Anda di halaman 1dari 6

Nama Peserta : Ach. Teguh Wahyudin, SH.

Tugas Soal dari Bapak :


Teo Takismen, SE, MM, MBA, BKP, CTAP, CCP

PERTANYAAN ESSAI

1. Apa yang dimaksud dengan PPN ? Terangkan secara singkat dan


berikan contoh!
2. Apakah penyerahan barang di luar pabean terkena PPN? Sebutkan
peraturannya yang mendukung dan contohnya!
3. Barang yang tidak dikenakan PPN menurut UU PPN No. 42/2009, apa
saja?
4. Jasa yang tidak dikenakan PPN menurut UU PPN No. 42/2009, apa
saja?
5. Sebutkan 3 saja peraturan PPN menurut UU PPN no. 42 tahun 2009
yang telah diubah pada UU No. 11 tahun 2020 Ciptaker!

JAWABAN ESSAI
1. PPN adalah singkatan dari Pajak Pertambahan Nilai.
Yang dimaksud PPN adalah pajak tidak langsung, karena pihak yang memikul
beban PPN dan pihak yang bertanggungjawab untuk memotong dan melaporkan
ke negara adalah dua pihak yang berbeda, yaitu pihak yang memikul PPN adalah
konsumen terakhir dan kedua adalah pihak yang bertanggungjawab pemotongan
dan penyetoran kepada negara adalah pihak penjual. PPN merupakan bentuk
pemajakan konsumsi barang atau jasa yang bersifat umum yang dikenakan pada
setiap mata rantai produksi dan jalur distribusi yang menjadi objek PPN, sehingga
objeknya adalah Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP)
sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 16 C dan Pasal 16 D Undang-Undang
PPN. Subjek PPN adalah siapa saja yang dikenakan kewajiban dalam bidang
PPN yang terdiri dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan bukan PKP.
Yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau biasa disebut dengan Objek PPN
adalah:
 Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
 Impor Barang Kena Pajak
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
 Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa
Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Dasar pengenaan PPN adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Contoh PPN :
- Barang Kena Pajak adalah semua barang dikenakan PPN kecuali Undang-
undang menetapkan sebaliknya, misalnya bahan kertas, peralatan kantor, alat
tulis kantor dan lain sebagainya
- Jasa Kena Pajak adalah semua jasa dikenakan PPN kecuali Undang-Undang
menetapkan sebaliknya, misalnya Jasa Pengiriman barang, jasa perbaikan
dan perawatan gedung kantor, jasa kebersihan, jasa keamanan dan lain
sebagainya.

2. Penyerahan barang diluar daerah pabean tidak dikenakan PPN, sebab syarat
pengenaan PPN adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 1 UU PPN dan
SE-130/PJ/2010 ada tiga syarat yang harus terpenuhi agar penyerahan barang
dikenai Pajak Pertambahan Nilai yaitu:
a. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak;
b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
c. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Contoh :
 PT A (PKP terdaftar di KPP Pratama Semarang Utara) menandatangani
kontrak jual beli 10 (sepuluh) unit forklift dengan PT B (Wajib Pajak terdaftar
di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua). Dalam kontrak antara lain
disepakati hal-hal sebagai berikut :
o PT A akan membeli forklift tersebut dari pabrikan di Jepang, dan meminta
pabrikan mengirimkan barang tersebut ke Gudang PT B di Singapura;
o Barang tersebut akan dimodifikasi oleh PT B sebelum dikirim ke pabrik
PT B di Karawang;
o Impor barang dan dokumen pabean diurus dan atas nama PT B.
o Atas transaksi penyerahan forklift oleh PT A kepada PT B tidak dikenai
Pajak Pertambahan Nilai.
 PT Y (PKP terdaftar di KPP Pratama Jakarta Senen) menandatangani
kontrak jual beli 1 unit bangunan kantor yang berada di Orchid Road
Singapura dengan PT X (Wajib Pajak terdaftar di KPP Pratama Bogor).
Kontrak jual beli dibuat dan ditandatangani di Jakarta. Selanjutnya proses
teknis pengalihan hak atas bangunan tersebut akan diurus oleh konsultan W
sesuai dengan hukum yang berlaku di Singapura. Atas transaksi penyerahan
hak atas bangunan kantor yang berada di Singapura tersebut dari PT Y
kepada PT X tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

3. Barang yang tidak dikenakan PPN menurut UU PPN No. 42/2009 adalah
sebagaimana diatur dalam pasal 4A ayat (2) adalah barang tertentu dalam
kelompok barang sebagai berikut:
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
d. uang, emas batangan, dan surat berharga.
Pada pasal tersebut tidak disebutkan Secara spesifik apa saja barang kebutuhan
pokok yang masuk dalam klasifikasi barang tidak kena PPN. Maka, untuk
memperjelas apa saja barang kebutuhan pokok yang masuk dalam klasifikasi
barang tidak kena pajak, dikeluarkanlah Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 116/PMK.010/2017.
Dalam PMK No. 116/PMK.010/2017 rincian barang kebutuhan pokok yang masuk
dalam barang tidak kena PPN antara lain:
1. Beras dan gabah. Kriteria yang masuk dalam beras dan gabah yang tidak
kena PPN adalah, berkulit, dikuliti, setengah giling atau digiling seluruhnya,
disosoh atau dikilapkan maupun tidak, pecah, menir, selain yang cocok untuk
disemai.
2. Jagung. Kriteria yang masuk dalam jagung yang tidak kena PPN adalah,
telah dikupas maupun belum, termasuk pipilan, pecah, menir, tidak termasuk
bibit.
3. Sagu. Kriteria sagu tidak PPN adalah, empulur sagu (sari sagu), tepung,
tepung kasar dan bubuk.
4. Kedelai. Kriteria kedelai yang tidak kena PPN adalah berkulit, utuh dan
pecah, selain benih.
5. Garam konsumsi. Kriterianya antara lain, garam yang beryodium maupun
tidak (termasuk garam meja dan garam didenaturasi) untuk
konsumsi/kebutuhan pokok masyarakat.
6. Daging. Kriteria daging tidak kena PPN adalah, daging segar dari hewan
ternak dan unggas dengan atau tanpa tulang yang tanpa diolah, baik yang
didinginkan, dibekukan, digarami, dikapur, diasamkan, atau diawetkan
dengan cara lain.
7. Telur. Kriteria telur yang tidak PPN adalah, telur tidak diolah, termasuk telur
yang dibersihkan, diasinkan atau diawetkan dengan cara lain, tidak termasuk
bibit.
8. Susu. Kriteria susu sebagai barang tidak kena PPN adalah, susu perah baik
yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan (pasteurisasi),
tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya.
9. Buah-buahan. Kategori buah yang tidak kena PPN adalah buah-buahan
segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas,
dipotong, diiris, digrading, selain yang dikeringkan.
10. Sayur-sayuran. Yang masuk kategori sayur-sayuran tidak kena PPN adalah,
sayuran segar, yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu
rendah atau dibekukan, termasuk sayuran segar yang dicacah.
11. Ubi-ubian. Termasuk dalam kategori ini adalah ubi segar, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading.
12. Bumbu-bumbuan. Kriteria bumbu-bumbuan yang tidak dikenakan PPN
adalah bumbu-bumbuan segar, dikeringkan tetapi tidak dihancurkan atau
ditumbuk
13. Gula konsumsi. Dalam gula konsumsi, yang tidak dikenakan PPN meliputi,
gula kristal putih asal tebu untuk konsumsi tanpa tambahan bahan perasa
atau pewarna.

4. Jasa yang tidak dikenakan PPN menurut UU PPN No. 42/2009 adalah :
Jasa yang tidak dikenakan PPN merupakan jenis-jenis jasa yang atas
penyerahannya tidak dikenai pungutan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Keberadaan jasa yang tidak dikenakan PPN ini muncul karena adanya
pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya.
Yang dimaksud dengan pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya terkait jasa
yang tidak dikenakan PPN adalah, bahwasanya ada beberapa jasa yang
pemanfaatannya menyangkut hajat hidup orang banyak. Selain itu, ada pula jasa
yang keberadaannya diperuntukan bagi kepentingan agama, serta ada pula jasa
yang tidak dimaksudkan untuk kepentingan komersial.
Ketentuan yang mengatur mengenai jasa yang tidak dikenakan PPN adalah
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4A Ayat (3). Isinya berkisar mengenai
jenis-jenis jasa yang tidak dikenakan PPN. Masing-masing jenis jasa tersebut
diatur melalui peraturan teknis, yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Beberapa peraturan mengenai jasa yang tidak dikenakan PPN lewat UU PPN
serta KMK ini kemudian diperkuat lewat Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.

Jenis-jenis jasa yang tidak dikenakan PPN berdasarkan UU PPN Pasal 4A Ayat 3
antara lain:
1. Jasa pelayanan kesehatan medis
2. Jasa pelayanan sosial
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa keagamaan
7. Jasa pendidikan
8. Jasa kesenian dan hiburan
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara
luar negeri
11. Jasa tenaga kerja
12. Jasa perhotelan
13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum
14. Jasa penyediaan tempat parkir
15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
17. Jasa boga atau katering

5. Ada 3 Ketentuan PPN menurut UU PPN no. 42 tahun 2009 yang telah diubah
pada UU No. 11 tahun 2020 Ciptaker adalah sebagaimana diatur dalam Pasal
112 UU Ciptaker yang antara lain merubah :
a. Menurut UU PPN No. 42 tahun 2009 Pasal 1A ayat (1) huruf (g) : menentukan
bahwa yang termasuk Barang Kena Pajak adalah penyerahan Barang Kena
Pajak secara konsinyasi;
Pada pasal 112 UU No. 11 tahun 2020 Ciptaker Dihapus

b. Menurut UU PPN No. 42 tahun 2009 Pasal 1A ayat (2) huruf (d) : bahwa
pengalihan BKP (Barang Kena Pajak) untuk setoran modal pengganti saham
(inbreng) merupakan BKP.
Pada pasal 112 UU No. 11 tahun 2020 Ciptaker dirubah dengan menetapkan
bahwa yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena
Pajak adalah pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, serta
pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal pengganti saham,
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak.

c. Menurut UU PPN No. 42 tahun 2009 Pasal 4A ayat (2) huruf (a) mengatur
bahwa jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalam
kelompok barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya.
Pada pasal 112 UU No. 11 tahun 2020 Ciptaker dirubah menjadi “jenis barang
yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalam kelompok barang hasil
pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,
tidak termasuk hasil pertambangan batu bara”.

Anda mungkin juga menyukai