PERTEMUAN 1:
PPN SECARA UMUM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai PPN secara umum, Anda harus
mampu:
1.1 Memahami Dasar Hukum PPN, Karakteristik PPN, istilah Umum
dalam PPN, Obyek, Subyek
1.2 Menjelaskan Transaksi yang Termasuk dalam Penyerahan Barang
Kena Pajak dan Transaksi yang Tidak Termasuk dalam Penyerahan
Barang Kena Pajak
1.3 Memahami saat terutang dan tempat terutang PPN
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan Dasar Hukum PPN, karakteristik PPN, istilah umum dalam
PPN, transaksi yang termasuk dalam penyerahan BKP, saat terutang dan
tempat terutang PPN
Pajak Pertambaban Nilai (PPN) merupakan salah satu cara pemugutan pajak
atas konsumsi masyarakat. Masa berlaku PPN mulai tanggal 1 April 1985 dengan
berlakunya Undang Undang No 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
atas barang dan jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah. PPN tersebut
menggantikan Pajak Penjualan. PPN yang berlaku saat ini berdasarkan UU No 42
Tahun 2009 merupakan perubahan UU No. 12 Tahun 2000 juga merupakan
perubahan atas UU No 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah yang mulai diberlakukan per 1 April
2010.
Adapun objek PPN tidak hanya diatur dalam pasal 4, melainkan diatur juga
dalam pasal 16D UU No.8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11
Tahun 1994 dan UU No. I8 Tahun 2000 serta UU No. 42 Tahun 2009.
• Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 18
Tahun 2000 yang tetap
dinamakan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan
Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang
Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena
Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2007.
9. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di dalam Daerah Pabean.
10. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam Daerah
Pabean ke luar Daerah Pabean.
11. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan
tukar menukar barang, tanpa mengubah bentuk atau sifatnya.
12. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,
lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
13. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk
atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau
mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam
termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan
tersebut.
14. Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan sebagaimana dimaksud dalam
huruf m yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
15. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam huruf
n yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
16. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor,
Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
17. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
18. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena
Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
19. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang
Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-undang ini.
20. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya
menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau
seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak tersebut.
21. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau
seharusnya menerima penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau
seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut.
22. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
23. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah
dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan
atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.
24. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak,
penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak.
25. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.
26. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharawan Pemerintah, badan,
atau instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha
Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak kepada bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi
Pemerintah tersebut.
27. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean
di luar Daerah Pabean.
28. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke
luar Daerah Pabean.
• Obyek Pajak
• Objek Pajak Pertambahan Nilai
Pajak pertambahan nilai dikenakan pada transaksi:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha;
2. Impor Barang Kena Pajak;
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean; atau
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
• Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai
Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud
atau Jasa Kena Pajak yang dimaksud dalam pembahasan tersebut diatas tidak
dapat diketahui, maka saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean adalah tanggal
ditandatanginya kontrak atau perjanjian.
• Tempat Terhutang PPN
Pengusaha Kena Pajak terutang ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan
tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Dalam hal impor. terutangnya Pajak Pertambahan Nilai terjadi ditempat Barang
Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Bea dan Cukai.
Bagi pengusaha yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau
Jasa Kena Pajak dari luar pabean. terutangnya Pajak Pertambahan Nilai terjadi
ditempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha. Apabila Pengusaha Kena
Pajak mempunyai lebih dari satu tempat kegiatan usaha diluar tempat tinggal atau
tempat kedudukanya. maka setiap tempat tersebut adalah tempat terutangnya
Pajak Pertambahan Nilai.
Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih dari satu tempat sebagai mana
dimaksud diatas tetapi berada dalam wilayah kerja satu Kantor Direktorat
Jenderal Pajak, maka untuk tempat-tempat pajak terutang tersebut cukup memiliki
NPPKP. Pengusaha Kena Pajak yang memiliki lebih dari satu tempat kegiatan
usaha dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
untuk memilih satu tempat atau lebih sebagai tempat terutang PPN.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apakah yang dimaksud PPN?
2. Sebutkan dasar hukum yang digunakan dalam PPN di Indonesia!
3. Sebutkan subjek dan objek PPN!
4. Berapakah tarif PPN yang berlaku di Indonesia?
5. Apa yang dimaksud BKP dan JKP ?
D. DAFTAR PUSTAKA
Anastasia Diana, Lislis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia, Konsep,
Aplikasi dan Penuntun Praktis, Andi, Yogyakarta.