Anda di halaman 1dari 193

│ Ikatan Akuntan Indonesia │

Pajak Penghasilan Badan


Brevet Pajak Terapan A & B

Disajikan oleh :
Dionisius E. Indrarto, SE, Ak, BKP, CA, CPSAK
Curriculum Vitae – in brief
2013 - Present :
Founder : Prima Fiska Consultindo
Partner : AP Consulting
Lead consultant-Tax Advisory&Litigation : Carrel Ticualu&Co Law Firm /
Leo Siregar & Partners Law Firm / YIJIA Group Consulting
Lead researcher : LBH Pajak dan Cukai - TAPCC
Instructor/Trainer :
USKP ABC Review-Ikatan Akuntan Indonesia&Indoprima Cons.
Brevet ABC/Akuntansi/PSAK - Ikatan Akuntan Indonesia
Pendidikan Khusus Praktisi dan Pengacara Pajak-PKPPI&JSLG
Tax Center : Atmajaya-Trisakti-Univ. Pamulang
Public/government workshops
Corporate In-House Training
2014-2015 : Managing Director PT. Theta Logika Sahabat Indonesia
(“LOGIFRAME”)
2013-2014 : Accounting&Tax Manager Spectra Group
Contact Person

• 085216086117
Phone • 08123751011

Emai • dionisius.e.indrarto@gmail.com

l • primafiska.consultindo@gmail.com

www.tapcc.org
Outline

Subjek Pajak

Objek Pajak

Pembukuan

Pengurangan yang Diperkenankan

Penghitungan Pajak

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

SPT PPh Badan

Page  4
Dasar Hukum

UU No.36 Tahun 2008 tentang PPh


dan ketentuan peraturan
pelaksanaannya

Page  5
PENGENALAN SPT
1771

Page  6
1 7

1. WTP
2. W / WDP
Normal : Jan-Des
3. TW
0117 s.d. 1217 4. DISCLAIMER

Bagaimana jika periode pembukuan


Lintas Tahun?

Page  7
SIAPA WAJIB PAJAK ?

SIAPA KUASA?

Page  8
WAKIL WP (Pasal 32 (1) KUP)

Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan,


WP diwakili, dalam hal:

a. badan : pengurus
b. badan dalam pembubaran atau pailit : orang atau badan yang
dibebani untuk melakukan pemberesan
c. warisan yang belum terbagi : salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta
peninggalannya
d. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam
pengampuan : wali atau pengampunya

page 9
PENGURUS
Pasal 32 (4) KUP)
Termasuk dalam pengertian pengurus adalah orang yang
nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam
menjalankan perusahaan.

Tanda tangan kontrak dengan pihak ke tiga


Tanda tangan cek dll
Tercantum di dalam AKTE maupun tidak tercantum
di dalam AKTE, termasuk komisaris , pemegang
saham mayoritas atau pengendali

page 10
KUASA
(Pasal 32 (3) KUP)

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa


dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

page 11
Kuasa Wajib Pajak

Diatur PMK 22/PMK.03/2008 jo. SE-


16/PJ./2008 :
• Mempunyai NPWP
• Menyampaikan SPT Tahunan PPh
terakhir
• Menguasai peraturan perpajakan
• Surat kuasa khusus

TMT 18-12-2014 diatur dengan PMK 229/2014 jo. SE-02/PJ/2017

page 12
Kuasa Wajib Pajak

Menguasai peraturan perpajakan


• Konsultan Pajak
Surat Ijin Praktek
• Bukan Konsultan Pajak
Ijazah Brevet
Ijazah PT minimal D3
(Akreditasi A)

Berdasarkan PMK-229/14 : Selain Konsultan dengan Ijin Praktek


- Pegawai tetap aktif (D3 Perpajakan / Brevet / USKP)
- Ada dalam SPT Masa PPh Pasal 21 yang telah dilaporkan

page 13
TANGGUNGJAWAB WAKIL
(Pasal 32 (2) KUP)

Wakil WP bertanggungjawab secara pribadi dan atau secara


renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila
dapat membuktikan dan meyakinkan Dirjen Pajak bahwa
mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin
untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang
tersebut

page 14
SUBJEK PAJAK

Page  15
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU PPh)

Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan dalam Tahun
Pajak

Page  16
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh

Orang Pribadi

Warisan yang yang belum


terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

Badan

Bentuk Usaha Tetap

Page  17
Tidak ada perubahan dalam UU CK
BADAN
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatu
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usah
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan BUT

page 18
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU PPh

Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)

Page  19
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3) UU PPh

YANG DIDIRIKAN ATAU


BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA

Page  20
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)

BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT


KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH


YANG MENJALANKAN PENGHASILAN DARI
USAHA ATAU KEGIATAN INDONESIA BUKAN DARI MENJALANKAN
MELALUI USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI
Page  21 BUT DI INDONESIA BUT DI INDONESIA
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
Page  22 DI INDONESIA
Puspenpa 2000
22
BUT dapat berupa:

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang Perusahaan
• Kantor Perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Gudang
• Ruang untuk promosi dan penjualan
• Pertambangan dan penggalian sumber alam
• Wilayah kerja pertambangan migas
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
• Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
• Pemberian jasa oleh pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan > 60 hari dlm jangka waktu
12 bulan
• Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Ina yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Ina
• Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet

Page  23
BUT

Pengenaan 2 Tahap
– SPDN= pajak diterapkan
dari laba neto BUT
– SPLN= pajak diterapkan
dari sisa laba setelah
pajak yang siap dikirim
ke negara asal

Page  24
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SPDN SPLN

BADAN BUT

MULAI : MULAI :
SAAT DIDIRIKAN / SAAT MELAKUKAN
BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN
DI INDONESIA MELALUI BUT DI
INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT DIBUBARKAN ATAU BERAKHIR :
TIDAK LAGI SAAT TDK LAGI MENJALANKAN
BERKEDUDUKAN DI USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT
INDONESIA. DI INDONESIA.

Page  25 25
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???

Subjek
Pajak

Wajib
Pajak
Objek
Pajak

Page  26
Perbedaan WP DN dan WP LN

WP WP
DN Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan Dikenai berdasarkan


penghasilan neto penghasilan bruto

Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak


sepadan

Wajib menyampaikan Tidak wajib


SPT menyampaikan SPT

Page  27
Tidak Termasuk Subjek Pajak Badan

Organisasi-
Kantor Perwakilan
organisasi
Negara Asing
Internasional
• Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut
• Tidak menjalankan usaha, kegiatan
lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada
Pemerintah yang dananya berasal
dari iuran anggota

Page  28
Isu……….

KERJA SAMA OPERASI (JOINT OPERATION): SUBYEK PAJAK ATAU TIDAK???


PPN
Jika kontrak invoice harus diterbitkan atas nama Joint Operation, maka Joint Operation harus
dikukuhkan sebagai PKP
PPh
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan, Joint Operation bukan
merupakan Subjek Pajak namun tetap wajib memiliki NPWP apabila memenuhi kriteria
sebagai pemotong pajak yaitu PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, maupun PPh Pasal 26.
(S-1375/PJ.52/2001)

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF: SUBJEK PAJAK ATAU TIDAK???


REGULASI YANG TELAH MENGATUR:
1. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 147/PJ/2003 TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH KIK-
EBA DAN PARA INVESTORNYA
2. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 09/PJ.42/1998
TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PPh ATAS KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
(KIK) DALAM TRANSAKSI EFEK BERAGUN ASET (EBA)
3. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 18/PJ.42/1996
TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS USAHA REKSA DANA. (SERI PPh UMUM
NOMOR 30)
Page  29
OVERVIEW KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF (KIK)

Penghasilan:
 Dividen
 Bunga Obligasi
BANK KUSTODIAN  Bunga Deposito
 Capital Gain Saham
 CP & surat utang
Pemegang Unit Penyertaan
lainnya

Redemption KONTRAK Portofolio


OP INVESTASI investasi kolektif
KOLEKTIF (KIK)

Badan
PENGELOLAAN
MANAJER INVESTASI

KIK dalam jenis usaha apapun termasuk dalam pengertian Subjek Pajak Badan.
Pelaksanaan perlakuan Pajak Penghasilan atas Reksa Dana yang berbentuk KIK ini
disamakan dengan perlakuan atas perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham,persekutuan, firma, dan kongsi.

Page  30
PEMBUKUAN

Page  31
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualia • WP OP tidak melakukan kegiatan
n (Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas

Page  32
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

• Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


• Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar

Page  33
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

1
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
sebenarnya
Dapat dihitung
besarnya pajak
terutang
Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata
2 uang Rupiah, bahasa Indonesia

Pasal 28 (7) KUP :


3 Stelsel Akrual atau Stelsel Kas
pembukuan harus
diselenggarakan
Catatan atas: harta, kewajiban, modal,
dengan cara atau
4 penghasilan dan biaya sistem yang lazim
dipakai di Indonesia,
misalnya berdasarkan
5 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia Standar Akuntansi
Keuangan, kecuali
peraturan perundang-
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,
6 kecuali peraturan perpajakan menentukan undangan perpajakan
Page  34
lain menentukan lain
KONSEKUENSI TIDAK DIPENUHINYA KEWAJIBAN PEMBUKUAN

Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU KUP :

Wajib Pajak yang :


- Tidak menyelenggarakan pembukuan sesuai Pasal 28 KUP
- Tidak memenuhi kewajiban Pasal 29 UU KUP pada saat diperiksa
sehingga DJP tidak dapat menghitung pajak yang seharusnya terutang

DJP berwenang menerbitkan penetapan dengan penghitungan jabatan

Penghitungan pajak didasarkan pada data yang tidak hanya dari WP

Pembuktian atas penghitungan dibebankan kepada WP

Page  35
CONTOH PENETAPAN JABATAN

Penerapan Norma Penghitungan Penghasilan Neto PER-17/PJ/2015

Diperiksa

Tidak memenuhi
Pasal 28 – 29 UU KUP

Page  36
KONSEKUENSI TIDAK DIPENUHINYA KEWAJIBAN PEMBUKUAN

Pasal 39 ayat (1) UU KUP dan penjelasannya:

Setiap ORANG yang DENGAN SENGAJA :


 Memperlihatkan pembukuan atau dokumen PALSU atau TIDAK
MENGGAMBARKAN KEADAAN YANG SEBENARNYA
 Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia
 Tidak memperlihatkan/meminjamkan buku/dokumen
 Tidak menyimpan dokumen pendukung pembukuan di Indonesia
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

Pidana PENJARA (6 bulan s.d. 6 tahun) DAN DENDA (2x s.d. 4x pajak yang
kurang dibayar)

Page  37
ALUR PENYUSUNAN SPT TAHUNAN PPh
BADAN

Dokumen Jurnal Buku Besar Neraca saldo


Sumber transaksi

Laporan Rekonsiliasi SPT Tahunan


Keuangan Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)

Koreksi Fiskal

Menambah PPh Terutang Mengurangi PPh Terutang


(koreksi positif) (koreksi negatif)
Page  38
OBJEK PAJAK

Page  39
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

P E N G H A S I LA N

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh WP


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

Page  40
SUMBER PENGHASILAN WAJIB PAJAK

1.Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja


seperti gaji, honorarium;
2.Penghasilan dari pekerjaan bebas ; penghasilan
dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya;
3.Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
4.Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak
ataupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen,
royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau
hak yang tidak dipergunakan untuk usaha;
5.Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang
dan hadiah.
Page  41
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17

2. Dikenai PPh Bersifat Final


3. Dikecualikan dari Objek Pajak

Page  42
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh

Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek Objek PPh Final Bukan Objek
Psl. 4 (1) Pph Psl. 4 (1) Huruf K Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi negatif Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif negatif negatif

Page  43
Penghasilan

Page  44
Penghasilan

Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg


diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun,
/imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU
ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan


penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena


pengalihan harta

Page  45
Penghasilan

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak

Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan


karena jaminan pengembalian utang

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun


termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian SHU Koperasi

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

Page  46
Penghasilan

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan


penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali


sampai dengan jumlah tertentu (Rp 350 juta dan
termasuk kriteria debitur kecil/PP130/2000) yang
ditetapkan dengan PP

Keuntungan selisih kurs mata uang asing

Page  47
Penghasilan

Premi asuransi

Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari


anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari


penghasilan yang belum dikenakan pajak

Page  48
Penghasilan

Penghasilan dari usaha berbasis syariah

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU


KUP

Surplus Bank Indonesia

Page  49
Dikenai Pajak Bersifat Final

Page  50
PAJAK BERSIFAT FINAL ?

 Pasal 4 ayat 2 UU PPh : Penghasilan di bawah ini DAPAT


dikenai pajak bersifat final ……………. yang diatur dengan
atau berdasarkan peraturan pemerintah
 Pasal 4 ayat 2 UU PPh (amandemen UU CK) : Penghasilan
di bawah ini DAPAT dikenai pajak bersifat final …………….
yang diatur dalam atau berdasarkan peraturan pemerintah

Dalam hal terdapat PP yang mengatur khusus mengikuti


ketentuan dalam PP, jika tidak ada mengikuti ketentuan
yang berlaku umum

Page  51
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun

Page  52
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
(bunga)
diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual
•15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
•20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
•5% 2011 – 2013
•15% 2014
Page  53
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)

No Jenis Tarif DPP Peraturan


Penghasilan
5 Penjualan Saham di 0,1% Jumlah Bruto PP 14/1997
Bursa Efek Transaksi
0,5% tambahan untuk saham pendiri Jumlah Bruto Nilai
IPO
6 Pengalihan Tanah dan 5% Jumlah Bruto nilai PP 71/2008
atau bangunan bagi 2,5% TMT. 7 Sep 2016 pengalihan atau
OP/yayasan dan
organisasi sejenisyang
NJOP mana yang
usaha pokoknya 1% (Yang dialihkan RS,RSS oleh WP lebih tinggi
melakukan transaksi Dengan usaha pengalihan tanah
pengalihan hak atas bangunan) Jumlah Bruto nilai PP 34 / 2016
tanah dan/atau pengalihan
bangunan 0% (kepada pemerintah untuk proyek
pemerintah)
7 Persewaan Tanah 10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002
atau Bangunan PP 34/2017
8 Jasa Konstruksi •Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) PP40/2009 jo
•Pelaksana 4% (tidak memiliki PP 51/2008
kualifikasi usaha)
•Pelaksana 3% (untuk selain a dan b)
•Perencana/Pengawas 4% (memiliki
kualifikasi usaha)
•Perencana/Pengawas 6% (tidak
memiliki kualifikasi usaha)
Page  54
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (3)

No Jenis Tarif DPP Peraturan


Penghasilan
9 Penghasilan 0,25% (Pertamina / Anak Usaha Pembelian BBM PMK-
Agen Pertamina), 0,3% (lainnya) 154/2010
/Penyalur/dealer stdtd PMK-
0,3% Pembelian BBG
produk BBM / BBG 34/2017
10 Penjualan Saham 0.1% Nilai transaksi PP 4/1995
Perusahaan Modal penjualan saham /
Ventura
pengalihan modal
11 Revaluasi Aktiva 10% Selisih Nilai PP 138/
Tetap Revaluasi dan Nilai 2000 stdd PP
Buku Fiskal 94/2010 jo.
PMK-
79/2008
12 Penghasilan Usaha 1% Peredaran Bruto PP 46/2013
UMKM jo PMK
107/2013
0,5% PP 23/2018

Page  55
Dikecualikan dari Objek Pajak

Page  56
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

bantuan atau sumbangan, (PP 18 Tahun


2009)

harta hibahan, diterima oleh BADAN AGAMA,


BADAN SOSIAL, BADAN PENDIDIKAN

Sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, penguasaan dan


Kepemilikan antara pemberi-penerima

warisan

harta termasuk setoran tunai yang


diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal
Page  57
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

pembayaran perusahaan asuransi kepada OP:


asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT


sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat:
•Dari R/E

• PT/BUMN/BUMD, kepemilikan saham paling rendah 25%

Page  58
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana


pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan

bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari


perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif

penghasilan yang diterima /diperoleh perusahaan


modal ventura berupa bagian laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat
• perusahaan mikro, kecil, menengah/ di sektor usaha tertentu

• sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

Page  59
Update UU Cipta Kerja : DIVIDEN

 DIVIDEN dari Dalam Negeri yang diterima WP BadanDalam


Negeri BUKAN OBYEK PAJAK tanpa kecuali (=tanpa syarat
apapun)
 DIVIDEN dari Luar Negeri yang diterima WP Badan Dalam
Negeri BUKAN OBYEK PAJAK sepanjang memenuhi
persyaratan tertentu (UU CK jo. PP 9/2021 jo. PMK 18/2021)

Page  60
Dikecualikan dari Obyek Pajak:

 Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu


 Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut
 Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu

Semuanya diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan

Page  61
Update UU Cipta Kerja :

 Setoran BPIH dan BPIH Khusus beserta hasil


pengembangan dalam instrumen keuangan tertentu yang
ditetapkan menteri keuangan yang diterima oleh BPKH
 Sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial
dan keagamaan yang terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai dana abadi

Diatur Menteri Keuangan

Page  62
Objek Pajak BUT

Page  63
Objek Pajak BUT

Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT dan dari


harta yang dimiliki/dikuasai

Penghasilan Ktr Pusat dari usaha atau kegiatan,


penjualan barang atau pemberian jasa di Ina yang
sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan oleh
BUT di Ina

Penghasilan sebagaimana dimaksud Psl 26 yang diterima


atau diperoleh kantor pusat sepanjang terdapat hubungan
efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud

Page  64
Pengurang Penghasilan BUT

Biaya-biaya terkait huruf b dan c dapat dikurangkan dari


penghasilan BUT

Biaya admin Ktr Pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan


adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT
yang besarnya ditetapkan oleh Dirjen Pajak (KEP-
62/PJ./1995)

Pembayaran kpd Ktr Pusat yang tidak boleh dibebankan


sebagai biaya adalah: royalti, jasa manajemen/jasa lainnya
dan bunga kecuali yang berkenaan dengan usaha perbankan

Pembayaran sebagaimana dimaksud poin diatas tidak


dianggap sebagai objek pajak kecuali bunga yang berkenaan
dengan usaha perbankan

Page  65
OBJEK PAJAK - HADIAH

Jenis Objek Pajak Objek Tarif


a. Hadiah langsung Non OP -
b. Hadiah undian OP Final 25%
c. Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek PPh
pekerjaan, kegiatan, perlombaan yg PPh ps 21 ps 17
diterima o/ WP OP
d. Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek 15%
pekerjaan, kegiatan, perlombaan yg PPh ps 23
diterima o/ WP Badan
e. Hadiah/penghargaan yg diterima o/ Objek 20%
WPLN PPh ps 26

Page  66
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Page  67
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif

Page  68
Page  69
Page  70
14.000.000.000

8.000.000.000
6.000.000.000
16.000.000.000

Page  71
Page  72
2.200.000.000

300.000.000

1.544.750.000

4.044.750.000

Page  73
HUBUNGAN PENGHASILAN DAN BIAYA

BARANG / JASA
PIHAK 1 PIHAK 2
PEMBAYARAN
PENGHASILAN BIAYA

OBYEK PAJAK/TI BIAYA DIAKUI/DE

BIAYA TIDAK
NON OBYEK / NTI DIAKUI/NDE

PENGECUALIAN :
BIAYA TIDAK
OBYEK PAJAK/TI
DIAKUI/NDE
NON OBYEK / NTI BIAYA DIAKUI/DE

Page  74
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Page  75
BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Biaya 3 M
Mendapatkan
Menagih PENGHASILAN
Memelihara

Kecuali : Dikenakan PPh Final


Bukan Obyek PPh
Dihitung dengan Norma
Page  76
Implementasi Biaya = Pengurang Penghasilan Bruto

INPUT OUTPUT
EXPENSE PT. ABC INCOME

Diakui secara fiskal = DE Dikenakan PPh Tidak Final

Tidak diakui secara fiskal Dikenakan PPh Final /


= NDE Bukan Obyek Pajak

Page  77
Beban menurut SAK : KDPPLK

Page  78
Implementasi Biaya = Pengurang Penghasilan Bruto

INPUT OUTPUT
EXPENSE PT. ABC INCOME

Kegiatan usaha perdagangan ATK,


dengan omzet lebih dari 4,8 M
HPP dan Biaya Laba Usaha dikenakan
Operasional = DE PPh Tidak Final

Terdapat penghasilan lain dari luar


usaha, persewaan mobil box
(insidentil) dan persewaan gudang
Penyusutan / pemeliharaan Penghasilan Neto Sewa
mobil box = DE Mobil Box = PPh Tidak Final

Penyusutan / pemeliharaan Penghasilan Neto Sewa


gudang, fee notaris = NDE Gudang = PPh Final
Page  79
Biaya yang Diakui Fiskal = DE

 Mengadopsi ABC
 Biaya terkait AKTIVITAS LANGSUNG = Biaya Produksi
 Biaya terkait AKTIVITAS TIDAK LANGSUNG = Biaya
Distribusi, Biaya Marketing, Biaya Manajemen

Page  80
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)

1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan


kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Page  81
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta


berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A

3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan


oleh Menteri Keuangan;

4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki


dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

Page  82
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)

5. kerugian selisih kurs mata uang asing;

6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan


yang dilakukan di Indonesia;

7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Page  83
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)

8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


dengan syarat:

» telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;


» Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
» telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
» syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Page  84
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana


nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;

10. sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang


ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

Page  85
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang


ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-


biaya di atas didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima)
tahun

Page  86
KOMPENSASI KERUGIAN

1. MAX 5 TAHUN BERTURUT-TURUT

2. PEMBUKUAN

3. KERUGIAN YANG DAPAT DIKOMPENSASI


DARI SPT (RUGI FISKAL) ATAU SESUAI SKP
JIKA TELAH DIPERIKSA

Note : Kerugian hanya dapat dikompesasi di tahun berikutnya


bila tahun berirkutnya tersebut LABA (secara FISKAL)
dengan ketentuan kerugian yang dikompensasi maksimal
Page  87 sebesar LABA Tahun berikutnya tersebut.
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN


PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUT NYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA)
TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA


PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN
PERTAMBANGAN, DI DAERAH TERPENCIL,
KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA
10 TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA


PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN
PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH TERPENCIL,
KOMPENSASI KERUGIAN DIBERIKAN PALING
Page  88
LAMA 8 TAHUN
Contoh perhitungan kompensasi

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal Rp 1,5 M setelah diperiksa


(terbit SKPN) ditetapkan rugi Rp1,2M. Data 5 tahun berikutnya :
2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00
2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
2013 : laba fiskal Rp100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp800.000.000,00
Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2010           Rp   200.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009        (Rp1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2011                 (Rp   300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal tahun 2009        (Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2012                Rp      N I H I L        (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009       (Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2013                Rp    100.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009         (Rp   900.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2014                Rp    800.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009         (Rp   100.000.000,00)  Tidak dapat
Page  89
diperhitungkan lagi
Contoh perhitungan kompensasi

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal Rp 1,5 M setelah diperiksa


(terbit SKPN) ditetapkan rugi Rp1,2M. Data 5 tahun berikutnya :
2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00
2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L 2013 : laba fiskal Rp100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp800.000.000,00

Page  90
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
MENJADI PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO

Page  91
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk


apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;

2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;

Page  92
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)

3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,


kecuali:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Page  93
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)

4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,


asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan;

5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau


jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
Page  94
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)

7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,


dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;

8. Pajak Penghasilan

Page  95
Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)

9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya;

10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,


firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;

11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan


kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan
di bidang perpajakan.

Page  96
Topik-Topik Khusus
Pengurang Penghasilan Bruto

Page  97
BIAYA BERSAMA
Pasal 27 PP No 94 Tahun 2010 :

Ayat (1) :
Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan secara terpisah dalam
hal:
a. memiliki usaha yang penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifa final dan tidak final;
b. menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak
dan bukan objek pajak; atau
c. mendapatkan dan tidak mendapatkan fasilitas perpajakan sebagaimana
diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Ayat (2) : 
Biaya bersama bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
tidak dapat dipisahkan dalam rangka penghitungan besarnya Penghasilan
Kena Pajak, pembebanannya dialokasikan secara proporsional
Contoh penerapan biaya bersama

Biaya yang terkait dengan


penghasilan dari sewa ruko dilakukan
penyesuaian fiskal positif seluruhnya
karena berkaitan dengan penghasilan
yang kena PPh Final.
Contoh penerapan biaya bersama
PINJAMAN TANPA BUNGA
Pasal 12 PP No 94 Tahun 2010 :

Ayat (1) :
Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham yang diterima oleh Wajib Pajak
berbentuk perseroan terbatas diperkenankan apabila:
a. pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan
bukan berasal dari pihak lain;
b. modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah
disetor seluruhnya;
c. pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi; dan
d. perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan
untuk kelangsungan usahanya.

Ayat (2) : 
Apabila pinjaman yang diterima oleh Wajib Pajak berbentuk perseroan terbatas
dari pemegang sahamnya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), atas pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar.
* REKONSILIASI FISKAL
Biaya yang dapat Pasal 6 ayat (1)
dikurangkan UU PPh
Biaya yang tidak dapat Pasal 9 ayat (1)
dikurangkan UU PPh

Penyusutan dan amortisasi Pasal 11 dan


Diatur 11A UU PPh
tersendiri
dalam Kompensasi Kerugian Pasal 6 ayat (2)
ketentuan UU PPh
perpajakan Pasal 10 UU
Penilaian Persediaan PPh
Hal-hal lain yang diatur
tersendiri dalam peraturan
pelaksanaan
* REKONSILIASI FISKAL
Hal-hal lain yang diatur tersendiri dalam
peraturan pelaksanaan
SE - 22/PJ.42/1999
Biaya Bunga SE - 46/PJ.4/1995

Biaya Entertainment SE - 27/PJ.22/1986

PMK
Pembentukan dana cadangan 81/PMK.03/2009

KMK 466/KMK.04/2000
Pemberian Natura KEP-213/PJ/2001

Pemakaian Ponsel dan


KEP - 220/PJ./2002
Kendaraan

Sumbangan PP 93/2010

Perolehan Software PP 93/2010


PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

Page  104
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?

 Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.

 Harta Tak Berwujud

Page  105
Kapan ?

 Pada Bulan Dilakukannya Pengeluaran


 Kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tesebut.
 Dengan persetujuan Dirjen Pajak, bulan
digunakannya harta tersebut untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada
bulan harta tersebut mulai menghasilkan

Page  106
Harga Perolehan (1)

Jumlah yangBerelasi:
Hubungan sesungguhnya dikeluarkan
Jumlah yang seharusnyauntuk mendapatkan
dikeluarkan (harga
pasarbersangkutan
harta yang wajar)

Page  107
Harga Perolehan (2)

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar wajar,


dalam hal:
– tukar menukar
– likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.

Page  108
Harga Perolehan (3)

 Nilai sisa buku fiskal harta yang bersangkutan atau nilai yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dalam hal harta tersebut diperoleh karena
sumbangan, bantuan, zakat, hibah serta warisan yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
 Nilai pasar dari harta yang bersangkutan, dalam hal harta tersebut
diperoleh dalam rangka setoran modal sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal (Pasal 4 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008).
 Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri :
– Yaitu biaya-biaya untuk membangun atau membuat aktiva tersebut, dimana
harus dikeluarkan (dikoreksi) unsur-unsur biaya yang menurut ketentuan
fiskal tidak dapat dibebankan (non deductible).
– Dalam hal aktiva tersebut dibangun dengan dana yang berasal dari
pinjaman, biaya bunga pinjaman tersebut harus dikapitalisir dalam harga
perolehan aktiva yang bersangkutan (menjadi unsur harga perolehan).

Page  109
Metode Penyusutan

 Garis Lurus (Straight Line)


– Bangunan dan Bukan Bangunan

 Saldo Menurun (Declining Balance) => Saldo Menurun Ganda (DDB)


– Bukan Bangunan

(Lihat Tabel di hal 117)

Page  110
Klasifikasi Aktiva Tetap

Permanen (20 th)

Bangunan
Tidak Permanen (10 th)

Aktiva Tetap
I (4 th)

II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)

Page  111 IV (20 th)


MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI


HARTA TAK MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK METODE SATUAN


PENAMBANGAN MIGAS PRODUKSI

1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS


METODE SATUAN PRODUKSI
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN
SETINGGI-TINGGINYA
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER DAN HASIL
20 % SETAHUN
ALAM LAINNYA

PENGELUARAN SEBELUM OPERASI KOMERSIL TARIF BERDASARKAN


Page  112 YANG 112
KELOMPOK HARTA
MASA MANFAAT > 1 TAHUN
AMORTISASI ATB BIDANG USAHA TERTENTU
PMK-248/PMK.03/2008 :

Dimulai pada bulan terjadinya pengeluaran atau bulan dimulainya


produksi komersial (=bulan dimulainya penjualan)

Bidang usaha tertentu :


a. bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan
baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.
b. bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha
perkebunan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan
baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.
c. bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana
ternak dapat berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah
dipelihara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.
Dalam hal terjadi pengalihan aktiva tetap

Nilai buku dibebankan sebagai kerugian, harga jual dibukukan sebagai


penghasilan

Keuntungan / kerugian penjualan aktiva


= harga jual – nilai buku
= harga jual – (harga perolehan-akumulasi penyusutan)

Contoh :
Aktiva kelompok I diperoleh 1/1/2012 harga perolehan Rp 20juta dijual
tanggal 31/12/2013 dengan harga Rp 9,5 juta. Manajemenmenetapkan
metode penyusutan garis lurus. Asumsi tidak ada biaya lain, maka
perhitungan keuntungan/kerugian penjualan tersebut adalah :

Nilai buku = Rp 20juta – (2tahun x 25% x Rp 20juta)

Nilai buku = Rp 10juta

Harga jual – Nilai Buku = Rp 9,5 juta – Rp 10 juta = Rp 500 ribu (Rugi)
Page  114
Contoh 2 : Penyusutan GL perolehan 5/4/2013 Rp 120 juta

Page  115
Contoh 3 : Penyusutan SM perolehan 5/4/2013 Rp 120 juta

Page  116
Contoh 4 : Penyusutan SM perolehan 5/4/2013 Rp 120 juta, dijual
tanggal 10 Maret 2017 dengan harga Rp 40 juta

Page  117
INVENTORY

Page  118
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY

 Inventory Valuation: Cost/Market/COMWIL

 Inventory Costing: FIFO, LIFO, AVERAGE

Page  119
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 200 @ 10,50 = 2,100

3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 300 @ 10,75 = 3,225

4 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 200 @ 10,75 = 2,150

5 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 100 @ 10,75 = 1,075

Rp 2,150 Rp 1,075
Page  120
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 17 / 2000

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125

4 Penjualan 100 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200


100 @ 11,25 = 1,125
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125
Rp 2,100 Rp 1,125

Page  121
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 17 / 2000)

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 11,25 =1,125 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 = 900

Rp 2,325 Rp 900

Page  122
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison

Description FIFO AVERAGE LIFO


Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase 2,325 2,325 2,325
Less Ending Inv
(1,125) (1,075) (900)
Cost of Sales (2,100) (2,150) (2,325)
Gross Profit 1,900 1,850 1,675
Tax 10 % (190) (185) (168)
Net Income 1,710 1,665 1,507

Page  123
BIAYA BUNGA

Page  124
SE-46 Tahun 1995

Page  125
BIAYA BUNGA (1)

BIAYA BUNGA

– Biaya bunga termasuk


premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian
utang merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
– Bunga pinjaman selama masa
konstruksi suatu aset
merupakan komponen biaya
langsung atas harga pokok atau
harga perolehan aset yang
bersangkutan

Page  126
BIAYA BUNGA (2)
 Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
– Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp
150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.

Page  127
Contoh komprehensif

Kredit

10% x 1,1M=110 juta

riil Jan-Des (e.g)

Page  128
SE-46 Tahun 1995

Page  129
Biaya Entertainment

SE-27/PJ.22/1986 yang  Benar-benar dikeluarkan dan ada


ditegaskan dalam hubungannya dengan kegiatan
S-334/PJ.312/2003 usaha wajib pajak
 Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat:
– nomor urut,
– tanggal dan jenis entertainment,
– nama tempat,
– alamat,
– jumlah,
– nama relasi,
– posisi,
– nama perusahaan,
– jenis usaha.

Page  130
Biaya Promosi

SE-29/PJ.42/1990  Merupakan biaya (1) periklanan


diatur ulang dalam
PMK-104/PMK.03/2009 stdd
media cetak/slektronik/lain (2)
PMK-02/PMK.03/2010
pameran produk (3) pengenalan
produk baru (4) sponsorship
Untuk industri rokok : promosi produk
Omzet s.d. 500M, max 3%  Untuk sampel dihitung sebesar
dari omzet, paling banyak 10M harga pokok sampel
Omzet 500M-5T, max2%
dari omzet. Paling banyak 30M  Dibuatkan daftar nominatif dan
Omzet>5T, max 1% dari dilampirkan dalam SPT Tahunan
omzet paling banyak 100M PPh, yang memuat:
– Nama / NPWP /alamat
Untuk industri farmasi – Bentuk/jenis/jumlah biaya
Max 2% omzet paling banyak
– Nomor bukti potong dan jumlah
25M
potongan pajak (khusus obyek P2PPh)

Page  131
Selisih Kurs Mata Uang Asing (UU lama)

 Kerugian selisih kurs merupakan


biaya (deductible expense)

 Selisih kurs karena fluktuasi :


– Apabila wajib pajak membukukan
transaksi yang bersangkutan dengan
kurs tetap, maka selisih kurs diakui
pada saat terjadi realisasi pembayaran.
– Apabila wajib pajak membukukan
transaksi yang bersangkutan dengan
kurs tengah BI (kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun), maka selisih
kurs diakui pada akhir tahun.

* Wajib Pajak harus menggunakan


metode di atas secara taat azas.
Page  132
Selisih Kurs Mata Uang Asing (baru)

Penjelasan Pasal 4 ayat 1 dan Pasal 6 ayat 1 huruf e :


Keuntungan/Kerugian karena FLUKTUASI kurs mata uang asing diakui
secara TAAT ASAS sesuai dengan STANDAR AKUNTANSI

- Kurs Spot (kurs yang sebenarnya berlaku/kurs untuk pengakuan segera)


- Kurs Penutupan (kurs spot pada saat akhir tahun buku)
- Dalam periode (tahun pajak) sama dihitung berdasarkan perbedaan kurs
transaksi awal (misal pembebanan/pencatatan) dengan transaksi akhir
(misal pembayaran)
- Dalam periode (tahun pajak) berbeda, dihitung berdasarkan perbedaan
kurs transaksi (baik awal maupun akhir) dengan kurs akhir tahun, selisih
diakui di masing-masing periode

Page  133
Selisih Kurs Mata Uang Asing (baru)

12/03/14

Total = rugi (400.000)

=$1.000 x (12,000-12,400)
Page  134
Pembentukan Cadangan-(Bank Umum)

 1% L
 5% DPK
 15% KL
 50% DIRAGUKAN
 100%MACET

Untuk DPK,KL,Diragukan dan Macet nilai piutang setelah dikurangi agunan


(PMK 81/PMK.03/2009)

Page  135
Pembentukan Cadangan-(SGU hak opsi, Asuransi dan Pertambangan)

Pembentukan Cadangan-(SGU HAK OPSI)


 maksimum sebesar 2,5% dari rata-rata saldo awal dan akhir piutang

Pembentukan Cadangan-Asuransi Kerugian


 40% dari premi tanggungan sendiri

Pembentukan Cadangan-Pertambangan
 metode satuan produksi atas dasar taksiran biaya reklamasi

Page  136
NATURA-DEDUCTIBLE
Pemberian Natura / Kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan (KMK No.466/KMK.04/2000 & Kep.Dirjen Pajak No.KEP-
213/PJ/2001
– Bukan Daerah Terpencil:
• Penyediaan Makan Minum untuk seluruh pegawai termasuk
dewan direksi dan komisaris di tempat kerja
(SE-14/PJ.31/2003)
• Pakaian dan peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran,
proyek, pakaian seragam pabrik, satpam, awak kapal/pesawat,
antar jemput pegawai.
– Daerah Terpencil (harus mendapat persetujuan dari Ditjen Pajak)
mencakup:
• Tempat Tinggal
• Pelayanan Kesehatan
• Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya
• Pengangkutan bagi pegawai di lokasi kerja
• Olah raga kecuali golf, bolling dan pacuan kuda
Sepanjang bentuk fasilitas diatas sebelumnya tidak tersedia
dilokasi.

Page  137
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan

 PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%

 KENDARAAN SEDAN

– Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50%


– Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%

Page  138
PENYUSUTAN KENDARAAN PERUSAHAAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 09/PJ.42/2002
TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN KENDARAAN
PERUSAHAAN

Telepon seluler, termasuk juga alat komunikasi berupa pager;


Kendaraan sedan atau yang sejenis, termasuk juga kendaraan jenis minibus, dan
kendaraan lain sejenisnya sepanjang digunakan hanya untuk seorang pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dan penggunaannya full-time baik untuk
kepentingan perusahaan maupun keperluan pribadi dan keluarga pegawai yang
bersangkutan;
Biaya pemeliharaan kendaraan, termasuk juga pengeluaran rutin untuk pembelian/
pemakaian bahan bakar.
Bagaimana jika perusahaan menyewa kendaraan untuk pegawai tertentu karena
jabatannya?
 Kendaraan yang dimiliki atau disewa oleh perusahaan, apabila hanya dipergunakan oleh pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya secara penguasaan penuh (full time) baik untuk kepentingan pekerjaan/
perusahaan maupun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi/keluarganya, atas biaya penyusutan
ataupun biaya sewa tahunannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen)
(S - 245/PJ.42/2003)

Page  139
Biaya Perolehan Software

 PROGRAM APLIKASI UMUM


– Pembebanan sekaligus di bulan berjalan

 PROGRAM APLIKASI KHUSUS


– Amortisasi Kelompok I

Page  140
Sumbangan (PP 93/2010)

Sumbangan dalam rangka penanggulangan


bencana nasional

Sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan

Sumbangan fasilitas pendidikan

Sumbangan dalam rangka pembinaan


olahraga

Biaya pembangunan infrastruktur sosial

Page  141
Syarat Sumbangan (PP 93/2010)

Mempunyai penghasilan neto fiskal


berdasarkan SPT PPh Tahun Pajak
sebelumnya

Tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak


sumbangan diberikan

Didukung oleh bukti yang sah

Lembaga yang menerima sumbangan


dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek pajak

Page  142
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 93/2010)

Tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal


Tahun Pajak sebelumnya

Tidak dapat dikurangkan apabila diberikan


kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa

Dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau


barang

Biaya pembangunan infrastruktur sosial


diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau
prasarana

back
Page  143
PENGHITUNGAN PAJAK

Page  144
PERHITUNGAN PPh TERUTANG

11 LABA RUGI KOMERSIAL

22 KOREKSI POSITIF ( + PENGHASILAN KOMERSIAL, - BIAYA KOMERSIAL)


KOREKSI NEGATIF (- PENGHASILAN KOMERSIAL, + BIAYA KOMERSIAL)

33 PENGHASILAN NETO (RUGI) FISKAL

44 KOMPENSASI RUGI FISKAL & ZAKAT PENGHASILAN


Corporate
55 PENGHASILAN KENA PAJAK Tax

66 PPh TERUTANG

77 KREDIT PAJAK – PPh DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN &


DISETOR SENDIRI
88 PPh KURANG / LEBIH BAYAR/ NIHIL
Page  145
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Page  146
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)

PKP BAGI PENGHASILAN DIKURANGI


WAJIB PAJAK DENGAN BIAYA YANG
DALAM NEGERI DIPERKENANKAN,
KOMPENSASI KERUGIAN,

PKP BAGI DIHITUNG DENGAN NORMA


WAJIB PAJAK YG PENGHITUNGAN DARI PEREDARAN
DIHITUNG DGN BRUTO
NORMA

PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN

Page  147
Menghitung PPh Terutang

Page  148
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)

Tarif PPh
=
PPh Terutang
(ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah
dikreditkan)

Page  149
PPh Terutang dalam SPT Tahunan

Page  150
PPh TERUTANG DALAM TAHUN 20xx

TARIF PPh Ps. 17 X Ph KP TAHUN 20xx

Pengembalian PPh Ps. 24 Yang Telah


Dikreditkan Tahun Sebelumnya

Page  151
TARIF PAJAK (Pasal 17 jo. 31E UU PPh)

SINGLE RATE TARIF PAJAK


• 2009 28%
• mulai 2010 25%
• PT, 40% saham diperdagangkan di bursa Indonesia 5% lebih rendah*)
• Peredaran bruto s.d. Rp 50 miliar 50% lebih rendah*)

*)syarat dan ketentuan berlaku

Page  152
Update PERPU 1 tahun 2020 :

Page  153
Tarif Pajak Bagi PT yang 40% sahamnya di Bursa
(Pasal 17 ayat (2b) UU PPh diatur dalam PP 81/2007 stdd PP 77/2013)

jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh


persen) atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor

saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus)


pihak

masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari


5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor

harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang


berbentuk Perseroan Terbuka dalam waktu paling singkat 6
(enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak

6 bulan  183 hari

Tarif 5% lebih rendah => 25% menjadi 20%)


Page  154
Tarif Pajak Bagi Badan Usaha dengan Peredaran Bruto s.d. 50M
(Pasal 31E UU PPh)

WP Badan DN dengan peredaran bruto sampai dengan


Rp 50M mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) yang dikenakan atas Ph KP dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp 4,8M

Dari keseluruhan Ph KP, yang mendapat fasilitas


pengurangan tarif 50% dari yang seharusnya sebesar :

4,8M
---------- x Ph KP
Peredaran Bruto

Jika PB ≤ 4,8M maka seluruh Ph KP mendapat fasilitas


Page  155
Contoh penerapan Pasal 31E UU PPh

Contoh 1.
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp500.000.000,00

PPh terutang =

50% x 28% x Rp 500.000.000 = Rp 70.000.000

Page  156
Contoh penerapan Pasal 31E UU PPh

Contoh 2.
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp3.000.000.000.

Yang mendapat fasilitas 4,8M/30M x Rp 3M = Rp 480juta.


Sisanya Rp 2,52M (3M-480juta) dikenai tarif normal.
Sehingga PPh terutang =
50% x 28% x Rp 480 juta = Rp
67.200.000
28% x Rp 2,52M = Rp 705.600.000
Rp 772.800.000
Page  157
Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah diperhitungkan

Contoh :
Tahun Pajak 2012 terdapat income tax yang sudah
dikenakan di negara X Rp 25 juta, sementara berdasarkan
MKPLN yang dapat dikreditkan sebagai PPh Pasal 24 tahun
itu adalah Rp 20 juta. Tahun Pajak 2013, negara X
memberikan pengurangan income tax tahun 2012 menjadi
Rp 15 juta (ada pengembalian Rp 10 juta).

Berdasarkan aturan, PPh Pasal 24 untuk tahun pajak 2012


yang boleh dikreditkan seharusnya hanya Rp 15 juta.
Pengembalian income tax negara X Rp 10 juta adalah
termasuk kelebihan PPh Pasal 24 Rp 5 juta (Rp 20 juta-Rp
15 juta). Namun kondisi tersebut baru diketahui tahun pajak
2013, sehingga atas kelebihan tersebut ditambahkan
sebagai PPh terutang tahun pajak 2013.
Page  158
Perlakuan PPh untuk WP yang memiliki
peredaran bruto tertentu
(PP 46 tahun 2013 / PP 23 Tahun 2018)

Page  159
PP 46 tahun 2013

 Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan (tidak termasuk bentuk
usaha tetap) yang menerima penghasilan dari usaha (tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas) dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak dikenakan tarif PPh 1%
dan bersifat FINAL
 Penghitungan PPh terutang dilakukan setiap bulan
 Jika dalam satu bulan jumlah kumulatif peredaran usahanya lebih dari
4,8M, pengenaan tarif khusus ini tetap berlanjut sampai akhir tahun,
untuk tahun berikutnya menggunakan tarif umum PPh Pasal 17
 Ketentuan mulai berlaku 1 Juli 2013

Page  160
PP 46 tahun 2013 : Pengecualian

Wajib Pajak Badan yang


 belum beroperasi secara komersial; atau
 dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial
memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah)

Page  161
PP 46 tahun 2013 : Implementasi

<=4,8M

Page  162
PP 46 tahun 2013 : Implementasi

Juni

Page  163
PP 46 tahun 2013 : Penentuan Dasar Pengenaan PP 46 / 2013
2012 2013 2014
Jika tahun sebelum berlakunya PP 46 tidak meliputi 12 bulan
Terdaftar Mei   Penghasilan 2012 disetahunkan lebih dari    

Omzet Mei-Desember 3.250.000.000 4,8M sehingga tahun 2013 tidak dikenakan    

Omzet disetahunkan 4.875.000.000 PPh Final 1%      

Terdaftar Mei   Penghasilan 2012 disetahunkan tidak lebih    

Omzet Mei-Desember 3.200.000.000 dari 4,8M sehingga tahun 2013 dikenakan    

Omzet disetahunkan 4.800.000.000 PPh Final 1% mulai bulan Juli.    

Jika Wajib Pajak terdaftar di tahun yang sama dengan PP 46/2013 namun sebelum bulan berlakunya PP 46
    Terdaftar April      

    Omzet April- Juni 600.000.000    

    Omzet Disetahunkan 2.400.000.000    

           

    Omzet s.d. Juni disetahunkan tidak lebih    

    dari 4,8M maka mulai Juli dikenakan PPh    

    Final 1%      

Jika Wajib Pajak terdaftar sejak berlakunya PP 46


        Terdaftar April  
        Omzet April 150.000.000
        Omzet Disetahunkan 1.800.000.000
           
        Omzet bulan pertama terdaftar
        disetahunkan tidak lebih dari 4,8M
        maka tahun 2014 dikenakan PPh Final 1%

Perlu diingat : PP 46/2013 mulai berlaku Juli 2013


Page  164
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

Page  165
PPh Terutang
X
Kredit Pajak + PPh yang dibayar
sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar

Page  166
Kredit Pajak

• Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember
• Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ PPh yg dibayar/


dipungut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 21/22/23/24) (PPh Psl. 25)
Page  167
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -

PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/


dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

 PPh Psl. 22 dikreditkan berdasarkan


bukti pemotongan pajak,
 PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
 PPh Psl. 24

Page  168
PPh Pasal 23

 Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,


royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
 PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak
dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima
penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas
PPh yang bersifat final);
 WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak
pemotong pajak

Page  169
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di


luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-
undang PPh dalam tahun pajak yang
sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh

Page  170
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


 Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
 Max.Kredit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
Ph KP

Page  171
PPh Pasal 24

UPDATE : PMK 192 tahun 2018, berlaku 31/12/2018 :

Pilih yang terkecil antara:


 Pajak yang SEBENARNYA dipotong di luar
negeri; atau
 Pajak yang SEHARUSNYA dipotong di luar
negeri jika diterapkan treaty, atau
 Max.Kredit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
Page  172
Ph KP
CONTOH PENGKREDITAN PPh TERUTANG DI LN (Asumsi
0mzet >50M)
 PN Dalam Negeri Rp 60.000.000
 PN Luar Negeri( Income Tax 25%) Rp 40.000.000
 Total PN Rp 100.000.000
 Kompensasi kerugian Rp (15.840.000)
 PhKP Rp 84.160.000
 PPh Terutang Rp 21.040.000
 Max kredit Pajak = 40.000.000
84.160.000 (x) 21.040.000
= Rp 10.000.000

Income Tax (dipotong di LN) = 25% x Rp 40.000.000


= Rp 10.000.000

Page  173
CONTOH PENGKREDITAN PPh TERUTANG DI LN (Asumsi
0mzet >50M)
 PN Dalam Negeri Rp 60.000.000
 PN Luar Negeri( Income Tax 30%) Rp 40.000.000
 Total PN Rp 100.000.000
 Kompensasi kerugian Rp (15.840.000)
 PhKP Rp 84.160.000
 PPh Terutang Rp 21.040.000
 Max kredit Pajak = 40.000.000
84.160.000 (x) 21.040.000
= Rp 10.000.000

Income Tax (dipotong di LN) = 30% x Rp 40.000.000


= Rp 12.000.000
Cfm PMK-192/2018 : dihitung ulang berdasarkan tariff Tax
Treaty
Page  174
CONTOH PENGKREDITAN PPh TERUTANG DI LN (Asumsi
0mzet >50M)
 PN Dalam Negeri Rp 60.000.000
 PN Luar Negeri( Income Tax 20%) Rp 40.000.000
 Total PN Rp 100.000.000
 Kompensasi kerugian Rp (15.840.000)
 PhKP Rp 84.160.000
 PPh Terutang Rp 21.040.000
 Max kredit Pajak = 40.000.000
84.160.000 (x) 21.040.000
= Rp 10.000.000

Income Tax (dipotong di LN) = 20% x Rp 40.000.000


= Rp 8.000.000

Page  175
PPh Yang Dibayar Sendiri

 PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaran


pajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa);
 PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khusus
pengusaha tertentu);
 STP PPh Pasal 25 (hanya atas pokok pajak);
 Fiskal Luar Negeri

Page  176
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


Sanksi Admin……. 80.000 dikreditkan

Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupu
dibiayakan

Page  177
ANGSURAN PPh PASAL 25

Update terakhir : PMK 215 tahun 2018 berlaku mulai 31/12/2018

Page  178
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 22 DIKREDITKAN
PPh PSL 23 (PPh PSL 24)

DIBAGI

Page  179
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 179
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)

SAMA BESARNYA DENGAN :


- Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

CONTOH :

- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00

• - APABILA BULAN SEPTEMBER 2000 DITERBITKAN KEPUTUSAN PENGURANGAN


ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER
2000 S.D DESEMBER 2000 MENJADI NIHIL

• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU


NIHIL
Page  180 Puspenpa 2000 180
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp

CONTOH :

- BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPH 2000, BESARNYA ANGSURAN PAJAK RP.


1.250.000,00
- JUNI 2001 DITERBITKAN SKP TAHUN 2000 MENGHASILKAN ANGSURAN SETIAP
BULAN RP. 2.000.000,00

* ANGSURAN PAJAK MULAI JULI 2001 SEBESAR Rp 2.000.000,00

Page  181 181


ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR


SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH
LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN
WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN
ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh
Page  182 182
TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP
Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

 Penghasilan Neto 2009 Rp 120.000.000


 Sisa kerugian Rp 140.000.000
 Sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasikan di tahun 2010 Rp20.000.000
 Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:

– Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah


Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00
– PPh terutang tahun 2010 diestimasi sebesar :
– Tax rate x Rp 100.000.000,00 =Rp ??????
– Angsuran Bulanan ???

Page  183
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak
Teratur

 Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur

Page  184
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru

penghasilan neto sebulan yang


disetahunkan

dikurangi terlebih dahulu dengan


PTKP

dikalikan tarif umum

dibagi 12

Page  185
Angsuran PPh Pasal 25 WP Bank dan SGU dengan Hak Opsi

Laba-Rugi Fiskal menurut Lap Keuangan


Triwulan Terakhir

disetahunkan

Dikalikan tarif umum

Dikurangi PPh Ps 24 tahun pajak lalu

dibagi 12

Page  186
Angsuran PPh Pasal 25 WP BUMN/BUMD

Laba-Rugi Fiskal menurut RKAP

Dikalikan Tarif Umum

Dikurangi PPh Ps 22,23 dan 24 tahun pajak lalu

dibagi 12

Dalam hal RKAP belum disahkan, menggunakan


angsuran pada bulan terakhir tahun pajak sebelumnya

Page  187
Angsuran PPh Pasal 25 WP Masuk Bursa

Laba-Rugi Fiskal menurut Lap Keuangan


Berkala Terakhir

disetahunkan

Dikalikan tarif umum

Dikurangi PPh Ps 22,23 dan 24 tahun pajak


lalu

dibagi 12

Page  188
SPT PPh BADAN

SPT PPh OP

Page  189
PENGISIAN SPT PPh TAHUNAN
Pasal 4 UU KUP

PENGISIAN
PENGISIANSPT
SPT

 BENAR
 LENGKAP
 JELAS
 DITANDATANGANI :
 BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS

WP YANG WAJIB PEMBUKUAN, DILENGKAPI DGN LAP.


KEUANGAN (NERACA, LABA RUGI DAN KETERANGAN LAIN)

Page  190
Setor dan Lapor

SPT • Setor: Tgl 15 bln berikutnya


• Lapor : Tgl 20 bln
Masa (PPh Ps. berikutnya
25)

SPT • Setor : sebelum menyampaikan SPT Tahunan

Tahunan • Lapor : akhir April thn berikutnya

Page  191
PT.CINTA KEJUJURAN
LAPORAN LABA/RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014

KOREKSI
URAIAN KOMERSIAL Ref FISKAL KET
POSITIF NEGATIF
Peredaran Usaha
Penjualan Lokal 24.000.000.000 24.000.000.000

Harga Pokok Penjualan


Pembelian 14.000.000.000 100.000.000 13.900.000.000 5L
Persediaan Awal 8.000.000.000 8.000.000.000
Persedian Akhir 6.000.000.000 6.000.000.000
Harga Pokok Penjualan 16.000.000.000 15.900.000.000
Laba Usaha Bruto 8.000.000.000 8.100.000.000

Biaya Operasional dan Umum


1 Biaya Gaji 2.200.000.000 440.000.000 1.760.000.000
240jt 5C, 20
2 Biaya Sewa 300.000.000 125.000.000 175.000.000 5K
3 Biaya Perjalanan Dinas 75.000.000 25.000.000 50.000.000 5L
4 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan 20.000.000 10.000.000 10.000.000 5L
5 Biaya Promosi 160.000.000 10.000.000 150.000.000 5L
6 Biaya Penelitian dan Pengembangan 50.000.000 40.000.000 10.000.000 5L
7 Pencadangan Penghapusan Piutang Tidak Tertagih 85.000.000 30.000.000 55.000.000 5B
8 Biaya Bunga Pinjaman 36.000.000 SE-46/TH95 9.600.000 26.400.000 5L
9 Biaya PKB, PBB, Bea Materai 21.250.000 4.250.000 17.000.000 5A
10 Biaya Telephon/Fax 37.500.000 2.500.000 35.000.000 5L
11 Biaya Listrik dan Air 35.000.000 35.000.000
12 Biaya Pajak dan Perijinan 32.000.000 32.000.000
13 Biaya Profesional Fee 25.500.000 8.000.000 17.500.000 5D
14 Biaya Asuransi kerugian dan Kebakaran 25.000.000 25.000.000
15 Biaya Penyusutan 550.000.000 73.468.750 476.531.250 5I
16 Biaya Pelatihan 37.500.000 37.500.000
17 Biaya Sumbangan dan Bantuan 60.000.000 PP 93/TH2010 30.000.000 30.000.000 5E
18 Biaya Natura dan Kenikmatan 180.000.000 40.000.000 140.000.000
30JT 5C, 10
19 Biaya Lain-lain 70.000.000 30.000.000 40.000.000
15JT 5C, 15
Total Biaya Usaha 3.999.750.000 3.121.931.250
Laba Usaha Neto 4.000.250.000 4.978.068.750

Pendapatan di luar usaha dan Biaya di luar usaha


Pendapatan di luar usaha
1 Dividen dari PT AISYA ADINDA (Bruto) 200.000.000 200.000.000 -
2 Dividen dari PT LANGLANG BUANA (Bruto) 250.000.000 250.000.000
3 Dividen dari Jacko Ltd -USA (Bruto) 400.000.000 400.000.000
4 Penjualan saham di Bursa Efek Indonesia (Bruto) 350.000.000 350.000.000
5 Pendapatan Sewa Mobil dari PT PINJAM SAJA (Bruto) 30.000.000 30.000.000
6 Pendapatan Sewa Gudang dari PT BUDI S (Bruto) 200.000.000 200.000.000
7 Bunga Deposito (Bruto) 25.000.000 25.000.000
8 Hadiah Undian Nasabah Prioritas Bank M (Bruto) 50.000.000 50.000.000
9 Keuntungan Penjualan/pengalihan Harta -
Jumlah Pendapatan di luar usaha 1.505.000.000 680.000.000
Biaya di luar usaha
1 Biaya Notaris untuk Gedung yang disewakan 20.000.000 20.000.000 5L
2 Biaya Pengurusan Dividen PT AISYA ADINDA 15.000.000 15.000.000 5L
3 Kerugian Penjualan/pengalihan Harta 43.500.000 43.500.000
Page  192
Jumlah Biaya di luar usaha 35.000.000 43.500.000
Total Pendapatan neto di luar usaha 1.470.000.000 636.500.000
Laba Tahun berjalan sebelum Pajak Penghasilan 5.470.250.000 1.012.818.750 868.500.000 5.614.568.750
Page  193

Anda mungkin juga menyukai