Anda di halaman 1dari 136

PPh Pasal 21 Komprehensif Awal Tahun

Konsep, Model & Compliance Strategy Yang Efektif

Rabu, 06 Februari 2019


KONSEP PEMOTONGAN
PPh PASAL 21/26
 Ketentuan Pemotongan PPh Pasal
21/26
 Identifikasi Transaksi
 Penentuan golongan penerima
penghasilan
 Jenis Penghasilan Menurut
Golongan Penerima
 Penentuan saat dan tempat
terutang
Pemotongan
Ketentuan PPh Pasal 21/26

UU No.36/2008

PP No. 80 tahun 2010

PP No. 68 tahun 2009 PMK No.252/PMK.03/2008


PMK No.16/PMK.03/2010
PMK No.262/PMK.03/2010

PMK No.101/PMK.010/2016 Mencabut : PMK No. 122/PMK.010/2015

PMK No.102/PMK.010/2016 Mencabut : PMK No. 152/PMK.010/2015

PER - 16/PJ/2016 Mencabut : PER-32/PJ/2015

PER - 14/PJ/2013 Mencabut : PER-32/PJ/2009

3
PPh Pasal 21/26
Identifikasi

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26

WP Orang Pribadi WP Orang Pribadi


Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

menerima Penghasilan* dari :


1. Pekerjaan
2. Jasa
3. Kegiatan

*Penghasilan berupa : gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain


dengan nama dan dalam bentuk apapun

4
Transaksi Pemotong
Identifikasi PPh Pasal 21/26

Penghasilan
Pemotong Penerima Penghasilan

• Pemberi Kerja (org pribadi/badan ; cabang/perwakilan/unit)


• Bendahara atau pemegang kas pemerintah
• Dana pensiun, badan penyelenggara jamsostek dan badan2 lain yang membayar uang
pensiun secara berkala dan THT/JHT
• Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar honorarium, komisi, fee atau pembayaran lain sbg imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan/pelatihan serta pegawai magang
• Penyelenggara Kegiatan

5
Transaksi Pemotong
Identifikasi PPh Pasal 21/26

Tidak Termasuk sebagai Pemberi Kerja yang mempunyai


Kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21/26

• Kantor Perwakilan Negara Asing.


• Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan
yang mengatur mengenai penetapan organisasi-organisasi internasional yang tidak termasuk
subjek Pajak Penghasilan.
• Organisasi-organisasi internasional yang ketentuan Pajak Penghasilannya didasarkan pada
ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian internasional tersebut mengecualikan
kewajiban pemotongan pajak, serta organisasi-organisasi dimaksud telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
• Pemberi Kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau
pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

6
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

1. Pegawai 2. Bukan Pegawai 3. Lain - Lain

• Pegawai Tetap • Peserta Kegiatan


• Pegawai Tidak • Peserta Program Pensiun yang
Tetap / Tenaga Masih Berstatus sbg Pegawai
Kerja Lepas • Penerima Uang Pesangon /
Pensiun/ THT / JHT (Termasuk
ahli warisnya)
• Anggota Dewan
Komisaris/Pengawas yg tdk
merangkap sbg Peg. Tetap
pada perusahaan yang sama
• Mantan Pegawai

7
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

Pegawai

• Orang pribadi
Pegawai Tetap
• Bekerja pada pemberi kerja
• Berdasarkan
perjanjian/kesepakatan kerja
(tertulis/lisan) • Pegawai menerima • Hanya menerima
• Melaksanakan suatu penghasilan dalam jumlah penghasilan bila bekerja
pekerjaan tertentu secara teratur • menurut jumlah hari
• Memperoleh imbalan • Termasuk anggota dewan bekerja
• Berdasarkan periode komisaris & dewan • Menurut jumlah unit hasil
tertentu, penyelesaian pengawas pekerjaan
pekerjaan atau ketentuan • Termasuk Pegawai yang • Menurut penyelesaian
lain bekerja menurut kontrak suatu pekerjaan
• Termasuk yang melakukan dalam jangka waktu
pekerjaan dalam jabatan tertentu
Pegawai Tidak
Negeri
Tetap/Tenaga Kerja
Lepas
Pegawai

8
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai (1)

Orang pribadi

Selain pegawai tetap & pegawai tidak tetap (tenaga kerja lepas)

Memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun

Sebagai imbalan jasa

Menurut perintah/permintaan pemberi penghasilan

9
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai (2)

Jenis
Bukan: Pegawai (2)
• Tenaga ahli melakukan pekerjaan bebas: pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai &
aktuaris
• Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis & seniman lainnya.

• Olahragawan
• Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh & moderator
• Pengarang, Peneliti & Penerjemah
• Pemberi jasa dalam segala bidang : teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika,
fotografi, ekonomi & sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
• Agen iklan
• Pengawas/pengelola proyek
• Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/yang menjadi perantara
• Petugas penjaja barang dagangan
• Petugas dinas luar asuransi
• Distributor MLM/direct selling & kegiatan sejenis lainnya

10
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

Peserta Kegiatan (1)


Peserta Kegiatan
Jenis :
• Peserta perlombaan dalam segala bidang
Orang pribadi
• Peserta rapat, konferensi, sidang,
pertemuan/kunjungan kerja
Terlibat dalam suatu kegiatan tertentu
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan
sebagai penyelenggara kegiatan tertentu
Menerima/memperoleh imbalan
• Peserta pendidikan & pelatihan

Terkait keikutsertaannya dalam kegiatan tsb • Peserta kegiatan lainnya

11
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

Penerima Pesangon, Uang Manfaat


Penerima Pesangon, Pensiun,
Uang Manfaat Tunjangan
Pensiun,
Tunjangan HariHari
Tua Tua
dan dan Jaminan
Jaminan Hari Tua
Hari Tua

Orang pribadi

Menerima imbalan untuk pekerjaan masa lalu

Termasuk menerima THT/JHT

Peserta Program Pensiun yang Masih Berstatus sbg Pegawai


Anggota Dewan Komisaris/Pengawas yg tdk merangkap sbg Peg. Tetap pada perusahaan yang
sama

Mantan Pegawai

12
Golongan
Penentuan Penerima Penghasilan

Tidak Termasuk WP Orang Pribadi


Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat / Pejabat perwakilan organisasi


pejabat lain dari negara asing dan orang yang
diperbantukan, dengan syarat:
internasional non-subyek pajak :

• bukan WNI • bukan WNI


• tidak menerima penghasilan lain di • tidak menjalankan
luar jabatannya di Indonesia usaha/pekerjaan/kegiatan lain
• negara ybs memberikan perlakuan untuk memperoleh penghasilan di
timbal balik Indonesia

13
Menurut Golongan
Jenis Penghasilan Penerima
Penerima Jenis Penghasilan
Pegawai Tetap Penghasilan teratur & tidak teratur
Pegawai Tidak Tetap / Tenaga Kerja Lepas Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah
yang dibayarkan secara bulanan
Penerima Pensiun Uang pensiun, penghasilan sejenisnya
Pihak Yang Terkena PHK Uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT/JHT, pembayaran lain
sejenis (diterima sekaligus)
Bukan Pegawai Honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenis
Anggota Dewan Komisaris/Pengawas yg Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
tdk merangkap sbg Peg. Tetap pada teratur
perusahaan yang sama
Mantan Pegawai Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur
Peserta Kegiatan Uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah/penghargaan, imbalan sejenis
Peserta Program Pensiun yang masih Penghasilan berupa penarikan dana pensiun dari dana pensiun yang
berstatus sebagai pegawai pendiriannya telah disahkan oleh MenKeu

14
dan Kenikmatan
Natura Sebagai Penghasilan

Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan yang diberikan :


• WP yang dikenakan PPh Final
• WP dikenakan PPh dengan norma penghitungan khusus (deemed profit)

Penghitungan nilai natura/kenikmatan :


o Natura/barang HARGA PASAR
o Kenikmatan  NILAI WAJAR

15
Dalam mata uang
Penghasilan asing

penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 didasarkan


penghitungan
pada nilai tukarPPh(kurs)
Pasal 21 dan/atau
yang PPh Pasal
ditetapkan oleh26Menteri
didasarkan pada
Keuangan
nilai tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
yang berlaku pada saat pembayaran penghasilan tersebut atau
berlaku pada saat pembayaran penghasilan tersebut atau pada saat
pada dibebankan
saat dibebankan
sebagaisebagai
biaya. biaya.

16
Bukan Objek
Penghasilan PPh Pasal 21

• Klaim dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa

• Natura/kenikmatan yang diberikan oleh Wajib Pajak/pemerintah


• Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang disahkan Menteri
Keuangan yang dibayar oleh pemberi kerja
• Beasiswa sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (3) UU PPh

• Bantuan/santunan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

• Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja (non gross-up)

• Zakat yang diterima orang pribadi dari badan yang dibentuk dan disahkan
pemerintah

17
penghasilan
Penerima Tidak Ber-NPWP

Tarif PPh Pasal 21 (non NPWP) :

20% lebih tinggi dari tarif sebenarnya


(120% X tarif sebenarnya)
Hanya berlaku bagi pemotongan PPh Pasal 21 Tidak Final

18
Tempat Terutang
Saat dan PPh Pasal 21/26

Saat Terutang

• Akhir bulan dilakukannya pembayaran, atau


• Akhir bulan terutangnya penghasilan ybs
(tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu)

Tempat Terutang

Tempat Pemotong terdaftar (KPP lokasi)

19
MEKANISME PEMOTONGAN
PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP
 Unsur-Unsur Penghitungan
 Teknis Penghitungan dan Contoh
Penghitungan
Unsur – Unsur

Penghasilan Teratur
Penghasilan Teratur

• Berupa gaji atau upah


• Berupa segala macam tunjangan
• Berupa imbalan dengan nama apapun
DEFINISI • Diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang
diterapkan oleh pemberi kerja
• Termasuk uang lembur

21
Penghitungan
Unsur – Unsur

Penghasilan Tidak Teratur

• Selain penghasilan yang bersifat teratur


• Diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya
DEFINISI • Berupa Bonus, THR, Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi
• Imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun

22
Penghitungan
Unsur – Unsur

Mapping Jenis Penghasilan

Form 1721 - A1 (cropped)

Penghasilan Tidak Teratur

Penghasilan Teratur

23
Penghitungan
Unsur – Unsur
Biaya Jabatan

Rumus Biaya Jabatan

5% x Total Penghasilan Bruto


(termasuk penghasilan tidak teratur)

Maksimal Biaya Jabatan


Rp 6 Juta (setahun)
atau
Rp 500 Ribu (sebulan)

24
Penghitungan
Unsur – Unsur

Iuran Pensiun/JHT/THT

Iuran Pensiun yang dapat menjadi pengurang adalah iuran pensiun


yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Iuran JHT/THT yang dapat menjadi pengurang adalah iuran JHT/THT


yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada Badan Penyelenggara
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua

25
Penghitungan
Unsur – Unsur
Iuran Pensiun dan Premi Asuransi (1)

1. DITANGGUNG PERUSAHAAN

Iuran Pensiun Bukan Penghasilan yang dikenakan


pemotongan PPh 21

Premi Asuransi Penghasilan yang dikenakan


pemotongan PPh 21

2. DITANGGUNG KARYAWAN

Iuran Pensiun Merupakan Biaya yang boleh


dikurangkan

Premi Asuransi Bukan merupakan biaya yang boleh


dikurangkan

3. PEMBAYARAN ATAU PENGGANTIAN BAGI PENERIMA

Uang Pensiun/THT/JHT Objek PPh 21

Klaim Asuransi Bukan Objek PPh 21

26
Perhitungan
Unsur – Unsur
Iuran Pensiun dan Premi Asuransi (2)

Ditanggung Ditanggung
BPJS Pemberi Kerja Karyawan
Penambah Pengurang
Penghasilan Bruto Penghasilan Bruto
BPJS Kesehatan √ X

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) √ X

Jaminan Kematian (JKM) √ X

Jaminan Hari Tua (JHT) X √

Tunjangan Hari Tua (THT) X √

Jaminan Pensiun (JP) X √

Iuran Pensiun (IP) X √

27
Perhitungan
Unsur – Unsur
PTKP (1)

BESARAN (Rp)
01 Jan 2015 s.d. 31 Des 2015 Mulai 1 Jan 2016 s.d Sekarang
Diri WP 36.000.000 54.000.000
Status Kawin 3.000.000 4.500.000
Tanggungan @3.000.000 @4.500.000
(maks. 3 orang)

28
Penghitungan
Unsur – Unsur
PTKP (2)

• PTKP untuk dirinya sendiri (karyawati tidak kawin)


• PTKP untuk dirinya sendiri + tanggungan (karyawati kawin)
PTKP • PTKP untuk dirinya sendiri + status kawin + tanggungan
Karyawati (karyawati kawin: suami tidak berpenghasilan (surat keterangan tertulis
serendah-rendahya kecamatan)

• Keadaan pada awal tahun kalender


Penentuan • Keadaan awal bulan dari bagian tahun kalender :
waktu PTKP pegawai baru datang & menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender

29
Penghitungan
Unsur – Unsur

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PKP diperoleh dari Penghasilan Netto dikurang PTKP. Untuk


keperluan penerapan tarif, PKP dibulatkan ke bawah hingga
ribuan penuh.

30
Penghitungan
Unsur – Unsur
Tarif PPh Pasal 17
BESARAN (Rp)
Penghasilan NPWP Tidak NPWP
Lapisan 1 0 – 50 Juta 5% 6%
Lapisan 2 > 50 Juta – 250 Juta 15% 18%
Lapisan 3 > 250 Juta – 500 Juta 25% 30%
Lapisan 4 > 500 Juta 30% 36%

Contoh:
Penghasilan Kena Pajak Rp 560 juta, maka PPh 21 Terutang adalah:
NPWP Tidak NPWP
• 50 juta x 5% = Rp 2.500.000 • 50 juta x 6% = Rp 3.000.000
• 200 juta x 15% = Rp 30.000.000 • 200 juta x 18% = Rp 36.000.000
• 250 juta x 25% = Rp 62.500.000 • 250 juta x 30% = Rp 75.000.000
• 60 juta x 30% = Rp 18.000.000 • 60 juta x 36% = Rp 21.600.000
= Rp 113.000.000 = Rp 135.600.000

31
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Gambaran Umum

Masa Pajak Masa Pajak Terakhir

PPh 21 dihitung berdasarkan Perkiraan PPh 21 dihitung dari selisih antara PPh yang
Penghasilan Neto yang akan diterima selama terutang atas seluruh penghasilan kena pajak
setahun, dengan ketentuan: selama setahun dengan PPh yang telah dipotong
masa-masa sebelumnya
 Penghasilan teratur sebulan dikali 12,
 Ditambah dengan jumlah penghasilan yang
cfm.Pasal 14 (5) PER -16/PJ/2016
bersifat tidak teratur. (jika ada)

cfm.Pasal 14 (2) PER -16/PJ/2016

“ Masa Pajak terakhir adalah masa Desember atau


Masa Pajak tertentu di mana Pegawai Tetap
berhenti bekerja.

32
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Penghasilan Teratur (1)

• Kewajiban subjektif sudah ada awal tahun • Kewajiban subjektif sudah ada awal tahun
• Telah bekerja pada/sebelum awal tahun • Baru bekerja setelah awal tahun
• Gaji seminggu : x 4 • Gaji seminggu : x 4
• Gaji sehari : x 26 • Gaji sehari : x 26

Ph bruto sebulan XXX Ph bruto sebulan XXX

• Biaya jabatan sebulan XXX • Biaya jabatan sebulan XXX

• Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX + • Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +

Total pengurang penghasilan XXX - Total pengurang penghasilan XXX -


Ph neto sebulan XXX
Ph neto sebulan XXX
• Ph neto setahun (x Σ bulan sejak awal XXX
• Ph neto setahun (x12) XXX bekerja sampai Desember)
PTKP setahun XXX -
PTKP setahun XXX -
PKP XXX
PKP XXX
• PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX
• PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX
PPh per bulan (PPh terutang : Σ bulan) YYY
PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY

33
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Penghasilan Teratur (2)

 Kewajiban subjektif baru dimulai setelah awal tahun

 Baru bekerja setelah awal tahun

Ph bruto sebulan XXX

• Biaya jabatan sebulan XXX

• Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +

Total pengurang penghasilan XXX -

Ph neto sebulan XXX

• Ph neto setahun (x12 bulan) XXX

• PTKP setahun XXX -

PKP XXX

• PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX

PPh per bulan (PPh terutang :12 bulan) YYY

34
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Penghasilan Tidak Teratur

• Ph teratur setahun XXX

• Ph tidak teratur XXX +

Ph Bruto setahun XXX


PPh Ph tidak teratur : • Biaya jabatan setahun XXX
PPh Ph teratur setahun + tidak teratur
• Iuran Pensiun/JHT/THT setahun XXX +

Dikurangi XXX -

Ph neto setahun XXX


PPh Ph teratur setahun
• PTKP setahun XXX -

PKP XXX

• PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX

35
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap

Penghitungan Kembali Bulan Desember

PPh Pasal 21 Bulan Desember

• PPh 21 Terutang Seluruh PKP Satu / Bagian Tahun Pajak

dikurangi

• ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa Sebelumnya Tahun Pajak Ybs

36
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Berhenti bekerja sebelum bulan Desember

• Dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur & tidak teratur


• Jangka waktu selama pegawai bekerja
• Bila PPh 21 yang telah dipotong > PPh 21 terutang untuk 1 tahun
pajak:Kelebihan; Dikembalikan + Bukti Potong PPh 21 Paling lambat akhir
bulan berikutnya setelah berhenti bekerja

Berhenti bekerja sebelum bulan Desember


(meninggal dunia / meninggalkan Indonesia selama-lamanya)

• Dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur & tidak teratur


• Jangka waktu disetahunkan

37
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap

Rapel (kenaikan gaji yang berlaku surut)

A. • Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut

• Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum
B. adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh Pasal 21

• PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung
C. kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan

• PPh Pasal 21 terutang atas tambahan gaji adalah selisih antara jumlah pajak
D. yang dihitung kembali dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong.

38
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 1 : Penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan tetap dengan Iuran Pensiun

Contoh Soal : Slamet bekerja pada PT. Sabar Subur dengan gaji sebulan sebesar Rp.5.500.000, dan membayar iuran
pensiun (pada perusahaan dana pensiun yang telah disahkan oleh Menkeu) sebesar Rp.100.000.
Status Slamet adalah K/0 dan mulai bekerja sejak 1 Januari 2012.
Pada bulan Juli 2018, penghasilan Slamet hanya dari gaji. Berapa penghitungan PPh Pasal 21 pd bln
Juli 2018 ?
Gaji Sebulan Rp 5. 500.000

Pengurang:
1. Biaya Jabatan Rp 275.000
(5% x 5.500.000)
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
Rp 375.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 5.125.000
Penghasilan Netto Setahun
(12 x 5.125.000) Rp 61.500.000

PTKP (K/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 3.000.000

PPh 21 Terutang (5% x 3.000.000) Rp 150.000

PPh 21 Bulan Juli 2018 (1/12 x 150.000) Rp 12.500

39
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 2 : Penghitungan PPh Pasal 21 bagi karyawan
tetap dengan Iuran Pensiun dan BPJS
Gaji Sebulan Rp 7.000.000
Contoh Soal : Premi JKK (0,24%) Rp 16.800
Bonar bekerja pada PT. Apus Apus, menikah Premi JKM (0,3%) Rp 21.000
dengan 1 anak, memperoleh gaji sebulan Premi BPJS Kesehatan (4%) Rp 280.000
Rp.7.000.000,- Perusahaan mengikuti program Penghasilan Bruto Rp 7.317.800
BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Premi Pengurang:
Jaminan Kematian (JKM) dibayar oleh 1. Biaya Jabatan Rp 365.890
perusahaan dengan jumlah masing-masing 2. Iuran Pensiun Rp 50.000
0,24% dan 0,30% dari gaji. Perusahaan 3. Iuran JHT Rp 140.000
menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT) Rp 555.890
setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Penghasilan Netto Sebulan Rp 6.761.910
Bonar membayar sendiri iuran JHT sebesar 2% Penghasilan Netto Setahun Rp 81.142.920
dari gaji setiap bulan. Premi BPJS Kesehatan
dibayar oleh Perusahaan sebesar 4% dan PTKP (K/1)
dibayar oleh Bonar sebesar 1% tiap bulannya. 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Perusahaan membayar iuran pensiun untuk
3. Tambahan 1 Anak Rp 4.500.000
Bonar ke dana pensiun yang pendiriannya telah
Rp 63.000.000
disahkan oleh menteri keuangan setiap bulan
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 18.142.920
sebesar Rp.100.000,-, sedangkan Bonar
membayar iuran pensiun sendiri sebesar Rp. Pembulatan Rp 18.142.000
50.000,-. Pada April 2018 Bonar hanya
menerima pembayaran berupa gaji. Berapa PPh 21 Terutang (5% x 18.142.000) Rp 907.100
penghitungan PPh 21 Bonar pada bulan April
2018 ? PPh 21 Bulan April 2018 (1/12 x 907.100) Rp 75.592

40
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 3 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang rapel

PPh 21 Juli 2018 sebelum kenaikan gaji


Contoh Soal :
Slamet bekerja pada PT. Sabar Subur dengan Gaji Sebulan Rp 5.500.000
gaji sebulan sebesar Rp.5.500.000, dan
membayar iuran pensiun (pada perusahaan Pengurang:
dana pensiun yang telah disahkan oleh
Menkeu) sebesar Rp.100.000. Status Slamet 1 1. Biaya Jabatan Rp 275.000
adalah K/0 dan mulai bekerja sejak 1 Januari (5% x 5.500.000)
2012. Pada bulan Juli 2018, penghasilan Slamet 2. Iuran Pensiun Rp 100.000
hanya dari gaji. Berapa penghitungan PPh Pasal
21 pd bln Juli 2018 ? Rp 375.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 5.125.000
2 Penghasilan Netto Setahun
(12 x 5.125.000) Rp 61.500.000
Slamet pada bulan Oktober 2018 menerima
kenaikan gaji, menjadi Rp 6.500.000,00 sebulan PTKP (K/0)
dan berlaku surut sejak 1 Juli 2018. Dengan 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
adanya kenaikan gaji yang berlaku surut 2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
tersebut maka Slamet menerima rapel sejumlah Rp 58.500.000
Rp 3.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 3.000.000
Juli s.d. September 2018). Hitung PPh Pasal 21
atas uang rapel tsb !
PPh 21 Terutang (5% x 3.000.000) Rp 150.000

PPh 21 Bulan Juli 2018 (1/12 x 150.000) Rp 12.500

41
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 3 (2) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang rapel

PPh 21 Juli 2018 setelah kenaikan gaji


Lanjutan : Gaji Rp 6.500.000
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel
tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pengurang:
Pasal 21 untuk masa Juli s.d. September 2018 atas
dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. 1. Biaya Jabatan Rp 325.000
(5% x 6.500.000)
Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 2. Iuran Pensiun Rp 100.000
terutang untuk bulan Juli adalah sebagai berikut :
Rp 425.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 6.075.000
Penghasilan Netto Setahun
(12 x 6.075.000) Rp 72.900.000

PTKP (K/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 14.400.000

PPh 21 Terutang (5% x 14.400.000) Rp 720.000

PPh 21 Bulan Juli 2018 (1/12 x 720.000) Rp 60.000

42
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap

Contoh 3 (3) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang rapel

Lanjutan:

Jika diasumsikan penghasilan untuk bulan Agustus


dan September 2018 sama dengan bulan Juli 2018,
maka penghitungan PPh 21 atas Rapel adalah
sebagai berikut :

PPh 21 Oktober?
PPh 21 atas Rapel

43
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap

Contoh 4 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur

Contoh soal:

Ajik Prayoga (tidak kawin) bekerja pada PT Roda Berputar dengan memperoleh gaji sebesar Rp 5.000.000,00 sebulan.
Pada bulan Oktober 2018 Ajik Prayoga memperoleh bonus sebesar Rp 5.000.000,00 sehingga pada bulan Oktober
2018 Ajik Prayoga memperoleh penghasilan berupa gaji sebesar Rp 5.000.000,00 dan bonus sebesar Rp 5.000.000,00.
Setiap bulannya Ajik Prayoga membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar Rp 100.000,00. Hitung PPh 21 atas bonus !

44
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 4 (2) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur

Step 1 : hitung PPh 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun) Step 2 : hitung PPh 21 atas Gaji saja (penghasilan setahun)

Gaji Setahun (12 x 5.000.000) Rp 60.000.000 Gaji Setahun (12 x 5.000.000) Rp 60.000.000
Bonus Rp 5.000.000 Bonus Rp -
Penghasilan Bruto Setahun Rp 65.000.000 Penghasilan Bruto Setahun Rp 60.000.000

Pengurang: Pengurang:
1. Biaya Jabatan Setahun Rp 3.250.000 1. Biaya Jabatan Setahun Rp 3.000.000
2. Iuran Pensiun Setahun Rp 1.200.000 2. Iuran Pensiun Setahun Rp 1.200.000
Rp 4.450.000 Rp 4.200.000
Penghasilan Netto Setahun Rp 60.550.000 Penghasilan Netto Setahun Rp 55.800.000

PTKP (TK/0)
PTKP (TK/0)
- Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
- Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 1.800.000


Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 6.550.000
Pembulatan Rp 1.800.000
Pembulatan Rp 6.550.000
PPh 21 Terutang (5% x 1.800.000) Rp 90.000
PPh 21 Terutang (5% x 6.550.000) Rp 327.500

Step 3 : hitung PPh 21 atas Bonus : Rp. 327.500 - Rp. 90.000 = 237.500
PPh 21 bulan Oktober 2018 ??

45
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 5 : Penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai yang kewajiban pajak
subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri sudah ada
sejak awal tahun kalender tetapi baru bekerja pada pertengahan tahun
Gaji Rp 16.000.000
Contoh soal:
Pengurang:
Acep Rahman bekerja pada PT Alon 1. Biaya Jabatan
Kelakon sebagai pegawai tetap sejak 1 (5% x 16.000.000) = 800.000
September 2018. Acep Rahman menikah diperkenankan Rp 500.000
tetapi belum punya anak. Gaji sebulan
2. Iuran Pensiun Rp 150.000
adalah sebesar Rp 16.000.000,00 dan
Rp 650.000
iuran pensiun yang dibayar tiap bulan Penghasilan Netto Sebulan Rp 15.350.000
sebesar Rp 150.000,00. Acep Rahman Penghasilan Netto Setahun
hanya memperoleh penghasilan berupa (4 x 15.350.000) Rp 61.400.000
gaji.
PTKP (K/0)
Hitung PPh Pasal 21 untuk bulan
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
September 2018 ! 2. Tambahan Karena Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 2.900.000
Pembulatan Rp 2.900.000

PPh 21 Terutang (5% x 2.900.000) Rp 145.000

PPh 21 Bulan September 2018 (145.000 : 4) Rp 36.250

46
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap

Contoh 6 (1) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Yang Masih


Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan

Contoh soal:

Rondi Sapuji yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Kaliurang Jaya di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Juli
2018, yang bersangkutan berhenti bekerja di PT Kaliurang Jaya.

Gaji Rondi Sapuji setiap bulan sebesar Rp 8.000.000,00 dan yang bersangkutan membayar iuran pensiun kepada Dana
Pensiun yang pendiriannya telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan sejumlah Rp 100.000,00 setiap bulan.
Selama bekerja di PT Kaliurang Jaya, Rondi Sapuji hanya menerima penghasilan berupa gaji saja.

Hitung PPh 21 Rondi Sapuji

47
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 6 (2) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Yang Masih
Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
Penghitungan PPh 21 yang dipotong setiap bulan :

Gaji Rp 8.000.000

Pengurang:
1. Biaya Jabatan
(5% x 8.000.000) Rp 400.000
2. Iuran Pensiun Rp 100.000
Rp 500.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 7.500.000
Penghasilan Netto Setahun
(12 x 7.500.000) Rp 90.000.000

PTKP (TK/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 36.000.000


Pembulatan Rp 36.000.000

PPh 21 Terutang (5% x 36.000.000) Rp 1.800.000

PPh 21 Setiap Bulan Rp 150.000


1.800.000 : 12

48
PPh 21
Teknis Penghitungan Pegawai Tetap
Contoh 6 (3) : Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Yang Masih
Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti Bekerja Pada Tahun Berjalan
Penghitungan PPh 21 pada Masa Pajak Terakhir (Juni 2018)

Gaji (Januari s.d Juni) Rp 48.000.000


6 X 8.000.000
Catatan :
Pengurang:
Kelebihan Potong PPh 21 1. Biaya Jabatan
sebesar Rp. 750.000,- (5% x 48.000.000) Rp 2.400.000
dikembalikan dan kepada 2. Iuran Pensiun
ybs diberikan bukti potong (6 x 100.000) Rp 600.000
(1721 A1) paling lama satu Rp 3.000.000
bulan sejak ybs berhenti Penghasilan Netto 6 bulan Rp 45.000.000
bekerja
PTKP (TK/0)
1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp -


Pembulatan Rp -

PPh 21 Terutang Jan s.d. Juni 2018 Rp -

PPh 21 yang sudah dipotong


Jan s.d. Mei 2018 (5 Bulan) 150.000 X 5 Rp 750.000
PPh Pasal 21 Lebih Potong Rp 750.000

49
METODE PEMOTONGAN PPh
21 PEGAWAI TETAP
 Gross Method
 Net Method
 Gross Up Method
 Mixed Method
METODE Pemotongan PPh 21
Pegawai Tetap

Gross method
Metode dimana pemberi kerja melakukan pemotongan PPh Pasal 21 langsung dari
penghasilan karyawan.

Net method
Metode dimana PPh Pasal 21 yang terutang oleh karyawan ditanggung oleh
pemberi kerja dalam bentuk benefit in kind.
Defnisi
Gross up method
Metode dimana pemberi kerja memberikan tunjangan pajak atas seluruh
penghasilan yang diterima oleh karyawan.

Mixed method
Metode dimana pemberi kerja hanya memberikan tunjangan pajak atas beberapa
jenis penghasilan saja.

51
GROSS Method (1)

Karyawan menanggung beban pajaknya sendiri. Metode untuk menghitung PPh


Pasal 21 yang dibebankan kepada karyawan dikenal dengan Metode Gross (Gross
Method). Dengan metode ini penghasilan yang diterima karyawan akan berkurang
sebesar PPh Pasal 21 yang dipotong oleh perusahaan.

52
GROSS Method
Ilustrasi
(2)

Gaji 5.000.000 INCOME DEDUCTION


Tunjangan Transport 250.000
Tunjangan Komunikasi 250.000 Gaji 5.000.000 Premi Asuransi 21.600
Lembur - Tunjangan Transport 250.000 Cicilan Pinjaman -
Premi Asuransi 21.600 + Tunjangan Komunikasi 250.000 PPh 21 32.275
Lembur -
Penghasilan Bruto Sebulan 5.521.600 Premi Asuransi 21.600
Biaya Jabatan 276.080 Total Income 5.521.600 Total Deduction 53.875
Iuran Pensiun, THT/JHT 100.000 +
Jumlah Pengurangan 376.080
Take Homepay 5.467.725
Penghasilan Neto Sebulan 5.145.520 (total income - total deduction)

Penghasilan Neto Setahun 61.746.240


PTKP 54.000.000 -
Penghasilan Kena Pajak 7.746.240
Penghasilan Kena Pajak Pembulatan 7.746.000
PPh 21 Terutang 387.300
PPh 21 Terutang Sebulan 32.275

53
NET Method (1)

Perusahaan menanggung beban pajak karyawan baik sebagian maupun


seluruhnya dalam bentuk Benefit in Kind (BIK). Metode untuk menghitung PPh
Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan dalam bentuk Benefit in Kind (BIK)
dikenal dengan Metode Net (Net Method).

Dengan metode ini penghasilan yang diterima karyawan dapat diterima secara
utuh tanpa adanya pengurangan PPh Pasal 21, kecuali jika perusahaan hanya
menanggung sebagian.

Pemilihan metode ini membutuhkan analisa komprehensif karena selain


menjadi beban, pengeluaran perusahaan untuk menanggung PPh Pasal 21
karyawan tidak dapat dibebankan secara fiskal dalam menghitung PPh
Badan.

54
NET Method
Ilustrasi
(2)

Gaji 5.000.000 INCOME DEDUCTION


Tunjangan Transport 250.000
Tunjangan Komunikasi 250.000 Gaji 5.000.000 Premi Asuransi 21.600
Lembur - Tunjangan Transport 250.000 Cicilan Pinjaman -
Premi Asuransi 21.600 + Tunjangan Komunikasi 250.000 PPh 21 -
Lembur -
Penghasilan Bruto Sebulan 5.521.600 Premi Asuransi 21.600
Biaya Jabatan 276.080 Total Income 5.521.600 Total Deduction 21.600
Iuran Pensiun, THT/JHT 100.000 +
Jumlah Pengurangan 376.080
Take Homepay 5.500.000
Penghasilan Neto Sebulan 5.145.520 (total income - total deduction)

Penghasilan Neto Setahun 61.746.240


PTKP 54.000.000 -
Penghasilan Kena Pajak 7.746.240
Penghasilan Kena Pajak Pembulatan 7.746.000
PPh 21 Terutang 387.300
PPh 21 Terutang Sebulan 32.275

55
GROSS UP Method (1)
Tunjangan Pajak

Perusahaan menanggung beban pajak karyawan baik sebagian maupun


seluruhnya dengan cara memberikan tunjangan pajak. Pemberian tunjangan
pajak sifatnya sama dengan tunjangan lainnya. Penghasilan karyawan yang
bersangkutan akan bertambah dengan diberikannya tunjangan pajak.

Tunjangan Pajak dapat diberikan secara Flat (tetap) maupun dengan


melakukan Gross Up (Jumlahnya tidak tetap melainkan disesuaikan dengan
besarnya pajak yang harus dipotong dari penghasilan karyawan atau
proporsional).

Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Flat (Flat Method) biasanya
akan berbeda dengan PPh Pasal 21 yang sesungguhnya harus dipotong.

56
GROSS UP Method (2)

Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Gross up atau dikenal dengan
Metode Gross up (Gross up Method) akan sama dengan PPh Pasal 21 yang
sesungguhnya. Metode gross up memberikan tunjangan pajak sebesar 100%
dari PPh yang harus dipotong. Dalam praktek, tunjangan pajak biasanya
diberikan dengan metode gross up.

Istilah gross up sendiri sebenarnya tidak dikenal dan tidak disebutkan secara
eksplisit diberbagai peraturan perpajakan secara formal. Gross up pada
dasarnya hanya berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.

57
GROSS UP Method (3)

Pemilihan metode gross up


membutuhkan analisa komprehensif
meskipun pengeluaran perusahaan
untuk menanggung PPh Pasal 21
karyawan secara fiskal dapat
dibebankan sebagai biaya dalam
menghitung PPh Badan. Jika perusahan
sedang mengalami kerugian, tentu saja
pilihan ini tidak menguntungkan karena
beban yang harus dipikul oleh
perusahaan menjadi semakin besar
mengingat tunjangan pajak akan
menambah penghasilan karyawan yang
tentunya akan menambah besarnya PPh
Pasal 21.

58
GROSS UP Method
Ilustrasi
(4)

Gaji 5.000.000
Tunjangan Pajak 33.883
Tunjangan Transport 250.000
Tunjangan Komunikasi 250.000 INCOME DEDUCTION
Lembur -
Premi Asuransi 21.600 +
Gaji 5.000.000 Premi Asuransi 21.600
Penghasilan Bruto Sebulan 5.555.483 Tunjangan Pajak 33.883 Cicilan Pinjaman -
Biaya Jabatan 377.774 Tunjangan Transport 250.000 PPh 21 33.883
Iuran Pensiun, THT/JHT 100.000 + Tunjangan Komunikasi 250.000
Jumlah Pengurangan 377.774 Lembur -
Premi Asuransi 21.600
Penghasilan Neto Sebulan 5.177.709 Total Income 5.555.483 Total Deduction 55.483

Penghasilan Neto Setahun 62.132.510


PTKP 54.000.000 - Take Homepay 5.500.000
Penghasilan Kena Pajak 8.132.510 (total income - total deduction)
Penghasilan Kena Pajak Pembulatan 8.132.000
PPh 21 Terutang 406.600
PPh 21 Terutang Sebulan 33.883

59
MIXED Method (1)

Dalam praktek sering ditemukan perusahaan yang mengkombinasikan metode


pemotongan untuk menghitung PPh 21 karyawan. Metode ini dikenal dengan
Metode Mixed (Mixed Method). Metode ini bertujuan untuk membagi beban
pajak sehingga dapat dihitung PPh Pasal 21 yang harus ditanggung perusahaan
maupun PPh Pasal 21 yang harus ditanggung oleh karyawan.

Metode Mixed merupakan kebijakan perusahaan terkait remunerasi


karyawan yang tentunya harus mempertimbangkan berbagai aspek dan
idealnya tertuang di dalam kontrak kerja.

Sama halnya dengan metode gross up, metode mixed pada dasarnya hanya
berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Tidak ada standar baku,
perusahaan dapat membuat beberapa alternatif penghitungan metode
mixed yang sesuai dengan kondisi perusahaan.

60
MIXED Method (2)

Dalam praktek, perusahaan biasanya menggabungkan antara metode gross


dengan metode gross up atau dapat menggabungkan antara metode net
dengan metode gross.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan perusahaan untuk menerapkan


metode mixed adalah dengan memisahkan penghitungan antara penghasilan
yang PPh Pasal 21-nya menjadi beban karyawan dan penghasilan PPh Pasal
21-nya menjadi beban perusahaan.

61
MIXED Method
Kasus
(3)

Perusahaan di bidang penjualan software komputer


memiliki karyawan yang bertugas untuk memasarkan
produknya (marketing). Selain mendapatkan Gaji dan
tunjangan-tunjangan, karyawan tersebut mendapatkan
Insentif Penjualan.

PPh 21
ditanggung
Mendapatkan : karyawan
PT Ortax PPh Pasal 21
ditanggung
Perusahaan di bidang
Perusahaan - Gaji
penjualan software
komputer
marketing
- Tunjangan-tunjangan
- Insentif Penjualan

Secara umum, PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan


dengan memberikan fasilitas PPh 21 ditanggung (Net)
namun terdapat jenis penghasilan yang PPh Pasal 21-nya
ditanggung oleh karyawan (Gross)

62
MIXED Method
Ilustrasi
(4)

Status: TK/0

Insentif Penjualan

5.000.000 X 1.068.333 = 356.111


15.000.000

(15.000.000 – 5.000.000) X 1.068.333 = 712.222


15.000.000

63
METODE PENYETAHUNAN

 Forecast
 Weighted average
METODE Penyetahunan
Forecast
Forecast

Penghitungan PPh 21 bersifat


estimasi atau perkiraan yang
dilakukan hanya pada bulan
Defnisi
ybs, tanpa memperhitungkan
penghasilan pada bulan-bulan
sebelumnya. Penghitungan
sebagaimana dicontohkan
dalam PER - 16/PJ/2016 adalah
contoh menggunakan metode
forecast.

65
METODE Penyetahunan Weighted Average (1)

Disebut juga System Running, dimana penghitungan PPh


21 mengestimasikan penghasilan berdasarkan
penghasilan kumulatif. Metode ini memperhitungkan
penghasilan pada bulan-bulan sebelumnya.

Januari Februari s/d Desember

Awal bulan ; penghitungan • Memperhitungkan penghasilan pada bulan2 sebelumnya (dijumlahkan)


sama dengan forecast • Memperhitungkan pengurang pada bulan2 sebelumnya (dijumlahkan)

• Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Neto X (estimasi masa


kerja/realisasi masa kerja)

• PPh 21 sebulan = PPh 21 Setahun X (realisasi masa kerja/


estimasi masa kerja)

66
METODE Penyetahunan
Ilustrasi
Weighted Average (2)

Status : K3
PMK No 162/PMK.011/2012
• Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Neto X
(estimasi masa kerja/realisasi masa kerja) 
Awal bulan ; penghitungan
9.200.000 X (12/2) = 55.200.000
sama dengan forecast • PPh 21 sebulan = PPh 21 Setahun X (realisasi
masa kerja/ estimasi masa kerja) 
1.140.000 X (2/12) = 190.000

67
Pengelolaan PPh 21
Komprehensif (Lanjutan)
 Kondisi Subjektif
 Kewajiban pajak subjektif
dan objektifnya sudah ada
pada awal tahun
 Kewajiban pajak subjektif
sudah ada pada awal tahun
namun kewajiban pajak
objektifnya baru ada setelah
awal tahun
 Kewajiban pajak subjektif
dan objektif baru ada
setelah awal tahun, atau
kewajiban pajak
subjektifnya berakhir
sebelum akhir tahun
KONDISI Subjektif (1)

Untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu bulan terlebih
dahulu kita harus mencari jumlah penghasilan netto setahun atau
disetahunkan.
Hal tersebut perlu dilakukan karena PTKP khususnya untuk penghitungan PPh
Pasal 21 terutang pegawai tetap dihitung selama setahun. Hak atas PTKP
sebanding dengan kewajiban pajak subjektif yang dimiliki oleh orang pribadi.

Akurasi penghitungan PPh Pasal 21 sangat dipengaruhi oleh kondisi subjektif


dari masing-masing pegawai tetap baik itu untuk penghitungan Masa
maupun penghitungan Masa Pajak Terakhir yaitu pada saat kita akan
menentukan besarnya penghasilan netto setahun/disetahunkan dan
menentukan besarnya PPh Pasal 21 terutang.

69
KONDISI Subjektif (2)

Penjabaran terkait Kewajiban Pajak Subjektif dapat dilihat dalam UU PPh


Pasal 2A. Kewajiban pajak subjektif dimulai pada saat seseorang dilahirkan
atau saat pertama seseorang tinggal di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif
berakhir ketika seseorang meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya.

70
Pajak Subjektif dan Objektifnya
KEWAJIBAN Sudah ada pada awal tahun

Antara Lain :

Pegawai Tetap yang Bekerja Satu Tahun Penuh

Pegawai Tetap yang berhenti bekerja dalam tahun berjalan

Pegawai Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat atau Cabang Lainnya

Pegawai Tetap pindahan dari Pusat atau Cabang lainnya atau pindahan dari
perusahaan yang berbeda (membawa Formulir 1721 A1)

Pegawai tetap dengan kondisi ini diasumsikan akan terus berada di Indonesia dan
bekerja sampai akhir tahun meskipun realisasinya belum tentu demikian. Dengan
asumsi tersebut maka kewajiban pajak subjektifnya dianggap satu tahun penuh
sehingga berhak atas PTKP sebagai pengurang yang juga setahun penuh.

71
Pajak subjektif sudah ada pada awal tahun namun
KEWAJIBAN kewajiban pajak objektifnya baru ada setelah awal tahun

Pegawai Tetap yang baru masuk kerja pada tahun


berjalan dan sebelumnya tidak bekerja

Termasuk pegawai tetap yang sebelumnya bekerja di perusahaan lain namun tidak
membawa Bukti Potong 1721 –A1

72
pajak subjektif dan objektif baru ada setelah awal tahun,
KEWAJIBAN atau kewajiban pajak subjektifnya berakhir sebelum akhir tahun

Antara Lain :

Pegawai Tetap WNA/Ekspatriat yang baru


masuk/berhenti kerja di tengah tahun

Pegawai Tetap yang meninggalkan Indonesia untuk


selama-lamanya

Pegawai Tetap yang meninggal dunia

73
Tetap yang Bekerja Satu Tahun Penuh
Pegawai Pegawai Tetap yang berhenti bekerja dalam tahun berjalan

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir

Ph bruto sebulan XXX


• PPh 21 Terutang untuk Satu Tahun Pajak
Biaya jabatan sebulan XXX atau bagian tahun pajak
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX +
dikurangi
Total pengurang penghasilan XXX -
• ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa
Ph neto sebulan XXX
Sebelumnya Tahun Pajak Ybs
Ph neto setahun (x12) XXX

PTKP setahun XXX -

PKP XXX
Untuk Pegawai Tetap yang berhenti bekerja
PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX dalam tahun berjalan, PPh 21 Masa Pajak
PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY Terakhir dapat menimbulkan LEBIH BAYAR

74
Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat
Pegawai atau Cabang Lainnya (1)

Pegawai Tetap dapat saja dipindahkan ke Kantor Pusat


atau Cabang lainnya. Kejadian ini biasanya terjadi pada
perusahaan yang memiliki beberapa cabang. Dalam PER -
16/PJ/2016 kejadian ini disebut dengan istilah Pegawai
yang dipindahtugaskan dalam tahun berjalan.
Dalam satu tahun pegawai tetap tersebut berarti
memperoleh penghasilan dari dua pemotong pajak atau
lebih yang sebenarnya masih berada dalam satu
lingkungan perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
koordinasi antara tempat kerja yang lama dengan tempat
kerja yang baru. Tempat kerja yang lama harus melakukan
finalisasi dari asumsi yang telah dibuatnya pada awal
tahun. Dalam melakukan finalisasi perlu dilakukan
penyesuaian dalam penghitungan PPh Pasal 21 yang
dikenal dengan istilah “Disetahunkan”.

75
Tetap yang dipindahkan ke Kantor Pusat
Pegawai atau Cabang Lainnya (2)

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir

Ph bruto sebulan XXX


• Peghasilan Netto Disetahunkan =
Biaya jabatan sebulan XXX Penghasilan Netto N bulan x 12/N
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX + • PPh 21 Terutang N bulan = PPh Pasal 21
Total pengurang penghasilan XXX - Terutang disetahunkan X N/12
Ph neto sebulan XXX N = ∑ bln ybs bekerja
Ph neto setahun (x12) XXX

PTKP setahun XXX -


 PPh 21 Terutang N bulan
PKP XXX

PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX


dikurangi

PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY  ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa
Sebelumnya Tahun Pajak Ybs

76
Tetap dengan kondisi kewajiban pajak subjektifnya
Pegawai tidak setahun penuh (1)

Bagi mereka yang kewajiban pajak subjektifnya tidak setahun


penuh mestinya tidak berhak atas hak PTKP selama satu tahun
namun mengingat PTKP khususnya untuk penghitungan PPh Pasal
21 terutang pegawai tetap tidak mengenal istilah PTKP per bulan
maka perlu dilakukan penyesuaian dalam penghitungan PPh Pasal
21 yang dikenal dengan istilah “Disetahunkan”.

77
Tetap dengan kondisi kewajiban pajak subjektifnya
Pegawai tidak setahun penuh (2)

Penghitungan setiap masa Penghitungan Masa Pajak


(selain Masa Pajak Terakhir) Terakhir

Ph bruto sebulan XXX


• Penghasilan Netto Disetahunkan =
Biaya jabatan sebulan XXX Penghasilan Netto N bulan x 12/N
Iuran Pensiun/JHT/THT sebulan XXX + • PPh 21 Terutang N bulan = PPh Pasal 21
Total pengurang penghasilan XXX - Terutang disetahunkan X N/12
Ph neto sebulan XXX N = ∑ bln ybs bekerja
Ph neto setahun (x12) XXX

PTKP setahun XXX -  PPh 21 Terutang N bulan


PKP XXX dikurangi
PPh terutang (tarif pasal 17 x PKP) XXX
 ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa
PPh per bulan (PPh terutang :12) YYY Sebelumnya Tahun Pajak Ybs

78
Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap
Teknis Ringkasan

Penghasilan Neto Tidak Disetahunkan Penghasilan Neto Disetahunkan

1. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya 1. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya
sudah berada sejak awal tahun, tetapi mulai sebagai SPDN dimulai setelah permulaan tahun
bekerja setelah bulan Januari. Dengan kata pajak. Dengan kata lain : Pendatang dari luar
lain : Karyawan yang mulai bekerja setelah negeri bekerja dalam periode berjalan
bulan Januari
2. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya 2. Karyawan yang kewajiban pajak subjektifnya
sudah berada sejak awal tahun, tetapi sebagai SPDN berakhir dalam tahun pajak.
berhenti bekerja dalam tahun berjalan. Dengan kata lain : Pendatang dari luar negeri
Dengan kata lain : Karyawan yang berhenti berhenti bekerja dalam periode berjalan
bekerja setelah bulan Januari
3. Pegawai yang berhenti bekerja karena
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
4. Pegawai yang pindah ke kantor pusat atau
cabang lainnya pada pemberi kerja yang sama
5. Karyawan yang berhenti bekerja karena
meninggal dunia

79
Contoh : Pindah Cabang

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang


dipindahtugaskan Dalam tahun berjalan

Kausar Ajiv yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada


PT Mandiri Nusantara di Jakarta. Sejak 1 Juli 2018
dipindahtugaskan ke kantor cabang di Surabaya.
Gaji Kausar Ajiv sebesar Rp 5.500.000,00 dan pembayaran iuran
pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,00.
Selama bekerja di PT Mandiri Nusantara, Kausar Ajiv hanya
menerima penghasilan berupa gaji saja.
Hitung PPh 21 Kausar Ajiv baik di kantor pusat maupun kantor
cabang !

80
Soal : Pindah Perusahaan/Pemberi Kerja Lain

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang berhenti bekerja


dan pindah ke pemberi kerja lain dengan membawa bukti potong 1721 A1

David Malan yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada


PT ABC Indonesia. Sejak 1 Juni 2018 berhenti bekerja dan pindah
ke PT DEF Indonesia.
Gaji David Malan sebesar Rp5.500.000,00 dan pembayaran iuran
pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,00.
Selama bekerja di PT ABC Indonesia maupun DEF Indonesia
(jumlah penghasilan diasumsikan sama) David Malan hanya
menerima penghasilan berupa gaji saja.
Hitung PPh 21 David Malan baik di PT ABC Indonesia maupun PT
DEF Indonesia!

81
Soal : Ekspatriat

Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Ekspatriat

White Don Jordan adalah seorang pegawai tetap yang berada di


Indonesia pada bulan Juli 2018. White Don Jordan berada di
Indonesia s.d Desember 2018. Gaji White Don Jordan sebulan
Rp.22.500.000,00. White Don Jordan berstatus menikah dengan
1 anak.

Hitung PPh 21 White Don Jordan pada bulan Juli 2018 dan
Desember 2018 (jika diasumsikan White Don Jordan
memperoleh penghasilan yang sama setiap bulan) !

82
LAINNYA
 Pendaftaran NPWP baru
pegawai pada tahun berjalan
 Standarisasi Gaji
 Pemisahan Biaya Jabatan
Pendaftaran NPWP baru pegawai
pada tahun berjalan

Pegawai tidak memiliki NPWP Tarif lebih tinggi 20%

Mendaftarkan diri pd tahun berjalan

Selisih akibat pengenaan tarif lebih tinggi

diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 bulan2 Tidak diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
selanjutnya setelah memiliki NPWP bulan2 selanjutnya setelah memiliki NPWP

Tidak termasuk kredit pajak dapat dikreditkan dalam SPT PPh OP


(tidak dapat dikreditkan dalam SPT PPh OP)

84
Standarisasi Gaji

Pedoman standar gaji karyawan asing digunakan dalam


hal:
1. terdapat petunjuk bahwa pembukuan Wajib Pajak
tidak benar sehingga tidak dapat dihitung besarnya
pajak yang seharusnya terutang;
2. diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa terdapat
pembayaran gaji karyawan asing yang tidak
seluruhnya dibukukan untuk pelunasan PPh Pasal 21
atau Pasal 26;
Defnisi
3. Pemeriksa tidak mendapatkan data yang dapat
digunakan untuk menentukan jumlah gaji karyawan
asing dalam rangka penetapan jumlah PPh Pasal 21
atau Pasal 26 yang terutang.

Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-


173/PJ./2002 tanggal 22 Mei 2002

85
Pemisahan Biaya Jabatan

Untuk Masa Pajak Terakhir, penghitungan biaya Jabatan dibagi menjadi dua :

Biaya Jabatan atas Biaya Jabatan atas


Penghasilan Teratur Penghasilan tdk Teratur

5% x Total Penghasilan Tidak Teratur


5% x Total Penghasilan Teratur
Ketentuan :
• Hanya diperkenankan jika biaya jabatan atas
penghasilan teratur belum mencapai nilai
Maksimal Biaya Jabatan : maksimal
• Jika total biaya jabatan melebihi nilai maksimal,
Rp 6 Juta (setahun)
maka biaya jabatan atas penghasilan tidak
atau
teratur adalah selisih antara jumlah maksimal
Rp 500 Ribu (sebulan)
dengan biaya jabatan atas penghasilan teratur

Catatan :
Pemisahan biaya jabatan utk Masa Pajak terakhir akan mempengaruhi akurasi
penghitungan khususnya utk pegawai pindah cabang, meninggal dunia,
meninggalkan Indonesia dan Ekspatriat

86
Mekanisme Pemotongan
PPh Pasal 21 Selain
Pegawai Tetap
 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas
 Bukan Pegawai
 Peserta Kegiatan
 Lainnya
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah harian/mingguan/ Dibayarkan bulanan


satuan/borongan

Rata-rata penghasilan sehari


adalah rata-rata upah
mingguan, upah satuan, atau
upah borongan untuk setiap
hari kerja yang digunakan

88
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah harian/mingguan/satuan/borongan (1)

Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Tarif dan DPP


Sebulan

< Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak dilakukan pemotongan PPh 21


Defnisi
> Rp 450.000 < Rp 4.500.000 5% x (Upah-Rp 450.000)

> Rp 450.000
> Rp 4.500.000 5% x (Upah – PTKP/360)
< Rp 450.000

Tarif Pasal 17 x
> Rp 450.000
> 10.200.000 Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang
< Rp 450.000
disetahunkan

Cfm: PMK 102/PMK.010/2016 & PER-16/PJ/2016

89
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah harian/mingguan/satuan/borongan (2)

Jumlah Upah Kumulatif dalam satu bulan


melebihi Rp 10.200.000

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

90
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah bulanan

Upah dibayarkan bulanan

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

91
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 1 (1) : Upah Harian

Icon Sinaga dengan status belum menikah pada bulan Agustus 2018 bekerja sebagai buruh
harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp 450.000,00.
1 Penghitungan PPh Pasal 21 Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah
Upah sehari Rp 450.000 kumulatif upah yang diterima belum
Dikurangi
melebihi Rp.4.500.000,- maka tidak ada
Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000
PPh 21 dipotong atas Upah Sehari Rp - PPh 21 yang dipotong

2 Jika ternyata Icon Sinaga pada masih


menerima upah pada hari ke-11, maka Upah s.d hari ke-11
11 X 450.000 Rp 4.950.000
jumlah kumulatif yang diterima melebihi
PTKP Sebenarnya :
Rp. 4.500.000,-. PPh 21 dihitung 11 X (54.000.000/360) Rp 1.650.000
berdasarkan upah setelah dikurangi Rp 3.300.000
PTKP yang sebenarnya.
PPh 21 terutang s.d hari ke-11
Hari Ke-12 ?? 5% X 3.300.000 Rp 165.000
PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10 Rp -
PPh 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp 165.000

Upah bersih yang diterima Icon Sinaga pada hari ke-11


Rp 450.000 - Rp 165.000 = Rp 285.000

92
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 2 : Upah Satuan

Penghitungan PPh Pasal 21


David Hay (belum menikah)
adalah seorang karyawan Penghitungan PPh Pasal 21
yang bekerja sebagai perakit Upah Borongan Sehari (Rp 3.000.000 : 6 ) Rp 500.000
TV pada suatu perusahaan Dikurangi
elektronika. Upah yang
dibayar berdasarkan atas Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000
jumlah unit/satuan yang Upah di atas RP 450.000 sehari Rp 50.000
diselesaikan yaitu Rp
100.000,00 per buah TV dan Upah Borongan terutang pajak
dibayarkan tiap minggu.
6 x RP 50.000 Rp 300.000
Dalam waktu 1 minggu (6 hari
kerja) dihasilkan sebanyak 30
buah TV dengan upah Rp PPh 21 (Mingguan)
3.000.000,00 5% x Rp 300.000 Rp 15.000

93
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 3 : Upah Borongan

Penghitungan PPh Pasal 21

Upah Borongan Sehari (Rp 1.000.000 :2 ) Rp 500.000


Dikurangi
Batas Upah Harian tidak dilakukan Pemotongan PPh 21 Rp 450.000
Upah di atas RP 450.000 sehari Rp 50.000
Suyuti mengerjakan
dekorasi sebuah rumah
dengan upah borongan Upah Borongan terutang pajak
sebesar Rp 1.000.000,00, 2 x RP 50.000 Rp 100.000
pekerjaan diselesaikan
dalam 2 hari. PPh 21
5% x Rp 100.000 Rp 5.000

94
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Pegawai Contoh 4: Upah dibayarkan secara bulanan

Penghitungan PPh Pasal 21

Upah Juli 2017 (20 X 300.000) Rp 6.000.000


Gantang Hermawan Penghasilan Netto Setahun Rp 72.000.000
bekerja pada perusahaan
elektronik dengan dasar
PTKP (K/0)
upah harian yang
dibayarkan bulanan. 1. Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
Dalam bulan Juli 2018 2. Tambahan krn Menikah Rp 4.500.000
Gantang Hermawan hanya Rp 58.500.000
bekerja 20 hari kerja dan Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 13.500.000
upah sehari adalah Rp
300.000,00. Gantang
PPh 21 Setahun
Hermawan menikah
tetapi belum memiliki 5% X 13.500.000 Rp 675.000
anak.
PPh 21 Sebulan
675.000 : 12 Rp 56.250

95
Pegawai
Bukan Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (1)

PPh Pasal 21 Bukan Pegawai

Berkesinambungan Berkesinambungan Tidak Berkesinambungan


cfm.Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016 exc. Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016

DPP : 50% X Ph. Bruto DPP : 50% X Ph. Bruto DPP : 50% X Ph. Bruto
dihitung secara kumulatif
dikurangi

PTKP sebulan
dihitung secara kumulatif

Tarif PPh Ps. 17 Tarif PPh Ps. 17 Tarif PPh Ps. 17

96
Pegawai
Bukan Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (2)

Bukan Pegawai yang menerima penghasilan secara berkesinambungan dapat memperoleh


pengurangan berupa PTKP sepanjang yang bersangkutan :

• Memiliki NPWP
• Penghasilan berasal dari hubungan kerja
• Tidak memperoleh penghasilan lainnya, dan
• Menyerahkan fotokopi kartu NPWP (bagi wanita
kawin ditambah surat nikah dan Kartu Keluarga)

PER -16/PJ/2016 Pasal 13 (1) & (2)

97
Pegawai
Bukan Menghitung PPh 21 Bukan Pegawai (3)

Dalam hal Bukan Pegawai memberikan jasa kepada Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 :

• Mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah
sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang
dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian
gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto
tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan;
• Melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto hanya
atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan
antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut
termasuk pemberian jasa dan material atau barang.

Dalam hal jumlah penghasilan bruto dibayarkan kepada dokter yang melakukan praktik di rumah
sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang
dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi
hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik.

98
Bukan Pegawai

Contoh 1: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat


berkesinambungan cfm. Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016 (1)

Komisi agen
Tati Nurtika adalah petugas dinas luar asuransi Bulan
(Rupiah)
dari PT. Tabaru Life. Suami Tati Nurtika telah
terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai Januari 38.000.000,00
NPWP, dan yang bersangkutan bekerja pada PT. Februari 40.000.000,00
Kersamanah. Tati Nurtika telah menyampaikan Maret 42.000.000,00
fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah April 44.000.000,00
dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong
Mei 45.000.000,00
pajak. Tati Nurtika hanya memperoleh penghasilan
dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar Juni 48.000.000,00
asuransi, dan telah menyampaikan surat Juli 50.000.000,00
pernyataan yang menerangkan hal tersebut Agustus 52.000.000,00
kepada PT Tabaru Life. Pada tahun 2018,
September 55.000.000,00
penghasilan yang diterima oleh Tati Nurtika
sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabaru Oktober 56.000.000,00
Life adalah sebagai berikut: November 58.000.000,00
Desember 60.000.000,00
Jumlah 588.000.000,00

99
Bukan Pegawai

Contoh 1: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat


berkesinambungan cfm. Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016 (2)

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2018 adalah :

100
Bukan Pegawai

Contoh 2: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat


berkesinambungan exc. Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016 (1)

Jasa Dokter yang


dr. Abdul Fahri, Sp.JP merupakan dokter spesialis Bulan dibayar Pasien
jantung yang melakukan praktik di Rumah Sakit (Rupiah)
Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa Januari 45.000.000,00
atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien
Februari 49.000.000,00
akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai
bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar Maret 47.000.000,00
80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan April 40.000.000,00
kepada dr. Abdul Fahri, Sp.JP pada setiap akhir Mei 44.000.000,00
bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Juni 52.000.000,00
Jantung Sehat dr. Abdul Fahri, Sp.JP juga melakukan Juli 40.000.000,00
praktik sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Fahri,
Agustus 35.000.000,00
Sp.JP telah memiliki NPWP. Pada tahun 2018, jasa
September 45.000.000,00
dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul
Fahri, Sp.JP di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat Oktober 44.000.000,00
adalah sebagai berikut : November 43.000.000,00
Desember 40.000.000,00
Jumlah 524.000.000,00

101
Bukan Pegawai

Contoh 2: Bukan Pegawai menerima penghasilan yang bersifat


berkesinambungan exc. Pasal 13 (1) PER -16/PJ/2016 (2)

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2018 adalah :

102
Bukan Pegawai

Contoh 3 : Bukan Pegawai menerima penghasilan yang tidak berkesinambungan

Jasa Perbaikan
komputer

Nino Hasan Mendapatkan fee


PT Cahaya Kurnia
Rp5.000,000,00

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:


5% x (50% x Rp5.000.000,00) = Rp125.000,00

Dalam hal Nino Hasan tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang menjadi sebesar:

120% x 5% x (50% Rp5.000.000,00) = Rp150.000,00

103
Bukan Pegawai

Contoh 4: Bukan Pegawai menerima penghasilan sehubungan dengan jasa


yang dalam pemberian jasanya mempekerjakan orang lain sebagai
pegawainya dan/atau melakukan penyerahan material/bahan (1)

Imam Pauzi melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan Rp10.000.000,00.
Imam Pauzi mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-
masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan
pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. Selain itu, Imam Pauzi membeli spare part AC yang dipakai untuk
perawatan AC sebesar Rp1.000.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:

Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Imam Pauzi, dapat diketahui bagian imbalan
bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Imam Pauzi
dan biaya untuk membeli spare part AC, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21
yang harus dipotong oleh PT Wahana Jaya atas imbalan yang diberikan kepada Imam Pauzi adalah sebesar
imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Imam Pauzi dan biaya spare part AC,
sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang diterima Imam Pauzi adalah sebesar:
5% x (50% x Rp4.500.000,00)= Rp112.500,00

104
Bukan Pegawai

Contoh 4: Bukan Pegawai menerima penghasilan sehubungan dengan jasa


yang dalam pemberian jasanya mempekerjakan orang lain sebagai
pegawainya dan/atau melakukan penyerahan material/bahan (2)

Dalam hal PT Wahana Jaya tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang dilakukan
atau dokumen yang diberikan oleh Imam Pauzi mengenai upah yang harus dikeluarkan Imam
Pauzi atau pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya adalah
jumlah sebesar :

5% x (50% x Rp10.000.000,00) = Rp250.000,00

105
Peserta Kegiatan
Menghitung PPh 21 Peserta Kegiatan

PPh Pasal 21 Peserta Kegiatan

Penghasilan Bruto

Tarif PPh Ps. 17

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah.

106
Peserta Kegiatan

Contoh 1 : Peserta Kegiatan

Kevin Sanjaya adalah seorang atlet bulutangkis profesional Indonesia yang


bertempat tinggal di Jakarta. la menjuarai turnamen Indonesia Open dan
memperoleh hadiah sebesar Rp200.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen Indonesia Open tersebut
adalah :

5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp150.000.000,00 = Rp 22.500.000,00
Rp 25.000.000,00

107
Lainnya

Menghitung PPh 21 :
 Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak Merangkap Sebagai
Pegawai Tetap
 Mantan Pegawai Yang Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak Teratur
 Peserta Program Pensiun Yang Masih Berstatus Sebagai Pegawai yang Menarik
Dana Pensiun

Dewan Komisaris/Pengawas Peserta program Pensiun yang


Mantan Pegawai
non Pegawai tetap masih Berstatus pegawai

Honorarium atau imbalan Jasa produksi, tantiem,


Penarikan dana pensiun
yang bersifat tidak teratur gratifikasi, bonus atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur

Tarif PPh Ps. 17 X Penghasilan Bruto (Atas Jumlah Kumulatif)

108
Lainnya

Contoh 1 : Mantan Pegawai

Leli Sari bekerja pada PT Karunia Fajar. Pada tanggal 1 Januari 2018 telah berhenti
bekerja pada PT Karunia Fajar karena pensiun. Pada bulan Maret 2018 Leli Sari
menerima jasa produksi tahun 2017 dari PT Karunia Fajar sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah :

5% x Rp50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00


15% x Rp5.000.000,00 = Rp. 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong = Rp. 3.250.000,00

Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada


mantan pegawai lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran
penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan
memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.

109
Lainnya

Contoh 2: Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak


Merangkap Sebagai Pegawai Tetap (1)

Nuryuni Putri adalah Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak
Merangkap Sebagai Pegawai Tetap pada PT Sinar Abadi

Bulan Tahun 2018, Nuryuni Putri menerima honorarium PT Sinar Abadi sebanyak 3
(tiga) kali yaitu:
• Bulan April 2018 sebesar Rp20.000.000,00.
• Bulan Juni 2018 sebesar Rp15.000.000,00.
• Bulan Oktober 2018 sebesar Rp25.000.000,00.

110
Lainnya

Contoh 2: Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak


Merangkap Sebagai Pegawai Tetap (2)

PPh Pasal 21 yang terutang adalah :

a. atas honorarium sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan April 2018 terutang PPh Pasal
21 sebesar 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00.
b. atas honorarium sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan Juni 2018 terutang PPh Pasal
21 sebesar 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
c. atas honorarium sebesar Rp25.000.000,00 pada bulan Oktober 2018 terutang PPh
Pasal 21 sebesar :
5% x Rp15.000.000,00 = Rp. 750.000,00
15% x Rp10.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00
Rp. 2.250.000,00

111
PPh Pasal 21 Final dan
PPh Pasal 26
 PPh Final atas Uang
Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
dan JHT
 PPh Final atas Penghasilan
yang Menjadi Beban APBN
atau APBD
 Penghitungan PPh Pasal 26
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)

Penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk Pengelola Dana Pesangon
Uang Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan
Pesangon dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian.

Penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan kepada orang pribadi peserta dana
Uang Manfaat pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Pensiun dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara tunjangan hari tua
Tunjangan
kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun
Hari Tua

Penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
Jaminan kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau
Hari Tua keadaan lain yang ditentukan

113
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)

• Bersifat Final
• Dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh
Sifat (1) pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
kalender

Sifat
• Tidak Bersifat Final
• Bagian penghasilan yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan
tahun-tahun berikutnya, pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan
dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada Pegawai
Sifat (2) pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
• Pegawai tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tarif pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif
yang diterapkan terhadap Pegawai yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.

114
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)

Besaran (Rp) Tarif PPh atas uang pesangon

Lapisan 1 Jan 2001 s.d. 15 Nov 09 Mulai 16 Nov 09

Lapisan 1 0 – 25 Juta 0% 0 – 50 Juta 0%


Lapisan 2 > 25 Juta – 50 Juta 5% > 50 Juta – 100 Juta 5%
Lapisan 3 > 50 Juta – 100 Juta 10% > 100 Juta – 500 Juta 15%
Lapisan 4 > 100 Juta – 200 Juta 15% > 500 Juta 25%
Lapisan 5 > 200 Juta 25%

115
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)

Contoh Soal

Edi Mangedi (ber-NPWP) menerima pembayaran Uang Pesangon yang dilakukan dalam beberapa kali
pembayaran, sbb :
a. Bulan Desember 2017 Rp 50.000.000,00
b. Bulan April 2018 Rp 125.000.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong:

Bulan Desember 2017:


Jumlah penghasilan bruto Rp 50.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang : 0% x Rp50.000.000,00 Rp 0,00

Bulan April 2018:


Jumlah penghasilan bruto Rp 125.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500,000,00
15% x Rp 75.000.000,00 Rp 11.250.000,00 (+)
Jumlah Rp 13.750.000,00

Jumlah seluruh Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong


Rp 0,00 + Rp 13.750.000,00 = Rp 13.750.000,00.

116
atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
PPh Final Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua (JHT)

Besaran (Rp) Tarif PPh atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan JHT

Lapisan 1 Jan 2001 s.d. 15 Nov 09 Mulai 16 Nov 09

Lapisan 1 0 – 25 Juta 0% 0 – 50 Juta 0%

Lapisan 2 > 25 Juta – 50 Juta 5% > 50 Juta 5%

Lapisan 3 > 50 Juta – 100 Juta 10%

Lapisan 4 > 100 Juta – 200 Juta 15%

Lapisan 5 > 200 Juta 25%

117
PPh Final atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD

Penghasilan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau
APBD, dipotong oleh bendahara pemerintah yang membayarkan honorarium atau imbalan lain tersebut,

Besaran (Rp) Tarif PPh atas honorarium atau imbalan lain


(beban APBN dan APBD)

Tarif Sejak 1 Januari 2011

0% PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya

5% PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira
Pertama, dan pensiunannya

15 % Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat perwira Menengah dan perwira Tinggi, dan Pensiunannya

118
PPh Pasal 26
Penghitungan
Dikenakan atas :

• imbalan pekerjaan, jasa dan kegiatan


• dilakukan orang pribadi SPLN

1 DPP = Penghasilan Bruto

2 Tarif = 20%

3 Bersifat final

4 Memperhatikan ketentuan P3B

tidak bersifat final dalam hal orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri tersebut
berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri.

119
Administrasi dan
Pelaporan PPh Pasal
21/26
 Hak dan Kewajiban
 Pelaporan PPh Pasal 21/26
Hak dan Kewajiban

PEMOTONG
No. Hak dan Kewajiban

1 Mendaftarkan diri ke KPP

2 Menghitung, menyetor & melaporkan PPh terutang setiap bulan kalender

Membuat catatan/kertas kerja perhitungan PPh masing-masing penerima penghasilan &


3
menyimpannya sesuai ketentuan

SPT Masa PPh Pasal 21/26 (Januari - November) Nihil Tidak Wajib Dilaporkan, kecuali Nihil
4 dikarenakan adanya Surat Keterangan Domisili (Certificate Of Domicile)  Cfm : PMK
9/PMK.03/2018

Apabila jumlah PPh Pasal 21/26 yang dipotong pada Masa Pajak Desember Nihil,
5
kewajiban untuk melaporkan PPh Pasal 21/26 tetap berlaku.  Cfm : PMK 9/PMK.03/2018

Dapat memperhitungkan kelebihan penyetoran pada suatu bulan ke bulan berikutnya


6
melalui SPT Masa PPh

7 Membuat bukti potong & memberikannya kepada pihak yang dipotong

121
Hak dan Kewajiban

PIHAK YANG
DIPOTONG
No. Hak dan Kewajiban

1 Mendaftarkan diri ke KPP


Membuat surat pernyataan: jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun/saat dimulai
2
SPDN dan menyerahkannya kepada pemotong pajak

Membuat surat pernyataan baru bila terjadi perubahan tanggungan paling lama sebelum
3
mulai tahun kalender berikutnya

4 Menerima bukti potong dari pemotong

122
Hak dan Kewajiban
Kewajiban Membuat
Bukti Potong

Untuk pegawai  dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)


tetap/penerima  diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pensiun berkala: pegawai berhenti

Untuk selain pegawai  Dibuat setiap kali ada pemotongan


tetap/penerima  Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong
pensiun berkala: dapat dibuat sekali dalam satu bulan

Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

123
Hak dan Kewajiban
Penyetoran dan
Pelaporan

Paling lambat tanggal


20 bulan berikutnya

PENYETORAN PELAPORAN

Paling lambat tanggal


10 bulan berikutnya

Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran dan batas waktu pelaporan PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari
libur nasional, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
.

124
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

Ketentuan
Ketentuan 2012 2013 2014 s.d Sekarang

Administrasi dan Pelaporan PER – 32/PJ/2009 PER – 32/PJ/2009 PER – 14/PJ/2013

PER - 14/PJ/2013 :
Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal
21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

Ditetapkan : 18 April 2013


Mulai Berlaku : 01 Januari 2014

125
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

Bentuk SPT Masa PPh Pasal 21/26 (1)

Formulir Kertas
e-SPT
(hard copy)

bentuk, isi, dan ukuran SPT Masa menggunakan aplikasi e-SPT yang
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 telah disediakan oleh Direktorat
sebagaimana ditetapkan dalam Jenderal Pajak.
Lampiran I PER - 14/PJ/2013
tidak boleh diubah

126
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

Bentuk SPT Masa PPh Pasal 21/26 (2)

• Melakukan pemotongan PPh Pasal 21


terhadap pegawai tetap dan penerima
pensiun atau THT/JHT berkala dan/atau
PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat Formulir Kertas
e-SPT
negara dan pensiunannya yang (hard copy)
jumlahnya dalam 1 (satu) masa pajak;
dan/atau
• Melakukan pemotongan PPh Pasal 21
(Tidak Final) dan/atau Pasal 26 dengan
bukti pemotongan yang jumlahnya Dapat digunakan oleh Wajib digunakan oleh
dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau Pemotong yang : Pemotong yang :
• Melakukan pemotongan PPh Pasal 21
(Final) dengan bukti pemotongan yang
jumlahnya dalam 1 (satu) masa pajak;
dan/atau Tidak lebih Lebih
• Melakukan penyetoran pajak dengan
SSP dan/atau bukti Pbk yang jumlahnya
dari 20 dari 20
dalam 1 (satu) masa pajak.

127
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

Hal-hal yang perlu diperhatikan

Pemotong yang telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk
e-SPT tidak diperbolehkan lagi menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26
dalam bentuk formulir kertas (hard copy) untuk masa-masa pajak berikutnya.

Pemotong dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam hal
pemotong telah memenuhi syarat untuk menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal
26 dalam bentuk e-SPT, namun SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak disampaikan
dalam bentuk e-SPT.

Pemotong dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam hal
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak memenuhi ketentuan dalam bentuk formulir
kertas (hard copy) tidak memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I PER -
14/PJ/2013.

128
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

SPT Masa PPh Pasal 21/26

Terdiri dari :

Formulir 1721 Induk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26;

Formulir 1721-I Daftar Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun
atau THT/JHT Berkala serta bagi PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara dan pensiunannya;

Formulir 1721-II Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final) dan/atau Pasal 26;

Formulir 1721-III Daftar Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Final);

Formulir 1721-IV Daftar Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Pbk) untuk Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26;

Formulir 1721-V Daftar Biaya;

129
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan


Pasal 21 dan/atau Pasal 26

Terdiri dari :

Formulir 1721-VI Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Tidak Final) atau Pasal 26;

Formulir 1721-VII Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (Final);

Formulir 1721-A1 Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun
atau THT/JHT Berkala;

Formulir 1721-A2 Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara
dan pensiunannya ;

130
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26

 langsung ke KPP atau KP2KP;

 melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke KPP;

melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman

surat ke KPP; atau

 e-filing yang tata cara penyampaiannya diatur dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan perpajakan.
adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara on-line yang real time melalui website
Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP).

SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk e-SPT harus disampaikan dengan
disertai Induk SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas
(hard copy).

131
PPh Pasal 21/26
Pelaporan

Pokok Perubahan Pelaporan SPT


Masa PPh Pasal 21/26

“Mandatory Kewajiban Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21/26 melalui e-filling
bagi Wajib Pajak Badan yang sebelumnya telah diwajibkan menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 21/26 dalam bentuk dokumen elektronik.”

Cfm : Pasal 8 ayat (6) PMK 9/PMK.03/2018

132
PPh Pasal 21/26
Pelaporan
Formulir yang tidak perlu dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26
KETERANGAN
Formulir 1721-I dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap, penerima pensiun
atau THT/JHT berkala serta PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara dan pensiunannya
Formulir 1721-II dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) dan Pasal 26 dengan
menggunakan Formulir 1721-VI
Formulir 1721-III dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Final) dengan menggunakan Formulir
1721-VII
Formulir 1721-IV dalam hal tidak ada penyetoran dan pemindahbukuan PPh Pasal 21 dan Pasal 26
dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk
Formulir 1721-V dalam hal Pemotong wajib menyampaikan SPT Tahunan

Formulir 1721-VI -

Formulir 1721-VII -

Formulir 1721-A1 -

Formulir 1721-A2 -

133
STUDI KASUS
 Overview e-SPT PPh Pasal
21/26
 Pembahasan Studi Kasus dan
Pengisian e-SPT PPh Pasal
21/26
THANKS
Disclaimer

 Informasi yang terdapat dalam presentasi yang disiapkan oleh


Ortax (PT Integral Data Prima) adalah bukan merupakan saran
atau nasihat terkait konsultasi perpajakan atau konsultasi apa pun
dan hanya dapat digunakan untuk tujuan informasi.
 Ortax tidak bertanggungjawab atas kesalahan dan keterlambatan
dalam memperbaharui informasi, serta segala kerugian yang
timbul akibat penggunaan data dan/atau informasi yang terdapat
dalam presentasi ini.

136

Anda mungkin juga menyukai