Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PERPAJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PPN BM, DAN BEA METERAI

OLEH: M Syahril Mubarok Claudio Edo CDH 115020207111025 115020207111028

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Pajak pertambahan nilai termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari pajak penjualan. Kelemahan pajak penjualan: 1. Adanya pajak berganda 2. Bermacam-macam pelaksanaannya 3. Tidak mendorong ekspor 4. Belum dapat mengatasi penyelundupan Kelebihan pajak pertambahan nilai: 1. Menghilangkan pajak berganda 2. Menggunakan tarif tunggal sehingga mudah pelaksanaannya 3. Netral dalam persaingan dalam negeri 4. Netral dalam perdagangan internasional 5. Netral dalam pola konsumsi 6. Dapat mendorong ekspor tarif sehingga menimbulkan kesulitan

DASAR HUKUM Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk pajak pertambahan nilai, yaitu sebesar 10 persen. Undang-undang yang mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) adalah UndangUndang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dan Undang-Undang yang terakhir adalah Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009.

BARANG KENA PAJAK (BKP) Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang PPN 1984. Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah penggunaan hak cipta di bidang kesusastraan, karya ilmiah, desain atau model, rencana, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya. Pengecualian BKP Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Minyak mentah Gas bumi Panas bumi Pasir dan kerikil Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih

perak, dan bijih bauksit Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi: o Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras ketan hitam, atau beras ketan putih dalam bentuk: 1. Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih 2. Gilingan 3. Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak 4. Beras pecah 5. Menir (groats) beras 6. Buah-buahan 7. Sayur-sayuran 8. Daging 9. Telur

o Segala jenis jagung putih, jagung kuning, jagung kuning kemerahan, atau berondong jagung, dalam bentuk: 1. Jagung yang telah dikupas maupun belum 2. Jagung tongkol dan biji jagung atau jagung pipilan 3. Menir (groats) atau beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran o Sagu, dalam bentuk: 1. 2. Empulur sagu Tepung, tepung kasar, dan bubuk sagu

o Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning, atau kedelai hitam, pecah maupun utuh. o Garam, baik yang beriodium maupun tidak beriodium, termasuk: 1. 2. Garam meja Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kilogram atau lebih, dengan kadar NaCl 94,7% Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa boga. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

JASA KENA PAJAK (JKP) Jasa adalah kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan yang meyebabkan suatu baran, fasilitas, dan hak untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena permintaan. Jasa kena pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984. Pengecualian JKP Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi: 1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi 2. Jasa dokter hewan 3. Jasa kebidanan dan dukun bayi

4. Jasa paramedis dan perawat 5. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium 6. Jasa psikolog 7. Jasa pengobatan alternatif Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi: 1. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo 2. Jasa pemadam kebakaran 3. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan 4. Jasa lembaga rehabilitasi 5. Jasa penyedia rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium 6. Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko Jasa di bidang keuangan, meliputi: 1. Jasa yang menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan yang lainnya 2. Jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat maupun dengan wesel, cek, atau sarana lainnya 3. Jasa-jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa: sewa guna usaha dengan hak opsi, anak piutang, usaha kartu kredit 4. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia 5. Jasa penjaminan Jasa asuransi yang meliputi asuransi kejiwaan, asuransi kerugian, dan reasuransi Jasa di bidang keagamaan, meliputi: 1. Jasa pelayanan rumah ibadah 2. Jasa pemberian khotbah 3. Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan

Jasa di bidang pendidikan, meliputi: 1. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah 2. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah

Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis kegiatan yang dilakukan Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, meliputi jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri Jasa tenaga kerja, meliputi: 1. Jasa tenaga kerja 2. Jasa penyediaan tenaga kerja 3. Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja

Jasa perhotelan, meliputi: 1. Jasa penyewaan kamar, termasuk hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel dan fasilitas lain yang menyangkut perhotelan 2. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan

Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Usaha Perdagangan (IUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jasa penyediaan tempat parkir Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam Jasa pengiriman uang dengan wesel pos Jasa boga atau katering

PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984. Pengusaha Kena Pajak mempunyai kewajiban, yaitu: melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, memungut PPN dan PPn BM yang terutang, menyetorkan PPN yang masih harus dibayar serta menyetorkan PPn BM yang terutang, dan melaporkan perhitungan pajak. Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha kecil dan pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN.

PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak. Beberapa contoh yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, adalah penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian, pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli, penyerahan BKP kepada pedagang perantara, dan sebagainya. Sedangkan penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah penyerahan BKP kepada makelas sebagaimana yang dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang, penyerahan BKP dari pusat cabang atau sebaliknya, dan sebagainya.

OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PPN dikenakan atas: 1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha 2. Impor BKP 3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha 4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean 5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean 6. Ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak 7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak 8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha 9. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) Batasan suatu barang termasuk BKP yang tergolong mewah adalah barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok, barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi, dan barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status. PPn BM merupakan pungutan tambahan selain PPN. PPn BM hanya dikenakan satu kali sewaktu waktu penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pengusaha.

DASAR PENGENAAN PAJAK Yang menjadi dasar pengenaan pajak untuk menghitung PPN dan PPn BM adalah: 1. Harga jual : nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga. 2. Penggantian : nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga. 3. Nilai impor : nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan peraturan UU. 4. Nilai ekspor : nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. 5. Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

TARIF 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai Tarif PPN saat ini adalah 10%, sedangkan tarif PPN 0% berlaku pada ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP. 2. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Ada beberapa kelompok tarif untuk penetapan PPn BM, yaitu tarif paling rendah sebesar 10% dan tarif paling tinggi sebesar 200%. Sedangkan barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%.

MEKANISME PENGENAAN PPN Mekanisme pengenaan PPN adalah: Pada saat memperoleh BKP/JKP akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual merupakan pembayaran pajak dimuka Pada saat menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak masukan, selisihnya harus disetorkan ke kas negara Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil daripada pajak masukan, selisihnya dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan SPT Masa PPN

CARA MENGHITUNG PPN PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

CARA MENGHITUNG PPn BM PPn BM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

SAAT TERUTANG PAJAK Pajak dapat terutang pada saat penyerahan BKP atau JKP, impor BKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean, ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, ekspor JKP, dan pembayaran.

TEMPAT TERUTANG PAJAK Tempat terutang pajak dapat dilakukan di berbagai tempat tergantung dalam hal apa pajak tersebut. Untuk penyerahan BKP/JKP dan orang pribadi/badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah oabean didalam daerah pabean dapat dilakukan di tempat tinggal, tempat kedudukan, dan tempat

kegiatan usaha. Jika dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat BKP dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dan untuk kegiatan membangun rumah sendiri oleh PKP yang dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan tempat terutangnya pajak di tempat bangunan tersebut didirikan.

FAKTUR PAJAK Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan BKP atau JKP. Faktur pajak dibuat ketika penyerahan BKP atau JKP, saat penerimaan pembayaran sebelum penyerahan BKP atau JKP, saat penerimaan pembayaran termin, dan saat lain yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

MEKANISME KREDIT PAJAK Pajak masukan yang wajib dibayar oleh pengusaha kena pajak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang dipungutnya dalam masa pajak yang sama. Pajak masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan pajak keluaran dengan masa yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lama 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Tidak semua pajak masukan dapat dikreditkan, seperti pengeluaran untuk perolehan BKP/JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP adalah contoh pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan.

PENYERAHAN KEPADA PEMUNGUT PPN Menurut ketentuan yang berlaku saat ini, pemungut PPN adalah bendaharawan pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Pemungutan PPN dan PPn BM dilakukan pada saat dilakukan pembayaran oleh bendaharawan pemerintah atau KPPN kepada PKP Rekanan Pemerintah.

PPN ATAS KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI Kriteria bangunan yang dikenakan PPN adalah bangunan yang kontruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, batu bata dan baja, diperuntukkan bagi tempat tinggal atau kegiatan usaha, dan luas keseluruhan paling sedikit 300 m. Dasar pengenaan pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah. Rumus untuk menghitung PPN yang terutang setiap bulan: PPN = (40% x jumlah biaya yang dikeluarkan) x 10% Saat terutang PPN atas kegiatan membangun sendiri adalah pada saat mulai dibangunnya bangunan, sedangkan tempat pajak terutang adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

Bea Meterai

Pengertian : 1. Bea Meterai adalah pajak atas dokumen 2. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan 3. Benda Meterai adalah meterai temple dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI 4. Tanda Tangan adalahtanda tangan sebagimana umumnya digunakan, termasuk paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan 5. Pemerintahan Kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh pejabat pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Materainya belum dilunasi sebagaimana mestinya 6. Pejabat Pos adalah Pejabat PT Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani pemeteraian kemudian Dasar Hukum : Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 atau disebut juga Undang-undang Bea Meterai. Berlakunya sejak tanggal 1 Janiari 1986. Sebab-sebab dikeluarkannya UU Bea Meterai : 1. Agar lebih sempurna dan sederahana 2. Lebih mudah dilaksanakan karena hanya mengenal 1 jenis Bea Meterai tetap, yaitu Rp 6.000 dan Rp 3.000 3. Objek lebih luas Prinsip Umum pemungutan atau pengenaan Bea Meterai : 1. Bea Meterai dikenakan atas dokumen 2. Satu dokumen hanya satu Bea Meterai

3. Rangkap terutang Bea Meterai sama dengan aslinya Tarif Bea Meterai : 1. Surat perjanjian 2. Akta Notaris 3. Akta dari PPAT 4. Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal dari Rp 1.000.000 5. Surat Berharga 6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominal lebih dari Rp1.000.000 7. Surat Biasa atau Surat Kerumahtanggan Tarif Bea Meterai Rp 3000 dikenakan atas dokumen : 1. Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp250.000 tetapi tidak lebih dari Rp1.000.000 2. Surat-surat berharga seperti wesel, promes dan askep yang harga nominalnya lebih dari Rp250.000 tetapi tidak lebih dari Rp1.000.000 3. Efekdengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp250.000 tetapi tidak lebih dari Rpq.000.000 4. Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapapun Yang tidak dikenakan Bea Meterai : 1. Dokumen yang berupa Surat Penyimpanan Barang, Konosemen, Surat Angkutan Penumpang dan Barang, Keterangan Pemindahan, Bukti Pengiriman dan Penerimaan Barang, Surat Pengiriman Barang untuk dijual atas tanggungan pengirim 2. Segala bentuk Ijasah 3. Tanda terima gaji dll 4. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Pemerintah Daerah, dan Bank 5. Kuitansi 6. Tanda penerimaan uang yzng dibuat untuk keperluan intern organisasi

7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya 8. Surat Gadai 9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek Saat terutang Bea Meterai : 1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak 2. Dokumen yang dibuat oleh lebid dari satu pihak 3. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri Pihak yang terutang Bea Meterai : Pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain. Cara Pelunasan Bea Meterai : 1. Dengan menggunakan benda materai, yaitu Meterai Tempel dan Kertas Meterai 2. Dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Pemeteraian Kemudian : adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya. Sanksi-sanksi : 1. Sanksi Administrasi 2. Sanksi Pidana Daluwarsa : Daluwarsa dari kewajiban memenuhi Bea Meterai ditetapkan 5 tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Transaksi Intern tidak perlu memakai Bea Meterai 2. Kantor pusat dan cabang perusahaan merupakan badan yang berdiri sendiri, sehingga transaksinya harus menggunakan Bea Meterai 3. Yang menanggung Bea Meterai apabila ada sesuatu di kemudian hari adlah pemegang dokumen 4. Tanggal meterai 5. Tanggal yang tercantum di meterai lebih sah dibandingkan dengan tanggal dokumen 6. Kurang diperhatikan masalah yuridis atau isi dokumen, tetapi yang lebih diutamakan/penting adalah terutangnya pajak 7. Warna tinta yang ditulis pada meterai tidak menjadi masalah 8. Tulisan pada dokumen tidak boleh dihapus dengan cairan penghapus. Kalau ada kesalahan, maka sebaiknya dicoret dan ditulisakn dengan benar 9. Kertas biasa yang dipakai untuk lembaran berikutnya tidak perlu memakai meterai lagi 10. Micro film perlakuannya bisa dianggap sebagai fotokopi dokumen, seperti juga batch dalam computer, tidak terutang Bea Meterai 11. Tindasan dengan kertas karbon sama dengan fotokopi, tidak terutang bea meterai, karena rangkap tersebut tidak ikut ditandatangani secara asli

Anda mungkin juga menyukai