UU No. 8 Th 1983
UU No. 11 Th 1994
UU No. 18 Th 2000
UU No.42 Th 2009
Tgl 15 Oktober 2009 berlaku 1 April 2010
Beberapa Istilah PPN dan PPn BM
Daerah Pabean
Barang Kena Pajak (BKP) dan Non-BKP
BKP Mewah
Jasa Kena Pajak (JKP) dan Non-JKP
Penyerahan BKP/JKP, Impor BKP, Pemanfaatan BKP tdk berwujud dan atau JKP
dari luar daerah pebean, Ekspor BKP Berwujud, Ekspor BKP Tidak Berwujud dan
Ekspor JKP
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kecil PPN
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor
dan Nilai Lain
Pajak Keluaran (PK)
Pajak Masukan (PM)
Faktur Pajak (FP) = FP, FP Gabungan, Dok Tertentu Sebagai FP, FP Tidak Lengkap
(Eks FP Sederhana)
Masa Pajak
Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN)
Badan Pemungut PPN/PPnBM (Wapu PPN/PPnBM).
KARAKTERISTIK
PPN
sebagai
BERSIFAT NETRAL
c. PENYERAHAN JKP
DLM DAERAH PABEAN d. PEMANFAATAN BKP TDK
BERWUJUD DR LUAR DAERAH
f. EKSPOR BKP BERWUJUD PABEAN DI DALAM DAERAH
PABEAN
g. EKSPOR BKP TIDAK
BERWUJUD e. PEMANFAATAN JKP DR LUAR
h. EKSPOR JKP DAERAH PABEAN DI DALAM
DAERAH PABEAN
OLEH ORANG
OLEH PENGUSAHA ATAU BADAN
Mekanisme Pemungutan PPN
No Mekanisme Objek Subjek DPP Saat terutang
I Credit Method • Penyerahan BKP PKP • Harga Jual Saat pembayaran
(PK – PM) • Penyerahan JKP •Penggantian atau penyerahan,
• Ekspor BKP •Nilai Ekspor mana yang terjadi
• Penyerahan Aktiva •Nilai Lain lebih dahulu
Psl 16D
Supplier
Pembiayaan Aktiva
Aktiva (BKP)
Untuk Lessee
Aktiva (BKP)
Jasa pembiayaan
Lessee Lessor
Kebutuhan Barang
PPN Financial Lease (SE-129/PJ/2010)
1. BKP (brg modal) berasal dari supplier
BKP dianggap diserahkan secara langsung oleh PKP supplier kepada
lessee;
Lessor tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP karena dianggap hanya
menyerahkan jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak
dikenai PPN;
PKP pemasok wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada lessee dengan
menggunakan identitas lessee sebagai pembeli BKP/penerima JKP
(tidak menggunakan metode qualitate qua (q.q.)).
DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah sebesar Harga Jual
dari PKP pemasok.
2. BKP (brg modal) adalah milik lessor
Lessor melakukan 2 penyerahan, yaitu BKP dan jasa pembiayaan;
Lessor harus dikukuhkan sebagai PKP (dengan memperhatikan batasan
Pengusaha Kecil) dan harus menerbitkan FP;
DPP yang dicantumkan dalam FP adalah Harga Jual, tidak termasuk
unsur bunga yang diminta atau seharusnya diminta oleh lessor karena
jasa pembiayaan yang diserahkannya
PPN Sale & Leaseback (SE-129/PJ/2010)
1. Bila Sale & Leaseback adalah Financial Lease
a. Tidak termasuk penyerahan yang dikenai PPN karena :
1) BKP yang menjadi objek pembiayaan adalah milik lessee, yang
dijual oleh lessee untuk kemudian dipergunakan kembali oleh
lessee;
2) Lessor pada dasarnya hanya melakukan penyerahan jasa
pembiayaan, tanpa bermaksud memiliki dan menggunakan barang
yang menjadi objek pembiayaan tersebut;
3) Penyerahan BKP tersebut dari lessee kepada lessor pada dasarnya
merupakan penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;
b. Penyerahan jasa SGU dengan hak opsi oleh lessor kepada lessee
(leaseback) merupakan jasa pembiayaan yang tidak dikenai PPN.
2. Bila Sale & Leaseback adalah Operating Lease
a) Penyerahan BKP dari lessee kepada lessor (sale) dikenai PPN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
b) Penyerahan jasa SGU tanpa hak opsi oleh lessor kepada lessee
(leaseback) dikenai PPN sebagaimana kegiatan usaha sewa menyewa
pada umumnya.
Penyerahan BKP kepada pedagang
perantara atau melalui juru lelang
Ped. Perantara Terutang
Terutang Konsumen
SE-28/PJ.3/1985 PPN
PPN
PKP BKP
Terutang PPN
Belum
Terutang
Juru Konsumen
PPN
Lelang
Terutang
PPN
Jasa Perantara
PKP Perantara
Komisi
Terutang PPN
Konsumen
BKP
Pemakaian Sendiri (PP no. 1/2012) /
Pemberian Cuma-cuma (penjlsn psl 1A UU PPN)
Pemakaian sendiri BKP/JKP adalah pemakaian untuk
kepentingan Pengusaha sendiri, Pengurus, atau
atau
karyawannya, baik barang produksi sendiri maupun
bukan produksi sendiri, selain pemakaian BKP untuk
tujuan produktif.
Pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang
diberikan tanpa imbalan pembayaran baik barang
produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri,
seperti pemberian contoh barang untuk promosi
kepada relasi atau pembeli.
Pemakaian Sendiri
untuk Tujuan Produktif
adalah pemakaian BKP dan atau JKP yang
nyata-nyata digunakan untuk kegiatan
produksi selanjutnya atau untuk kegiatan
yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pengusaha yang
bersangkutan
bukan merupakan penyerahan BKP dan atau
JKP sehingga tidak terutang PPN dan PPn BM,
kecuali
pemakaian sendiri yg digunakan unt melakukan
penyerahan yg Tidak Terutang/Dibebaskan dr PPN.
Pemakaian Sendiri/Pemberian
Cuma-Cuma BKP
Pemakaian Sendiri: Pemberian Cuma-cuma:
Terutang PPN dan Terutang PPN dan
dibuatkan FP dibuatkan FP
PPN dibayar dan disetor PPN dibayar dan disetor
sendiri oleh PKP sendiri oleh PKP
Identitas penjual dan PPN dlm FP merupakan PK
pembeli sama bagi PKP pemberi. Bagi
PPN dlm FP merupakan PKP penerima ad. PM,
PK sekaligus PM yg tdk sepanjang FP-nya
dpt dikreditkan memenuhi syarat
DPP = Harga Jual – Laba Pembuatan FP hrs
Kotor memperhatikan penerima
BKP
DPP = Harga Jual – Laba
Kotor
Persediaan dan Aktiva yang tersisa pada saat
pembubaran Perusahaan
Mobil
Penyerahan Dianggap
dilakukan oleh showroom
TIDAK TERMASUK PENYERAHAN BKP
PASAL 1A AYAT (2) UU PPN
BKP BERUPA AKTIVA YANG MENURUT TUJUAN SEMULA TDK UTK DI-
PERJUALBELIKAN, YANG MASIH TERSISA PD SAAT PEMBUBARAN
PERUSAHAAN, YG PM ATAS PEROLEHANNYA TDK DAPAT DIKREDIT-
KAN MENURUT KETENTUAN PASAL 9 AYAT (8) HURUF B DAN HURUF C.
BUKAN BKP
PASAL 4A AYAT (2)
h. Susu : susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan (pasteurisasi), tidak mengandung tambahan gula atau
bahan lainnya.
i. Buah-buahan : buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading,
selain yang dikeringkan.
j. Sayur-sayuran : sayuran segar, yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah atau dibekukan, termasuk
sayuran segar yang dicacah.
k. Ubi-ubian : ubi segar, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi,
dikupas, dipotong, diiris, di-grading.
l. Bumbu-bumbuan : segar, dikeringkan tetapi tidak dihancurkan
ditumbuk
m. Gula konsumsi : gula kristal putih asal tebu untuk konsumsi tanpa
tambahan bahan perasa atau pewarna
n. Ikan : ikan segar/ dingin dengan atau tanpa kepala.
( PMK 99/PMK.010/2020)
Makanan dan Minuman yang disajikan di Hotel,
Restoran, Rumah Makan, Warung dan sejenisnya
( PMK 92/PMK.03/2020)
Non JKP Jasa Pendidikan
1. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan
profesional
( Jasa Penyelenggaraan Pendidikan Formal )
2. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
Jasa Penyelenggaraan Pendidikan Nonformal meliputi jasa pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, dan pendidikan kesetaraan.
( PMK 223/PMK.011.2014)
Non JKP Jasa Kesenian dan Hiburan
Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh
pekerja seni dan hiburan.
Termasuk jasa kesenian dan hiburan yang tidak dikenai PPN adalah hiburan
yang meliputi:
a. tontonan film;
b. tontonan pagelaran kesenian, tontonan pagelaran musik, tontonan
pagelaran tari, dan/atau tontonan pagelaran busana;
c. tontonan kontes kecantikan, tontonan kontes binaraga, dan tontonan
kontes sejenisnya;
d. tontonan berupa pameran;
e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;
f. tontonan pertunjukan sirkus, tontonan pertunjukan akrobat, dan tontonan
pertunjukan sulap;
g. tontonan pertandingan pacuan kuda, tontonan pertandingan kendaraan
bermotor, dan permainan ketangkasan; dan
h. tontonan pertandingan olahraga.
( PMK 158/PMK.010/2015)
Non JKP Jasa Tenaga Kerja
1. Jasa tenaga kerja;
2. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja
tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
3. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
Jasa penyediaan tenaga kerja dapat meliputi kegiatan perekrutan, pendidikan, pelatihan,
pemagangan, dan/atau penempatan tenaga kerja, yang kegiatannya dilakukan dalam satu kesatuan
dengan penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja, dengan kriteria :
a. pengusaha penyedia jasa tenaga kerja semata-mata hanya menyerahkan jasa penyediaan
tenaga kerja, yang tidak terkait dengan pemberian JKPajak lainnya, seperti jasa teknik, jasa
konsultasi, dan/atau jasa lainnya;
b. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan/atau sejenisnya kepada tenaga kerja yang disediakan;
c. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja tenaga kerja yang
disediakan setelah diserahkan kepada pengguna jasa tenaga kerja; dan
d. tenaga kerja yang disediakan masuk dalam struktur kepegawaian pengguna jasa tenaga kerja.
Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja adalah jasa penyelenggaraan pelatihan tenaga
kerja yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja yang telah memperoleh izin atau terdaftar
di instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Termasuk kegiatan pemagangan
yang dilakukan dalam satu kesatuan dengan penyerahan jasa penyelenggaraan pelatihan bagi
tenaga kerja.
( PMK 83/PMK.03/2012 )
Non JKP Jasa Perhotelan
1. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
2. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel
Yang dimaksud dengan tambahannya adalah merupakan fasilitas penunjang yang terkait secara langsung dengan
jasa penyewaan kamar, antara lain pelayanan kamar (room service), air conditioning, binatu (laundry and dry
cleaning), kasur tambahan (extrabed), furnitur dan perlengkapan tetap (fixture), telepon, brankas (safety box),
internet, televisi satelit/kabel, dan minibar.
Fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap merupakan fasilitas yang terkait
secara langsung dengan kegiatan jasa penyewaan kamar dan semata-mata diperuntukkan bagi tamu yang
menginap, antara lain fasilitas olah raga dan hiburan, fotokopi, teleks, faksimile, dan transportasi hotel
(kendaraan antar-jemput) yang semata-mata untuk tamu yang menginap.
Tidak termasuk kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai antara lain:
a. jasa penyewaan ruangan untuk selain kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel, antara lain penyewaan ruangan untuk anjungan tunai mandiri (ATM), kantor,
perbankan, restoran, tempat hiburan, karaoke, apotek, toko retail, dan klinik;
b. jasa penyewaan unit dan/atau ruangan, termasuk tambahannya, di apartemen, kondominium, dan
sejenisnya, serta fasilitas penunjang terkait lainnya (yang didasarkan atas izin usahanya) ; dan
c. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh pengelola jasa perhotelan.
( PMK 43/PMK.010/2015 )
Non JKP Jasa Penyediaan Tempat Parkir
Jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir
dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran
Atas penyerahan Jasa Penyediaan Tempat Parkir tidak dikenai PPN.
Atas penyerahan Jasa Pengelolaan Tempat Parkir dikenai PPN.
( PMK 122/PMK.03/2012 )
Tidak termasuk dalam pengertian jasa boga atau katering yaitu penjualan makanan
dan/atau minuman yang dilakukan melalui tempat penjualan berupa toko, kios, dan
sejenisnya untuk menjual makanan dan/atau minuman, baik penjualan secara langsung
maupun penjualan secara tidak langsung/pesanan.
( PMK 18/PMK.010/2015 )
Penyerahan BKP dan JKP
oleh Pengusaha
Pengusaha:
Pasal 1 angka 14: Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean
Penjelasan Pasal 4: Pengusaha yang melakukan kegiatan
penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang
telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun Pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi
belum dikukuhkan
BATASAN PENGUSAHA KECIL
PMK 197/PMK.03/2013
YANG
HARGA JUAL
Pasal 1 angka 18
PENGGANTIAN
Pasal 1 angka 19
PPN =
DPP PPN
NILAI IMPOR
v
Pasal 1angka 20
NILAI EKSPOR
Pasal 1 vangka 26
X
Tarif
NILAI LAIN YG
DITETAPKAN
v
DG. PERMENKEU
(PMK 121/2015,
PMK 89/2020 )
DPP PPN
HARGA JUAL adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
PENGGANTIAN adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP,
ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau
oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP
Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
NILAI IMPOR adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk
impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM yang dipungut menurut
Undang-Undang ini. .
NILAI EKSPOR adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.
NILAI LAIN (PMK 75/PMK.03/2010 sttd. PMK 121/PMK.03/2015)
NILAI LAIN BARANG PERTANIAN TERTENTU (PMK 89/PMK.010.2020
mulai berlaku 27 Juli 2020)
DPP - Nilai Lain PMK 121/PMK.03/2015
No. Jenis Penyerahan Nilai Lain
DIBUAT
OLEH PKP
ATAS
PENYERAHAN
BKP/JKP
FAKTUR PAJAK
PALING SEDIKIT
HARUS MEMUAT
( PASAL 13 (5) )
FP HRS DIISI SCR LENGKAP, JELAS, BENAR & FAKTUR PAJAK YG DIISI
DITANDATANGANI OLEH PKP/PEJABAT YG DI- SESUAI DG KETENTUAN
DITUNJUK OLEH PKP UNT FP BERBENTUK DISEBUT
ELEKTRONIK BRP TANDA TANGAN ELEKTONIK FAKTUR PAJAK
DIRJEN PAJAK DAPAT MENETAPKAN DOKUMEN TERTENTU YG
DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
( PASAL 13 (6) )
Kode & Nomor Seri Faktur Pajak
(PER-24/PJ./2012)
KK S . N NN - Y Y . NN NNN NNN
Kode FP Nomor Seri FP
Kode Uraian Penjelasan
K Kode Transaksi 01 = dipungut PKP penjual selain 04 s/d 09
02 = Wapu bendaharawan Pemerintah
03 = Wapu lainnya
04 = DPP Nilai Lain, selain Wapu
05 = Tidak Digunakan Lagi
06 = Penyerahan selain 01 sd 05
07 = Penyerahan PPN tdk dipungut / DTP
08 = Penyerahan fasilitas PPN dibebaskan
09 = Penyerahan Psl 16D, selain Wapu
S Status FP 0 = FP biasa
1 = FP Pengganti
Y Tahun 2 digit terakhir tahun ybs (2020 20)
N Nomor Seri •No.Seri FP terdiri 11 digit yg dipisahkan 2 digit Thn
Penerbitan
•No.Seri FP diberikan dlm bentuk blok nomor dg
jumlah sesuai permintaan PKP
Sertifikat Elektronik, e-Nofa dan e-Faktur
DJP dapat memberikan Sertifikat Elektronik kepada WP untuk memperoleh
Layanan Perpajakan Secara Elektronik, yang antara lain berupa :
permintaan nomor seri Faktur Pajak;
pembuatan Faktur Pajak berbentuk elektronik (e-faktur)
WP dapat menggunakan Layanan Perpajakan Secara Elektronik dengan syarat :
telah dikukuhkan sebagai PKP; dan
memiliki akun PKP yang telah diaktivasi.
Masa berlaku Sertifikat Elektronik yaitu 2 (dua) tahun sejak tanggal Sertifikat
Elektronik diberikan oleh DJP, dan dapat diajukan permintaan kembali.
Permintaan nomor seri Faktur Pajak dilakukan secara elektronik (e-Nofa)
Pembuatan FP menggunakan Faktur Pajak berbentuk elektronik (e-Faktur)
e-Faktur berbentuk elektronik, sehingga tidak diwajibkan untuk dicetak dalam
bentuk kertas, namun bila diperlukan cetakan kertas baik oleh pihak penjual
dan/atau pihak pembeli, e-Faktur dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan.
e-Faktur ditandatangani secara elektronik sehingga tidak disyaratkan lagi
untuk ditandatangani secara basah oleh pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh
Pengusaha Kena Pajak.
e-Faktur menggunakan mata uang Rupiah.
Contoh e-Nofa
Contoh e-Faktur
FP Pengganti atas FP Salah dalam
Pengisian/Penulisan
( PMK 151/PMK.03/2013 jo. PER-24/PJ/2012)
1. Atas FP yang salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan sehingga
tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar, PKP yang
menerbitkan FP tersebut dapat menerbitkan FP pengganti.
2. FP Pengganti tetap menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yang sama dengan
Nomor Seri FP yang diganti. Sedangkan tanggal FP Pengganti diisi dengan
tanggal pada saat FP Pengganti dibuat.
3. Kode Status pada Kode FP Pengganti adalah Kode Status 1 (satu).
4. Pada FP Pengganti dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor
Seri FP serta tanggal FP yang diganti.
5. Penerbitan FP Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk
membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak terjadinya kesalahan
pembuatan FP tersebut.
6. FP Pengganti dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa Pajak yang sama
dengan Masa Pajak dilaporkannya FP yang dilakukan penggantian dengan
mencantumkan nilai dan/atau keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya setelah penggantian.
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
PER-24/PJ./2012
Saat penyerahan BKP dan/atau JKP .
SAAT PEMBAYARAN
• SAAT PENYERAHAN BKP/JKP; [ Pasal 11 ayat (2) ]
• SAAT IMPOR BKP;
• SAAT PEMANFAATAN BKP
TDK BERWUJUD / JKP DARI
LUAR DAERAH PABEAN; APABILA PEMBAYARAN
DITERIMA SEBELUM
• EKSPOR BKP/JKP [Pasal 11 (1)].
TERJADINYA:
• PENYERAHAN BKP DAN ATAU JKP;
• PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD /
JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN DI
DLM DRH PABEAN.
3. Ekspor Jasa Kena Pajak terjadi pada saat Penggantian atas jasa
yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau
penghasilan.
TEMPAT TERUTANG PPN
( PASAL 12 UU PPN )
PEMANFAATAN
BKP TDK BERWUJUD/
PKP IMPOR JKP DARI LUAR
DAERAH PABEAN
• KEGIATAN PENYERAHAN BKP / JKP UNTUK SEMUA TEMPAT KEGIATAN USAHA HANYA
DILAKUKAN OLEH SATU ATAU LEBIH TEMPAT KEGIATAN USAHA;
• ADM. PENJUALAN & KEUANGAN DISELENGGARAKAN TERPUSAT PADA SATU ATAU LEBIH
TEMPAT KEGIATAN USAHA;
• FAKTUR PAJAK & FAKTUR PENJUALAN DIBUAT OLEH PUSAT
Faktur Pajak Gabungan
2. PKP PE wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP / JKP, berupa :
a. bon kontan,
b. faktur penjualan,
c. segi cash register,
d. karcis,
e. kuitansi, atau
f. tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang sejenis
FP untuk PKP PE (Pedagang Eceran)
( PMK 151/PMK.03/2013 jo. PER-58/PJ/2010 ) lanjutan...
3. Faktur Pajak PKP PE paling sedikit harus memuat keterangan :
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP/JKP;
b. jenis BKP/JKP yang diserahkan;
c. jumlah Harga Jual/Penggantian yang sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai
atau besarnya Pajak Pertambahan Nilai dicantumkan secara terpisah;
d. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; dan
e. kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.
Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, dan benar.
Kode dan nomor seri Faktur Pajak dapat berupa nomor nota, kode nota, atau
ditentukan sendiri oleh PKP PE.
KESALAHAN:
PER-24/PJ./2012
TERLAMBAT Jika terlambat lebih dari
2% X DPP PPN MEMBUAT FAKTUR 3 bulan tidak dianggap
sbg FP
PAJAK
DILARANG MEMBUAT
FAKTUR PAJAK
DLM HAL FAKTUR
PAJAK TELAH DIBUAT
PAJAK YG TERCANTUM
DLM FAKTUR PAJAK
HARUS DISETORKAN
KE
KAS NEGARA
RETUR BKP
( PASAL 5A UU PPN )
PENYERAHAN BKP
A
YANG
PPN DAN PPn.BM T
DIKEMBALIKAN
A
S
MENGURANGI
PAJAK
MASUKAN
PM YG TERKAIT PENGKREDITAN PM
DG PENYERAHAN DIATUR DENGAN
YG TERUTANG PPN PMK 78/PMK.03/2010 sttd.
DAPAT DIKREDITKAN PMK 135/PMK.011.2014
PM YG TELAH DIKREDITKAN HARUS
DIHITUNG KEMBALI PADA AKHIR THN
BUKU
PENGKREDITAN PM PADA
MASA PAJAK TIDAK SAMA
PASAL 9 AYAT (9)
PAJAK MASUKAN
DAPAT DIKREDITKAN
PADA MASA PAJAK
BERIKUTNYA
SELAMBATNYA 3 BULAN
SETELAH BERAKHIRNYA
MASA PAJAK
Kategori PKP
Dibagi Menjadi Tiga kategori, yaitu
• PKP Berisiko Rendah (Pasal 9 ayat (4c) UU PPN)
• PKP Kriteria Tertentu (yaitu WP dengan kriteria
tertentu yang dinyatakan dalam Pasal 17C UU
KUP) dan
• PKP Yang Memenuhi Persyaratan Tertentu (yaitu
WP dengan persyaratan tertentu yang dinyatakan
dalam Pasal 17D UU KUP).
Pengembalian Pendahuluan
untuk PKP Risiko Rendah
Pasal 9 ayat (4c) UU PPN jo PMK 39/PMK.03/2018
1. PKP meliputi:
a. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
b. BUMN dan BUMD;
c. PKP yang ditetapkan sebagai Mitra Utama Kepabeanan sesuai dengan ketentuan
dalam PMK;
d. PKP yang ditetapkan sebagai Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized Economic
Operator) sesuai dengan ketentuan dalam PMK;
e. Pabrikan atau produsen selain PKP huruf a sd. huruf d, yang memiliki tempat untuk
melakukan kegiatan produksi;
f. Pedagang Besar Farmasi yang memiliki:
1) Sertifikat Distribusi Farmasi atau Izin PBF sesuai dengan ketentuan; dan
2) Sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik sesuai dengan ketentuan;
g. Distributor Alat Kesehatan yang memiliki:
1) Sertifikat Distribusi Al-Kes atau Izin Penyalur Al-Kes sesuai dgn ketentuan; dan
2) Sertifikat Cara Distribusi Al-Kes yang Baik sesuai dgn ketentuan; Atau
h. Perusahaan yang dimiliki secara langsung oleh BUMN dengan kepemilikan saham
lebih dari 50% yang laporan keuangannya dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan BUMN induk sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penetapan PKP Berisiko Rendah
PMK 39/PMK.03/2018 sttd. PMK 117/PMK.03/2019 lanjutan..
2. PKP telah menyampaikan SPT Masa PPN selama 12 (dua belas) bulan terakhir;
3. PKP tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan; dan
4. PKP tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih
bayar paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), yg memenuhi syarat
a. tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan; dan
b. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
diperlakukan sebagai PKP Berisiko rendah, dengan ketentuan :
a. PKP dimaksud tidak perlu menyampaikan permohonan penetapan; dan
b. DJP tidak menerbitkan keputusan penetapan secara jabatan sebagai PKP
Berisiko Rendah.
PKP Kriteria Tertentu
Pasal 17C UU KUP
• Tepat waktu dalam menyampaikan SPT;
• Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis
pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh
izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
• Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau
lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan
pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut; dan
• Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terakhir.
7. PM yang wajib dibayar kembali oleh PKP yang mengalami keadaan gagal
berproduksi sebesar PM yang telah dikreditkan dan telah diberikan
pengembalian.
8. Pembayaran kembali PM dilakukan dengan menggunakan SSP dengan
mencantumkan keterangan "Pembayaran kembali Pajak Masukan atas
impor dan/atau perolehan Barang Modal yang telah dikreditkan dan
telah diberikan pengembalian".
Disetorkan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah keadaan
gagal berproduksi
Dilaporkan pada masa pajak dilakukan pembayaran.
Perlakuan dan tambahan jangka waktu
setelah batas waktu gagal berproduksi
PMK 31/PMK.03/2014
9. PM atas perolehan dan/atau impor Barang Modal setelah batas waktu keadaan gagal
berproduksi (sbgmn dimaksud nomor 6) terlewati, dapat dikreditkan.
a. PM yang dikreditkan dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau
dimintakan pengembalian.
b. Apabila batas waktu keadaan gagal berproduksi (sbgmn nomor 6) terlewati, atas PM
yang telah dikreditkan dan belum dimintakan pengembalian, dapat
dikompensasikan atau dimintakan pengembalian pada masa pajak berikutnya.
c. Kompensasi atau permohonan pengembalian kelebihan Pajak Masukan tersebut
hanya dapat dilakukan sampai dengan jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
setelah masa pajak keadaan gagal produksi (sbgm nomor 6) terlewati.
d. Kelebihan PM yang telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali apabila
sampai dengan batas waktu 2 (dua) tahun PKP tidak melakukan penyerahan
dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP yang berasal dari hasil produksinya sendiri.
e. Kelebihan PM tidak dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau
dimintakan pengembalian dalam hal:
setelah berakhirnya jangka waktu 2 tahun masih terdapat kelebihan PM; dan
PKP tidak melakukan penyerahan dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP yang
berasal dari hasil produksinya sendiri sampai batas waktu 2 tahun berakhir.
Keadaan Kahar/Force Majeure dan Sanksi
PMK 31/PMK.03/2014
Keadaan Kahar/Force Majeure
10. PKP tidak wajib membayar kembali PM atas impor dan/atau perolehan Barang
Modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian, dalam hal
gagal berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab lain di luar
kekuasaan PKP (keadaan kahar atau force majeure) terdiri dari peperangan,
kerusuhan, revolusi, pemogokan, kebakaran, dan bencana lainnya, yang harus
dinyatakan oleh pejabat/instansi yang berwenang.
Sanksi
11. Terhadap PKP yang melakukan pembayaran kembali restitusi diterbitkan Surat
Tagihan Pajak atas sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (5) UU KUP.
Dalam hal PKP tidak melakukan kewajiban pembayaran kembali restitusi
maka diterbitkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (1) huruf g UU KUP, terdiri dari PM dan ditambah sanksi adm.
berupa bunga Pasal 14 ayat (5) UU KUP.
12. DJP berwenang melakukan pemeriksaan dan mencabut pengukuhan PKP yang
gagal berproduksi.
Pengembalian PPN
Barang Bawaan Turis Asing
Pengembalian PPN Barang Bawaan Turis Asing
Pasal 16E UU PPN jo. PMK 120/PMK.03/2019
Saat
Terutang setiap bulan.
Terutang
Saat terutangnya dimulai sejak dilakukannya kegiatan membangun
sendiri secara fisik seperti penggalian fondasi, pemasangan tiang
pancang atau kegiatan fisik lainnya.
Besarnya PPN terutang setiap bulan adalah dengan mengalikan tarif 2%
dengan jumlah pengeluaran setiap bulan.
Sifat Pengenaan
PPN atas kegiatan membangun sendiri tidak dapat
dikreditkan. Begitu pula dengan PPN yang dibayar
sehubungan dengan perolehan materialnya.
Sebab tarif efektif sebesar 2% sudah memperhitungkan
Pajak Masukan dalam pengenaan Pajaknya.
Penyetoran PPN
Penyetoran dilakukan oleh orang pribadi atau badan
(tidak harus PKP) yang melakukan kegiatan
membangun bangunan ke kantor kas negara dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir
Tempat Terutang & Pelaporan KMS
WP yang melakukan kegiatan membangun sendiri harus
melaporkan pelunasan PPN yang dilakukannya di tempat
pajak terutang yaitu pada KPP yang wilayahnya meliputi
lokasi di mana kegiatan membangun sendiri bangunan
dilakukan.
Pelaporan harus dilakukan paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Bagi non PKP
setoran dg validasi NTPN mk dianggap lapor pd tgl validasi.
Dalam hal WP yang melakukan kegiatan membangun
sendiri adalah PKP maka PPN kegiatan membangun sendiri
dilaporkan dalam SPT Masa PPN paling lambat akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
( PMK 9/PMK.03/2018 )
Teguran, Pemeriksaan & Penetapan Pajak
1. Bila orang pribadi atau badan tidak melakukan kewajiban
penyetoran PPN serta tidak melaporan kegiatan tersebut, Kepala
KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat bangunan
didirikan dapat mengeluarkan surat teguran
2. Bila dalam jangka waktu 14 hari sejak diterbitkannya surat
teguran, orang pribadi atau badan belum menyetor dan
melaporkan PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri,
Kepala KPP Pratama dapat melakukan pemeriksaan pajak untuk
menetapkan besarnya PPN terutang atas kegiatan membangun
sendiri tersebut.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Kepala KPP menerbitkan SKP
atas besarnya PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri.
4. Dalam hal orang pribadi atau badan belum memiliki NPWP,
Kepala KPP Pratama menerbitkan NPWP secara jabatan sesuai
ketentuan yang berlaku.
5. Dalam hal orang pribadi atau badan yang telah memiliki NPWP
namun berbeda dengan tempat bangunan didirikan, Kepala KPP
Pratama secara jabatan menerbitkan NPWP sebagai cabang sesuai
ketentuan yang berlaku.
Ringkasan
No. Perihal Uraian
1. Objek Pajak Kegiatan membangun sendiri, termasuk kegiatan membangun
sendiri di tanah kavling realestat.
2. Subjek Pajak Orang pribadi atau badan, bisa PKP atau Non PKP
3. Tarif dan DPP 10% X 20% X jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau yang
dibayarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
4. Saat terutang Terutang setiap bulan sejak saat dimulainya kegiatan
membangun sendiri secara fisik seperti penggalian fondasi,
pemasangan tiang pancang, atau kegiatan fisik lainnya.
5. Tempat Terutang Tempat bangunan tersebut didirikan.
DIKENAKAN
SEKALI
PENYERAHAN IMPOR
BKP MEWAH BKP MEWAH
DI DALAM
DAERAH PABEAN
OLEH PENGUSAHA
YANG MENGHASILKAN
BKP MEWAH DALAM LINGKUNGAN
PERUSAHAAN
DAN PEKERJAANNYA
Latar Belakang PPn BM
• Mengurangi sifat regresi PPN (tidak
membedakan tingkat kemampuan
konsumen);
• Megurangi sifat konsumtif;
• Melindungi produsen DN dari produk impor;
• Tuntutan penerimaan negara.
Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
Pasal 5 UU PPN:
Di samping pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 4,
dikenakan juga Pajak Penjualan Atas Barang Mewah terhadap:
a. Penyerahan BKP yg tergolong mewah yg dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan BKP yg tergolong mewah tsb
di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya;
b. Impor BKP yg tergolong mewah.
Pengertian “menghasilkan” ada dalam memori penjelasan
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU PPN.
Pasal 8 UU PPN:
Tarif PPn BM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%
Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenakan pajak dg tarif 0%.
List dan tarif BKP yg ditetapkan tergolong mewah, lihat
PMK No. 35/PMK.010/2017 sttd. PMK No. 86/PMK.010/2019 untuk BKP non Kendaraan
PMK No. 64/PMK.011/2014 sttd. PMK No. 33/PMK.010/2017 untik BKP Kendaraan
Pemungut PPN atau
PPN dan PPnBM
Pemungut PPN atau PPN dan PPnBM
1. Instansi Pemerintah (PMK 231/PMK.03/2019)
2. Kontraktor Kontrak Kerja Sama Pengusahaan
Minyak Dan Gas Bumi dan Kontraktor / Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya
Panas Bumi (PMK 73/PMK.03/2010)
3. BUMN (PMK 85/PMK.03/2012 sttd PMK 136/PMK.03/2012)
4. Badan Usaha Tertentu (PMK 37/PMK.03/2015)
Catatan :
Peraturan Bendahara Pemerintah sebagai pemungut PPN dihapus
per 1 April 2020 digantikan oleh Instansi Pemerintah (PMK 231/PMK.03/2019)
(termasuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara)
Pemungut PPN atau PPN dan PPnBM
1. Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah, dan
instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
1. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan.
2. Badan usaha tertentu ditunjuk sebagai pemungut PPN dan/atau PPnBM, meliputi :
a. badan usaha milik negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah berlakunya
Peraturan Menteri ini, dan restrukturisasi tersebut dilakukan melalui pengalihan saham milik negara
kepada badan usaha milik negara lainnya;
b. badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah
yaitu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan
Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh badan usaha milik negara yaitu PT
Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen
Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT
Kimia Farma Apotek, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT
Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, Bank Syariah Mandiri,
Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah.
Dikecualikan dari Pemungutan
KKKSP Migas/Kontraktor Sumber Daya Panas Bumi /
No. Instansi Pemerintah BUMN /
Badan Usaha Tertentu
1 pembayaran paling banyak Rp 2 juta tidak termasuk jumlah PPN pembayaran paling banyak Rp 10 juta termasuk jumlah PPN
dan/atau PPnBM dan tidak dipecah-pecah dan/atau PPnBM dan tidak dipecah-pecah
2 pembayaran dengan kartu kredit pemerintah atas belanja Instansi
-
Pemerintah Pusat
3 pembayaran untuk pengadaan tanah -
4 pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar
bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero) bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero)
5 pembayaran atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan
pembayaran atas rekening telepon
telekomunikasi
6 pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh
perusahaan penerbangan perusahaan penerbangan
7 pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg mendapat pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg mendapat
fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan
8 pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yg
-
tidak dikenai PPN dan/atau PPnBM
Pembuatan FP, Penyetoran dan Pelaporan
Pembuatan Faktur Pajak :
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP
Bagi Instansi Pemerintah :
FP dibuat pada saat menyampaikan tagihan kepada Instansi Pemerintah berdasarkan
dokumen penagihan, untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
Pemungutan PPN dan/atau PPnBM dilakukan pada saat pembayaran dengan cara
pemotongan secara langsung dari tagihan PKP Rekanan Pemerintah
Bagi Pemungut selain Instansi Pemerintah, FP dibuat pada saat :
a. Penyerahan BKP/JKP
b. Penerimaan pembayaran dalam hal terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP
c. Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagai tahap pekerjaan
Saat pembuatan FP tersebut sekaligus menjadi saat pemungutan PPN.
Penyetoran :
PPN dan/atau PPnBM yang dipungut oleh Instansi Pemerintah sebagai Pemungut PPN, harus
disetor paling lama 7 hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran kepada PKP Rekanan
Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
PPN dan/atau PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN yang ditunjuk selain
Instansi Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir
Pelaporan :
Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah dipungut, ke KPP
tempat pemungut PPN terdaftar, paling lama akhir bulan berikut setelah masa pajak berakhir
Pelaporan menggunakan SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN
BARANG PERTANIAN TERTENTU – NILAI LAIN
Penyerahan kepada Pemungut
Atas penyerahan barang hasil pertanian tertentu
yang menggunakan Nilai Lain kepada badan usaha
industri yang melakukan pengolahan barang hasil
pertanian, perkebunan, dan kehutanan dilakukan
pemungutan PPN.
Badan usaha industri yang melakukan pengolahan
barang hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan
yang memperoleh barang hasil pertanian tertentu
dari PKP yang dalam penyerahannya menggunakan
Nilai Lain sebagai DPP
ditunjuk sebagai pemungut PPN.
( PMK 89/PMK.010/2020 mulai berlaku 27 Juli 2020 )
Fasilitas PPN Tidak Dipungut /
PPN Dibebaskan
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAU
DIBEBASKAN
PASAL 16B
FAKTUR PAJAK
Faktur pajak harus diberikan keterangan
“PPN TIDAK DIPUNGUT SESUAI PP TEMPAT PENIMBUNAN
BERIKAT”
Persetujuan dari Bea Cukai