Anda di halaman 1dari 39

Penyerahan

BKP/JKP
Membuat Faktur Pajak

Penjual/Pengusaha Jasa Pembeli/Penerima Jasa

Pemotong Pajak Pemikul Beban


Pajak

PPN

PPN disetor ke negara


Setiap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan
membuat Faktur Pajak untuk memungut pajak yang
terutang. Pajak yang dapat dipungut disebut Pajak
Keluaran (output tax).
Pada saat suatu PKP membeli/menerima BKP atau JKP
dari PKP lain, maka PKP pemberli/penerima membayar
pajak yang terutang kepada negara lewat PKP penjual.
Pajak yang dibayar disebut Pajak Masukan (input tax).
Pada akhir masa pajak, Pajak Masukan dapat dikreditkan
terhadap Pajak Keluaran.
Jika Pajak Keluaran > Pajak Masukan, berarti kurang
bayar, harus dibayar ke Kas Negara paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya. Pembayaran dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
1. Penyerahan BKP didlm daerah pabean yg dilakukan oleh
pengusaha
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP didlm daerah pabean yg dilakukan oleh
pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tak berwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean didalam daerah
pabean.
6. Ekspor BKP berwujud dan tidak berwujud yang dilakukan PKP.
7. Ekspor JKP
8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh OP atau
badan, tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
9. Penyerahan aktiva yang dilakukan PKP, yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang
dibayar atas perolehannya dapat dikreditkan.
BKP adalah barang berwujud, yang
menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak, dan juga barang tidak
berwujud. yang dikenai pajak
berdasarkan UU PPN 1984.
Hasil
pertambangan/pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya:
Minyak mentah (crude oil),
Gas bumi, kecuali gas bumi yang langsung dikonsumsi masyarakat spt elpiji,
Panas bumi,
Pasir dan kerikil,
Batubara sebelum diproses dari briket batubara,
Bijih (besi, timah, emas, tembaga, nikel, dan perak serta bauksit).

Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan


rakyat banyak seperti beras, gabah, jagung, sagu,
kedelai, dan garam beryodium/tidak, daging, telur,
susu, buah buahan dan sayur sayuran
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makah, warung, dan lain-lain.
Uang, emas batangan dan surat-surat berharga.
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena
suatu perjanjian
b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu
perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing)
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
perantara atau melalui juru lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma
atas Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi;
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam
rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari
Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang
Kena Pajak.
penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang;
penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
Penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak
terutang;
pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihanusaha dengan syarat pihak yang melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak; dan
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan
suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan
atas petunjuk dari pemesan. Jasa Kena Pajak adalah jasa
yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984
Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
pemberian Jasa Kena Pajak. Penyerahan jasa yang terutang
pajak harus memenuhi syarat-syarat :
a) jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;
b) penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;
c) penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah
Pabean. Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 70/PMK.03/2010 tentang Batasan Kegiatan
dan Jenis Jasa Kena Pajak yang atas Ekspornya
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 30/PMK.03/2011

Ekspor Jasa Kena Pajak antara lain :


1. Jasa Maklon
2. Jasa Perbaikan dan perawatan
3. Jasa Konstruksi
Jasa dibidang pelayanan jasa medik: dukun kampung,
para-normal, dokter, mulai dari puskesmas sampai rumah
sakit mahal.
Jasa dibidang pelayanan sosial: panti asuhan, panti
wreda, krematorium, yayasan pemakaman, jasa
pemadam kebakaran.
Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko dan
pengiriman uang dengan wesel pos.
Jasa dibidang keuangan perbankan, asuransi, dan leasing
dengan hak opsi.
Jasa dibidang keagamaan.
Jasa dibidang pendidikan, baik pendidikan sekolah
ataupun luar sekolah seperti kursus. Kecuali jasa
pendidikan tersebut berkaitan dengan penyerahan BKP.
Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang sudah dikenakan
pajak tontonan
Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.
Jasa dibidang angkutan umum di darat dan air, termasuk
jasa angkutan udara luar negeri.
Jasa dibidang tenaga kerja, selama penyedia jasa tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja tenaga kerja dimaksud.
Jasa dibidang perhotelan, meliputi persewaan kamar,
rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas
utk tamu menginap, dan jasa persewaan ruangan untuk
kegiatan acara.
Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum.
Jasa Pengiriman uang dengan wesel
pos .
Jasa penyediaan tempat parkir.
Jasa telepon umum dengan koin.
Jasa catering
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh
persen)
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
1) ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
2) ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan/atau
3) ekspor Jasa Kena Pajak.
c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan
paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan
tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah

PPN terutang = tarif X DPP


DPP (dasar pengenaan pajak) adalah nilai berupa uang yang
dijadi-kan dasar untuk menghitung pajak terutang:
Harga jual, adalah nilai berupa uang termasuk
semua biaya yg diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual krn penyerahan BKP
Penggantian, adalah nilai berupa uang termasuk
semua biaya yg diminta atau seharusnya diminta
oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP.
Nilai impor = CIF + BM + BMT.
Nilai Ekspor, adalah nilai berupa uang termasuk
semua biaya yg diminta atau seharusnya diminta
oleh eksportir seperti termaktub dalam PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang).
Nilai lain yang ditetapkan dengan KMK.
Pemakaian sendiri = Harga jual laba kotor ( HPP )
Pemberian Cuma Cuma = Harga jual laba kotor ( HPP )
Media Rekaman = Harga Jual rata rata
Film = perkiraan hasil rata2 per judul film
Rokok / tembakau = Harga jual eceran
Aset yg semula tidak diperjual belikan = harga pasar
wajar
Penyerahan Antar Cabang = HPP
Penyerahan BKP melalui pedagang perantara = harga yg
disepakati antara pedagang perantara dan pembeli
Lelang = harga lelang
Jasa Pengiriman paket = 10% x jumlah yg ditagih
Jasa biro wisata = 10 % x jml tagihan
1. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
2. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak
yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
3. Dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak.
4. Faktur Penjualan yang dipersamakan dengan
Faktur Pajak.
DOKUMEN TERTENTU / FAKTUR PENJUALAN
YANG DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR
PAJAK

a. PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh DJBC dan


dilampiri invoice;
b. SPPB yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk
penyaluran tepung terigu;
c. PNBP yang dibuat/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan BBM dan/atau bukan BBM;
d. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi;
e. Tiket, Airway Bill, atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan
jasa kepelabuhanan;
g. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;
h. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri
invoice,
untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud
19
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk
setiap:
penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau
Pasal 16D;
penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c;
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; dan/atau
ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf h.

Bagi PKP apabila tidak membuat Faktur Pajak, tidak mengisi


Faktur Pajak secara lengkap, dan melaporkan Faktur Pajak
tidak sesuai dengan masa penerbitan Faktur Pajak akan
dikenai sanksi administrasi sebesar 2% x Dasar pengenaan
Pajak
Faktur Pajak harus dibuat pada:
saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahanJasa Kena Pajak;
saat penerimaan pembayaran dalam hal
penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak;
saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang paling sedikit memuat:
Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
dan potongan harga;
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani
Faktur Pajak.
Kode Faktur Pajak terdiri dari :
2 (dua) digit Kode Transaksi;
1 (satu) digit Kode Status;dan
3 (tiga) digit Kode Cabang.
Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari :
2 (dua) digit Tahun Penerbitan;dan
8 (delapan) digit Nomor Urut.
0 0 0.0000 0.0 0 0 0 0 0 0 0

Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status

Kode Faktur Pajak Nomor Seri Faktur Pajak

CATATAN : WAJIB PAJAK MELAKSANAKAN PENGKODEANNYA SECARA


SELF ASSESSTMENT
-01 - digunakan untuk penyerahan kepada selain
Pemungut PPN. Kode ini digunakan atas penyerahan
BKP/JKP kepada pihak lain yang bukan Pemungut PPN,
termasuk penyerahan kepada Perwakilan Negara
Asing atau Perwakilan Organisasi Internasional yang
tidak mendapat persetujuan untuk diberikan fasilitas
perpajakan oleh Menteri Keuangan,
- 02 - digunakan untuk penyerahan kepada
Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.
- 03 - digunakan untuk penyerahan kepada Pemungut
PPN Lainnya (selain Bendahara Pemerintah). Kode ini
digunakan atas penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut
PPN selain Bendahara Pemerintah, dalam hal ini KPS
Migas selaku Pemungut PPN.-
- 04 - digunakan untuk penyerahan yang
menggunakan DPP Nilai Lain kepada selain Pemungut
PPN. Kode ini digunakan atas penyerahan BKP
dan/atau JKP yang menggunakan DPP dengan Nilai
Lain.
Kode Status, diisi dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. 0 (nol) untuk status normal;
b. 1 (satu) untuk status penggantian.
3.a. Kode Cabang diisi dengan ketentuan pengisian sebagai
berikut :
1) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang telah mendapat ijin
pemusatan PPN terutang yang :
sistem penerbitan Faktur Pajak-nya belum online antara
Kantor Pusat dan Kantor-kantor Cabang-nya; dan/atau
Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya ada
yang ditetapkan sebagai Penyelenggara Kawasan
Berikat dan/atau ditetapkan sebagai Pengusaha Di
Kawasan Berikat dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor;
maka Kode Cabang ditentukan sendiri secara berurutan,
diisi dengan kode '000' untuk Kantor Pusat dan
dimulai dari kode '001' untuk Kantor Cabang.
2) Bagi Pengusaha Kena Pajak selain dari Pengusaha Kena
Pajak sebagaimana dimaksud pada butir 3.a.1., Kode
Cabang pada Kode Faktur Pajak diisi dengan kode '000'
Tahun Penerbitan yang digunakan pada
Nomor Seri Faktur Pajak ditulis dengan
mencantumkan dua digit terakhir dari
tahun diterbitkannya Faktur Pajak,
contohnya tahun 2009 ditulis '09'.
Nomor Urut pada nomor seri FP dan tanggal FP harus dibuat
berurutan tanpa perlu dibedakan antara kode transaksi ,
kode status
Penerbitan awal No FP dimulai dari No 00000001 pada setiap
awal tahun takwim yaitu mulai masa Januari dan terus
diurutkan, kecuali bagi WP yang baru dikukuhkan sebagai
PKP. Sehingga no 00000001 dimulai sejak dia dikukuhkan.
Dalam hal sebelum bulan Januari awal tahun kalender
berikutnya, Nomor Urut pada Faktur Pajak yang digunakan
oleh Pengusaha Kena Pajak telah mencapai Nomor Urut
99999999 (sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus
sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh
sembilan), maka Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan
Faktur Pajak yang Nomor Urut-nya dimulai lagi dari Nomor
Urut 00000001, dan wajib memberitahukan ke KPP stempat
paling lambat akhir bulan berikutnya
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus
disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPN
disampaikan
2. SKPKB, SKPKBT dan STP atas PPN harus
disetor/dilunasi sebelum jatuh tempo. Jatuh tempo
penyetoran SKPKB,SKPKBT dan STP adalah 1 (satu)
bulan sejak tanggal diterbitkannya surat ketetapan
tersebut.
3. PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan
dengan saat pembayaran bea masuk, dan apabila
pembayaran bea masuk ditunda/dibebaskan, harus
dilunasi pada saaat penyelesaian dokumen impor.
4. Paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir untuk Bendahara
Pemerintah
5. Ditjen Bea dan Cukai yang memungut PPN/PPnBM
a. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus
dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada
KPP setempat paling lama akhir bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir
b. PP dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT
dan STP harus segera dilaporkan setelah dilunasi ke
KPP yang menerbitkan.
c. PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh:
1. Bendahara Pemerintah, harus dilaporkan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. Ditjen Bea dan Cukai yang memungut PPN/PPnBM
atas impor, harus dilaporkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
1. SPT MASA 1107
2. SPT MASA 1108
3. SPT MASA 1111
4. SPT MASA 1111 DM
SPT MASA 1107 PUT Untuk Pemungut PPN
SPT Masa 1107
e-SPT Masa 1107
SPT ini digunakan untuk PKP dengan
Penyerahan baik PK maupun PM dengan
penyerahan tidak lebiih dari 30 Faktur Pajak.
SPT Masa PPN Bentuk Formulir 1108 terdiri
dari:
1) Induk SPT Masa PPN; dan
2) Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk
formulir kertas (hard copy);
SPT Masa PPN 1111 ini wajib digunakan oleh setiap PKP
selain PKP yang menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan, untuk pelaporan SPT
Masa PPN mulai Masa Pajak Januari 2011.
SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:
1) Induk SPT Masa PPN; dan
2) Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir
kertas (hard copy) atau data elektronik, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang
masing-masing diberi nomor, kode, dan nama formulir
SPT Masa PPN 1111 DM ini wajib digunakan oleh setiap
PKP PKP yang menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan, untuk pelaporan SPT
Masa PPN mulai Masa Pajak Januari 2011.
SPT Masa PPN 1111 DM terdiri dari:
1) Induk SPT Masa PPN; dan
2) Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir
kertas (hard copy) atau data elektronik, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang
masing-masing diberi nomor, kode, dan nama formulir.

Anda mungkin juga menyukai