Anda di halaman 1dari 21

Anggota Kelompok :

1. Rifki Fakihudin (8111420237)


2. Fahmi Al Habshi (8111420238)
3. Fairuz Salma Anantri (8111420239)
4. Fiki Elfanda Yusuf (8111420240)
5. El Esa Nur Fatyhah (8111420241)
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN)

 Dasar Hukum PPN di Indonesia :


– UU Nomor 8 Tahun 1983 
– UU Nomor 11 Tahun 1994 
– UU Nomor 42 Tahun 2009 (terbaru)
– Dasar Hukum PPN: Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan 
– Peraturan mengenai pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN diatur
melalui PMK No. 197/PMK.03/2013 yang juga mengatur PKP sebagai pihak
yang wajib melaporkan pajaknya karena jumlah penjualan barang dan jasa
yang sudah melebihi Rp 4.800.000.000. Pelaporan dilakukan pada akhir bulan
berikutnya setelah jumlah penjualan berhasil melebihi Rp 4.800.000.000 .
 Pengertian

PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang kena
pajak ataupun jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat
dikenakan berkali-kali setiap ada penambahan nilai dan dapat dikreditkan. Atau bisa
disebut juga proses konsumsi barang dan jasa di daerah Pabean yang dikenakan
secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan PPN mudah
terpengaruh oleh proses perkembangan lini transaksi bisnis ekonomi yang dinamis
baik dari ekonomi makro atupun mikro serta pola kebutuhan konsumsi dan daya beli
masyarakat dimana objek dari PPN tersebut.

 Subjek PPN
Subjek daripada pajak pertambahan nilai ialah golongan pengusaha kena pajak yang
melakukan kegiatan penyerahan barang kena pajak atau disebut (PKP). Yang
dimaksud dengan pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam lingkungan perusahaanyaatau pekerjaan menghasilkan
barang,mengimpor barang,mengekspor barang,melakukan usaha
perdagangan,memanfaatkan barang tak berwujud dari luar pabean , melakukan usaha
jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean (pasal 1 angka 14 UU No.42
tahun 2009). Dan yang bukan atas subjek PPN adalah pengusaha kecil yang dalam
batasnya diitetapkan oleh Menteri
 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP)
– Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP
– Memungut PPN dan PPnBM yang terutang
– Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak
– Membuat nota retur dalam hal pengambilan PKP
– Membuat pembukuan kegiatan usaha
– Menyetor PPN dan PPnBM terutang
– Menyampaiakan SPT masa PPN

 Pengecualian Kewajiban PKP


– Yang termasuk pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam 1
tahun buku melakukan penyerahan berupa BKP / JKP dengan
jumlah peredaran bruto tidak lebih dari 4,8 Milyar
– Pengusaha yang semata menyerahkan barang dan atau jasa yang
tidak termasuk dikenakan PPN
 Objek PPN
1) Penyerahan barang kena pajak dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan memenuhi persyaratan.
2) Impor barang kena pajak
3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha dengan memenuhi syarat.
4) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan atau jasa kena pajak
dari luar daerah Pabean ke dalam daerah Pabean.
5) Ekspor barang kena pajak berwujud / tidak berwujud oleh pengusaha
kena pajak
6) Kegiatan membangun sendiri yang tidak dilakukan dalam kegiatan
usaha / pekerjaan oleh orang pribadi/badan
7) Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan awal
aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar
pada saat perolehanya dapat dikreditkan
Pengecualian Barang Kena Pajak
Berdasarkan pasal 4A ayat (2) UU PPN dibagi 4 jenis barang yang tidak kena pajak.
Yang pertama Pengecualian barang kena pajak terhadap Barang hasil
pertambangan,penggalian, pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya:
• Minyak mentah
• Gas bumi
• Panas bumi
• Pasir dan kerikil
• Batu bara sebelum diproses menjadi briket
• Biji timah,biji besi, biji emas, biji tembaga, biji nikel, biji perak, biji bauksit

Yang kedua berasal dari Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak:
1. Beras 5. Jagung
2. Sagu 6. Garam
3. Gabah
4. Kedelai
Pengecualian Barang Kena Pajak Yang ketiga pada makanan dan minuman yang
disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, tidak termasuk yang diserahkan
oleh usaha jasa boga/catering.

Pengecualian Barang Kena Pajak Yang keempat adalah uang, emas batangan, surat
berharga (saham, obligasi).
 Pengecualian Jasa Kena Pajak /
Kelompok Jasa yang tidak dikenakan
PPN :
• Jasa pelayanan kesehatan
medis • Jasa angkutan umum
• Jasa pelayanan social • Jasa tenaga kerja
• Jasa pengiriman surat dengan • Jasa perhotelan
prangko • Jasa penyedia tempat parkir
• Jasa keuangan • Jasa penyiaran bukan iklan
• Jasa asuransi • Jasa boga/catering
• Jasa keagamaan • Jasa telepon umum dengan uang
• Jasa Pendidikan logam
• Jasa kesenian dan hiburan • Jasa kirim uang dengan wesel pos
CARA MENGHITUNG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
(PPnBM)
• PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

TARIF PPN & PPnBM

• 1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen).


• 2. Tarif PPN sebesar 0% (sepuluh persen) diterapkan atas: • ekspor Barang Kena Pajak
(BKP) Berwujud; • ekspor BKP Tidak Berwujud; dan • ekspor Jasa Kena Pajak.
• 3. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200% (dua
ratus persen).
• 4. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol persen).
• DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)

• Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, berupa: Jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
• 1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
• 2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa
karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
• 3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya
yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN.
• 4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
eksportir.
• 5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
• Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut :
a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba
kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena
Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;
h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
i. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang
seharusnya ditagih; atau
j. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan
atau jumlah yang seharusnya ditagih.
Pemungut PPN
Pemungut PPN adalah badan atau instansi yang ditunjuk oleh menteri
keuangan yang memiliki kewajiban untuk memungut, menyetor, dan
melaporkan pajak terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN.
Adapun pemungut PPN sesuai dengan arahan dari menteri keuangan
tersebut terbagi menjadi tiga, antara lain:
1. Bendaharawan pemerintah, kantor perbendaharaan, dan kas negara.
2. Pemegang kuasa/izin atau kontraktor.
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Mekanisme Pemungutan PPN Berdasarkan Peraturan
yang Berlaku
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.03/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 85/PMK.03/2012 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaporannya, mekanisme pemungutan PPN adalah:
1. Rekanan memiliki kewajiban dalam membuat faktur pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP) atas tiap penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2. Faktur pajak dibuat sesuai ketentuan di bidang perpajakan.
3. Mencantumkan NPWP dan identitas rekanan dan melakukan penandatanganan SPP yang dilakukan oleh BUMN
sebagai penyetor atas nama rekanan tersebut.
4. Atas penyerahan BKP, selain terutang PPN, yakni terutang pula PPnBM, maka rekanan mencantumkan pula jumlah
PPnBM terutang pada faktur pajak.
5. Faktur pajak dibuat rangkap 3. Lembar pertama untuk BUMN, lembar kedua untuk rekanan, dan ketiga untuk
BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN.
6. SSP dibuat rangkap 5. Lembar pertama untuk rekanan, kedua untuk KPPN lewat bank persepsi atau kantor pos,
ketiga untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN, keempat untuk bank persepsi atau kantor pos, kelima untuk
BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi pemungut PPN.
7. Melakukan pemungutan wajib menyertakan cap “Disetor tanggal ……….” dan menandatanganinya pada faktur
pajak.
8. Faktur pajak dan SSP adalah bukti pemungutan dan penyetoran atas PPN dan PPnBM.
PPN yang Dibebaskan atas Impor dan atau Penyerahan Barang dan Jasa Kena Pajak
Tertentu

IMPOR DAN ATAU PENYERAHAN BARANG DAN ATAU JASA KENA PAJAK
TERTENTU YANG DIBEBASKAN PPN

Pemberian fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor dan atau
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tertentu dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP) tertentu diatur dalam Pasal 16B Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 bertujuan untuk lebih menunjang keberhasilan sektor-sektor kegiatan
ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan
dunia usaha, dan meningkatkan daya saing, mendukung ketahanan nasional serta
memperlancar pembangunan nasional.
PPnBM (Pajak Penjualan Barang
Mewah)

 Dasar Hukum PPnBM di Indonesia:

– UU Pajak Pertambahan Pasal 5 ayat (1) UU PPN No. 42 TAHUN


2009
– UU Nomor 42 Tahun 2009
– PP Nomor 61 Tahun 2020
Pengertian

•PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) merupakan pajak yang dikenakan pada
barang yang tergolong mewah kepada produsen untuk menghasilkan atau mengimpor
barang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dan PPnBM hanya dikenakan 1 kali
pada saat penyerahan barang, Menghasilkan barang dalam arti merakit, memasak,
mencampur, mengemas, membotolkan, atau kegiatan lain yang dikerjakan dengan
bantuan orang atau badan usaha lain.
Objek PPnBM Berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Objek PPnBM bukan merupakan barang-barang kebutuhan pokok
Objek PPnBM hanya dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
Objek PPnBM umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
Objek PPnBM dikonsumsi demi untuk menunjukkan status sosialnya
Pertimbangan/Tujuan barang yang dikenakan PPnBM dalam UU Pajak
Pertambahan Pasal 5 ayat (1) UU PPN No. 42 TAHUN 2009:

Keadilan pembebanan pajak antara konsumen berpenghasilan rendah


dengan konsumen berpenghasilan tinggi
Pengendalian konsumsi barang mewah
Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
Pengamanan penerimaan negara

PPnBM dipungut ketika :


- Prinsip pemungutannya hanya 1 kali saja, saat:
1.Penyerahan oleh pabrikan atau produsen barang yang tergolong mewah
2.Impor barang yang tergolong mewah
- Penyerahan pada tingkat berikutnya tidak lagi dikenai PPnBM
Tarif PPnBM dalam UU Nomor 42 Tahun 2009 pasal 8

 Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%*


 Perbedaan tarif PPnBM didasarkan pada pengelompokan barang yang tergolong
mewah yang dikenai PPnBM
 Pengelompokan barang-barang yang dikenai PPnBM terutama didasarkan pada:
 Tingkat kemampuan golongan masyarakat yang menggunakan barang tersebut,
disamping didasarkan pada nilai guna barang bagi masyarakat pada umumnya
 Konsultasi dengan DPR
 PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang yang tergolong mewah
di dalam negeri. Oleh karena itu, barang mewah yang diekspor atau dikonsumsi di
luar negeri dikenai PPnBM dengan tarif 0%. PPnBM yang telah dibayar atas perolehan
barang mewah yang diekspor tersebut dapat diminta kembali
Yang dikenakan PPnBM dalam PP Nomor 61 Tahun 2020 berupa
 Kendaraan bermotor, kecuali untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan umum,
kepentingan negara
 Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, totan
house, dan sejenisnya
 Kelompok pesawat udara, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga
 Kelompok balon udara
 Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara 
 Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk kepentingan negara, angkutan umum
atau usaha pariwisata
 TARIF YANG DIKENAI PADA OBJEK PPNBM

1. Tarif PPnBM 20%


Tarif pajak penjualan atas barang mewah sebesar 20 persen ini dibebankan
pada kelompok hunian mewah. Hunian mewah di sini seperti rumah mewah,
apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya.

2. Tarif PPnBM 40%

Sementara itu, tarif pajak penjualan atas barang mewah sebesar 40%
dikenakan pada kelompok balon udara dan balon udara yang dapat
dikemudikan. Lalu pesawat udara lainnya tanpa penggerak, kelompok peluru
senjata api dan senjata api lainnya.
3. Tarif PPnBM 50%

Sedangkan tarif pajak penjualan atas barang mewah sebesar 50% dikenakan untuk
kelompok pesawat udara selain yang disebutkan pada poin kedua, dan senjata api juga
senjata api lainnya.

4. Tarif PPnBM 75%

Tarif pajak penjualan atas barang mewah yang mencapai 75% ini dikenakan untuk kapal
pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama dicanrang untuk
pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, dan yacht (alias tidak digunakan untuk
kepentingan negara/pariwisata).
 CONTOH SOAL PERHITUNGAN
PPNBM
Jayden seorang pengusaha perhotelan, dia membeli mobil mewah seharga Rp800.000.000,-.
Mobil tersebut memiliki CC 3000 dan dikenakan PPnBM sebesar 40%. Berapa harga
perolehan mobil Tuan Jayden ?

JAWAB : Harga Mobil atau DPP Mobil = Rp800.000.000


PPnBM (Rp800jt x 40%) = Rp320.000.000
Harga Perolehan Mobil = Rp1.120.000.000

Anda mungkin juga menyukai