Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siska Pradini Syaputri

NIM : 010002100386
Mata Kuliah : Hukum Pajak
Dosen : Dr. Ignatius Pradipa Probondaru, S.H., M.H

Tugas hukum Pajak


1. Jelaskan objek PPN meliputi apa saja? Jelaskan pula ciri-ciri/karakteristik dari Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)!
Pajak pertambahan nilai merupakan pajak yang dikenakan atas nilai tambah dari suatu
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dipungut saat
melakukan transaksi atau penyerahan. Tarif PPN terbaru diatur dalam UU HPP.
Yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau biasa disebut dengan Objek PPN
adalah:
● Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
● Impor Barang Kena Pajak
● Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
● Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
● Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa
Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Karakteristik PPN :
Pajak tidak langsung
Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak
kepada Pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke
konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Pengusaha menggeser
beban pajaknya melalui pengkreditan pajak.
Pajak konsumsi
Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen akhir.
Bersifat NETRAL
Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas
nilai tambahnya saja. PPN dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi.
Pajak Objektif
PPN hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu:keadaan, peristiwa atau
perbuatan hukum yang dapat dikenai pajak. PPN akan mendahulukan Objek, baru
kemudian mencari Subjeknya.

2. Sebut dan jelaskan Subyek dan obyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB2P)!
Pajak Bumi dan Bangu.nan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disingkat
PBB-P2 adalah Pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan / atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan.
Subjek Pajak PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/ atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Objek PBB-P2 adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

3. Dalam melaksanakan penilaian objek PBB 2P (NJOP) bilamana tidak ditemukan


adanya transaksi jual-beli tanah dan bangunan, dapat mengunakan 3 pendekatan
sebagai berikut:
1) Pendekatan Data Pasar (membandingkan objek pajak)
2) Pendekatan Biaya (Nilai Perolehan Baru)
3) Pendekatan Pendapatan (Nilai Jual Objek Penganti) Jelaskan!
- Pendekatan data pasar adalah cara penentuan NJOP dengan membandingkan
objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang telah
diketahui harga jualnya, dengan memperhatikan antara lain faktor letak,
kondisi fisik, waktu, fasilitas dan lingkungan.
- Pendekatan biaya adalah cara penentuan NJOP dengan menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek pajak tersebut pada waktu
penilaian dilakukan dikurangi dengan penyusutannya.
- Pendekatan kapitalis pendapatan adalah cara penentuan NJOP dengan
mengkapitalisasi pendapatan bersih 1 (satu) tahun dari objek pajak tersebut.
4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan “Penghasilan” menurut UU Pajak
Penghasilan (PPh)?
Menurut UU PPh Pasal 4 ayat (1), yang dimaksud penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik dari
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau bentuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.

5. Jelaskan Apa dimaksud dengan “Subjek Pajak Penghasilan Dalam Negeri” dan
“Subjek Pajak Penghasilan Luar Negeri”
Subjek pajak penghasilan dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan subjek
pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber
penghasilan di Indonesia.

6. Jelaskan Subyek dan Obyek dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)?
- Subjek Pajak terdapat dalam pasal 86 yaitu orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
- Objek Pajak terdapat dalam pasal 85 yaitu terdiri atas tanah dan bangunan.

7. Apa saja obyek pajak yang tidak dikenakan BPHTB?


Menurut pasal 85 ayat (4) objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB yaitu
Objek Pajak yang diperoleh :
a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum;
c. badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;
d.orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama;
e.orang pribadi atau badan karena wakaf; dan
f. orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

8. Dalam hal apa saja “surat paksa” diterbitkan?


a.Penanggung Pajak tidak melunasi uatang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis;
b.Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus;
atau
c.Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

9. Dalam hal apa saja Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan?
Jelaskan!
a.Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat
untuk itu;
b.Penanggung Pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia, ataupun
memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasainya;
c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya
atau berniat untuk itu;
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; atau
e.Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat
tanda-tanda kepailitan.

10. Sebutkan syarat-syarat pengajuan banding melalui Pengadilan Pajak!


- Banding harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
- Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
- Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal
tanggal terima surat keputusan yang dibanding.
- Pada Surat Banding dilampirkan Salinan Keputusan yang dibanding.
- Banding hanya dapat diajukan apabila besarnya jumlah pajak yang terutang
dimaksud telah dibayar sebesar 50% lima puluh persen) dengan melampirkan Surat
Setoran Pajak (SSP) atau Pemindah Bukuan (Pbk).

11. Dalam hal apa saja pemeriksaan dengan acara cepat di Pengadilan Pajak dapat
dilakukan?
- Sengketa pajak tt
- Gugatan yg tidak diputus dalam jangka waktu 6 bln sejak gugatan diterima Tidak
dipenuhinya salah satu ketentuan dalam
- Pasal 84 ayat (1) /kesalahan tulis dan/atau
- Kesalahan hitung dalam putusan pengdilan pajak Sengketa yg berdsr pertimbangan
hakim bukan merupakan wewenang pengadilan pajak
- Surat pencabutan gugatan
- Surat pencabutan banding

12. Sebutkan barang-barang bergerak milik penanggung pajak yang dikecualikan dari
penyitaan!
a.pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung
Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya;
b.persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan
memasak yang berada di rumah;
c.perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas;
d.buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan
alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
e.peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah); dan
f.peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga
yang menjadi tanggungannya.

Anda mungkin juga menyukai