Anda di halaman 1dari 131

Senin 27 November 20

23

Wella Servana Rosadi


PERPAJAKAN DI INDONESIA
Sistem Pemungutan Pajak
Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terhutang ada pada pihak
aparat pajak.
Official Assessment
1983 Wajib pajak bersifat pasif.
System
Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan
Surat Ketetapan Pajak oleh aparat pajak.
Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terhutang ada pada wajib pajak
sendiri.
Self Assessment
1983 Wajib pajak aktif.
System
Pihak aparat perpajakan tidak ikut
campur melainkan hanya mengawasi.
kewenangan untuk menentukan besarnya
pajak terhutang ada pada pihak ketiga
Withholding system yang bukan wajib pajak dan bukan aparat
pajak
DASAR HUKUM
UU Nomor 6 Tahun 1983

UU Nomor 9 Tahun 1994

KETENTUAN UMUM
DAN UU Nomor 16 Tahun 2000
TATA CARA PERPAJAKAN

UU Nomor 28 Tahun 2007

Perpu Nomor 5 Tahun 2008

UU Nomor 16 Tahun 2009


Latar Belakang

mendaftar

Law
menghitung enforcemen
t

membayar Benar, lengkap, dan


jelas

melaporkan UU Peraturan
Perpajakan pelaksanaan
PENGERTIAN PAJAK
(Pasal 1 Angka 1)
Pajak adalah :

Kontribusi Wajib kepada Negara


Terutang oleh Orang Pribadi atau Badan
Sifatnya memaksa berdasarkan Undang-
undang
Tidak mendapatkan Imbalan secara
Langsung
Digunakan untuk Keperluan Negara bagi
sebesar- besarnya Kemakmuran Rakyat .
WAJIB PAJAK
(Pasal 1 Angka 2)

Orang Pribadi;
Pribadi Pembayar
Badan; meliputi Pemotong PAJAK
Pemungut

YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN


SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
Orang Pribadi

adalah orang pada umumnya

- tidak memandang jenis kelamin


- tidak memandang usia
- termasuk pula warisan yang belum terbagi
yang menggantikan yang berhak
BADAN
Pasal 1 Angka 3

Sekumpulan Orang dan/atau Modal yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi :

 Perseroan Terbatas,
 Perseroan Komanditer,
 Perseroan Lainnya,
 BUMN/BUMD dengan nama dan dlm bentuk apapun,
 Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi
Lainnya, Lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
Kontrak Investasi Kolektif dan BUT.
PENGUSAHA
(Pasal 1 Angka 4)
ORANG PRIBADI ATAU BADAN DALAM BENTUK
APAPUN YANG DALAM KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAANNYA :
MENGHASILKAN BARANG,
MENGIMPOR BARANG,
MENGEKSPOR BARANG,
MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN,
MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD DARI
LUAR DAERAH PABEAN,
MELAKUKAN USAHA JASA, ATAU
MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH
PABEAN.
PENGUSAHA KENA PAJAK
(Pasal 1 Angka 5)

PENGUSAHA YANG MELAKUKAN


PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
DAN/ATAU PENYERAHAN JASA KENA
PAJAK YANG DIKENAI PAJAK
BERDASARKAN UU PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI 1984 DAN
PERUBAHANNYA
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(Pasal 1 Angka 6)
NOMOR YANG DIBERIKAN KEPADA WAJIB
PAJAK SEBAGAI SARANA DALAM ADMINISTRASI
PERPAJAKAN YANG DIPERGUNAKAN SEBAGAI :

 TANDA PENGENAL DIRI; ATAU


 IDENTITAS WAJIB PAJAK DALAM MELAKSANA
KAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA.
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
Pasal 2 ayat (1) jo. PP Nomor 80 Tahun 2007
SETIAP WAJIB PAJAK YANG TELAH MEMENUHI
PERSYARATAN :
 SUBJEKTIF,
SUBJEKTIF DAN
 OBJEKTIF,
OBJEKTIF WAJIB MENDAFTARKAN DIRI
PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
YANG WILAYAH KERJANYA MELIPUTI :
TEMPAT TINGGAL,
TINGGAL ATAU
 TEMPAT KEDUDUKAN
DIBERIKAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Pasal 2 ayat (2)

SETIAP WAJIB PAJAK SEBAGAI PENGUSAHA


YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN UU PPN
1984 DAN PERUBAHANNYA,
WAJIB MELAPORKAN USAHANYA PADA
KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG
WILAYAH KERJANYA MELIPUTI :
 TEMPAT TINGGAL,
 TEMPAT KEDUDUKAN,
KEDUDUKAN DAN
 TEMPAT KEGIATAN USAHA DILAKUKAN,

DIKUKUHKAN MENJADI PENGUSAHA KENA


PAJAK
NPWP dan Pengukuhan PKP
( Pasal 2)

Persyaratan Persyaratan
Subjektif Objektif

persyaratan yang sesuai


WAJIB persyaratan bagi subjek pajak
yg menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan
dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam UUPPh PAJAK untuk melakukan pemotongan/
pemungutan sesuai dengan
Ketentuan UUPPh

Bukan Pengusaha Pengusaha

NPWP NPWP dan Pengukuhan


Subyek Pajak

Orang Pribadi
Badan

Warisan yang
belum terbagi
Sebagai satu Bentuk Usaha
Kesatuan Tetap (BUT)
Menggantikan
Yang berhak
Bentuk Usaha Tetap

Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:


 Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di

Indonesia atau berada diIndonesia tidak lebih


dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia
Untuk memperoleh penghasilan di Ind.
Pembagian
Subjek Pajak

Subjek Pajak Subjek Pajak Bukan


Dalam Negeri Luar Negeri Subjek Pajak
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
a. orang pribadi yang :
- bertempat tinggal di Indonesia,
- berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau
- dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
- pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
- penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
- pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;
b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
 orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan,
 badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan
di Indonesia, yang :

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui


BUT di Indonesia atau
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tanpa melalui BUT di Indonesia.
Bukan Subjek pajak
a) kantor perwakilan negara asing;
b) pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut
serta negara bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik
c) …
Bukan Subjek pajak

c) organisasi-organisasi internasional dengan syarat:


1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota; (PMK 15/2010)

d) pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional


sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha,
kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
OBJEK PAJAK

Penghasilan : setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik
berasal dari Indonesia atau dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk
komsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Sumber – sumber penghasilan
• Pekerjaan
• Usaha / Pekerjaan Bebas
• Investasi
• Lain-lain, contoh : undian
Siapa yang wajib NPWP?
Menjalankan usaha/
pekerjaan bebas

Tidak menjalankan usaha/


WPOP pek bebas tapi penghasilan
pd suatu bulan > PTKP

Wanita Kawin Pisah Harta

WP Badan
Wanita kawin dapat
mendaftar atas
WP Pemungut/ namanya sendiri
Pemotong pajak
Kapan mendaftar (NPWP)
WPOP yang menjalankan
1 bulan setelah usaha/pekerjaan bebas
Saat usaha
Mulai dijalankan
WP Badan
Paling lambat
Pada akhir bln WPOP yg tdk menjalankan
Berikutnya pengh usaha/pek bebas tapi peng
Telah melebihi sd suatu bulan > PTKP
PTKP
WP Pemungut/
Sebelum saat
Pemotong pajak
Terutang PPh
BESARNYA
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Tahun 2015

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


Rp 36.000.000
TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN
Rp 3.000.000
TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA
SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN
Rp 3.000.000 LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI
TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN KALENDER ATAU
AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER
(Pasal 11 ayat (5) dan (6)
Persyaratan Dokumen NPWP
WAJIB PAJAK ORANG 1)KTP bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang
PRIBADI YANG asing
MENJALANKAN USAHA ATAU 2)Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh
PEKERJAAN BEBAS instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


YANG TIDAK MENJALANKAN KTP BAGI PENDUDUK INDONESIA ,
USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS, ATAU PASPOR BAGI ORANG ASING
YANG MEMPEROLEH
PENGHASILAN DIATAS
PENGHASILAN TIDAK KENA
PAJAK; 1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan
perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri, atau
surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi BUT
2) fotokopi Kartu NPWP salah satu pengurus, atau
fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah
WP BADAN atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah
WNA.
3) dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan
tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa
Persyaratan Dokumen NPWP
• Untuk Joit Operation sebagai WP
Pemungut/Pemotong:
Fotokopi perjanjian J.O.
Fotokopi NPWP masing-masing anggota J.O..
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia; atau
paspor, Surat Keterangan tempat tinggal bagi
orang asing dari salah satu pengurus j.o.
Persyaratan Dokumen NPWP
• Untuk Joit Operation sebagai WP
Pemungut/Pemotong:
Fotokopi perjanjian J.O.
Fotokopi NPWP masing-masing anggota J.O..
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia; atau
paspor, Surat Keterangan tempat tinggal bagi
orang asing dari salah satu pengurus j.o.
• NPWP BAGI WANITA KAWIN YANG
MEMILIKI PENGHASILAN

yg dikenakan pajak secara terpisah krn


Penghasilan isteri hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim / dikehendaki secara tertulis
digabung dengan berdsr kan perjanjian pemisahan
suami penghasilan dan harta;
Dikehendaki untuk melaksanakan
hak&kewajiban pajak terpisah dr suami
(mempunyai NPWP sendiri)

Isteri dan suami masing-


NPWP isteri = NPWP masing memiliki NPWP
suami Isteri dan suami masing-
masing memiliki NPWP
Kewajiban NPWP bagi Wanita Kawin
• Wanita kawin hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim
• Wanita kawin secara tertulis melakukan
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta
• Wanita kawin suaminya tidak bekerja
• Wanita kawin penghasilan suami dibawah PTKP
• Wanita kawin penghasilan suami maupun istri
diatas PTKP
Pengukuhan PKP
(PerMenkeu No 68/PMK.03/2010 mulai berlaku 1 April 2010 )
( Pasal 2)

Barang Kena Pajak di dalam Daerah


Pabean
Yang wajib melaporkan
usaha untuk dikukuhkan
sbg PKP adalah
Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
Pengusaha yang
Pabean
melakukan penyerahan,
( Kecuali Pengusaha
Kecil )
Ekspor Barang Kena Pajak
Siapa yang wajib dikukuhkan
sebagai PKP ?
WPOP Yang memenuhi ketentuan
sebagai Pengusaha yang
dikenakan PPN sesuai UU PPN
Wajib melaporkan usahanya
WP Badan untuk dikukuhkan sebagai PKP

 Untuk mengetahui identitas PKP


 melaksanakan hak dan
kewajiban di bidang PPN
Kapan melaporkan usaha
(Pengukuhan PKP)
Sblm melakukan WPOP yang menjalankan
penyerahan usaha/pekerjaan bebas
BKP/JKP

Paling lambat WP Badan


Pada akhir masa
Pajak berikutnya
Pengusaha Kecil
Setelah omzet
> 4,8 Miliar
Tempat Pendaftaran
(Pasal 2)
TEMPAT tempat tinggal
PENDAFTARAN
(kantor DJP) tempat kedudukan

tempat kegiatan usaha


menurut keadaan sebenarnya/didasarkan pada
kenyataan

Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan
usaha WP berada dalam 2 atau lebih wilayah kerja KPP, Dirjen Pajak dapat
menetapkan KPP tempat WP terdaftar.
Dimana mendaftar
NPWP/Pengukuhan PKP?
Wajib Pajak Tempat Pendaftaran di Kewajiban Pajak
KPP yang meliputi :
Orang Pribadi Tempat Tinggal WP PPh Pasal 25 OP
PPh Psl 21/22/23/26/4(2)
PPN & PPnBM
PBB & BPHTB

Badan Tempat Kedudukan WP PPh Badan


PPh Psl

21/22/23/26/4(2)/15
PPN & PPnBM
PBB & BPHTB

Cabang, Tempat Kegiatan Usaha PPN & PPnBM

perwakilan PPh Psl 21/22/23/26/4(2)


PBB & BPHTB

WP OP tertentu Tempat Tinggal WP PPN & PPnBM

(Penj Psl 2(3)) Tempat Kegiatan Usaha


NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 6 UU KUP)

terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama


merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.

01.234.567.8 – 999 . 000


Kode WP Kode KPP Kode cbg
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN
MELAPORKAN USAHA
• Jangka Waktu Pendaftaran
Yang Wajib Mendaftarkan diri Jangka Waktu
Untuk Memperoleh NPWP
WP OP yang menjalankan usaha Paling lama 1 (satu) bulan
atau pekerjaan bebas setelah usaha mulai dijalankan
WP OP yang tidak menjalankan Paling lama akhir bulan
usha bebas dan penghasilan satu berikutnya
bulan yang disetahunkan diatas
PTKP
WP Badan yang memenuhi Paling lama 1 (satu) bulan
ketentuan sebagai PKP setelah saat usaha dijalankan
• Jangka waktu Pelaporan kegiatan usahanya
Yang Wajib Dikukuhkan Menjadi Jangka waktu
PKP
WP OP yang menjalankan usaha atau Sebelum melakukan
pekerjaan bebas yang memenuhi penyerahan BKP atau JKP
ketentuan sebagai PKP
WP Badan yang memenuhi ketentuan Sebelum melakukan
sebagai PKP penyerahan BKP atau JKP
WP sebagai pengusaha kecil yang Paling lama akhir bulan
memilih sebagai PKP berikutnya
WP sebagai pengusaha kecil yang Paling lama akhir bulan
tidak memilih sebagai PKP tetapi s.d berikutnya
suatu masa pajak dalam tahun buku
seluruh nilai peredaran bruto
melampaui batasan sebagai
Pengusaha Kecil
TATA CARA MENDAPATKAN NPWP

• Pendaftaran NPWP Secara Langsung


WP Langsung datang ke KPP, KP2KP
• Pendaftaran Secara Elektronik
Dikenal dengan nama e-registration atau ereg, dilakukan
WP melalui media internet.
• Surat Keterangan Terdaftar (SKT)
SKT adalah surat yang diterbitkan oleh KPP yang
meyatakan WP sebagai wajib pajak pada KPP tertentu.
TATA CARA PENDAFTARAN

Peraturan Dirjen Pajak Nomor:


Manual PER- 44/PJ/2008
Tanggal 20 oktober 2008

Peraturan Dirjen Pajak Nomor:


e-Registration PER- 24/PJ/2009
Tanggal 16 Maret 2009
MEKANISME e-Registration E-mail
Konsentrasi
SKTS & Data Nasional
NPWP

KP.DJP

Provider

e-registration
e-registration
e-registration

Kios Warnet
KANWIL
Pendaftaran
SKTS & FormAplikasi
NPWP
pendaftaran
KPP
Kartu
NPWP & SKT

KTP, KK, Wajib


KTP, KK,
SIUP DLL Pajak
SIUP DLL KPP

Kartu
NPWP & SKT

Kantor Pos
Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan
(Pasal 2) WP telah menenuhi persyaratan
objektif dan subjektif namun
tidak mau mendaftar
NPWP dan/atau
pengukuhan PKP
secara Jabatan
Pengusaha yang dikenai PPN
namun tidak melaporkan
usahanya

Kewajiban perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi


persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum
diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.
CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik yang mulai berusaha
sejak awal Januari 2007, tetapi belum mendaftarkan diri sampai dengan tanggal 10 Oktober
2009 ketika Dirjen Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan. Berdasarkan data yang ada,
diperoleh penghasilan neto selama tahun 2007 adalah sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 0,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 282.500.000,00
Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2007 sebagai akibat penerbitan NPWP secara
jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB. Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2009 maka
SKPKB tersebut adalah sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Sanksi administrasi (bunga 22 bulan) Rp124.300.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp406.800.000,00
SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP

menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara

denda 2 – 4 kali jumlah


pidana penjara
pajak terutang yang tidak
6 bulan - 6 tahun atau kurang dibayar
*Berdasarkan Pasal 39 UUKUP
Penghapusan NPWP
(Pasal 2)

diajukan oleh WP dan/ atau ahli


warisnya
WP badan dilikuidasi karena
Penghapusan penghentian atau penggabungan usaha
NPWP
WP BUT menghentikan kegiatan
usahanya di Indonesia

dianggap perlu oleh Dirjen Pajak

Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas


permohonan penghapusan NPWP daiam jangka waktu 6 bulan untuk WPOP atau 12 bulan
untuk WP badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas


permohonan pencabutan pengukuhan PKP dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap.

Bac
k
Penghapusan NPWP/PKP
P.L 6 bulan untuk
Permohonan WP OP
Penghapusan
NPWP
P.L 12 bulan
Pemeriksaan untuk WP Badan
oleh DJP
Permohonan
Pencabutan
PKP Paling lambat
6 bulan

atau
Penghapusan NPWP/PKP
Dapat dilakukan secara jabatan
PEMBERIAN, PENGUKUHAN, DAN PENGHAPUSAN
NPWP & PKP - Lanjutan

KETENTUAN LAMA (ayat 4a, ayat 6, dan ayat 7) :


1. Belum diatur batas waktu mulainya persyaratan subjektif dan objektif untuk
pemberian NPWP/PKP secara jabatan.
2. Belum diatur kriteria penghapusan NPWP.
3. Penghapusan NPWP dan pencabutan pengukuhan PKP belum diatur.

PERUBAHAN:
1. Pemberian NPWP/PKP secara jabatan, persyaratan subjektif dan objektifnya
dibatasi 5 tahun ke belakang.
2. Kriteria WP yang NPWP-nya dapat dihapuskan:
a. Diajukan permohonan oleh Wajib Pajak;
b. Wajib Pajak dilikuidasi;
c. Wajib pajak BUT menghentikan kegiatan usaha; dan
d. apabila dianggap perlu oleh DJP.
3. Penghapusan NPWP dilakukan setelah melakukan pemeriksaan paling lama 6
bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi dan 12 bulan untuk Wajib Pajak badan
sejak permohonan.
PEMBUKUAN
(Pasal 1 Angka 29)

SUATU PROSES PENCATATAN YANG DILAKUKAN SECARA


TERATUR UNTUK MENGUMPULKAN DATA DAN
INFORMASI KEUANGAN YANG MELIPUTI :
1. HARTA,
2. KEWAJIBAN,
3. MODAL,
4. PENGHASILAN,
PENGHASILAN DAN
5. BIAYA,
BIAYA SERTA
6. JUMLAH PEROLEHAN DAN PENYERAHAN BARANG
ATAU JASA,

YANG DITUTUP DENGAN MENYUSUN LAPORAN


KEUANGAN BERUPA NERACA, DAN LAPORAN LABA
RUGI UNTUK PERIODE TAHUN PAJAK TERSEBUT.
Pembukuan dan Pencatatan
(Pasal 1 angka 29)

proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

data & informasi keuangan

harta kewajiban
ph & biaya modal

Pembukuan Jumlah Harga Perolehan & Penyerahan Barang/Jasa

laporan keuangan
neraca

laporan laba rugi


Yg Wajib Pembukuan
(Pasal 28)

WPOP yang melakukan


kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas PEMBUKUAN
WAJIB
WP Badan

PENGECUALIAN:

WPOP yang diperbolehkan


WPOP yang tidak melakukan
menghitung penghasilan neto
kegiatan usaha atau
dengan menggunakan Norma
pekerjaan bebas.
Penghitungan Penghasilan Neto
MENGHITUNG LABA NETO USAHA mulai 2009
(pasal 14 ayat (2) UU PPh)

NORMA Omzet < 4,8 milyar


PENGHITUNGAN
setahun
Memilih

Omzet ≥ 4,8 milyar


PEMBUKUAN
setahun
Ketentuan-ketentuan Pembukuan
(Pasal 28)

Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan:

memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau


kegiatan usaha yang sebenarnya

menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang


rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menkeu

harus diselenggarakan di Indonesia

diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel


akrual dan stelsel kas

Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus


mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak
Pembukuan dalam Mata Uang Asing dan Rp
$
WP dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar AS:

WP dalam rangka
WP dalam rangka PMA
Kontrak Karya

WP Kontraktor KKS Bentuk Usaha Tetap

Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

WP yg mendaftarkan emisi sahamnya di bursa efek LN

WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri

*Berdasarkan PMK No. 196/PMK.03/2007


PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9)
Pencatatan terdiri atas :
data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto,
dan/atau
penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan/atau yang
dikenai pajak yang bersifat final.
final
Arti Pencatatan
(Pasal 28)

PENCATATAN
Terdiri atas peredaran atau
data yang dikumpulkan penerimaan bruto
secara teratur ttg dan/atau ph bruto sbg

dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk ph yang


bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final
(Bentuk dan tatacara Pencatatan diatur dgn PMK)
KETENTUAN MENGENAI PENCATATAN
Pasal 28 UU KUP

(3) harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan


mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya

(4) harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,


angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
Penyimpanan Dokumen Pembukuan

Buku, catatan, 10 tahun


dan dokumen dasar
termasuk hasil pembukuan/
pengolahan data pencatatan
di Indonesia

*Berdasarkan Pasal 28 UUKUP


SANKSI-SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja:
memperlihatkan pembukuan atau
pencatatan yang palsu
tidak menyelenggarakan pembukuan
atau pencatatan di Indonesia menimbulkan kerugian pada
tidak memperhatikan atau tidak
pendapatan negara
meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lain
tidak menyimpan buku, catatan, atau dipidana dengan pidana penjara
dokumen yang menjadi dasar 6 bulan - 6 tahun
pembukuan atau pencatatan
dan denda 2-4x jumlah pajak
terutang yang tidak/kurang dibayar

*Berdasarkan Pasal 39 UUKUP

Bac
k
Pengertian SPT
Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

PPh
SPT Masa PPN (1111,1111 DM )

PPN (Pemungut)
SPT

PPh Badan (1771, 1771$)


SPT Tahunan
PPh OP (1770, 1770S, 1770SS)

*Berdasarkan Pasal 1 UUKUP


Kewajiban Menyampaikan SPT
Benar
Mengisi Lengkap

Jelas
Menandatangani
WP Tempat
terdaftar

Tempat
Menyampaikan
dikukuhkan KPP
Mobil Pajak, Pojok
Tempat lain
Pajak, Drop Box

*Berdasarkan:
Pasal 3 UUKUP
PER-179/PJ/2007
Tempat & Cara Lain Pengambilan SPT

Tempat Pengambilan
SPT

Hardcopy Softcopy

www.pajak.go.id

KPP
*Berdasarkan PMK Nomor 181/PMK.03/2007
BENTUK, ISI, DAN
LAMPIRAN SPT
Pasal 3 ayat (6) UU KUP

MENTERI KEUANGAN
MENETAPKAN

BENTUK ISI LAMPIRAN


BERUPA KETERANGAN
DAN ATAU DOKUMEN
PENGISIAN SPT
Pasal 4 UU KUP

PENGISIAN
PENGISIANSPT
SPT

 BENAR
 LENGKAP
 JELAS
 DITANDATANGANI :
 BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS
 ORANG PRIBADI :YG BERSANGKUTAN ATAU KUASA KHUSUS

WP YANG WAJIB PEMBUKUAN, DILENGKAPI DGN


LAP. KEUANGAN (NERACA, LABA RUGI DAN
KETERANGAN LAIN)
benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi Surat Pemberitahuan
Pasal 3 ayat (1) UU No.28 Th 2007

berarti

a. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam


penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya
b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan
objek pajak dan unsur-unsur lain yang hams
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
c. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumberdari objek pajak dan
unsur-unsur lain yang hams dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan
LAMPIRAN YANG DISYARATKAN
DALAM SPT
WP BADAN WP OP PEMBUKUAN WP OP PENCATAN

- Neraca & Lap. - Neraca & Lap. - Peredaran Bruto


Laba Rugi Laba Rugi - Daft. Susunan
- Daftar Perhit. - Daftar Perhit. Keluarga
Peny. &/ Amort. Peny. &/ Amort. - SSP Psl.29
- Perhit. Kompens - Perhit. Kompens - Surat Kuasa
Kerugian Kerugian
- SSP Psl.29 - Daft. Susunan
- Surat Kuasa Keluarga
- SSP Psl.29
- Surat Kuasa
LAMPIRAN YANG DISYARATKAN
DALAM SPT
SPT PPhTahunan SPT Masa PPh 21/26 SPT Masa PPh 23/26

- SSP Psl.29 - SSP Psl.21/26 - SSP Psl.23/26


- Surat Kuasa - Daftar bukti - Daftar bukti
Khusus pemotongan PPh pemotongan PPh
- Apabila WP Pasal 21/26 Pasal 23/26
Kerja sama - Bukti Potong PPh - Bukti Potong PPh
Operasi harus Pasal 21/26 Pasal 23/26
dilampiri dgn
- Surat kuasa - Surat kuasa
Lap. Keu.
khusus khusus
SPT Dianggap Tidak Disampaikan
SPT tidak ditandatangani

SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan


dan/atau dokumen yg disyaratkan

SPT LB disampaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya


Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan WP
telah ditegur secara tertulis

SPT disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan atau


diterbitkan skp

SPT dianggap tidak lengkap atau tidak jelas

*Tidak melampirkan laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik


Berdasarkan Pasal 3 dan 4 UUKUP
SPT Tdk Lengkap/TdkJelas,
Dianggap Tidak Disampaikan

NPWP atau nama atau alamat WP/PKP


tidak dicantumkan dalam SPT Induk

tidak ditandatangani WP/Kuasa/PKP


tidak lengkap
ditandatangani oleh kuasa WP tetapi
/tidak Jelas tidak dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus

SPT Induk yang diisi tidak lengkap

SPT KB tetapi tidak dilampiri SSP


Berdasarkan:
• Pasal 4 UUKUP
• PMK Nomor 185/PMK.03/2007
• KEP - 49/PJ/2003
SPT Tdk Lengkap/TdkJelas,
Dianggap Tidak Disampaikan
SPT tidak/kurang disertai dg lampiran pada
Formulir Baku dan/atau Yang Disyaratkan

Terdapat lampiran yang tidak diisi dengan


lengkap

tidak lengkap e-SPT digital yang hanya menyampaikan


/tidak Jelas SPT Induk tanpa disertai media digital

Data e-SPT ≠ Data hasil cetakan

e-SPT disampaikan via jaringan komunikasi


data tanpa Berita Acara Penyampaian Data
Berdasarkan:
• PMK Nomor 185/PMK.03/2007
• KEP - 49/PJ/2003
SPT Tdk Lengkap/Tdk Jelas,
Dianggap Tidak Disampaikan

Loading atas e-SPT tidak dapat diproses


pada aplikasi SIP/SAPT

tidak lengkap
/tidak Jelas
e-SPT yang elemen-elemen data digitalnya
tidak diisi atau diisi tetapi tidak lengkap

Berdasarkan:
• PMK Nomor 185/PMK.03/2007
• KEP - 49/PJ/2003
Dikecualikan dari Kewajiban
Penyampaian SPT

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT adalah WP PPh tertentu

WPOP yang dalam satu Tahun


Pajak menerima/memperoleh SPT Tahunan PPh WPOP
penghasilan neto < PTKP

WPOP yang tidak menjalankan


kegiatan usaha atau tidak SPT Masa PPh Pasal 25
melakukan pekerjaan bebas

*Berdasarkan PMK Nomor 183/PMK.03/2007


SPT untuk Beberapa Masa

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam 1 SPT Masa

WPOP Dalam Negeri


WP OP Peredaran usaha/
Wajib Pajak peredaran bruto < 600 juta
usaha kecil
100% WNI
WP Badan
Peredaran usaha < 900 juta
Wajib Pajak
di daerah tertentu

*Berdasarkan PMK Nomor 182/PMK.03/2007


PENELITIAN
Pasal 1 angka 30

SERANGKAIAN
SERANGKAIAN
KEGIATAN
KEGIATAN

MENILAI KELENGKAPAN PENGISIAN SPT dan


LAMPIRANNYA
Termasuk : KEBENARAN PENULISAN dan
PENGHITUNGAN

BERSIFAT
BERSIFAT
FORMAL
FORMAL
TEMPAT LAIN
UNTUK PENYAMPAIAN SPT
Pasal 5 UU KUP

DIREKTURJENDERAL
DIREKTUR JENDERAL
PAJAK
PAJAK

DAPAT MENENTUKAN
TEMPAT LAIN UNTUK
PENYAMPAIAN SPT
PENYAMPAIAN SPT
Pasal 6 UU KUP jo. KEP- 518 /PJ./2000

Dengan Cara

Disampaikan langsung Disampaikan melalui Kantor Pos


ke KPP/ KP2KP. secara tercatat

WP menerima tanda Tanda bukti dan tanggal pengiriman


bukti dan dianggap sebagai tanda bukti dan
tanggal penerimaan tanggal penerimaan

Atau cara lain melalui :


 jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk Dirjen Pajak
Penandatangan SPT Biasa

Wajib Pajak Stempel

Pihak yang Elektronik


menandatangani
SPT
Kuasa
Wajib Pajak

Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa, surat kuasa khusus harus
dilampirkan pada SPT

*Berdasarkan Pasal 4 UUKUP


*Ps 7 PMK-181/PMK.03/ 2007
Cara Penyampaian SPT KPP
Langsung
KP2KP

Cara
Pos
Penyampaian
Jasa Ekspedisi
Cara Lain
e-filling
KP. DJP

SPT
SPT
KPP

WP

Kantor
Pos
Konsentrasi
Data Nasional

Perjanjian
Kerjasama
KP.DJP

Provider/ASP

eFiling eFiling

Warnet KPP

KPP
PC-WP
SPT

SPT INDUK

KPP
Wajib
Pajak

Kantor Pos
Batas Penyampaian SPT

BATAS WAKTU SPT Masa


PPN Akhir
Bulan
Brikutnya

20 hari
SPT Masa setelah akhir Masa
Pajak

3 bulan
SPT Tahunan PPh OP setelah akhir
Tahun Pajak

4 bulan
SPT Tahunan PPh Badan setelah akhir
Tahun Pajak

Perpanjangan (maksimal 2 bulan)


*Berdasarkan Pasal 3 UU KUP
Sanksi Tidak / Terlambat Menyampaikan
SPT

SANKSI
PPN Rp 500 Ribu
SPT Masa
Lainnya

SPT Tahunan PPh OP Rp 100 Ribu

SPT Tahunan PPh Badan Rp 1 Juta

*Berdasarkan Pasal 7 UU KUP


Contoh
Denda Pasal 7 ayat (1)
Berapakah sanksi tidak / terlambat lapor:
▫ PT ABC terlambat melaporkan SPT Masa PPN Masa
Januari 2013 tanggal 21 Maret 2013
▫ PT ABC tidak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21
Masa Januari 2012
▫ PT ABC terlambat melaporkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan Tahun
2012tanggal 5 Mei 2013
▫ Tn Amir tidak melaporkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
tahun 2012
Hak Wajib Pajak
(setelah menyampaikan SPT)

Hak Wajib Pajak

Memperpanjang jangka
paling lama 2 (dua) bulan
waktu penyampaian SPT

• DJP belum melakukan pemeriksaan


Membetulkan SPT yang • Paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa
telah disampaikan penetapan (khusus SPT Rugi/LB)

Sunset Policy

*Berdasarkan Pasal 4, 8 dan 37A UU KUP


PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1)
WAJIB PAJAK DENGAN KEMAUAN SENDIRI DAPAT
MEMBETULKAN SPT YANG TELAH DISAMPAIKAN,

DENGAN MENYAMPAIKAN
SURAT PERNYATAAN

SYARAT :
BELUM DILAKUKAN TINDAKAN PEMERIKSA
AN OLEH DIREKTUR JENDERAL PAJAK.
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1a)
DALAM HAL PEMBETULAN SPT
MENYATAKAN :

RUGI ATAU
LEBIH BAYAR

PEMBETULAN SPT HARUS DISAMPAIKAN


PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN
SEBELUM DALUWARSA PENETAPAN
PEMBETULAN SPT TAHUNAN
Pasal 8 ayat (2)
DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI
SPT TAHUNAN YANG MENGAKIBATKAN UTANG
PAJAK MENJADI LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA
SEBESAR 2% (DUA PERSEN) PER BULAN ATAS
JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

DIHITUNG SEJAK PENYAMPAIAN SPT BERAKHIR


SAMPAI DENGAN TANGGAL PEMBAYARAN,
PEMBAYARAN
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.
Contoh
• PT ABC melaporkan SPT Tahunan PPh Badan
Bunga Pasal 8 ayat (2)
Tahun 2008 tanggal 1 April 2009 dengan PPh
terutang 100.000.000
• Pada tanggal 3 Juni 2009 PT ABC membetulkan
Tahunan PPh Badan Tahun 2008 PPh terutang
150.000.000
• Hitunglah Sanksi Bunga Pasal 8 ayat (2)!

Sanksi bunga :
2% x 2x 50.000.000 = 2.000.000
PEMBETULAN SPT MASA
Pasal 8 ayat (2a)
DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN
SENDIRI SPT MASA YANG MENGAKIBATKAN
UTANG PAJAK MENJADI LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
BUNGA SEBESAR 2% (DUA PERSEN) PER BULAN
ATAS JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

DIHITUNG SEJAK JATUH TEMPO PEMBAYARAN


SAMPAI DENGAN TANGGAL PEMBAYARAN,
PEMBAYARAN
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.
Contoh
• PT ABC melaporkan SPT Masa PPN Masa Pajak
Bunga Pasal 8 ayat (2a)
Januari 2012 tepat waktu tanggal 20 Februari
2012 dengan PPN terutang Rp 100.000.000
• Pada tanggal 3 Juni 2012 PT ABC membetulkan
SPT Masa PPN Masa Pajak Januari 2012 dengan
PPN terutang Rp 150.000.000
• Hitunglah Sanksi Bunga Pasal 8 ayat (2a) !

Sanksi Bunga Pasal 8 ayat (2a) :


2% x 50.000.000 x 4 = 4.000.000
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (3)
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan,
tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib
Pajak tersebut
tidak akan dilakukan penyidikan,
apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
terutang beserta sanksi administrasi berupa denda
sebesar 150% (seratus lima puluh persen)
persen dari
jumlah pajak yang kurang dibayar.
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (4)
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan
pemeriksaan,
pemeriksaan dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
pajak Wajib Pajak
dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian
Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar


atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih
kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil

dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.


PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (5)

Pajak yang kurang dibayar


yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%
(lima puluh persen) dari pajak yang kurang
dibayar,
dibayar

harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum


laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (6)
Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
Tahunan yang telah disampaikan,
dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak,
pajak
Surat Keputusan Keberatan,
Keberatan Surat Keputusan Pembetulan,
Pembetulan
Putusan Banding,
Banding atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun
Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya,
yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal
yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan yang akan dibetulkan tersebut,
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali,

dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum


melakukan tindakan pemeriksaan.
JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN
PENYETORAN PAJAK
Pasal 9 ayat (1) jo. PER-80/PMK.03/2010

MENTERI KEUANGAN MENENTUKAN


TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN
PENYETORAN PAJAK YANG TERUTANG
UNTUK SUATU SAAT ATAU MASA PAJAK BAGI
MASING-MASING JENIS PAJAK,
PALING LAMA 15 (LIMA BELAS) HARI
SETELAH SAAT TERUTANGNYA PAJAK ATAU
BERAKHIRNYA MASA PAJAK
KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK
DALAM SPT TAHUNAN PPh
Pasal 9 ayat (2)

KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK


YANG TERUTANG DALAM
SPT TAHUNAN PPh
HARUS DIBAYAR LUNAS
SEBELUM
SPT TAHUNAN PPh DISAMPAIKAN.
SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA BUNGA
Pasal 9 ayat (2a)

PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK YANG


DILAKUKAN SETELAH TANGGAL JATUH TEMPO
PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK,
PAJAK
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN
DIHITUNG DARI TANGGAL JATUH TEMPO
PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TANGGAL
PEMBAYARAN,
PEMBAYARAN
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG
PENUH 1 (SATU) BULAN.
Contoh
Bunga Pasal 9 ayat (2a)
• PPh Pasal 21 PT ABC Masa Mei 2012 sejumlah
Rp 10.000.000,00 dibayar tanggal 18 Juni 2012
dan dilaporkan tanggal 19 Juni 2012.
• Apabila pada tanggal 15 Juli 2012 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, sanksi bunga Pasal 9 ayat
(2a) dalam Surat Tagihan Pajak dihitung 1 (satu)
bulan sebagai berikut:
1 bulan x 2% x Rp 10.000.000,00 = Rp 200.000,00
SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA BUNGA
Pasal 9 ayat (2b)

ATAS PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK


YANG DILAKUKAN SETELAH TANGGAL JATUH
TEMPO PENYAMPAIAN SURAT
PEMBARITAHUAN TAHUNAN,
TAHUNAN
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN
DIHITUNG DARI TANGGAL JATUH TEMPO
PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TANGGAL
PEMBAYARAN,
PEMBAYARAN
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG
PENUH 1 (SATU) BULAN.
Contoh
Bunga Pasal 9 ayat (2b)
• PT ABC menyetorkan PPh Pasal 29 Tahun Pajak
2012 tanggal 30 Juni 2013 Rp 10.000.000
• Apabila pada tanggal 15 Juli 2013 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, sanksi bunga Pasal 9 ayat
(2b) dalam Surat Tagihan Pajak dihitung 1 (satu)
bulan sebagai berikut:

2 bulan x 2% x Rp 10.000.000,00 = Rp 400.000,00.


JANGKA WAKTU PELUNASAN
SURAT KETETAPAN PAJAK
Pasal 9 ayat (3)
TERHADAP :
1. STP
2. SKPKB YANG
3. SKPKBT MENYEBAB
4. SK. KEBERATAN KAN JUMLAH
5. SK. PEMBETULAN PAJAK YANG
6. PUTUSAN BANDING HARUS
DAN DIBAYAR
7. PUTUSAN BERTAMBAH
PENINJAUAN KEMBALI

HARUS DILUNASI DALAM JANGKA WAKTU


1 (SATU) BULAN SEJAK TANGGAL DITERBITKAN
PERLAKUAN KHUSUS
JANGKA WAKTU PELUNASAN
Pasal 9 ayat (3a)

BAGI WAJIB PAJAK :

1. USAHA KECIL, DAN


2. DI DAERAH TERTENTU

JANGKA WAKTU PELUNASAN SBGMN


DIMAKSUD AYAT (3) DAPAT DIPERPANJANG
PALING LAMA MENJADI 2 (DUA) BULAN
(Ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan)
MENGANGSUR ATAU MENUNDA
PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 9 ayat (4)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK


ATAS PERMOHONAN WAJIB PAJAK
DAPAT MEMBERIKAN PERSETUJUAN UNTUK
MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN
PAJAK TERMASUK KEKURANGAN
PEMBAYARAN SBGMN DIMAKSUD AYAT (2),
PALING LAMA 12 (DUA BELAS) BULAN
(Pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan)
Contoh Perhitungan Angsuran dan
Penundaan

Atas ketetapan pajak yang diterbitkan pada tanggal 8


Januari 2010 terhadap PT Bahari sebesar
Rp.600.000.000,00 termasuk sanksinya, pada tanggal 11
Februari 2010 mendapatkan persetujuan diangsur selama 4
kali dalam 4 bulan.
a.Hitunglah rincian angsuran pajaknya (pokok dan bunga)!
b.Hitunglah jumlah pembayaran apabila PT Bahari tersebut
meminta penundaan selama 4 bulan dan telah disetujui
Dirjen Pajak!
•PT. PRATAMA BUANA menyampaikan SPT Masa Tahun 2012 Sebagai
berikut
Jenis Pajak Masa Pajak Pajak Terhutang (Rp) Tanggal Bayar Tanggal Lapor

PPh 21 Juni 12.500.000 10 Juli 2012 18 Juli 2012

PPh 23 Juni 18.500.000 18 Juli 2012 28 Juli 2012

PPN Juni 45.000.000 30 Juli 2012 31 Juli 2012

PPh 25 Juni 15.000.000 18 Juli 2012 -

Berdasarkan data di atas, Saudara diminta untuk meneliti kepatuhan


pembayaran dan pelaporan untuk setiap jenis dan masa pajak. Apabila
terdapat keterlambatan pembayaran dan/atau pelaporan, hitunglah
besarnya sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga yang ada
dalam STP!
SURAT SETORAN PAJAK
(Pasal 1 Angka 14)
BUKTI PEMBAYARAN ATAU
PENYETORAN PAJAK
YANG TELAH DILAKUKAN DENGAN
MENGGUNAKAN FORMULIR ATAU
TELAH DILAKUKAN DENGAN CARA LAIN
KE KAS NEGARA
MELALUI TEMPAT PEMBAYARAN YANG
DITUNJUK MENTERI KEUANGAN
MEMBAYAR ATAU MENYETOR
PAJAK YANG TERUTANG
Pasal 10 ayat (1)

WAJIB PAJAK MEMBAYAR ATAU MENYETOR


PAJAK YANG TERUTANG DENGAN
MENGGUNAKAN

SURAT SETORAN PAJAK

KE KAS NEGARA MELALUI TEMPAT


PEMBAYARAN YANG DIATUR DENGAN ATAU
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN
FUNGSI SURAT SETORAN PAJAK
Pasal 10 ayat (1a)
SURAT SETORAN PAJAK
BERFUNGSI SEBAGAI BUKTI PEMBAYARAN
PAJAK

APABILA
TELAH DISAHKAN OLEH PEJABAT KANTOR
PENERIMA PEMBAYARAN YANG BERWENANG
ATAU APABILA
TELAH MENDAPATKAN VALIDASI,
VALIDASI

YANG KETENTUANNYA DIATUR DENGAN ATAU


BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 10 ayat (2)
TATA CARA
PEMBAYARAN, PENYETORAN PAJAK, DAN
PELAPORANNYA,
PELAPORANNYA SERTA
TATA CARA
MENGANGSUR DAN MENUNDA
PEMBAYARAN PAJAK

DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN


PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
Bac
k

Dapat dikuasakan ???


Pengurus
adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut
menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan
dalam menjalankan perusahaan.

Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam


menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam
rangka menjalankan kegiatan perusahaan, misalnya berwenang
menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani
cek, dan sebagainya walaupun orang tersebut tidak tercantum
namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte
pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam pengertian
pengurus. Ketentuan dalam ayat ini berlaku pula bagi komisaris
dan pemegang saham mayoritas atau pengendali.
Bac
k
*Berdasarkan Pasal 32 ayat (4) UU KUP
BERDASARKAN Ps.32, Ps.33, Ps.43 UU KUP Jo. PERATURAN
MENKEU RI NO.22/PMK.03/2008 :

DALAM HAL WP ORANG PRIBADI ATAU DIREKSI PERUSAHAAN


BERHALANGAN HADIR DI KANTOR PAJAK DAPAT MEMBERIKAN KUASA
KHUSUS KEPADA :

1.PEGAWAI WP YANG BERSANGKUTAN ( YANG TELAH DILAPORKAN DI


SPT PPh PASAL 21)

2.KONSULTAN PAJAK BERIZIN RESMI DARI DJP


(Berdasarkan PMKRI No.22/PMK.03/2008)

a. Bekerja pada :
1. WP Orang Pribadi dengan Omzet tidak lebih dari
Rp 1,8 Milyar; ATAU
2. WP Badan dengan Omzet tidak lebih dari dari Rp
2,4 Milyar
dalam 1 (satu) tahun
b. Menyerahkan Surat Kuasa Khusus DAN Surat
Pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak, dengan
format baku sesuai PMK No.22/PMK.03/2008
c. Menyerahkan copy sertifikat brevet pajak ATAU
ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan
yang diterbitkan oleh Perguruan tinggi negeri
atau swasta dengan status terakreditasi A,
sekurang-kurangnya tingkat Diploma III
(Berdasarkan PMKRI No.22/PMK.03/2008)

a. menyerahkan Surat Kuasa Khusus sesuai format baku


PMK 22/PMK.03/2008,
b. menyerahkan Surat Pernyataan Sebagai Konsultan
Pajak sesuai format baku PMK 22/PMK.03/2008
yang dilengkapi dengan
1. Fotokopi Surat Izin Praktek Konsultan Pajak
Indonesia,
2. Fotocopy Kartu NPWP, dan
3. Fotocopy SPT Tahunan PPh 2 (DUA) tahun
terakhir.

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Bac
Bersama Anda membangun Bangsa k
• Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak.

• Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan


yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

• Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah


pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan tidak benar,
Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang
terutang.
Surat Ketetapan Pajak
(skp)

SKPKB SKPKBT SKPLB SKPN


SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR (SKPKB)
(Pasal 1 Angka 16)

SURAT KETETAPAN PAJAK YANG


MENENTUKAN BESARNYA JUMLAH
POKOK PAJAK,
PAJAK JUMLAH KREDIT PAJAK,
PAJAK
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN
POKOK PAJAK,
PAJAK BESARNYA SANKSI
ADMINISTRASI,
ADMINISTRASI DAN JUMLAH PAJAK
YANG MASIH HARUS DIBAYAR
SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)
(Pasal 1 Angka 17)

SURAT KETETAPAN PAJAK


YANG MENENTUKAN TAMBAHAN
ATAS JUMLAH PAJAK YANG TELAH
DITETAPKAN
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL
(SKPN)
(Pasal 1 Angka 18)

SURAT KETETAPAN PAJAK YANG


MENENTUKAN JUMLAH POKOK PAJAK
SAMA BESARNYA DENGAN
JUMLAH KREDIT PAJAK ATAU
PAJAK TIDAK TERUTANG DAN TIDAK
ADA KREDIT PAJAK
SURAT KETETAPAN PAJAK
LEBIH BAYAR (SKPLB)
(Pasal 1 Angka 19)

SURAT KETETAPAN PAJAK YANG


MENENTUKAN JUMLAH KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK KARENA JUMLAH
KREDIT PAJAK LEBIH BESAR DARIPADA
PAJAK YANG TERUTANG ATAU
SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
SKPKB
SKPKB DAPAT DITERBITKAN
DLM JK WAKTU 5 TAHUN APABILA :
Pasal 13 ayat (1), (2) dan (3)

Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e


Berdasarkan SPT tdk disam Berdasarkan kewajiban kepada WP
hasil paikan dlm jk. hasil pemerik sbgmn di diterbitkan
Pemeriksa an wkt. sbgmn Ps. saan atau ket maksud Ps NPWP/PKP
atau 3 (3) dan setelah lain mengenai 28 atau Ps secara jaba
Keterangan ditegur, tidak di PPN/PPnBM 29 tdk dipe tan sbgmn
lain laporkan sbgm ternyata tidak nuhi sehing dimaksud
Pajak yang ditentukan dalam seharusnya di ga tdk dpt dlm Ps 2 (4a)
terutang surat teguran kompensasi diketahui be
Tidak atau atau tdk seha sarnya pajak
kurang rusnya dikenai terutang.
dibayar Tarif 0%.
Jumlah kurang bayar dalam SKPKB Jumlah kurang bayar dalam SKPKB sbgmn.dimak
sud huruf b, c dan d, ditambah sanksi kenaikan :
sbgmn dimaksud huruf a dan huruf e, b. 50% dari PPh yg tdk atau kurang dibayar dalam
ditambah dengan Sanksi Adm. berupa satun tahun pajak;
bunga 2% per bulan, maks. 24 bulan. c. 100% dari PPh yg tdk atau kurang dipotong/di
pungut/disetor,dan dipotong/dipungut tapi tdk
atau kurang disetor;
d. 100% dari PPN dan PPnBM yg tdk atau kurang
TIDAK DIKENAI
WAJIB PAJAK YANG KARENA KEALPAANNYA TIDAK
SANKSI PIDANA (Pasal
MENYAMPAIKAN SPT, 13A)
SPT ATAU MENYAMPAIKAN SPT,
TETAPI ISINYA TIDAK BENAR ATAU TIDAK LENGKAP
ATAU MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG ISINYA
TIDAK BENAR,
BENAR SEHINGGA DAPAT MENIMBULKAN
KERUGIAN PADA PENDAPATAN NEGARA :
TIDAK DIKENAI SANKSI PIDANA
APABILA :
1. KEALPAAN TERSEBUT PERTAMA KALI DILAKUKAN
WAJIB PAJAK,
2. WP WAJIB MELUNASI KEKURANGAN PEMBAYARAN
JUMLAH PAJAK YANG TERUTANG BESERTA SANKSI
KENAIKAN BERUPA KENAIKAN 200% DARI JUMLAH
PAJAK YANG KURANG DIBAYAR,

YANG DITETAPKAN MELALUI PENERBITAN


SKPKB
SKPKBT
Dalam jangka
S Waktu 5 tahun
Sanksi Administrasi Kenaikan
K Ditemukan data baru, Sebesar 100% dari Pajak
termasuk data yang yang Kurang dibayar
P SKPKBT
Semula belum
terungkap
K
Setelah Lewat
B Waktu 5 tahun

Dipidana karena melakukan


Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan
Sanksi Administrasi Bunga
Sebesar 48% dari Pajak
yang Kurang dibayar
PENERBITAN SKPLB
Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MENERBITKAN
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB):
(SKPLB

(1). APABILA JUMLAH KREDIT PAJAK ATAU JUMLAH


PAJAK YANG DIBAYAR LEBIH BESAR DARIPADA
JUMLAH PAJAK YANG TERUTANG;
TERUTANG
(2). APABILA TERDAPAT PEMBAYARAN PAJAK YANG
SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG;
TERUTANG
(3). SKPLB MASIH DAPAT DITERBITKAN LAGI,
LAGI APABILA
BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN DAN/ATAU
DATA BARU,
BARU TERNYATA PAJAK YANG LEBIH
DIBAYAR JUMLAH NYA LEBIH BESAR DARIPADA
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH
DITETAPKAN.
SURAT KETETAPAN PAJAK
NIHIL
Pasal 17A
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
SETELAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN,
PEMERIKSAAN
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK
NIHIL,
NIHIL APABILA :
1. JUMLAH KREDIT PAJAK ATAU JUMLAH
PAJAK YANG DIBAYAR SAMA DENGAN
JUMLAH PAJAK YANG TERUTANG; ATAU
2. PAJAK TIDAK TERUTANG DAN TIDAK ADA
KREDIT PAJAK; ATAU
3. TIDAK ADA PEMBAYARAN PAJAK.
SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)
(Pasal 1 Angka 20)

SURAT UNTUK
MELAKUKAN TAGIHAN PAJAK
DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA BUNGA DAN/ATAU DENDA
SURAT TAGIHAN PAJAK
Pasal 14 ayat (2)

SURAT TAGIHAN PAJAK


MEMPUNYAI
KEKUATAN HUKUM YANG SAMA
DENGAN
SURAT KETETAPAN PAJAK
PENERBITAN STP
Pasal 14 ayat (1) huruf a, b, c, dan d

DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT


MENERBITKAN SURAT TAGIHAN PAJAK
APABILA :
a. Pajak Penghasilan tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar,
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan
pembayar an pajak sebagai akibat salah tulis
dan/atau salah hitung,
c. Wajib Pajak dikenai sanksi berupa denda
dan/atau bunga,
bunga
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP,
PKP
tetapi tidak membuat faktur pajak,
pajak atau
membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
waktu
PENERBITAN STP
Pasal 14 ayat (1) huruf e
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sbgmn
dimaksud dlm Pasal 13 ayat (5) UU PPN dan
perubahannya, selain :
1. identitas pembeli sbgmn dimaksud Ps. 13 (5)
huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya,
2. identitas pembeli serta nama dan tanda tangan
sbgmn dimaksud Ps. 13 (5) huruf b dan huruf g
UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedag. eceran.
eceran
SANKSI DALAM
SURAT TAGIHAN PAJAK
Pasal 14 ayat (3)

JUMLAH KEKURANGAN PAJAK YANG


TERUTANG DALAM SURAT TAGIHAN PAJAK
SBGMN DIMAKSUD PADA HURUF a DAN HURUF
b, DITAMBAH DENGAN SANKSI BERUPA BUNGA
SEBESAR 2% PER BULAN UTK PALING LAMA 24
BULAN,
BULAN DIHITUNG SEJAK :
• SAAT TERUTANGNYA PAJAK, ATAU
• BERAKHIRNYA MASA PAJAK,
• BAGIAN THN PAJAK, ATAU TAHUN PAJAK
SAMPAI
DITERBITKANNYA SURAT TAGIHAN PAJAK
131

Anda mungkin juga menyukai