Anda di halaman 1dari 6

Modul Perpajakan 2

PERTEMUAN 2:
Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Barang Kena Pajak
dana Jasa Kena Pajak, Anda harus mampu:
1.1 Menjelaskan definisi Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
1.2 Memahami apa saja yang tidak termasuk barang kena pajak dan
yang tidak termaksud jasa kena pajak

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan Definisi BKP dan JKP

• Barang Kena Pajak (BKP)


Barang kena pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan
barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN. Pengecualian BKP
​Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali UU menetapkan
sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan PP
didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut :
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya meliputi :
1) Minyak mentah (crude oil);
2) Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat;
3) Panas bumi;
4) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite),
grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika,
marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,
fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah
liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
5) Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
6) Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
meliputi :
1) beras;
2) gabah;
3) jagung;
4) sagu;
5) kedelai;
6) garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
7) daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau
tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara
lain, dan/atau direbus;
8) telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
9) susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
10) buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses cuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
11) sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang
dicacah
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.
d. Uang, emas batangan, dan surat berharga

• Jasa Kena Pajak (JKP)


Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatau
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatau barang atau
fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia unutk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan unutk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan
bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan UU
PPN. Pengecualian JKP.
​Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan
lain oleh UU PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan PP
didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut :
a. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi :
1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
2. jasa dokter hewan;
3. jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi,
dan ahli fisioterapi;
4. jasa kebidanan dan dukun bayi;
5. jasa paramedis dan perawat;
6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,
laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
7. jasa psikolog dan psikiater; dan
8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
b. Jasa pelayanan sosial meliputi:
1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
2. jasa pemadam kebakaran;
3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
4. jasa lembaga rehabilitasi;
5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman,
termasuk krematorium; dan
6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

c. Jasa pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman surat


dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain
pengganti perangko tempel.
d. Jasa keuangan, meliputi:
1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu;
2) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana
kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya;
3) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, berupa:
4) sewa guna usaha dengan hak opsi;
5) anjak piutang;
6) usaha kartu kredit; dan/atau
7) pembiayaan konsumen;
8) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai
syariah dan fidusia; dan
9) jasa penjaminan.
e. Jasa asuransi, merupakan jasa pertanggungan yang meliputi asuransi
kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang
asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan
asuransi.
f. Jasa keagamaan, meliputi :
1) jasa pelayanan rumah ibadah;
2) jasa pemberian khotbah atau dakwah;
3) jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
4) jasa lainnya di bidang keagamaan.
g. Jasa pendidikan, meliputi : jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah,
seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik dan jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
h. Jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh
pekerja seni dan hiburan.
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau
televisi baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang
tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial.
j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri.
k. Jasa tenaga kerja, meliputi :
1) jasa tenaga kerja;
2) jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
kerja tersebut; dan
3) jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
l. Jasa perhotelan, meliputi :
jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelanuntuk tamu yang menginap; dan jasa penyewaan
ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen dan hostel.
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah
seperti ​pemberian ​Izin ​Mendirikan
Bangunan ​(IMB), ​pemberian ​ Ijin ​Usaha
Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan pembuatan
Kartu Tanda Penduduk (KTP).
n. Jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir
dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut
bayaran.
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
q. jasa boga atau katering.

• Penyerahan Barang dan Jasa Kena Pajak


1. Penyerahan hak atas BKP kerna suatu perjanjian;
2. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan
perjanjian leasing;
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang;
4. Pemakaian sendiri atau pemberian cuma-cuma atas BKP;
5. Persedianan BKP dan aktifa yang menurut tujuan semula tidak
unutk diperjual belikan, yang masih tersisa kepada pembubaran
perusahaan, sepanjang PPN atas peroleh aktifa tersebut
menurut ketentuan dapat dikreditkan;
6. Penyerahan BKP dari pusat kecabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang;
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi.
Catatan :
a) Pemakaian sendiri adalah pemakaian unutk kepentingan pengusaha
sendiri, pengurus, atau karyawannya, baik barang produksi sendiri
maupun bukan produksi sendiri.
b) Pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa
pembayaran baik barang-barang produksi sendiri maupun bukan
produksi sendiri.
Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP adalah :
1) Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
2) Penyerahan BKP unutk jaminan piutang.
3) Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang dalam hal Pengusaha Kena Pajak
memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang.
• Penyerahan Jasa Kena Pajak :
​Apabila dirinci, pengertian penyerahan jasa kena pajak adalah setiap
kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan/perbuatan hukum :
a) Yang menyebabkan suatu barang/fasilitas/kemudahan kas tersedia :
1) Untuk dipakai pihak lain dengan maksud memperoleh
penggantian sebagai imbalan,
2) Untuk dipakai pihak lain tanpa ada maksud memperoleh
imbalan (pemberian jasa kena pajak dengan cuma-
cuma),
3) Untuk kepentingan sendiri (pemakaian sendiri jasa kena
pajak)
b) Yang dilakukan atas dasar pesanan unutk menghasilkan barang karena
pesanan/permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

• PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)


1. Pengertian
a. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakuakn usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakuakn usaha jasa,
atau memanfaatkan jasa dari Luar Daerah Pabean.
b. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada
poin a yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN,
tidak termasuk pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih
untuk dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak.
​Termasuk pengertian PKP adalah pengusaha yang sejak semula
bermaksud melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP.
2. Termasuk Pengusaha Kena Pajak
a. Pabrikan atau produsen.
b. Importir dan indentor.
c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa
dengan pabrikan atau importer.
d. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau
importer.
e. Pemegang hak paten atau merek dagang BKP.
f. Pedangang besar, pengusaha yang melakukan
penyerahan JKP.
g. Pedagang eceran.
3. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk :
a. Melaporkan usahanya unutk dikukuhkan menjadi
PKP.
b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
c. Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena
pajak.
d. Membuat nota retur dalam hal terdapat
pengambilan BKP.
e. Malakukan pencatatan dalam pembukuan
mengenai kegiatan usahanya.
f. Menyetor PPN dan PPnBM yang terutang.
g. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Msa PPN.
4. Pengecualian Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang tidak dibebani dari kewajiban perpajakan adalah :
a. Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kecil.
b. Pengusaha yang menghasilkan barang yang tidak dikenakan PPN.
c. Pengusaha di bidang jasa-jasa yang dikecualikan dari JKP.
5. Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama 1 tahun buku melakukan
penyerahan :
a. BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp
360.000.000,00 atau
b. JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp
180.000.000,00.
Dalam hal pengusaha melakukan penyerahan BKP dan JKP, batas peredaran
bruto untuk dapat ditetapkan sebagai Pengusaha Kecil adalah :
a. Tidak lebih dari Rp 360.000.000,00 jika peredaran BKP
lebih dari 50% dari jumlah seluruh peredaran bruto; atau
b. Tidak lebih dari Rp 180.000.000,00 jika peredaran JKP
lebih dari 50 % dari jumlah seluruh peredaran bruto dan
penerimaan bruto.
Pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya unutk dukukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak. Apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku,
jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan brutonya melebihi batas yang telah
ditetapkan. Pengusaha tersebut wajib melaporkan usahanya unutk dikukuhkan
sebagai PKP paling lambat pada akhir bulan berikutnya. PKP dapat mengajukan
permohonan pencabuatn pengukuhan sebagai PKP apabila jmlah peredaran bruto
dan atau penerimaan brutinya dalam satu tahun buku tidak melebihi batas yang
telah ditentukan. Apabila diperiksa ternyata tidak memenuhi syarat, maka :
a. Pengukuhan sabagai pengusaha kecil batal, dan unutk
selanjutnya akan dukukuhkan sebagai PKP.
b. PPN yang seharusnya terutang diragih ditambah sanksi yang
berlaku.
c. Pajak masukan yang telah dibayar sampai dengan saat
pembatalan tidak dapat dikreditkan.
Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pengusaha kecil :
a. Dilarang membuat faktur pajak.
b. Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN.
c. Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan.
d. Wajib lapor unutk dukukuhkan sebagai PKP, bagi pengusaha
kecil yang memperoleh peredaran bruto di atas batas yang
telah ditentukan.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apakah yang dimaksud Barang Kena Pajak?


2. Apa saja yang tidak termasuk Barang Kena Pajak?
3. Apa yang dimaksud Jasa Kena Pajak?
D. DAFTAR PUSTAKA
Anastasia Diana, ​Lislis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia, Konsep,
Aplikasi dan Penuntun Praktis, Andi, Yogyakarta.

BFI, 2014, Pajak Terapan Brevet A & B, Modul-


1, ​Bina ​Fiskal ​Indonesia, Tangerang Selatan.

BFI, 2014, Pajak Terapan Brevet A & B, Modul-


2, ​Bina ​Fiskal ​Indonesia, Tangerang Selatan.
Jeni susyanti, Ahmad Dahlan, 2015, Perpajakan untuk praktisi dan akademisi,
Empat Dua Media, Malang Jawa Timur
Mardiasmo, 2011, Perpajakan Edisi revisi, Andi, Yogyakarta
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 46 Tahun 2009, tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1983, tentang “Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang
Mewah”

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 19 Tahun 2000, tentang Perubahan


atas Undang-Undang No. 19 Tahun 1997, tentang “Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa”

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 12 Tahun 1994, tentang Perubahan


atas Undang-Undang No. 12 Tahun 1985, tentang “Pajak Bumi dan
Bangunan”

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 1997, tentang “Bea


Perolehan Hak Atas Tanah Pajak Bumi dan Bangunan”

Siti Resmi, Perpajakan teori dan kasus, Salemba Empat

Waluyo, Perpajakan Indonesia Edisi 10 , Salemba Empat

S1 Manajemen Universitas Pamulang


10

Anda mungkin juga menyukai