Brevet AB Terpadu
IAI SUMSEL 2017
1
PROFILE
PROFILE
Blog : https://amriutama.blogspot.co.id/
No. HP : 081367226655
2
MATERI
DIDOWNLOAD
DI SINI
3
Sesi 1: Karakteristik Pajak Penghasilan
1. Pajak Langsung
Penanggung jawab pajak = Pemikul beban pajak Kecuali
PPh Pemotongan Pemungutan
2. Subjektif
PPh tergantung pada ada atau tidak adanya penghasilan
5
Subjek Pajak Dalam negeri
6
Subjek Pajak Luar negeri
7
Subjek Pajak BADAN (Psl 2 UU PPh)
Badan adalah :
- sekumpulan orang dan/atau modal
- merupakan kesatuan
- baik yg melakukan usaha maupun yg tidak melakukan usaha
- meliputi :
8
Subjek Pajak BADAN(Psl 2 UU
PPh)
Status Badan Hukum
Misal PT Misal CV
9
Subjek Pajak BADAN (Psl 2 UU PPh)
11
Bentuk Usaha Tetap (Psl 2 ayat (1.c & 5) UU PPh)
dapat berupa:
• tempat kedudukan manajemen;
• cabang perusahaan;
• kantor perwakilan;
• gedung kantor;
• pabrik;
• bengkel;
• gudang;
• ruang untuk promosi dan penjualan;
• pertambangan dan penggalian sumber alam;
• wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
• perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;
12
Bentuk Usaha Tetap (Psl 2 ayat (1.c & 5) UU PPh)
13
Klasifikasi Subjek PPh (Psl 2 UU PPh)
Kewajiban Subjektif Dimulai saat didirikan atau Dimulai secara otomatis saat
bertempat kedudukan di
menjalankan usaha melalui BUT
Indonesia
Berakhir pada saat tidak lagi menjalan
Berakhir saat dibubarkan
usaha melalui BUT di Indonesia atau
atau tidak lagi
bertempat kedudukan di tidak lagi menerima atau memperoleh
Indonesia penghasilan dari Indonesia
14
Klasifikasi Subjek PPh (Psl 2 UU PPh)
15
PENGECUALIAN Subjek PPh (Psl 3 UU PPh)
16
Manakah yang bukan termasuk Subjek Pajak Dalam Negeri ??
17
18
Pengertian Penghasilan (Psl 4(1) UU PPh)
20
CARA PENGENAAN
Penghasilan
Bukan Objek
Objek Pajak
Pajak
Objek Pajak
Objek Pajak
PPh Tidak Final
PPh Final
(tarif umum)
21
22
CARA PENGENAAN
• Jumlah seluruh penghasilan =A
23
Objek Pajak PPh Badan
1. Laba usaha;
2. Sewa dan penghasilan lan sehubungan dengan penggunaan harga
misal sewa mobil, sewa rumah, sewa gudang,sewa alat berat
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk keuntungan karena :
1) pengalihan harta kpd perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti saham / penyertaan
modal;
2) pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu, atau anggota yg diperoleh perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya;
3) likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dlm bentuk apa pun;
4) pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yg diberikan kpd keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yg menjalankan usaha mikro dan kecil, yg
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Per Men Keu, sepanjang tdk ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5) penjualan / pengalihan sebagian / seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
24
Objek Pajak PPh Badan
25
Objek Pajak PPh Badan
26
Objek Pajak PPh Badan
27
Objek Pajak PPh Badan
28
Objek Pajak : Penghasilan (Psl 4(1) UU PPh)
30
Objek Pajak : Penghasilan (Psl 4(1) UU PPh)
32
TIDAK TERMASUK Objek Pajak (Psl 4(3) UU PPh)
33
Sisipan : psl 4 (3.f) UU PPh Bukan Obyek Pajak
PT (WP DN)
badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah,
Penyertaan minimal 25 %
badan usaha
yg didirikan & bertempat
kedudukan di Indonesia
koperasi
Penyertaan saham
Dividen dari Cad Laba Ditahan,
Bukan Obyek PPh
34
Contoh
• PT MNC VISION akan melakukan pembayaran
deviden kepada pemegang saham dengan
rincian pemegang saham sebagai berikut:
• 30 % saham dimiliki oleh PT ABC
• 10% saham dimiliki oleh PT DEF
• 25% saham dimiliki oleh PT DOR
• 24 % saham dimiliki oleh PT ABD
• 11% dimiliki oleh Tn Amir....
Bagaimana perlakuan pajak atas pembayaran
deviden tersebut??
35
TIDAK TERMASUK Objek Pajak (Psl 4(3) UU PPh)
5. Penghasilan danna pensiun berupa:
a. uran yang diterima atau diperoleh pemberi kerja maupun pegawai;
b. penghasilan dari modal yg ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yg ditetapkan dgn Kep Menteri Keuangan;
6. bagian laba yg diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yg
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
7. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yg didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia, dgn syarat badan pasangan usaha tsb :
1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yg menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yg diatur dengan atau berdasarkan Per Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
36
TIDAK TERMASUK Objek Pajak (Psl 4(3) UU PPh)
5. Penghasilan dana pensiun berupa:
a. iuran yang diterima atau diperoleh pemberi kerja maupun
pegawai;
b. penghasilan dari modal yg ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yg ditetapkan dgn Kep Menteri Keuangan;
6. bagian laba yg diterima atau diperoleh anggota dari:
a. perseroan komanditer yg modalnya tidak terbagi atas saham-
saham,
b. persekutuan,
c. perkumpulan,
d. firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
37
TIDAK TERMASUK Objek Pajak (Psl 4(3) UU PPh)
38
39
Penghasilan Objek PPh FINAL
PERTIMBANGAN PENGENAAN PPh FINAL
42
Karakteristik FINAL & TDK FINAL
Uraian Bersifat Final Tidak Bersifat Final
Tidak digabungkan Digabungkan
Penghasilan dgn semua penghasilan dlm dgn semua penghasilan dlm
menghitung PPh keseluruhan menghitung PPh keseluruhan
44
3. Berikut bukan merupakan subjek pajak
badan,kecuali:
A. Badan Perwakilan negara asing
B. Organisasi Internasional
C. Perwakilan Kantor Asing
45
Penilaian Persediaan (Metode
Harga Perolehan)
Metode Rata-Rata
Metode FIFO
46
Contoh perhitungan
TGL Transaksi Jumlah brg @ Jumlah
47
METODE RATA-RATA
Didapat harga Hrg rata2 Nilai Persediaan
48
METODE FIFO
Didapat harga Nilai Persediaan
50
Latihan
TGL Transaksi Jumlah brg @ Jumlah
12/1 Penjualan 70
51
METODE RATA-RATA
Didapat harga Hrg rata2 Nilai Persediaan
52
METODE FIFO
Didapat harga Nilai Persediaan
54
PENILAIAN HARTA
• Tidak ada hub istimewa: harga perolehan
Jual Beli
• Ada hub istimewa: Jumlah yg seharusnya dikeluarkan
Likuidasi,penggabungan
• Harga pasar
dsb
55
PENYUSUTAN – Pasal 11 UU PPh
1. Dilakukan thd pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali
tanah;
2. untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
(3MP);
3. mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun;
4. metode penyusutan yg diperbolehkan adalah:
a. sama besar (metode garis lurus / straight-line method);
b. menurun (metode saldo menurun / declining balance
method).
56 02
PENYUSUTAN – Pasal 11 UU PPh
5. Masa manfaat & tarif penyusutan ditetapkan sbb :
Kelompok Harta Tarif penyusutan
Berwujud Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
• Kelompok 1 4 Tahun 25 % 50 %
• Kelompok 2 8 Tahun 12,5 % 25 %
• Kelompok 3 16 Tahun 6.25 % 12.5 %
• Kelompok 4 20 Tahun 5% 10 %
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10 %
57 02
58
59
60
61
62
PENYUSUTAN – Pasal 11 UU PPh
65 02
PENYUSUTAN – Pasal 11 UU PPh
9. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta :
- nilai sisa buku dibebankan sebagai kerugian
- harga jual atau penggantian asuransi penghasilan
pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.
12. Kelompok harta berwujud sesuai dgn masa manfaat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan
66 02
HARTA YG TDK DAPAT DISUSUTKAN
• Tanah
Tanah hak milik, termasuk tanah yang berstatus hak guna
bangun, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali.
Kecuali:
Tanah bisa saja disusutkan dan dibebankan menjadi biaya
usaha apabila tanah tersebut berkurang karena
penggunaannya untuk memperoleh penghasilan.
Misalnya tanah yang dipergunakan oleh perusahaan genteng,
keramik atau batu bata untuk memproduksi genteng, keramik
dan batu batanya
67
HARTA YG TDK DAPAT DISUSUTKAN
68
AMORTISASI – Pasal 11A UU PPh
1. Dilakukan thd pengeluaran unt pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, atau perubahan harta tak berwujud dan
pengeluaran lain termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill);
2. untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
(3MP);
3. mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun;
4. metode penyusutan yg diperbolehkan adalah:
a. sama besar (metode garis lurus / straight-line method);
b. menurun (metode saldo menurun / declining balance
method).
5. dimulai pd bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk
bidang usaha tertentu yg diatur lebih lanjut dgn Per Men Keu
69 02
Muhibah (Goodwill)
• adalah semua kelebihan yang terdapat
dalam suatu usaha seperti letak perusahaan yang
baik, nama yang terkenal, pimpinan yang ahli, dan
lain-lain.
• Goodwill akan timbul jika ada aktifitas suatu entitas
bisnis membeli entitas lain, dimana harga yang
dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih
perusahaan yang dibeli
• Nilai tersebut diikutsertakan dalam
menetapkan harga satu perusahaan, yang baru
dapat diperhitungkan pada saat perusahaan dijual
70
Contoh
• PT Andalas ingin membeli PT. PSx Nilai PT PSx
berdasarkan neraca memiliki aset 100 M, dengan rincian
Nilai Liabilitas 20 M dan Equity 80 M.
• Karena PT PSx sdh terkenal dan memiliki lokasi strategis,
maka PT PSx jual mahal, mereka akhirnya sepakat
diharga 105 M.
• Maka, selisih harga inilah yang dinamakan Goodwill
• Pencatatan secara akuntansi:
• Aset 100 M
• Goodwill 5M
• Kas 85
• Liabilitas 20
71
AMORTISASI – Pasal 11A UU PPh
6. Masa manfaat & tarif penyusutan ditetapkan sbb :
Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif penyusutan
Tidak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
• Kelompok 1 4 Tahun 25 % 50 %
• Kelompok 2 8 Tahun 12,5 % 25 %
• Kelompok 3 16 Tahun 6.25 % 12.5 %
• Kelompok 4 20 Tahun 5% 10 %
72 02
AMORTISASI – Pasal 11A UU PPh
8. Amortisasi atas pengeluaran unt memperoleh hak penambangan
selain yang dimaksud pada angka “7” di atas, hak pengusahaan
hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya
yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, menggunakan
metode satuan produksi paling tinggi 20% setahun.
Contoh:
Pengeluaran unt memperoleh hak pengusahaan hutan, yg mempunyai
potensi 10.000.000 (sepuluh juta) ton kayu, sebesar Rp 500.000.000,-
diamortisasi sesuai dgn % satuan produksi yg direalisasikan dlm thn yg
bersangkutan.
Jika dlm 1 tahun pajak ternyata jumlah produksi mencapai 3.000.000 ton
yang berarti 30% dari potensi yang tersedia,
maka walaupun jml produksi pd thn tsb mencapai 30% dari jml potensi yg
tersedia, besarnya amortisasi yg diperkenankan unt dikurangkan dari
penghasilan bruto pada tahun tsb adl 20% dari pengeluaran atau
Rp100.000.000,- 73 02
AMORTISASI – Pasal 11A UU PPh
9. Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak sbgmn
dimaksud di atas, nilai sisa buku sebagai kerugian dan
jml yg diterima sbg penggantian penghasilan
Contoh :
PT X memperoleh hak penambangan minyak & gas bumi di suatu lokasi Rp500
juta Taksiran jml kandungan minyak di daerah tersebut 200 juta barel.
Setelah produksi minyak & gas bumi mencapai 100 juta barel,
PT X menjual hak penambangan tsb kpd pihak lain dgn harga Rp300 juta.
Penghitungan penghasilan dan kerugian dari penjualan hak tsb sbb :
Harga perolehan Rp 500.000.000,-
Amortisasi yg telah dilakukan100 juta /200 juta barel (50%) Rp 250.000.000,-
Nilai buku harta Rp 250.000.000,-
Harga jual harta Rp 300.000.000,-
75 02
Pedalaman Materi
Beberapa transaksi PT Maknyuss di tahun 2016 adalah sebagai
berikut:
1. Menjual mobil kepada PT ABC seharga Rp 35.000.000
dengan nilai buku 20.000.000
2. Menjual mobil sejenis kepada Direktur seharga 30.000.000
3. Menerima pembayaran atas sewa tanah kepada PT Harimau
Rp 70.000.000
4. Membayar deviden dari cadangan laba ditahan kepada :
a. Tuan Ali ( 30% saham) Rp 30.000.000
b. PT Mana Lagi ( 24% saham) Rp 24.000.000
c. PT Sinar Mus ( 30% saham) Rp 30.000.000
d. PT Harapan ( 16% saham) Rp 16.000.000
6. Mendapatkan hadiah undian BRITAMA uang tunai 100 juta
7. Membeli aktiva berupa Mesin senilai 100 juta yang masuk
kelompok I pada tanggal 30 April 2016.(metode garis lurus)
8. Goodwill atas pembelian PT . Nescafe tanggal 15 Agustus
2016 Rp 200 jt dicatat dengan masa manfaat 9 tahun
76
Pedalaman Materi
77
Sesi 3: BIAYA YG DPT
DIKURANGKAN
( DEDUCTIBLE EXPENSE)
78
BIAYA YG DPT DIKURANGKAN – Pasal 6(1) UU PPh
adl biaya unt mendapatkan, menagih, & memelihara penghasilan,
termasuk :
a. biaya yg langsung / tdk langsung berkaitan dgn kegiatan usaha, a.l. :
1) biaya pembelian bahan;
2) biaya berkenaan dgn pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunj yg diberikan dlm bentuk uang;
3) bunga, sewa, dan royalti;
4) biaya perjalanan;
5) biaya pengolahan limbah;
6) premi asuransi;
7) biaya promosi dan penjualan diatur dgn Peraturan Menteri
Keuangan;
8) biaya administrasi; dan
9) pajak kecuali Pajak Penghasilan.
02
79
Pengeluaran 3 M atas penghasilan yang bukan objek pajak tidak dapat
dibebankan sebagaio biaya.
Contoh:
1. Penghasilan Yay. Dapensri selama tahun 2016 :
a. Penghasilan objek pajak Rp 300.000.000
b. Penghasilan bukan objek pajak Rp 200.000.000
Jika biaya selama 2016 adalah sebesar Rp 150.000.000
Maka:
Biaya yang boleh dibebankan: 3/5 x Rp 150.000.000
85
BIAYA YG DPT DIKURANGKAN – Pasal 6(1) UU PPh
p. Biaya pulsa untuk pegewai tertentu sebesar 50% dari total biaya
yang dikeluarkan.
86 02
BIAYA YG DPT DIKURANGKAN tamb unt BUT – Pasal 5 UU PPh
87 02
BIAYA YG TIDAK DAPAT
DIKURANGKAN
( NON DEDUCTIBLE EXPENSE)
88
a. pembagian laba dgn nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yg dibayarkan oleh perusahaan
BIAYA YGkepada
asuransi TIDAK DPT DIKURANGKAN
pemegang polis, dan pembagian– Pasal 9 UU PPh
sisa hasil
usaha koperasi;
b. biaya yg dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. penggantian atau imbalan sehubungan dgn pekerjaan atau
jasa yg diberikan dlm bentuk natura dan kenikmatan, misal
fasilitas menempati rumah dinas tanpa biaya, yang bagi
penerima bukan penghasilan.
d. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali yang
dapat dibiayakan oleh Wajib Pajak tertentu.
e. jumlah yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kpd pemegang
saham atau kepada pihak yg mempunyai hubungan istimewa
sebagai imbalan sehubungan dgn pekerjaan yg dilakukan;
02
89
BIAYA YG TIDAK DPT DIKURANGKAN – Pasal 9 UU PPh
g. Pajak Penghasilan
h. gaji yg dibayarkan kpd anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yg modalnya tdk terbagi atas saham;
i. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yg berkenaan dgn pelaksanaan perundang-undangan
di bidang perpajakan.
91 02
Perlakuan Bunga
Pinjaman
Pihak ke-3
MEMBIAYAKAN
BEBAN BUNGA
DEPOSITO BANK
DIPOTONG PPh
FINAL
92
Bunga Pinjaman
93
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
Contoh 1: Pinjaman > Deposito:
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
94
Debt to Equity Ratio (DER)
perbandingan antara utang dan modal
PMK-169/PMK.010/2015
95
Pengecualiandari ketentuan
Debt to Equity Ratio (DER)
Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final berdasarkan peraturan perundang-undangan tersendiri
96
• Contoh:
• Total Modal PT ABC Rp 760.000.000.000
• Rata-rata pinjaman Rp 4.562.500.000.000
97
SE Dirjen Pajak No. SE - 27/PJ.22/1986
• Benar-benar dikeluarkan
(formal)
• ada hubungannya dengan
kegiatan usaha wajib pajak
(material)
• Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat:
o nomor urut,
o tanggal dan jenis entertainment,
o nama tempat,
o alamat,
o jumlah,
o Relasi usaha yang berisi:
o Nama relasi,
o posisi,
o nama perusahaan,
o jenis usaha.
99
PERLAKUAN BIAYA
TERKAIT PPh
FINAL DAN TIDAK FINAL
( JOINT COST)
100
WAJIB MELAKUKAN PEMBUKUAN
TERPISAH
102
CONTOH PERHITUNGAN
105
Biaya Tenaga Kerja
Bagi Perusahaan Deductible Expense
Bagi Karyawan Non Taxable Income
• Natura dan kenikmatan di daerah tertentu
o Tempat tinggal
o Pelayanan kesehatan
o Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya,
o Pengangkutan
o Olah raga kecuali sarana olah raga golf,
boating dan pacuan kuda
• Natura dan kenikmatan sehubungan dengan
keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan
o Dalam rangka dan kerkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan
o Berkenaan dengan situasi lingkungan
106
RANGKUMAN
DEDUCTIBLE & NON
DEDUCTIBLE EXPENSE
107
108
109
110
111
112
113
Hubungan Istimewa
114
Hubungan Istimewa Tipe I
25 % 50 %
(tidak langsung) PT. INDOVISION
115
HUBUNGAN ISTIMEWA TIPE 2
30%
PT. RCTI PT. MNC FINANCE
(TV) (JASA KEUANGAN)
40 % Hubungan
PT. INDOVISION Istimewa
(TV KABEL)
116
Tipe 3
Tenaga Ahli
PT. Rekayasa PT. Pancang Buana
(Teknologi Pengecoran Beton) (Produsen Pilar Beton)
Hubungan Istimewa
117
Contoh
- Ayah - Mertua
- Ibu - Anak Tiri
- Anak
118
Kewenangan danMetode DJP atas Transaksi
Hub Istimewa
Metode:
• Perbandingan harga dgn phk independen
• Harga pejualan kembali
• Biaya Plus
• Pembagian laba
• Laba Bersih Transaksional
119
Pinjaman Tanpa Bunga dari pemegang Saham
120
Kompensasi Kerugian
121
KOMPENSASI KERUGIAN
122
KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
2004 (1.100.000)
2011 500.000 -
124
KAMU Masih
Bingung ???
125
LATIHAN KOMPENSASI KERUGIAN
126
Tahun Laba(Rugi) Kompensasi Kerugian
2009 2011
2009 (1.200.00.000)
2010 200.00.000) (1.000.000.000)
127
Penghasilan Kena Pajak
128
Skema Rekonsiliasi Fiskal
Laporan Laporan
Rekonsiliasi
Keuangan Keuangan Fiskal
Fiskal
Komersial (SPT PPh Badan)
(Profit/Loss)
Koreksi
Fiskal
Perbedaan Perbedaan
PSAK 46
Temporer/waktu Permanen/Tetap
129
KOREKSI FISKAL
Latar Belakang
130
Jenis Koreksi Fiskal Lap. Komersil Lap Fiskal
131
Koreksi • Penghasilan PPh Final
Penghasilan • Penghasilan Bukan Objek
Pajak
132
WAJIB PAJAK BADAN
Pembukuan
Laporan R/L
Laba Komersial
Penghasilan Biaya
KOREKSI
FISKAL
LABA FISKAL
POSITIF NEGATIF
Berakibat Berakibat Dasar
menambah Laba mengurangi Perhitungan
Fiskal Laba Fiskal Pajak
Penghasilan
Di SPT Tahunan
133
JENIS KOREKSI FISKAL
1. Beda Tetap
Perbedaan perlakuan di Lap Keu Komersial (SAK) dan Peraturan Perpajakan bersifat
tetap
Cfm. Cfm.
URAIAN Koreksi Fiskal Keterangan
Komersial Fiskal
Penerimaan Deviden dari
PT. ABCD (penyertaan Bukan Obyek Pajak
150.000.000 (150.000.000) -
40%)
Dikenakan PPh
Bunga Deposito 160.000.000 (160.000.000)
- Final
Sumbangan HUT RI & ABRI 20.000.000 20.000.000 Psl.9
-
Bantuan ke Panti Asuhan 10.000.000 10.000.000 Psl.9
-
135
JENIS KOREKSI FISKAL
2. Beda Waktu
136
KOREKSI FISKAL
Cfm. Koreksi
URAIAN Cfm. Fiskal Keterangan
Komersial Fiskal
Penyusutan - Aktiva
250.000.000 300.000.000 (50.000.000) Beda tarif
Pabrik
Pemakaian Bahan Beda
800.000.000 760.000.000 40.000.000
(HPP) metode
persyaratan
Penghapusan
90.000.000 70.000.000 20.000.000 blm
Piutang
terpenuhi
137
Pendalaman Materi
138
139
140
141
142
143
Tarif PPh BADAN & BUT (Psl 17 & 31E UU PPh)
X 1.400.000.000 = Rp 350.000.000
145
PT. Unilever Tbk melaporkan Peredaran Usaha dalam SPT
Tahunan 2016 sebesar Rp 60 Miliar dengan
( - 5% ) X 1.400.000.000 = Rp 2800.000.000
146
Omzet sampai dengan 4,8 M
Mendapatkan
fasilitas • pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17
pengurangan Sisa omzet yang telah dikurangi bagian 4,8
tarif M
• tetap menggunakan tarif pasal 17
148
Contoh 2:
Tarif Pasal 31E
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2016 Rp 30.000.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 3.000.000.000,-
Penghitungan Pajak Penghasilan yg terutang :
a. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yg memperoleh fasilitas :
Rp 4.800.000.000,- x Rp 3.000.000.000,- = Rp 480.000.000,-
Rp. 30.000.000.000,-
b. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yg tidak memperoleh fasilitas :
Rp 3.000.000.000,00 – Rp 480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
50% x 25% x Rp 480.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
25% x Rp 2.520.000.000,00 = Rp 630.000.000,00
Jumlah PPh yang terutang Rp 690.000.000,00
149
PT X tahun 2016
Peredaran Usaha (Omzet) Rp. 48.000.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 4.000.000.000
150
Penerapan PPf Final PP 46
Thn 2013
Wajib Pajak Yang memiliki Peredaran
bruto tertentu:
• WP Orang Pribadi dan WP Badan tidak
termasuk BUT
• Penghasilan dari usaha, tidak termasuk
Pekerjaan Bebas dengan peredaran usaha
TIDAK MELEBIHI 4,8 M dalam 1 tahun
pajak
151
Tidak Termasuk WP Badan
• Belum beroperasi secara komersial
• Pererasan usaha setelah beroperasi komesial melebihi 4,8
Miliar
Tarif
• 1%
Peredaran Bruto
• Misal untuk tahun 2015 omset < 4,8M, maka untuk tahun
2016 WP membayar PPh Final 1%.
• Jika di Thn 2016 omset telah melewati 4,8 M, WP tetap
membayar PPh Final sampai akhir 2017
• Untuk Tahun 2017 WP dikenakan PPh Tarif Pasal 17
152
Dasar Pengenaan Pajak
153
CONTOH PERHITUNGAN
154
CONTOH PERHITUNGAN
155
Norma Penghitungan khusus
Penerima Penghasilan Norma penghitungan
156
KREDIT PAJAK BAGI
WP BADAN DALAM NEGERI DAN BUT
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
CONTOH PERHITUNGAN
1. Berikut Penghasilan netto PT. Ando selama tahun 2014:
a. Dari Indonesia : 8.000.000.000
b. Dari Singapura : 2.000.000.000 PPh dibayar: 800.000.000
c. Di Malaysia Rugi
159
ANGSURAN PPh PASAL 25
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
162
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2011 DISAMPAIKAN MARET 2012 ANGSURAN PPh DESEMBER
2011 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2012 DAN
PEBRUARI 2012 SEBESAR Rp 1.000.000,00
• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2012 DAN PEBRUARI 2012 YAITU
NIHIL 163
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp
CONTOH :
164
ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BERWENANG
PPh Pasal 25 yang terlambat lapor, maka anguran sama dengan SPT Tahun
Lalu dan bersifat sementara sampai SPT Tahunan dilaporkan
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu,
maka PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, &
berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkannya SKP
166
PPh Pasal 25
167
ANGSURAN PPh PASAL 25
BAGI WP TERTENTU
MENTERI KEUANGAN
PERMENKEU No. 255/PMK.03/2008
BERWENANG
BARU Badan :
(Penghasilan Neto Sebulan dari Pembuk* x 12) x Tarif Umum
12
WP Bank
& SGU (LR* Fskl Lap.Triwulan Terakhir yg Disetahunkan- PPh Ps 24) x Tarif Umum
Dengan 12
Hak Opsi
*Pembuk = Pembukuan
**NPPN = Norma Penghitungan Penghasilan Neto
***LR = Laba Rugi 169
ANGSURAN PPh PASAL 25
Permenkeu No.255/PMK.03/2008
WP Masuk Bursa
& WP Lainnya (LABA RUGI FISKAL LAPORAN BERKALA TERAKHIR
Yg DiWajibkan PPh PASAL 22 ATAU PPh PASAL 23 ATAU PPh PASAL 24) x
Membuat Laporan TARIF UMUM : 12
Berkala
PPh Kurang Bayar = PPh terhutang – Kredit Pajak PPh terhutang > Kredit Pajak
PPh Lebih Bayar = PPh terhutang – Kredit Pajak PPh terhutang < Kredit Pajak
PPh Nihil = PPh terhutang – Kredit Pajak PPh terhutang = Kredit Pajak
Kredit Pajak :
• PPh Pasal 22
• PPh Pasal 23
• PPh Pasal 24
• PPh Pasal 25 (termasuk Pokok STP)
• PPh Pasal 26 (5)
172
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25
Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
PPh Akhir Tahun (Psl 29)
Contoh
Kredit pajak:
Pemungutan pajak oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 15.000.000,00
Pemotongan pajak dari modal (Pasal 23) Rp 5.000.000,00
Kredit pajak luar negeri (Pasal 24) Rp 15.000.000,00
Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25) Rp 10.000.000,00
Jumlah Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan Rp 45.000.000,00
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar (PPh Psl 29) Rp 35.000.000,00
174
Perlakuan Perpajakan
Kawasan ekonomi Khusus
PMK-104/PMK.010/2016
KEK TANJUNG API-API