Penagihan
Pembukuan Penelitian SPT
Pajak
Pelayanan kesehatan
PEMILIHAN
UMUM
Penegakan Hukum
Pertahanan & Keamanan
Penanggulan
Bencana Kelestarian
Pendidikan Budaya Transportasi masal
Kelestarian LH
Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
PEMBAYAR PAJAK
PEMOTONG PAJAK
PEMUNGUT PAJAK
BADAN
Orang Pribadi
WAJIB PAJAK
Wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP
Persyaratan Subjektif
Adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Persyaratan Objektif
Adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk
melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Subjek Pajak
Orang Pribadi
Badan
Warisan yang
belum terbagi
Sebagai satu
Kesatuan
Menggantikan Bentuk Usaha
Yang berhak Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:
✓ Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada diIndonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
✓ Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia
Untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
Subjek Pajak
Paling lambat
Pada akhir bln WPOP yg tdk menjalankan
Berikutnya pengh usaha/pek bebas tapi peng
Telah melebihi sd suatu bulan > PTKP
PTKP
Sebelum saat WP Pemungut/
Terutang PPh Pemotong pajak
BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP) Pasal 11 ayat (1)
Pengusaha
Kena Pajak
Pengusaha
Kecil
Dimana mendaftar NPWP/Pengukuhan PKP?
Wajib Pajak Tempat Pendaftaran di Kewajiban Pajak
KPP yang meliputi :
Orang Pribadi Tempat Tinggal WP ✓PPh Pasal 25
✓PPh Psl 21/22/23/26/4(2)
Surat Surat
Kartu
Keterangan Pengukuhan
NPWP Terdaftar PKP
Syarat NPWP dapat dihapus
▪ Diajukan permohonan oleh WP/Ahli Waris
WPOP apabila WP tidak lagi memenuhi persyaratan
objektif dan subjektif
atau ….
Dianggap perlu oleh Dirjen Pajak karena
tidak memenuhi syarat objektif dan
subjektif
Penghapusan NPWP/PKP
P.L 6 bulan untuk
Permohonan WP OP
Penghapusan
NPWP
P.L 12 bulan untuk
Pemeriksaan WP Badan
oleh DJP
atau
Penghapusan NPWP/PKP
Dapat dilakukan secara jabatan
Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan
WP telah menenuhi persyaratan
objektif dan subjektif namun
tidak mau mendaftar
NPWP dan/atau
pengukuhan PKP
secara Jabatan
Pengusaha yang dikenai PPN
namun tidak melaporkan
usahanya
Kewajiban perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum
diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.
SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
Keluarga Istri
Sedarah dan
semenda s.d
Kuasa Wajib
derajat kedua
Pajak
Konsultan pajak
Bukan keluarga
Pihak lain
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
SELAIN MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MEMILIKI NPWP:
Menghitung 3 M
Membayar Pajak yang
terutang
Melapor
Pembukuan
&
Pencatatan
Pembukuan & proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
Pencatatan
(Pasal 1 angka 29) data & informasi keuangan
harta kewajiban
ph & biaya modal
laporan keuangan
neraca
PENGECUALIAN:
KEWAJIBAN PEMBUKAN
PENCATATAN
Terdiri atas peredaran atau
data yang dikumpulkan penerimaan bruto
secara teratur ttg dan/atau ph bruto sbg
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk ph yang bukan
objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final
(Bentuk dan tatacara Pencatatan diatur dgn PMK)
KETENTUAN MENGENAI PENCATATAN
Pasal 28 UU KUP
apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Ketentuan mengenai
PEMBUKUAN Kewajiban WP ketika dilakukan pemeriksaan
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang tidak atau kurang dibayar.
(Pasal 13 (3) UU KUP)
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang
elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2018 (tahun takwim) pada tgl 30 April 2019,
dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2019.
Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan buku, catatan serta
dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT sehingga pajak terutang tidak dapat dihitung. Berdasarkan
data yang ada DJP menetapkan Penghasilan Neto sebesar Rp1,1milyar.
Manual
Elektronik Masa
Tahunan
SURAT PEMBERITAHUAN(SPT)
SPT
Surat yg oleh WP digunakan untuk melaporkan Penghitungan dan atau Pembayaran Pajak,
Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak, dan atau Harta dan Kewajiban
UNTUK SUATU
UNTUK SUATU
TAHUN PAJAK ATAU
MASA PAJAK
BAGIAN TAHUN PAJAK
BUKTI
SPT
PENERIMAAN
SPT
Secara
langsung
Cara Jasa
lain ekspedisi
Bukti Penerimaan
e-filing
Elektronik
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
• tidak ditandatangani;
• tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen;
• SPT LB disampaikan setelah 3 tahun dan telah ditegur
secara tertulis;
• disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 183/PMK.03/2007
Pasal 2 Pasal 3
WP PPh tertentu yaitu WP yang
memenuhi kriteria: Dikecualikan dari
menyampaikan SPT
WP orang pribadi yang dalam satu Masa PPh 25 dan SPT
Tahun Pajak menerima/memperoleh Tahunan OP
penghasilan neto tidak melebihi PTKP
Dikecualikan dari
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menyampaikan SPT
menjalankan kegiatan usaha atau tidak Masa PPh 25
melakukan pekerjaan bebas.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 182/PMK.03/2007
Pasal 2 Pasal 3
WP kriteria tertentu adalah WP yang
memenuhi kriteria :
Dapat melaporkan
WP usaha kecil beberapa masa pajak
-OP dalam satu SPT Masa
--Badan
Dapat melaporkan
WP didaerah tertentu beberapa masa pajak dalam
satu SPT Masa
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 182/PMK.03/2007
➢ SPT Tahunan PPh Badan Max 4 bulan setelah akhir thn pajak,
diperpanjang p.l 2 bulan
Sanksi Keterlambatan Pelaporan
Sanksi adminitrasi berupa denda :
❑ Rp. 500.000,- untuk SPT Masa PPN Pasal 7(1)-7(2)
❑ Rp. 100.000,- untuk SPT Masa lainnya
❑ Rp. 100.000,- untuk SPT Tahunan PPh OP
❑ Rp. 1.000.000,- untuk SPT Tahunan PPh Badan
Sanksi
Sanksi keterlambatan
keterlambatan tidak
tidak dikenakan
dikenakan untuk
untuk : :
✓ WP
✓ WP OP OP
yangyang
telahtelah meninggal
meninggal duniadunia
✓ WP
✓ WP OP OP
yangyang
sudahsudah tidak
tidak melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan usaha
usaha atauatau
pekerjaan
pekerjaan bebasbebas
✓ WP
✓ WP OP OP
WNA WNA yang yang tidak
tidak lagilagi tinggal
tinggal di Indonesia
di Indonesia
✓ BUT
✓ BUT yangyang
tidaktidak melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan usaha
usaha di Indonesia
di Indonesia
✓ Bendahara
✓ Bendahara yang yang tidak
tidak melakukan
melakukan pembayaran
pembayaran lagilagi
✓ WP
✓ WP yangyang terkena
terkena bencana
bencana (diatur
(diatur dgndgn Permenkeu)
Permenkeu)
✓WP✓WPlainlain (diatur
(diatur dengan
dengan Permenku)
Permenku)
✓WP✓WP Badan
Badan yang yang
tidaktidak melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan usahausaha
lagilagi
tapitapi belum
belum
dibubarkan.
dibubarkan.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 186/PMK.03/2007
WP yang tidak dapat menyampaikan SPT dalam
WP
jangka waktu yang telah ditentukan karena
lain
keadaan antara lain:
1. kerusuhan massal;
2. kebakaran;
3. ledakan bom atau aksi terorisme;
4. perang antarsuku; atau
5. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan
negara/perpajakan
Penetapan WP lain dilakukan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 184/PMK.03/2007
SPT Masa
atau laporan disampaikan KPP
hasil
pemungutan
ALPA SENGAJA
Ps. 39 UU KUP
Ps. 38 UU KUP
MENIMBULKAN KERUGIAN
PADA PENDAPATAN NEGARA
PENJARA PALING SINGKAT 6 BULAN DAN
KURUNGAN PALING SINGKAT 3 BLN ATAU PALING LAMA PALING LAMA 6 TAHUN DAN DENDA PALING SEDIKIT
1 TAHUN DAN DENDA PALING SEDIKIT 1 KALI DARI 2 X DARI JML PAJAK TERUTANG DAN PALING
PAJAK YG TERHUTANG ATAU 2 KALI DARI PAJAK TERHUTANG BANYAK 4 KALI DARI JML PJK TERHUTANG
Batas Waktu Pembayaran Pajak (pasal 9 (2))
➢SPT Masa PPh Pasal 21/26
➢SPT Masa PPh Pasal 23/26
➢SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2
Max tgl 10 setelah
➢SPT Masa PPh Pasal 15 akhir masa pajak
➢SPT Masa PPh Pasal 22 Badan Tertentu Max tgl 15
setelah
SPT Masa PPh Pasal 25 Akhir masa pajak/sebelum
Spt dilaporkan
Sebelum SPT PPh
SPT Tahunan/PPh Pasal 29 disampaikan
DASAR HUKUM :
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 184/PMK.03/2007
Sarana & Tempat Pembayaran Pajak
(Pasal 10)
SSP Standar SSP Khusus
Offline :
➢Kantor Pos Online :
➢Bank BUMN/BUMD ➢Teller PT.Pos Indonesia
➢Bank yang ditunjuk DJA ➢Teller Bank Persepsi
➢Loket pembayaran di ➢ATM atau Internet Banking
pelabuhan untuk FLN
Sanksi keterlambatan pembayaran
pajak
Latihan 1
PT Mau Enak Terus menyampaikan SPT Masa PPh
Pasal 25 Masa Pajak Januari 2019 pada tanggal 23
April 2019. Atas PPh Pasal 25 sebesar 10 juta rupiah
telah dibayar melalui Bank Persepsi pada tanggal 18
April 2019.
sanksi : 2% / bulan
sejak jt penyampaian SPT (SPT Tahunan); atau
sejak jt pembayaran (SPT Masa)
s.d. tanggal pembayaran
PEMBETULAN SPT
(WP melanggar Ps 38 UU KUP dan sudah diperiksa)
syarat
Bunga:
Sedang
Pembetulan (%+10%)/12 x
pemeriksaan
max 24 bulan
Setelah
Denda 100%
pemeriksaan
Bab VI Pasal 113 Pembayaran Pajak
(Pasal 9 UU KUP)
2a) Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif
bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
2b) Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dilakukan setelah
tanggal jatuh tempo penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
2c) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) dan
ayat (2b) dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12 (dua
belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
Bab VI Pasal 113 Pengembalian Pajak
(Pasal 11 UU KUP)
3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu 1
(satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga sebesar tarif bunga per bulan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas keterlambatan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dihitung sejak batas waktu penerbitan Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak berakhir sampai dengan saat dilakukan
pengembalian kelebihan dan diberikan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
3a) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dihitung berdasarkan suku bunga acuan dibagi 12 (dua belas) yang
berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan imbalan bunga.
Bab VI Pasal 113 Pemeriksaan
(Pasal 13 UU KUP)
1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:
….......
f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan telah
diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 dan perubahannya.
…….
Bab VI Pasal 113 Pemeriksaan
(Pasal 13 UU KUP)
2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan;
2a) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dihitung sejak saat jatuh tempo pembayaran kembali
berakhir sampai dengan tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan dikenakan paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
2b) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (2a) dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 15% (lima belas persen) dan dibagi 12
(dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
Bab VI Pasal 113 Pemeriksaan
(Pasal 13 UU KUP)
3a) Dalam hal terdapat penerapan sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan
berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c, hanya
diterapkan satu jenis sanksi administrasi yang tertinggi nilai besaran sanksinya;
4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan surat ketetapan pajak, kecuali
Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dimaksud.
Bab VI Pasal 113 Surat Tagihan Pajak
(Pasal 14 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi Faktur Pajak secara
lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (6) Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai 1984 dan perubahannya, selain identitas pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak
serta nama dan tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak pedagang eceran;
h. terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak, dalam hal:
1. diterbitkan keputusan;
2. diterima putusan; atau
3. ditemukan data atau informasi
yang menunjukkan adanya imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak.
Bab VI Pasal 113 Surat Tagihan Pajak
(Pasal 14 UU KUP)
3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif
berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
4) Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d atau huruf e masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang,
dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 1% (satu persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
Bab VI Pasal 113 Surat Tagihan Pajak
(Pasal 14 UU KUP)
5a) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi;
5b) Surat Tagihan Pajak diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak;
5c) Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (5b):
a. Surat Tagihan Pajak atas sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) diterbitkan paling lama
sesuai dengan daluwarsa penagihan surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali;
b. Surat Tagihan Pajak atas sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (9) dapat diterbitkan paling
lama 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan; dan
c. Surat Tagihan Pajak atas sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (5d) dapat diterbitkan paling
lama dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal Putusan Banding diucapkan oleh hakim Pengadilan Pajak
dalam sidang terbuka untuk umum.
Bab VI Pasal 113 Imbalan Bunga
(Pasal 17B UU KUP)
3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), kepada Wajib Pajak diberi imbalan bunga sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
5) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak diberi dalam hal pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana di bidang perpajakan:
a. tidak dilanjutkan dengan penyidikan karena Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3); atau
b. dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana di
bidang perpajakan karena dilakukan penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 448.
Bab VI Pasal 113 Imbalan
Bunga
(Pasal 17B UU KUP)
Linkedin/IG/Youtube: @subagioeffendi
subagio.effendi@gmail.com
#subagioideas