UU No.36/2008
3
PPh Pasal 21/26
Identifikasi
4
Transaksi Pemotong
Identifikasi PPh Pasal 21/26
Penghasilan
Pemotong Penerima Penghasilan
5
Transaksi Pemotong
Identifikasi PPh Pasal 21/26
6
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
7
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
Pegawai
• Orang pribadi
Pegawai Tetap
• Bekerja pada pemberi kerja
• Berdasarkan
perjanjian/kesepakatan kerja
(tertulis/lisan) • Pegawai menerima • Hanya menerima
• Melaksanakan suatu penghasilan dalam jumlah penghasilan bila bekerja
pekerjaan tertentu secara teratur • menurut jumlah hari
• Memperoleh imbalan • Termasuk anggota dewan bekerja
• Berdasarkan periode komisaris & dewan • Menurut jumlah unit hasil
tertentu, penyelesaian pengawas pekerjaan
pekerjaan atau ketentuan • Termasuk Pegawai yang • Menurut penyelesaian
lain bekerja menurut kontrak suatu pekerjaan
• Termasuk yang melakukan dalam jangka waktu
pekerjaan dalam jabatan tertentu
Pegawai Tidak
Negeri
Tetap/Tenaga Kerja
Lepas
Pegawai
8
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
Orang pribadi
Selain pegawai tetap & pegawai tidak tetap (tenaga kerja lepas)
9
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
Jenis
Bukan: Pegawai (2)
• Tenaga ahli melakukan pekerjaan bebas: pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai &
aktuaris
• Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis & seniman lainnya.
• Olahragawan
• Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh & moderator
• Pengarang, Peneliti & Penerjemah
• Pemberi jasa dalam segala bidang : teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika,
fotografi, ekonomi & sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
• Agen iklan
• Pengawas/pengelola proyek
• Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/yang menjadi perantara
• Petugas penjaja barang dagangan
• Petugas dinas luar asuransi
• Distributor MLM/direct selling & kegiatan sejenis lainnya
10
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
11
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
Orang pribadi
Mantan Pegawai
12
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan
13
Menurut Golongan
Jenis Penghasilan Penerima
Penerima Jenis Penghasilan
Pegawai Tetap Penghasilan teratur & tidak teratur
Pegawai Tidak Tetap / Tenaga Kerja Lepas Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah
yang dibayarkan secara bulanan
Penerima Pensiun Uang pensiun, penghasilan sejenisnya
Pihak Yang Terkena PHK Uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT/JHT, pembayaran lain
sejenis (diterima sekaligus)
Bukan Pegawai Honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenis
Anggota Dewan Komisaris/Pengawas yg Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
tdk merangkap sbg Peg. Tetap pada teratur
perusahaan yang sama
Mantan Pegawai Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur
Peserta Kegiatan Uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah/penghargaan, imbalan sejenis
Peserta Program Pensiun yang masih Penghasilan berupa penarikan dana pensiun dari dana pensiun yang
berstatus sebagai pegawai pendiriannya telah disahkan oleh MenKeu
14
dan Kenikmatan
Natura Sebagai Penghasilan
15
Dalam mata uang
Penghasilan asing
16
Bukan Objek
Penghasilan PPh Pasal 21
• Klaim dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa
• Zakat yang diterima orang pribadi dari badan yang dibentuk dan disahkan
pemerintah
17
penghasilan
Penerima Tidak Ber-NPWP
18
Tempat Terutang
Saat dan PPh Pasal 21/26
Saat Terutang
Tempat Terutang
19
MEKANISME PEMOTONGAN
PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP
Unsur-Unsur Penghitungan
Teknis Penghitungan dan Contoh
Penghitungan
Unsur – Unsur
Penghasilan Teratur
Penghasilan Teratur
21
Penghitungan
Unsur – Unsur
22
Penghitungan
Unsur – Unsur
Penghasilan Teratur
23
Penghitungan
Unsur – Unsur
Biaya Jabatan
24
Penghitungan
Unsur – Unsur
Iuran Pensiun/JHT/THT
25
Penghitungan
Unsur – Unsur
Iuran Pensiun dan Premi Asuransi (1)
1. DITANGGUNG PERUSAHAAN
2. DITANGGUNG KARYAWAN
26
Perhitungan
Unsur – Unsur
Iuran Pensiun dan Premi Asuransi (2)
Ditanggung Ditanggung
BPJS Pemberi Kerja Karyawan
Penambah Pengurang
Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto
BPJS Kesehatan √ X
27
Perhitungan
Unsur – Unsur
PTKP (1)
BESARAN (Rp)
01 Jan 2015 s.d. 31 Des 2015 Mulai 1 Jan 2016 s.d Sekarang
Diri WP 36.000.000 54.000.000
Status Kawin 3.000.000 4.500.000
Tanggungan @3.000.000 @4.500.000
(maks. 3 orang)
28
Penghitungan
Unsur – Unsur
PTKP (2)
29
Penghitungan
Unsur – Unsur
30
Penghitungan
Unsur – Unsur
Tarif PPh Pasal 17
BESARAN (Rp)
Penghasilan NPWP Tidak NPWP
Lapisan 1 0 – 50 Juta 5% 6%
Lapisan 2 > 50 Juta – 250 Juta 15% 18%
Lapisan 3 > 250 Juta – 500 Juta 25% 30%
Lapisan 4 > 500 Juta 30% 36%
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak Rp 560 juta, maka PPh 21 Terutang adalah:
NPWP Tidak NPWP
• 50 juta x 5% = Rp 2.500.000 • 50 juta x 6% = Rp 3.000.000
• 200 juta x 15% = Rp 30.000.000 • 200 juta x 18% = Rp 36.000.000
• 250 juta x 25% = Rp 62.500.000 • 250 juta x 30% = Rp 75.000.000
• 60 juta x 30% = Rp 18.000.000 • 60 juta x 36% = Rp 21.600.000
= Rp 113.000.000 = Rp 135.600.000
31
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Gambaran Umum
PPh 21 dihitung berdasarkan Perkiraan PPh 21 dihitung dari selisih antara PPh yang
Penghasilan Neto yang akan diterima selama terutang atas seluruh penghasilan kena pajak
setahun, dengan ketentuan: selama setahun dengan PPh yang telah dipotong
masa-masa sebelumnya
Penghasilan teratur sebulan dikali 12,
Ditambah dengan jumlah penghasilan yang
cfm.Pasal 14 (5) PER -16/PJ/2016
bersifat tidak teratur. (jika ada)
• Kewajiban subjektif sudah ada awal tahun • Kewajiban subjektif sudah ada awal tahun
• Telah bekerja pada/sebelum awal tahun • Baru bekerja setelah awal tahun
• Gaji seminggu : x 4 • Gaji seminggu : x 4
• Gaji sehari : x 26 • Gaji sehari : x 26
33
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Penghasilan Teratur (2)
PKP XXX
34
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Penghasilan Tidak Teratur
Dikurangi XXX -
PKP XXX
35
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
dikurangi
36
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Berhenti bekerja sebelum bulan Desember
37
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
• Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum
B. adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh Pasal 21
• PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung
C. kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan
• PPh Pasal 21 terutang atas tambahan gaji adalah selisih antara jumlah pajak
D. yang dihitung kembali dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong.
38
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 1 : Penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan tetap dengan Iuran Pensiun
Contoh Soal : Slamet bekerja pada PT. Sabar Subur dengan gaji sebulan sebesar Rp.5.500.000, dan membayar iuran
pensiun (pada perusahaan dana pensiun yang telah disahkan oleh Menkeu) sebesar Rp.100.000.
Status Slamet adalah K/0 dan mulai bekerja sejak 1 Januari 2012.
Pada bulan Juli 2018, penghasilan Slamet hanya dari gaji. Berapa penghitungan PPh Pasal 21 pd bln
Juli 2018 ?
Gaji Sebulan Rp 5. 500.000
Pengurang:
1. Biaya Jabatan Rp 275.000
(5% x 5.500.000)
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
Rp 375.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 5.125.000
Penghasilan Netto Setahun
(12 x 5.125.000) Rp 61.500.000
PTKP (K/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 3.000.000
39
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 2 : Penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan
tetap dengan Iuran Pensiun dan BPJS
Gaji Sebulan Rp 7.000.000
Contoh Soal : Premi JKK (0,24%) Rp 16.800
Bonar bekerja pada PT. Apus Apus, menikah Premi JKM (0,3%) Rp 21.000
dengan 1 anak, memperoleh gaji sebulan Premi BPJS Kesehatan (4%) Rp 280.000
Rp.7.000.000,- Perusahaan mengikuti program Penghasilan Bruto Rp 7.317.800
BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Premi Pengurang:
Jaminan Kematian (JKM) dibayar oleh 1. Biaya Jabatan Rp 365.890
perusahaan dengan jumlah masing-masing 2. Iuran Pensiun Rp 50.000
0,24% dan 0,30% dari gaji. Perusahaan 3. Iuran JHT Rp 140.000
menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT) Rp 555.890
setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Penghasilan Netto Sebulan Rp 6.761.910
Bonar membayar sendiri iuran JHT sebesar 2% Penghasilan Netto Setahun Rp 81.142.920
dari gaji setiap bulan. Premi BPJS Kesehatan
dibayar oleh Perusahaan sebesar 4% dan PTKP (K/1)
dibayar oleh Bonar sebesar 1% tiap bulannya. 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Perusahaan membayar iuran pensiun untuk
3. Tambahan 1 Anak Rp 4.500.000
Bonar ke dana pensiun yang pendiriannya telah
Rp 63.000.000
disahkan oleh menteri keuangan setiap bulan
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 18.142.920
sebesar Rp.100.000,-, sedangkan Bonar
membayar iuran pensiun sendiri sebesar Rp. Pembulatan Rp 18.142.000
50.000,-. Pada April 2018 Bonar hanya
menerima pembayaran berupa gaji. Berapa PPh 21 Terutang (5% x 18.142.000) Rp 907.100
penghitungan PPh 21 Bonar pada bulan April
2018 ? PPh 21 Bulan April 2018 (1/12 x 907.100) Rp 75.592
40
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 3 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang rapel
41
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 3 (2) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang rapel
PTKP (K/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 14.400.000
42
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Lanjutan:
PPh 21 Oktober?
PPh 21 atas Rapel
43
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh soal:
Ajik Prayoga (tidak kawin) bekerja pada PT Roda Berputar dengan memperoleh gaji sebesar Rp 5.000.000,00 sebulan.
Pada bulan Oktober 2018 Ajik Prayoga memperoleh bonus sebesar Rp 5.000.000,00 sehingga pada bulan Oktober
2018 Ajik Prayoga memperoleh penghasilan berupa gaji sebesar Rp 5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp 5.000.000,00.
Setiap bulannya Ajik Prayoga membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar Rp 100.000,00. Hitung PPh 21 atas bonus !
44
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 4 (2) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur
Step 1 : hitung PPh 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun) Step 2 : hitung PPh 21 atas Gaji saja (penghasilan setahun)
Gaji Setahun (12 x 5.000.000) Rp 60.000.000 Gaji Setahun (12 x 5.000.000) Rp 60.000.000
Bonus Rp 5.000.000 Bonus Rp -
Penghasilan Bruto Setahun Rp 65.000.000 Penghasilan Bruto Setahun Rp 60.000.000
Pengurang: Pengurang:
1. Biaya Jabatan Setahun Rp 3.250.000 1. Biaya Jabatan Setahun Rp 3.000.000
2. Iuran Pensiun Setahun Rp 1.200.000 2. Iuran Pensiun Setahun Rp 1.200.000
Rp 4.450.000 Rp 4.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000 Penghasilan Netto Setahun Rp 55.800.000
PTKP (TK/0)
PTKP (TK/0)
- Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
- Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
Step 3 : hitung PPh 21 atas Bonus : Rp. 327.500 - Rp. 90.000 = 237.500
PPh 21 bulan Oktober 2018 ??
45
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 5 : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai yang kewajiban pajak
subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri sudah ada
sejak awal tahun kalender tetapi baru bekerja pada pertengahan tahun
Gaji Rp 16.000.000
Contoh soal:
Pengurang:
Acep Rahman bekerja pada PT Alon 1. Biaya Jabatan
Kelakon sebagai pegawai tetap sejak 1 (5% x 16.000.000) = 800.000
September 2018. Acep Rahman menikah diperkenankan Rp 500.000
tetapi belum punya anak. Gaji sebulan
2. Iuran Pensiun Rp 150.000
adalah sebesar Rp 16.000.000,00 dan
Rp 650.000
iuran pensiun yang dibayar tiap bulan Penghasilan Netto Sebulan Rp 15.350.000
sebesar Rp 150.000,00. Acep Rahman Penghasilan Netto Setahun
hanya memperoleh penghasilan berupa (4 x 15.350.000) Rp 61.400.000
gaji.
PTKP (K/0)
Hitung PPh Pasal 21 untuk bulan
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
September 2018 ! 2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 2.900.000
Pembulatan Rp 2.900.000
46
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh soal:
Rondi Sapuji yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Kaliurang Jaya di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Juli
2018, yang bersangkutan berhenti bekerja di PT Kaliurang Jaya.
Gaji Rondi Sapuji setiap bulan sebesar Rp 8.000.000,00 dan yang bersangkutan membayar iuran pensiun kepada Dana
Pensiun yang pendiriannya telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan sejumlah Rp 100.000,00 setiap bulan.
Selama bekerja di PT Kaliurang Jaya, Rondi Sapuji hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.
47
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 6 (2) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Yang Masih
Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
Penghitungan PPh 21 yang dipotong setiap bulan :
Gaji Rp 8.000.000
Pengurang:
1. Biaya Jabatan
(5% x 8.000.000) Rp 400.000
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
Rp 500.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 7.500.000
Penghasilan Netto Setahun
(12 x 7.500.000) Rp 90.000.000
PTKP (TK/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
48
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 6 (3) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Yang Masih
Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
Penghitungan PPh 21 pada Masa Pajak Terakhir (Juni 2018)
49
METODE PEMOTONGAN PPh
21 PEGAWAI TETAP
Gross Method
Net Method
Gross Up Method
Mixed Method
METODE Pemotongan PPh 21
Pegawai Tetap
Gross method
Metode dimana pemberi kerja melakukan pemotongan PPh Pasal 21 langsung dari
penghasilan karyawan.
Net method
Metode dimana PPh Pasal 21 yang terutang oleh karyawan ditanggung oleh
pemberi kerja dalam bentuk benefit in kind.
Defnisi
Gross up method
Metode dimana pemberi kerja memberikan tunjangan pajak atas seluruh
penghasilan yang diterima oleh karyawan.
Mixed method
Metode dimana pemberi kerja hanya memberikan tunjangan pajak atas beberapa
jenis penghasilan saja.
51
GROSS Method (1)
52
GROSS Method
Ilustrasi
(2)
53
NET Method (1)
Dengan metode ini penghasilan yang diterima karyawan dapat diterima secara
utuh tanpa adanya pengurangan PPh Pasal 21, kecuali jika perusahaan hanya
menanggung sebagian.
54
NET Method
Ilustrasi
(2)
55
GROSS UP Method (1)
Tunjangan Pajak
Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Flat (Flat Method) biasanya
akan berbeda dengan PPh Pasal 21 yang sesungguhnya harus dipotong.
56
GROSS UP Method (2)
Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Gross up atau dikenal dengan
Metode Gross up (Gross up Method) akan sama dengan PPh Pasal 21 yang
sesungguhnya. Metode gross up memberikan tunjangan pajak sebesar 100%
dari PPh yang harus dipotong. Dalam praktek, tunjangan pajak biasanya
diberikan dengan metode gross up.
Istilah gross up sendiri sebenarnya tidak dikenal dan tidak disebutkan secara
eksplisit diberbagai peraturan perpajakan secara formal. Gross up pada
dasarnya hanya berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.
57
GROSS UP Method (3)
58
GROSS UP Method
Ilustrasi
(4)
Gaji 5.000.000
Tunjangan Pajak 33.883
Tunjangan Transport 250.000
Tunjangan Komunikasi 250.000 INCOME DEDUCTION
Lembur -
Premi Asuransi 21.600 +
Gaji 5.000.000 Premi Asuransi 21.600
Penghasilan Bruto Sebulan 5.555.483 Tunjangan Pajak 33.883 Cicilan Pinjaman -
Biaya Jabatan 377.774 Tunjangan Transport 250.000 PPh 21 33.883
Iuran Pensiun, THT/JHT 100.000 + Tunjangan Komunikasi 250.000
Jumlah Pengurangan 377.774 Lembur -
Premi Asuransi 21.600
Penghasilan Neto Sebulan 5.177.709 Total Income 5.555.483 Total Deduction 55.483
59
MIXED Method (1)
Sama halnya dengan metode gross up, metode mixed pada dasarnya hanya
berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Tidak ada standar baku,
perusahaan dapat membuat beberapa alternatif penghitungan metode
mixed yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
60
MIXED Method (2)
61
MIXED Method
Kasus
(3)
PPh 21
ditanggung
Mendapatkan : karyawan
PT Ortax PPh Pasal 21
ditanggung
Perusahaan di bidang
Perusahaan - Gaji
penjualan software
komputer
marketing
- Tunjangan-tunjangan
- Insentif Penjualan
62
MIXED Method
Ilustrasi
(4)
Status: TK/0
Insentif Penjualan
63
METODE PENYETAHUNAN
Forecast
Weighted average
METODE Penyetahunan
Forecast
Forecast
65
METODE Penyetahunan Weighted Average (1)
66
METODE Penyetahunan
Ilustrasi
Weighted Average (2)
Status : K3
PMK No 162/PMK.011/2012
• Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Neto X
(estimasi masa kerja/realisasi masa kerja)
Awal bulan ; penghitungan
9.200.000 X (12/2) = 55.200.000
sama dengan forecast • PPh 21 sebulan = PPh 21 Setahun X (realisasi
masa kerja/ estimasi masa kerja)
1.140.000 X (2/12) = 190.000
67
Pengelolaan PPh 21
Komprehensif (Lanjutan)
Kondisi Subjektif
Kewajiban pajak subjektif
dan objektifnya sudah ada
pada awal tahun
Kewajiban pajak subjektif
sudah ada pada awal tahun
namun kewajiban pajak
objektifnya baru ada setelah
awal tahun
Kewajiban pajak subjektif
dan objektif baru ada
setelah awal tahun, atau
kewajiban pajak
subjektifnya berakhir
sebelum akhir tahun
KONDISI Subjektif (1)
Untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu bulan terlebih
dahulu kita harus mencari jumlah penghasilan netto setahun atau
disetahunkan.
Hal tersebut perlu dilakukan karena PTKP khususnya untuk penghitungan PPh
Pasal 21 terutang pegawai tetap dihitung selama setahun. Hak atas PTKP
sebanding dengan kewajiban pajak subjektif yang dimiliki oleh orang pribadi.
69
KONDISI Subjektif (2)
70
Pajak Subjektif dan Objektifnya
KEWAJIBAN Sudah ada pada awal tahun
Antara Lain :
Pegawai Tetap pindahan dari Pusat atau Cabang lainnya atau pindahan dari
perusahaan yang berbeda (membawa Formulir 1721 A1)
Pegawai tetap dengan kondisi ini diasumsikan akan terus berada di Indonesia dan
bekerja sampai akhir tahun meskipun realisasinya belum tentu demikian. Dengan
asumsi tersebut maka kewajiban pajak subjektifnya dianggap satu tahun penuh
sehingga berhak atas PTKP sebagai pengurang yang juga setahun penuh.
71
Pajak subjektif sudah ada pada awal tahun namun
KEWAJIBAN kewajiban pajak objektifnya baru ada setelah awal tahun
Termasuk pegawai tetap yang sebelumnya bekerja di perusahaan lain namun tidak
membawa Bukti Potong 1721 –A1
72
pajak subjektif dan objektif baru ada setelah awal tahun,
KEWAJIBAN atau kewajiban pajak subjektifnya berakhir sebelum akhir tahun
Antara Lain :
73
Tetap yang Bekerja Satu Tahun Penuh
Pegawai Pegawai Tetap yang berhenti bekerja dalam tahun berjalan
PKP XXX
Untuk Pegawai Tetap yang berhenti bekerja
PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX dalam tahun berjalan, PPh 21 Masa Pajak
PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY Terakhir dapat menimbulkan LEBIH BAYAR
74
Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat
Pegawai atau Cabang Lainnya (1)
75
Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat
Pegawai atau Cabang Lainnya (2)
PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa
Sebelumnya Tahun Pajak Ybs
76
Tetap dengan kondisi kewajiban pajak subjektifnya
Pegawai tidak setahun penuh (1)
77
Tetap dengan kondisi kewajiban pajak subjektifnya
Pegawai tidak setahun penuh (2)
78
Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap
Teknis Ringkasan
1. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya 1. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya
sudah berada sejak awal tahun, tetapi mulai sebagai SPDN dimulai setelah permulaan tahun
bekerja setelah bulan Januari. Dengan kata pajak. Dengan kata lain : Pendatang dari luar
lain : Karyawan yang mulai bekerja setelah negeri bekerja dalam periode berjalan
bulan Januari
2. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya 2. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya
sudah berada sejak awal tahun, tetapi sebagai SPDN berakhir dalam tahun pajak.
berhenti bekerja dalam tahun berjalan. Dengan kata lain : Pendatang dari luar negeri
Dengan kata lain : Karyawan yang berhenti berhenti bekerja dalam periode berjalan
bekerja setelah bulan Januari
3. Pegawai yang berhenti bekerja karena
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
4. Pegawai yang pindah ke kantor pusat atau
cabang lainnya pada pemberi kerja yang sama
5. Karyawan yang berhenti bekerja karena
meninggal dunia
79
Contoh : Pindah Cabang
80
Soal : Pindah Perusahaan/Pemberi Kerja Lain
81
Soal : Ekspatriat
Hitung PPh 21 White Don Jordan pada bulan Juli 2018 dan
Desember 2018 (jika diasumsikan White Don Jordan
memperoleh penghasilan yang sama setiap bulan) !
82
LAINNYA
Pendaftaran NPWP baru
pegawai pada tahun berjalan
Standarisasi Gaji
Pemisahan Biaya Jabatan
Pendaftaran NPWP baru pegawai
pada tahun berjalan
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 bulan2 Tidak diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
selanjutnya setelah memiliki NPWP bulan2 selanjutnya setelah memiliki NPWP
84
Standarisasi Gaji
85
Pemisahan Biaya Jabatan
Untuk Masa Pajak Terakhir, penghitungan biaya Jabatan dibagi menjadi dua :
Catatan :
Pemisahan biaya jabatan utk Masa Pajak terakhir akan mempengaruhi akurasi
penghitungan khususnya utk pegawai pindah cabang, meninggal dunia,
meninggalkan Indonesia dan Ekspatriat
86
Mekanisme Pemotongan
PPh Pasal 21 Selain
Pegawai Tetap
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas
Bukan Pegawai
Peserta Kegiatan
Lainnya
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
88
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
> Rp 450.000
> Rp 4.500.000 5% x (Upah – PTKP/360)
< Rp 450.000
Tarif Pasal 17 x
> Rp 450.000
> 10.200.000 Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang
< Rp 450.000
disetahunkan
89
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Dikali 12
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
90
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Dikali 12
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
91
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 1 (1) : Upah Harian
Icon Sinaga dengan status belum menikah pada bulan Agustus 2018 bekerja sebagai buruh
harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp 450.000,00.
1 Penghitungan PPh Pasal 21 Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah
Upah sehari Rp 450.000 kumulatif upah yang diterima belum
Dikurangi
melebihi Rp.4.500.000,- maka tidak ada
Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000
PPh 21 dipotong atas Upah Sehari Rp - PPh 21 yang dipotong
92
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 2 : Upah Satuan
93
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 3 : Upah Borongan
94
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 4: Upah dibayarkan secara bulanan
95
Pegawai
Bukan Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (1)
DPP : 50% X Ph. Bruto DPP : 50% X Ph. Bruto DPP : 50% X Ph. Bruto
dihitung secara kumulatif
dikurangi
PTKP sebulan
dihitung secara kumulatif
96
Pegawai
Bukan Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (2)
• Memiliki NPWP
• Penghasilan berasal dari hubungan kerja
• Tidak memperoleh penghasilan lainnya, dan
• Menyerahkan fotokopi kartu NPWP (bagi wanita
kawin ditambah surat nikah dan Kartu Keluarga)
97
Pegawai
Bukan Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (3)
Dalam hal Bukan Pegawai memberikan jasa kepada Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 :
• Mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah
sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang
dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian
gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto
tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;
• Melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto hanya
atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan
antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut
termasuk pemberian jasa dan material atau barang.
Dalam hal jumlah penghasilan bruto dibayarkan kepada dokter yang melakukan praktik di rumah
sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang
dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi
hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.
98
Bukan Pegawai
Komisi agen
Tati Nurtika adalah petugas dinas luar asuransi Bulan
(Rupiah)
dari PT. Tabaru Life. Suami Tati Nurtika telah
terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai Januari 38.000.000,00
NPWP, dan yang bersangkutan bekerja pada PT. Februari 40.000.000,00
Kersamanah. Tati Nurtika telah menyampaikan Maret 42.000.000,00
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah April 44.000.000,00
dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong
Mei 45.000.000,00
pajak. Tati Nurtika hanya memperoleh penghasilan
dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar Juni 48.000.000,00
asuransi, dan telah menyampaikan surat Juli 50.000.000,00
pernyataan yang menerangkan hal tersebut Agustus 52.000.000,00
kepada PT Tabaru Life. Pada tahun 2018,
September 55.000.000,00
penghasilan yang diterima oleh Tati Nurtika
sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabaru Oktober 56.000.000,00
Life adalah sebagai berikut: November 58.000.000,00
Desember 60.000.000,00
Jumlah 588.000.000,00
99
Bukan Pegawai
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2018 adalah :
100
Bukan Pegawai
101
Bukan Pegawai
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2018 adalah :
102
Bukan Pegawai
Jasa Perbaikan
komputer
Dalam hal Nino Hasan tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang menjadi sebesar:
103
Bukan Pegawai
Imam Pauzi melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan Rp10.000.000,00.
Imam Pauzi mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-
masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan
pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. Selain itu, Imam Pauzi membeli spare part AC yang dipakai untuk
perawatan AC sebesar Rp1.000.000,00.
Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Imam Pauzi, dapat diketahui bagian imbalan
bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Imam Pauzi
dan biaya untuk membeli spare part AC, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21
yang harus dipotong oleh PT Wahana Jaya atas imbalan yang diberikan kepada Imam Pauzi adalah sebesar
imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Imam Pauzi dan biaya spare part AC,
sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang diterima Imam Pauzi adalah sebesar:
5% x (50% x Rp4.500.000,00)= Rp112.500,00
104
Bukan Pegawai
Dalam hal PT Wahana Jaya tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang dilakukan
atau dokumen yang diberikan oleh Imam Pauzi mengenai upah yang harus dikeluarkan Imam
Pauzi atau pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya adalah
jumlah sebesar :
105
Peserta Kegiatan
Menghitung PPh 21 Peserta Kegiatan
Penghasilan Bruto
Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah.
106
Peserta Kegiatan
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp150.000.000,00 = Rp 22.500.000,00
Rp 25.000.000,00
107
Lainnya
Menghitung PPh 21 :
Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak Merangkap Sebagai
Pegawai Tetap
Mantan Pegawai Yang Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak Teratur
Peserta Program Pensiun Yang Masih Berstatus Sebagai Pegawai yang Menarik
Dana Pensiun
108
Lainnya
Leli Sari bekerja pada PT Karunia Fajar. Pada tanggal 1 Januari 2018 telah berhenti
bekerja pada PT Karunia Fajar karena pensiun. Pada bulan Maret 2018 Leli Sari
menerima jasa produksi tahun 2017 dari PT Karunia Fajar sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah :
109
Lainnya
Nuryuni Putri adalah Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak
Merangkap Sebagai Pegawai Tetap pada PT Sinar Abadi
Bulan Tahun 2018, Nuryuni Putri menerima honorarium PT Sinar Abadi sebanyak 3
(tiga) kali yaitu:
• Bulan April 2018 sebesar Rp20.000.000,00.
• Bulan Juni 2018 sebesar Rp15.000.000,00.
• Bulan Oktober 2018 sebesar Rp25.000.000,00.
110
Lainnya
a. atas honorarium sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan April 2018 terutang PPh Pasal
21 sebesar 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00.
b. atas honorarium sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan Juni 2018 terutang PPh Pasal
21 sebesar 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
c. atas honorarium sebesar Rp25.000.000,00 pada bulan Oktober 2018 terutang PPh
Pasal 21 sebesar :
5% x Rp15.000.000,00 = Rp. 750.000,00
15% x Rp10.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00
Rp. 2.250.000,00
111
PPh Pasal 21 Final dan
PPh Pasal 26
PPh Final atas Uang
Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
dan JHT
PPh Final atas Penghasilan
yang Menjadi Beban APBN
atau APBD
Penghitungan PPh Pasal 26
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)
Penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola Dana Pesangon
Uang Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan
Pesangon dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian.
Penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang pribadi peserta dana
Uang Manfaat pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Pensiun dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara tunjangan hari tua
Tunjangan
kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun
Hari Tua
Penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
Jaminan kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau
Hari Tua keadaan lain yang ditentukan
113
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)
• Bersifat Final
• Dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh
Sifat (1) pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
kalender
Sifat
• Tidak Bersifat Final
• Bagian penghasilan yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan
tahun-tahun berikutnya, pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan
dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada Pegawai
Sifat (2) pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
• Pegawai tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tarif pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif
yang diterapkan terhadap Pegawai yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
114
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)
115
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)
Contoh Soal
Edi Mangedi (ber-NPWP) menerima pembayaran Uang Pesangon yang dilakukan dalam beberapa kali
pembayaran, sbb :
a. Bulan Desember 2017 Rp 50.000.000,00
b. Bulan April 2018 Rp 125.000.000,00
116
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)
Besaran (Rp) Tarif PPh atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT
117
PPh Final atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD
Penghasilan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau
APBD, dipotong oleh bendahara pemerintah yang membayarkan honorarium atau imbalan lain tersebut,
0% PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya
5% PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira
Pertama, dan pensiunannya
15 % Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat perwira Menengah dan perwira Tinggi, dan Pensiunannya
118
PPh Pasal 26
Penghitungan
Dikenakan atas :
2 Tarif = 20%
3 Bersifat final
tidak bersifat final dalam hal orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri tersebut
berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri.
119
Administrasi dan
Pelaporan PPh Pasal
21/26
Hak dan Kewajiban
Pelaporan PPh Pasal 21/26
Hak dan Kewajiban
PEMOTONG
No. Hak dan Kewajiban
SPT Masa PPh Pasal 21/26 (Januari - November) Nihil Tidak Wajib Dilaporkan, kecuali Nihil
4 dikarenakan adanya Surat Keterangan Domisili (Certificate Of Domicile) Cfm : PMK
9/PMK.03/2018
Apabila jumlah PPh Pasal 21/26 yang dipotong pada Masa Pajak Desember Nihil,
5
kewajiban untuk melaporkan PPh Pasal 21/26 tetap berlaku. Cfm : PMK 9/PMK.03/2018
121
Hak dan Kewajiban
PIHAK YANG
DIPOTONG
No. Hak dan Kewajiban
Membuat surat pernyataan baru bila terjadi perubahan tanggungan paling lama sebelum
3
mulai tahun kalender berikutnya
122
Hak dan Kewajiban
Kewajiban Membuat
Bukti Potong
Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
123
Hak dan Kewajiban
Penyetoran dan
Pelaporan
PENYETORAN PELAPORAN
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran dan batas waktu pelaporan PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari
libur nasional, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
.
124
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Ketentuan
Ketentuan 2012 2013 2014 s.d Sekarang
PER - 14/PJ/2013 :
Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal
21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
125
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Formulir Kertas
e-SPT
(hard copy)
bentuk, isi, dan ukuran SPT Masa menggunakan aplikasi e-SPT yang
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 telah disediakan oleh Direktorat
sebagaimana ditetapkan dalam Jenderal Pajak.
Lampiran I PER - 14/PJ/2013
tidak boleh diubah
126
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
127
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Pemotong yang telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk
e-SPT tidak diperbolehkan lagi menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26
dalam bentuk formulir kertas (hard copy) untuk masa-masa pajak berikutnya.
Pemotong dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam hal
pemotong telah memenuhi syarat untuk menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal
26 dalam bentuk e-SPT, namun SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak disampaikan
dalam bentuk e-SPT.
Pemotong dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam hal
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak memenuhi ketentuan dalam bentuk formulir
kertas (hard copy) tidak memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I PER -
14/PJ/2013.
128
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Terdiri dari :
Formulir 1721 Induk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26;
Formulir 1721-I Daftar Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun
atau THT/JHT Berkala serta bagi PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara dan pensiunannya;
Formulir 1721-II Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final) dan/atau Pasal 26;
Formulir 1721-IV Daftar Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Pbk) untuk Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26;
129
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Terdiri dari :
Formulir 1721-VI Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final) atau Pasal 26;
Formulir 1721-A1 Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun
atau THT/JHT Berkala;
Formulir 1721-A2 Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara
dan pensiunannya ;
130
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat ke KPP; atau
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk e-SPT harus disampaikan dengan
disertai Induk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas
(hard copy).
131
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
“Mandatory Kewajiban Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21/26 melalui e-filling
bagi Wajib Pajak Badan yang sebelumnya telah diwajibkan menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 21/26 dalam bentuk dokumen elektronik.”
132
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Formulir yang tidak perlu dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26
KETERANGAN
Formulir 1721-I dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap, penerima pensiun
atau THT/JHT berkala serta PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara dan pensiunannya
Formulir 1721-II dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) dan Pasal 26 dengan
menggunakan Formulir 1721-VI
Formulir 1721-III dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Final) dengan menggunakan Formulir
1721-VII
Formulir 1721-IV dalam hal tidak ada penyetoran dan pemindahbukuan PPh Pasal 21 dan Pasal 26
dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk
Formulir 1721-V dalam hal Pemotong wajib menyampaikan SPT Tahunan
Formulir 1721-VI -
Formulir 1721-VII -
Formulir 1721-A1 -
Formulir 1721-A2 -
133
STUDI KASUS
Overview e-SPT PPh Pasal
21/26
Pembahasan Studi Kasus dan
Pengisian e-SPT PPh Pasal
21/26
THANKS
Disclaimer
136