2019 sampai
Agustus 2021.
• September 2021 PT T harus menggunakan Mekanisme Pengkreditan PM
terhadap PK
Penghitungan PPN disetor untuk penyerahan BKP
PPN disetor = PK – PM
PK = 10% DPP
PM untuk penyerahan BKP = 60% PK
PPN disetor = PK – PM
PPN disetor untuk penyerahan BKP = PK – PM
= 10% DPP – 60% x 10% DPP
= 10% DPP – 6% DPP
= 4% DPP
Penghitungan PPN disetor untuk penyerahan JKP
PPN disetor = PK – PM
PK = 10% DPP
PM untuk penyerahan JKP = 70% PK
PPN disetor = PK – PM
PPN disetor untuk penyerahan BKP = PK – PM
= 10% DPP – 70% x 10% DPP
= 10% DPP – 7% DPP
= 3% DPP
SP yang menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM
• SP yang menggunakan DPP nilai lain dari penyerahan barang/jasa
PKP Pengusaha Jasa Biro Perjalanan
1. Kegiatan Biro Perjalanan Umum:
1. Membuat dan menjual produk Biro Perjalanan Umum sendiri berupa paket wisata
2. Menjual produk pihak lain seperti paket wisata luar negeri, tiket pesawat, tiket
kapal, mengurus dokumen perjalanan, dsb
3. Mengorganisir konferensi Professional Conference Organizer (PCO)
2. Kegiatan Agen Perjalanan:
1. Menjual produk pihak lain seperti mengurus dokumen perjalanan, dsb
2. Mengurus dokumen perjalanan, dsb
PKP pengusaha kendaraan bekas
OP, badan yang kegiatan utamanya menjual kendaraan bermotor bekas roda 2
atau 4 dan memiliki nomer polisi.
Penghitungan PPN disetor
PPN disetor = PK – PM
PK = 10% DPP
PM untuk penyerahan JKP = 90% PK
PPN disetor = PK – PM
PPN disetor untuk penyerahan BKP = PK – PM
= 10% DPP – 90% x 10% DPP
= 10% DPP – 9% DPP
= 1% DPP
PKP pengusaha emas perhiasan
Kegiatan usaha penyerahan emas perhiasan:
1. Pabrikan emas perhiasan
2. Pedagang emas perhiasan

Pabrikan emas perhiasan: pengusaha yang menghasilkan emas dan melakukan kegiatan jual
beli, jasa perbaikan, jasa modifikasi, dan/atau jasa lain terkait emas perhiasan

Pedagang emas perhiasan: pengusaha yang hanya melakukan kehiatan jual beli emas
perhiasan
Penghitungan PPN disetor
PPN disetor = 10% x DPP Nilai Lain
PPN disetor = 10% x 20% harga jual emas atau nilai penggantian
PPN disetor = 2% x harga jual emas atau nilai penggantian

Karena menggunakan DPP Nilai Lain, maka PM yang berkaitan penyerahan


emas dan/atau jasa terkait emas perhiasan tidak dapat dikreditkan
PPN disetor atas paket wisata dalam dan luar negeri, tiket pengangkutan
darat, laut, dan udara
DPP = 10% nilai peredaran/omzet (nilai invoice) tidak termasuk omzet dari
penjualan tiket angkutan udara dalam negeri
PPN disetor = 10% dari PK
PPN disetor = 10% x 10% nilai peredaran/omzet (nilai invoice) - tiket
angkutan udara dalam negeri
PPN disetor = 1% nilai peredaran/omzet (nilai invoice) - tiket angkutan udara
dalam negeri
PPN disetor atas Mengurus dokumen perjalanan, mengorganisir konferensi

DPP = seluruh omzet (nilai invoice) – pungutan yang dibayar kepada instansi
pemerintah yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

PPN disetor = 10% x (nilai invoice – pungutan yang dibayar kepada instansi
pemerintah)

PPN disetor = PK 🡪 penyerahan mengurus dokumen perjalanan,


mengorganisir konferensi
Mekanisme Pengkreditan PM

1. PKP dengan peredaran usaha melebihi jumlah tertentu


2. PKP yang tidak memenuhi syarat untuk menggunakan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan PM
3. PPN yang disetorkan ke negara = selisih lebih PK atas PM
4. Yang menyetorkan PKP penjual atas hasil PK: yang dipungut dari pembeli
dengan PM: PPN yang muncul atas perolehan persediaan yang kemudian
timbul PK nya saat dijual
Mekanisme pengkreditan PM
• 10 Oktober 2021 PT A membeli sarung Rp.200.000.000, PM Rp.20.000.000 dilaporkan dalam SPT Masa
Oktober 2021. Total PM lebih bayar untuk pada SPT Masa Oktober 2021 Rp.120.000.000 untuk
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
• 12 November 2021 PT A menyerahkan BKP berupa sarung Rp.300.000.000. Dilaporkan pada SPT November
2021 PK Rp.30.000.000. PM Rp.30 jt dikompensasikan terhadap PK 120 jt sehingga masih ada PM LB
Rp.90.000.000

Pembelian sarung PT A dipungut PM Rp20.000.000 (ditanggung oleh PT A) 🡪 uang keluar


Dijual sarung PT memungut PK Rp30.000.000 (dipungut oleh PT A) 🡪 uang masuk
PPN disetor = PK- PM
PPN disetor = Rp30.000.000-Rp20.000.000
PPN disetor = Rp10.000.000
Fasilitas PPN (PMK
18/PMK.03/2021)
PKP Belum Melakukan Penyerahan dapat mengkreditkan
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, Impor BKP,
Pemanfaatan BKP tidak berwujud danatau JKP dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean untuk jangka waktu
tertentu dari saat pertama kali pengkreditan PM dapat
mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan PM
dapat dilakukan
59 pada akhir tahun buku melalui Restitusi atau
kompensasi
• PKP Belum Melakukan Penyerahan dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan Pajak
Masukan pada akhir tahun buku.

• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan menjadi tidak dapat


dikreditkan, apabila dalam jangka waktu tertentu:
1. PKP Belum Melakukan Penyerahan; atau
2. PKP Belum Melakukan Penyerahan dan melakukan pembubaran
(pengakhiran) usaha atau dilakukan pencabutan pengukuhan PKP
berdasarkan permohonan atau secara jabatan.

60
Dalam jangka waktu tertentu, PKP yang belum melakukan
penyerahan dapat mengkreditkan PM atas:
• Perolehan BKP dan/atau JKP
• Impor BKP
• Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari daerah di luar daerah
pabean di dalam daerah pabean
Kriteria belum melakukan penyerahan merupakan suatu keadaan PKP
dengan kegiatan usaha utama pada sektor:
1. Perdagangan
1. penyerahan BKP
2. Ekspor BKP
2. Jasa
1. penyerahan JKP
2. Ekspor JKP
3. Pabrikan
1. penyerahan BKP produksi sendiri
2. Ekspor BKP produksi sendiri
Kesempatan jangka waktu untuk melakukan penyerahan

1. Perdagangan🡪 3 tahun
2. Jasa 🡪 3 tahun
3. Pabrikan 🡪 5 tahun
4. PKP yang bergerak di sektor usaha percepatan pelaksanaan proyek
strategis nasional yang mendapatkan penugasan pemerintah 🡪 6
tahun

63
Contoh 1 pmk 18/pmk.03/2021
• 2 Jan 2021 PT A , pabrikan alas kaki, dikukuhkan menjadi PKP

• 10 Jan 2021 membeli mesin Rp.1.000.000.000, PM Rp.100.000.000

• SPT Masa PPN Jan 2021, PT A melaporkan PM Rp.100.000.000 untuk dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya.
• 10 Oktober 2021 PT A membeli sarung Rp.200.000.000, PM Rp.20.000.000 dilaporkan dalam SPT Masa
Oktober 2021. Total PM lebih bayar untuk pada SPT Masa Oktober 2021 Rp.120.000.000 untuk
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
• 12 November 2021 PT A menyerahkan BKP berupa sarung Rp.300.000.000. Dilaporkan pada SPT November
2021 PK Rp.30.000.000. PM Rp.30 jt dikompensasikan terhadap PK 120 jt sehingga masih ada PM LB
Rp.90.000.000
• Desember 2021 PT A telah mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan telah
menerima kelebihan PM senilai Rp.90.000.000
Ternyata..
• Sampai dengan 31 Desember 2026 PT A belum melakukan penyerahan
alas kaki yang dihasilkan dari mesin yang dibeli pada 10 Januari 2021
padahal PM telah dikreditkan 100%

Sehingga …
• paling lambat 31 Januari 2026 PT A harus sudah mengembalikan PM
100juta yang tidak seharusnya dikompensasikan.
Contoh 2 pmk 18/pmk.03/2021
• 2 Jan 2021 PT B, pabrikan alas kaki, dikukuhkan menjadi PKP

• 10 Jan 2021 membeli mesin Rp.1.000.000.000, PM Rp.100.000.000

• SPT Masa PPN Jan 2021, PT A melaporkan PM Rp.100.000.000 untuk dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya.
• 10 Oktober 2021 PT A membeli sarung Rp.200.000.000, PM Rp.20.000.000 dilaporkan dalam SPT Masa
Oktober 2021. Total PM lebih bayar untuk pada SPT Masa Oktober 2021 Rp.120.000.000 untuk
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
• 12 November 2021 PT A menyerahkan BKP berupa sarung Rp.300.000.000. Dilaporkan pada SPT November
2021 PK Rp.30.000.000. PM Rp.30 jt dikompensasikan terhadap PK 120 jt sehingga masih ada PM LB
Rp.90.000.000
• Desember 2021 PT B melaporkan SPT Masa PPN dengan informasi PM lebih bayar Rp.90.000.000
Ternyata..
• Sampai dengan 31 Desember 2026 PT A belum melakukan penyerahan
alas kaki yang dihasilkan dari mesin yang dibeli pada 10 Januari 2021
padahal PM telah dikreditkan 100%
Sehingga …
• paling lambat 31 Januari 2026 PT A harus sudah mengembalikan PM
10juta yang tidak seharusnya dikompensasikan.
• PM Rp.90 juta lebih bayar yang dilaporkan pada SPT Masa Desember 2021
tidak dapat dimintakan pengembalian kelebihan pembayarannya
Contoh 3 pmk 18/pmk.03/2021
• 2 Jan 2021 PT C, pabrikan alas kaki, dikukuhkan menjadi PKP

• 10 Jan 2021 membeli mesin Rp.1.000.000.000, PM Rp.100.000.000

• SPT Masa PPN Jan 2021, PT C melaporkan PM Rp.100.000.000 untuk dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya.
• Desember 2021 PT C meminta pengembalian kelebihan PM senilai Rp.100.000.000 dan sudah menerima
pengembalian tersebut.
Ternyata..
• Akhir Maret 2022 PT C membubarkan perusahaannya dan sampai dengan
pembubaran tidak ada penyerahan alas kaki sama sekali.

Sehingga….
• Sehingga paling lambat 30 April 2022 PT C harus sudah mengembalikan
PM 100juta yang tidak seharusnya dikompensasikan.
Kriteria Bukan penyerahan untuk pengkreditan pertama kali

1. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma BKP


dan/atau JKP
2. Penyerahan penyerahan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/ atau penyerahan antarcabang;
3. penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan; dan/ atau
4. penyerahan BKP dan/atau JKP yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha utama PKP.
Sektor usaha tertentu

1. yang menghasilkan BKP yang belum melakukan


penyerahan dalam waktu sampai dengan 5 tahun sejak
masa pajak pengkreditan pertama kali PM
2. sektor usaha yang termasuk dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai percepatan pelaksanaan
proyek strategis nasional yang mendapatkan penugasan
pemerintah, ditetapkan sampai dengan 6 tahun sejak
Masa Pajak pengkreditan pertama kali Pajak Masukan
SPT MASA PPN

72
Jenis SPT Masa PPN
• SPT Masa PPN 1111
• SPT Masa PPN 1111 DM
• SPT Masa PPN 1107

73
Subyek Pajak
• PKP – SPT Masa 1111
• Pengusaha kecil – SPT Masa 1111 atau SPT Masa 1111DM
• Bukan PKP
• Pemungut pajak – SPT Masa 1107

74
SPT Masa PPN 1111 DM
1. PKP dengan peredaran usaha tidak melebihi jumlah
tertentu
2. PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu:
1. PKP pengusaha kendaraan bekas
2. PKP pengusaha emas perhiasan

75
Denda keterlambatan terkait
PPN

76
• Denda keterlambatan penyetoran: (suku bunga acuan +
5%)/12 bulan 🡪 sanksi bunga🡪 total denda 🡪
akumulatif 🡪 maks 24 bulan
• Denda keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN:
Rp.500.000 per masa, tidak akumulatif 🡪 SPT Masa
1111 ( PKP penjual) Januari 2021 🡪 lapor Juni 2021 🡪
denda Rp.500.000
Retur dan Pembatalan
transaksi Penjualan

78
Nota retur
• Untuk pengembalian BKP
• Dibuat oleh penerima BKP
• Dilaporkan pada SPT 1111 A2
• Bagi pembeli, berfungsi untuk mengurangi PM dan
pembelian
• Bagi yang mengeluarkan barang, berfungsi untuk
mengurangi PK dan penjualan
Transaksi penjualan dan retur
(Penjual)
5 Januari 2021 penjualan BKP oleh PKP senilai Rp 10.000.000 harga belum
termasuk PPN secara tunai. HPP senilai Rp.7.000.000.
Kas 11.00.000.000
Utang Pajak 1.000.000
Penjualan 10.000.000

HPP 7.000.000
Persediaan 7.000.000

15 Januari 2021 menerima retur dari pembeli senilai Rp 4.000.000. Barang


tidak diganti oleh penjual
Retur Penjualan 4.000.000
Utang Pajak 400.000
Kas 4.400.000

Persediaan 4.000.000/10.000.000 X 7.000.000


HPP 4.000.000/10.000.000 X 7.000.000
Transaksi penjualan dan retur
(Penjual)
5 Januari 2021 penjualan BKP oleh bukan PKP senilai Rp 10.000.000 harga
belum termasuk PPN secara tunai. HPP senilai Rp.7.000.000.
Kas 10.00.000.000
Penjualan 10.000.000

HPP 7.000.000
Persediaan 7.000.000

15 Januari 2021 menerima retur dari pembeli senilai Rp 4.000.000. Barang


tidak diganti oleh penjual
Retur Penjualan 4.000.000
Kas 4.000.000

Persediaan 4.000.000/10.000.000 X 7.000.000


HPP 4.000.000/10.000.000 X 7.000.000
Nota Pembatalan
• Untuk pembatalan JKP
• Dibuat oleh penerima JKP
• Dilaporkan pada SPT 1111 A2
• Bagi pembeli, berfungsi untuk mengurangi PM dan
pembelian
• Bagi penjual, berfungsi untuk mengurangi PK dan
penjualan
Transaksi Implikasi PPN bagi penjual
potongan penjualan PK berkurang
Retur penjualan tanpa penggantian PK berkurang
barang
Retur penjualan dengan PK tidak terdampak jika harga jual
penggantian barang barang yang diganti sama dengan
nilai traksaksi diawal
Pembatalan transaksi penjualan PK berkurang

Anda mungkin juga menyukai