Disajikan oleh :
Dionisius E. Indrarto, SE, Ak, BKP, CA, CPSAK
Curriculum Vitae – in brief
2013 - Present :
Founder : Prima Fiska Consultindo
Partner : AP Consulting
Lead consultant-Tax Advisory&Litigation : Carrel Ticualu&Co Law Firm /
Leo Siregar & Partners Law Firm / YIJIA Group Consulting
Lead researcher : LBH Pajak dan Cukai - TAPCC
Instructor/Trainer :
USKP ABC Review-Ikatan Akuntan Indonesia&Indoprima Cons.
Brevet ABC/Akuntansi/PSAK - Ikatan Akuntan Indonesia
Pendidikan Khusus Praktisi dan Pengacara Pajak-PKPPI&JSLG
Tax Center : Atmajaya-Trisakti-Univ. Pamulang
Public/government workshops
Corporate In-House Training
2014-2015 : Managing Director PT. Theta Logika Sahabat Indonesia
(“LOGIFRAME”)
2013-2014 : Accounting&Tax Manager Spectra Group
Contact Person
• 085216086117
Phone • 08123751011
Emai • dionisius.e.indrarto@gmail.com
l • primafiska.consultindo@gmail.com
•
www.tapcc.org
Outline
Subjek Pajak
Objek Pajak
Pembukuan
Penghitungan Pajak
Page 4
Dasar Hukum
Page 5
PENGENALAN SPT
1771
Page 6
1 7
1. WTP
2. W / WDP
Normal : Jan-Des
3. TW
0117 s.d. 1217 4. DISCLAIMER
Page 7
SIAPA WAJIB PAJAK ?
SIAPA KUASA?
Page 8
WAKIL WP (Pasal 32 (1) KUP)
a. badan : pengurus
b. badan dalam pembubaran atau pailit : orang atau badan yang
dibebani untuk melakukan pemberesan
c. warisan yang belum terbagi : salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta
peninggalannya
d. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam
pengampuan : wali atau pengampunya
page 9
PENGURUS
Pasal 32 (4) KUP)
Termasuk dalam pengertian pengurus adalah orang yang
nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam
menjalankan perusahaan.
page 10
KUASA
(Pasal 32 (3) KUP)
page 11
Kuasa Wajib Pajak
page 12
Kuasa Wajib Pajak
page 13
TANGGUNGJAWAB WAKIL
(Pasal 32 (2) KUP)
page 14
SUBJEK PAJAK
Page 15
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU PPh)
Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan dalam Tahun
Pajak
Page 16
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh
Orang Pribadi
Badan
Page 17
Tidak ada perubahan dalam UU CK
BADAN
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatu
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usah
yang meliputi:
PERSEROAN TERBATAS
PERSEROAN KOMANDITER
PERSEROAN LAINNYA
page 18
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU PPh
Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)
Page 19
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3) UU PPh
Page 20
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)
UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
Page 22 DI INDONESIA
Puspenpa 2000
22
BUT dapat berupa:
Page 23
BUT
Pengenaan 2 Tahap
– SPDN= pajak diterapkan
dari laba neto BUT
– SPLN= pajak diterapkan
dari sisa laba setelah
pajak yang siap dikirim
ke negara asal
Page 24
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)
SPDN SPLN
BADAN BUT
MULAI : MULAI :
SAAT DIDIRIKAN / SAAT MELAKUKAN
BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN
DI INDONESIA MELALUI BUT DI
INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT DIBUBARKAN ATAU BERAKHIR :
TIDAK LAGI SAAT TDK LAGI MENJALANKAN
BERKEDUDUKAN DI USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT
INDONESIA. DI INDONESIA.
Page 25 25
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???
Subjek
Pajak
Wajib
Pajak
Objek
Pajak
Page 26
Perbedaan WP DN dan WP LN
WP WP
DN Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina
Page 27
Tidak Termasuk Subjek Pajak Badan
Organisasi-
Kantor Perwakilan
organisasi
Negara Asing
Internasional
• Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut
• Tidak menjalankan usaha, kegiatan
lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada
Pemerintah yang dananya berasal
dari iuran anggota
Page 28
Isu……….
Penghasilan:
Dividen
Bunga Obligasi
BANK KUSTODIAN Bunga Deposito
Capital Gain Saham
CP & surat utang
Pemegang Unit Penyertaan
lainnya
Badan
PENGELOLAAN
MANAJER INVESTASI
KIK dalam jenis usaha apapun termasuk dalam pengertian Subjek Pajak Badan.
Pelaksanaan perlakuan Pajak Penghasilan atas Reksa Dana yang berbentuk KIK ini
disamakan dengan perlakuan atas perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham,persekutuan, firma, dan kongsi.
Page 30
PEMBUKUAN
Page 31
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
Page 32
Sanksi terkait Pembukuan
Page 33
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)
1
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
sebenarnya
Dapat dihitung
besarnya pajak
terutang
Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata
2 uang Rupiah, bahasa Indonesia
Page 35
CONTOH PENETAPAN JABATAN
Diperiksa
Tidak memenuhi
Pasal 28 – 29 UU KUP
Page 36
KONSEKUENSI TIDAK DIPENUHINYA KEWAJIBAN PEMBUKUAN
Pidana PENJARA (6 bulan s.d. 6 tahun) DAN DENDA (2x s.d. 4x pajak yang
kurang dibayar)
Page 37
ALUR PENYUSUNAN SPT TAHUNAN PPh
BADAN
Koreksi Fiskal
Page 39
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
P E N G H A S I LA N
Page 40
SUMBER PENGHASILAN WAJIB PAJAK
Penghasilan
Page 42
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh
Penghasilan
(income/revenue)
Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek Objek PPh Final Bukan Objek
Psl. 4 (1) Pph Psl. 4 (1) Huruf K Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)
Sesuai UU Tidak
Sesuai UU
over under
Page 43
Penghasilan
Page 44
Penghasilan
Laba usaha
Page 45
Penghasilan
Page 46
Penghasilan
Page 47
Penghasilan
Premi asuransi
Page 48
Penghasilan
Page 49
Dikenai Pajak Bersifat Final
Page 50
PAJAK BERSIFAT FINAL ?
Page 51
Konsekuensi Pengenaan PPh Final
pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun
Page 52
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual
•15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
•20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
•5% 2011 – 2013
•15% 2014
Page 53
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)
Page 55
Dikecualikan dari Objek Pajak
Page 56
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)
warisan
Page 58
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)
Page 59
Update UU Cipta Kerja : DIVIDEN
Page 60
Dikecualikan dari Obyek Pajak:
Page 61
Update UU Cipta Kerja :
Page 62
Objek Pajak BUT
Page 63
Objek Pajak BUT
Page 64
Pengurang Penghasilan BUT
Page 65
OBJEK PAJAK - HADIAH
Page 66
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page 67
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)
over under
Page 68
Page 69
Page 70
14.000.000.000
8.000.000.000
6.000.000.000
16.000.000.000
Page 71
Page 72
2.200.000.000
300.000.000
1.544.750.000
4.044.750.000
Page 73
HUBUNGAN PENGHASILAN DAN BIAYA
BARANG / JASA
PIHAK 1 PIHAK 2
PEMBAYARAN
PENGHASILAN BIAYA
BIAYA TIDAK
NON OBYEK / NTI DIAKUI/NDE
PENGECUALIAN :
BIAYA TIDAK
OBYEK PAJAK/TI
DIAKUI/NDE
NON OBYEK / NTI BIAYA DIAKUI/DE
Page 74
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Page 75
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Biaya 3 M
Mendapatkan
Menagih PENGHASILAN
Memelihara
INPUT OUTPUT
EXPENSE PT. ABC INCOME
Page 77
Beban menurut SAK : KDPPLK
Page 78
Implementasi Biaya = Pengurang Penghasilan Bruto
INPUT OUTPUT
EXPENSE PT. ABC INCOME
Mengadopsi ABC
Biaya terkait AKTIVITAS LANGSUNG = Biaya Produksi
Biaya terkait AKTIVITAS TIDAK LANGSUNG = Biaya
Distribusi, Biaya Marketing, Biaya Manajemen
Page 80
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)
Page 81
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)
Page 82
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)
Page 83
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)
Page 84
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)
Page 85
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)
Page 86
KOMPENSASI KERUGIAN
2. PEMBUKUAN
Page 90
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
MENJADI PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO
Page 91
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)
Page 92
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)
Page 93
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)
8. Pajak Penghasilan
Page 95
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)
Page 96
Topik-Topik Khusus
Pengurang Penghasilan Bruto
Page 97
BIAYA BERSAMA
Pasal 27 PP No 94 Tahun 2010 :
Ayat (1) :
Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan secara terpisah dalam
hal:
a. memiliki usaha yang penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifa final dan tidak final;
b. menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak
dan bukan objek pajak; atau
c. mendapatkan dan tidak mendapatkan fasilitas perpajakan sebagaimana
diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Ayat (2) :
Biaya bersama bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
tidak dapat dipisahkan dalam rangka penghitungan besarnya Penghasilan
Kena Pajak, pembebanannya dialokasikan secara proporsional
Contoh penerapan biaya bersama
Ayat (1) :
Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib Pajak
berbentuk perseroan terbatas diperkenankan apabila:
a. pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan
bukan berasal dari pihak lain;
b. modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah
disetor seluruhnya;
c. pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan
d. perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan
untuk kelangsungan usahanya.
Ayat (2) :
Apabila pinjaman yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatas
dari pemegang sahamnya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), atas pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar.
* REKONSILIASI FISKAL
Biaya yang dapat Pasal 6 ayat (1)
dikurangkan UU PPh
Biaya yang tidak dapat Pasal 9 ayat (1)
dikurangkan UU PPh
PMK
Pembentukan dana cadangan 81/PMK.03/2009
KMK 466/KMK.04/2000
Pemberian Natura KEP-213/PJ/2001
Sumbangan PP 93/2010
Page 104
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?
Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.
Page 105
Kapan ?
Page 106
Harga Perolehan (1)
Jumlah yangBerelasi:
Hubungan sesungguhnya dikeluarkan
Jumlah yang seharusnyauntuk mendapatkan
dikeluarkan (harga
pasarbersangkutan
harta yang wajar)
Page 107
Harga Perolehan (2)
Page 108
Harga Perolehan (3)
Nilai sisa buku fiskal harta yang bersangkutan atau nilai yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dalam hal harta tersebut diperoleh karena
sumbangan, bantuan, zakat, hibah serta warisan yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Nilai pasar dari harta yang bersangkutan, dalam hal harta tersebut
diperoleh dalam rangka setoran modal sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal (Pasal 4 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008).
Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri :
– Yaitu biaya-biaya untuk membangun atau membuat aktiva tersebut, dimana
harus dikeluarkan (dikoreksi) unsur-unsur biaya yang menurut ketentuan
fiskal tidak dapat dibebankan (non deductible).
– Dalam hal aktiva tersebut dibangun dengan dana yang berasal dari
pinjaman, biaya bunga pinjaman tersebut harus dikapitalisir dalam harga
perolehan aktiva yang bersangkutan (menjadi unsur harga perolehan).
Page 109
Metode Penyusutan
Page 110
Klasifikasi Aktiva Tetap
Bangunan
Tidak Permanen (10 th)
Aktiva Tetap
I (4 th)
II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN
Contoh :
Aktiva kelompok I diperoleh 1/1/2012 harga perolehan Rp 20juta dijual
tanggal 31/12/2013 dengan harga Rp 9,5 juta. Manajemenmenetapkan
metode penyusutan garis lurus. Asumsi tidak ada biaya lain, maka
perhitungan keuntungan/kerugian penjualan tersebut adalah :
Harga jual – Nilai Buku = Rp 9,5 juta – Rp 10 juta = Rp 500 ribu (Rugi)
Page 114
Contoh 2 : Penyusutan GL perolehan 5/4/2013 Rp 120 juta
Page 115
Contoh 3 : Penyusutan SM perolehan 5/4/2013 Rp 120 juta
Page 116
Contoh 4 : Penyusutan SM perolehan 5/4/2013 Rp 120 juta, dijual
tanggal 10 Maret 2017 dengan harga Rp 40 juta
Page 117
INVENTORY
Page 118
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY
Page 119
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000
Rp 2,150 Rp 1,075
Page 120
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000
Page 121
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 17 / 2000)
Rp 2,325 Rp 900
Page 122
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison
Page 123
BIAYA BUNGA
Page 124
SE-46 Tahun 1995
Page 125
BIAYA BUNGA (1)
BIAYA BUNGA
Page 126
BIAYA BUNGA (2)
Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
– Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp
150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.
Page 127
Contoh komprehensif
Kredit
Page 128
SE-46 Tahun 1995
Page 129
Biaya Entertainment
Page 130
Biaya Promosi
Page 131
Selisih Kurs Mata Uang Asing (UU lama)
Page 133
Selisih Kurs Mata Uang Asing (baru)
12/03/14
=$1.000 x (12,000-12,400)
Page 134
Pembentukan Cadangan-(Bank Umum)
1% L
5% DPK
15% KL
50% DIRAGUKAN
100%MACET
Page 135
Pembentukan Cadangan-(SGU hak opsi, Asuransi dan Pertambangan)
Pembentukan Cadangan-Pertambangan
metode satuan produksi atas dasar taksiran biaya reklamasi
Page 136
NATURA-DEDUCTIBLE
Pemberian Natura / Kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan (KMK No.466/KMK.04/2000 & Kep.Dirjen Pajak No.KEP-
213/PJ/2001
– Bukan Daerah Terpencil:
• Penyediaan Makan Minum untuk seluruh pegawai termasuk
dewan direksi dan komisaris di tempat kerja
(SE-14/PJ.31/2003)
• Pakaian dan peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran,
proyek, pakaian seragam pabrik, satpam, awak kapal/pesawat,
antar jemput pegawai.
– Daerah Terpencil (harus mendapat persetujuan dari Ditjen Pajak)
mencakup:
• Tempat Tinggal
• Pelayanan Kesehatan
• Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya
• Pengangkutan bagi pegawai di lokasi kerja
• Olah raga kecuali golf, bolling dan pacuan kuda
Sepanjang bentuk fasilitas diatas sebelumnya tidak tersedia
dilokasi.
Page 137
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan
PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%
KENDARAAN SEDAN
Page 138
PENYUSUTAN KENDARAAN PERUSAHAAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 09/PJ.42/2002
TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN KENDARAAN
PERUSAHAAN
Page 139
Biaya Perolehan Software
Page 140
Sumbangan (PP 93/2010)
Page 141
Syarat Sumbangan (PP 93/2010)
Page 142
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 93/2010)
back
Page 143
PENGHITUNGAN PAJAK
Page 144
PERHITUNGAN PPh TERUTANG
66 PPh TERUTANG
Page 146
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN
Page 147
Menghitung PPh Terutang
Page 148
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)
Tarif PPh
=
PPh Terutang
(ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah
dikreditkan)
Page 149
PPh Terutang dalam SPT Tahunan
Page 150
PPh TERUTANG DALAM TAHUN 20xx
Page 151
TARIF PAJAK (Pasal 17 jo. 31E UU PPh)
Page 152
Update PERPU 1 tahun 2020 :
Page 153
Tarif Pajak Bagi PT yang 40% sahamnya di Bursa
(Pasal 17 ayat (2b) UU PPh diatur dalam PP 81/2007 stdd PP 77/2013)
4,8M
---------- x Ph KP
Peredaran Bruto
Contoh 1.
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp500.000.000,00
PPh terutang =
Page 156
Contoh penerapan Pasal 31E UU PPh
Contoh 2.
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp3.000.000.000.
Contoh :
Tahun Pajak 2012 terdapat income tax yang sudah
dikenakan di negara X Rp 25 juta, sementara berdasarkan
MKPLN yang dapat dikreditkan sebagai PPh Pasal 24 tahun
itu adalah Rp 20 juta. Tahun Pajak 2013, negara X
memberikan pengurangan income tax tahun 2012 menjadi
Rp 15 juta (ada pengembalian Rp 10 juta).
Page 159
PP 46 tahun 2013
Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan (tidak termasuk bentuk
usaha tetap) yang menerima penghasilan dari usaha (tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas) dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak dikenakan tarif PPh 1%
dan bersifat FINAL
Penghitungan PPh terutang dilakukan setiap bulan
Jika dalam satu bulan jumlah kumulatif peredaran usahanya lebih dari
4,8M, pengenaan tarif khusus ini tetap berlanjut sampai akhir tahun,
untuk tahun berikutnya menggunakan tarif umum PPh Pasal 17
Ketentuan mulai berlaku 1 Juli 2013
Page 160
PP 46 tahun 2013 : Pengecualian
Page 161
PP 46 tahun 2013 : Implementasi
<=4,8M
Page 162
PP 46 tahun 2013 : Implementasi
Juni
Page 163
PP 46 tahun 2013 : Penentuan Dasar Pengenaan PP 46 / 2013
2012 2013 2014
Jika tahun sebelum berlakunya PP 46 tidak meliputi 12 bulan
Terdaftar Mei Penghasilan 2012 disetahunkan lebih dari
Jika Wajib Pajak terdaftar di tahun yang sama dengan PP 46/2013 namun sebelum bulan berlakunya PP 46
Terdaftar April
Final 1%
Page 165
PPh Terutang
X
Kredit Pajak + PPh yang dibayar
sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar
Page 166
Kredit Pajak
Page 168
PPh Pasal 23
Page 169
PPh Pasal 24
Page 170
PPh Pasal 24
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
Ph KP
Page 171
PPh Pasal 24
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
Page 172
Ph KP
CONTOH PENGKREDITAN PPh TERUTANG DI LN (Asumsi
0mzet >50M)
PN Dalam Negeri Rp 60.000.000
PN Luar Negeri( Income Tax 25%) Rp 40.000.000
Total PN Rp 100.000.000
Kompensasi kerugian Rp (15.840.000)
PhKP Rp 84.160.000
PPh Terutang Rp 21.040.000
Max kredit Pajak = 40.000.000
84.160.000 (x) 21.040.000
= Rp 10.000.000
Page 173
CONTOH PENGKREDITAN PPh TERUTANG DI LN (Asumsi
0mzet >50M)
PN Dalam Negeri Rp 60.000.000
PN Luar Negeri( Income Tax 30%) Rp 40.000.000
Total PN Rp 100.000.000
Kompensasi kerugian Rp (15.840.000)
PhKP Rp 84.160.000
PPh Terutang Rp 21.040.000
Max kredit Pajak = 40.000.000
84.160.000 (x) 21.040.000
= Rp 10.000.000
Page 175
PPh Yang Dibayar Sendiri
Page 176
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25
Tdk dpt
Dikreditkan maupu
dibiayakan
Page 177
ANGSURAN PPh PASAL 25
Page 178
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
DIBAGI
Page 179
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 179
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp
CONTOH :
Page 183
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak
Teratur
Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur
Page 184
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru
dibagi 12
Page 185
Angsuran PPh Pasal 25 WP Bank dan SGU dengan Hak Opsi
disetahunkan
dibagi 12
Page 186
Angsuran PPh Pasal 25 WP BUMN/BUMD
dibagi 12
Page 187
Angsuran PPh Pasal 25 WP Masuk Bursa
disetahunkan
dibagi 12
Page 188
SPT PPh BADAN
SPT PPh OP
Page 189
PENGISIAN SPT PPh TAHUNAN
Pasal 4 UU KUP
PENGISIAN
PENGISIANSPT
SPT
BENAR
LENGKAP
JELAS
DITANDATANGANI :
BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS
Page 190
Setor dan Lapor
Page 191
PT.CINTA KEJUJURAN
LAPORAN LABA/RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014
KOREKSI
URAIAN KOMERSIAL Ref FISKAL KET
POSITIF NEGATIF
Peredaran Usaha
Penjualan Lokal 24.000.000.000 24.000.000.000