MG603-PERPAJAKAN
AFRIANTI E.V.,A.Md.,S.E.,M.M
Capaian Pembelajaran Materi Perkuliahan
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan Pajak
Penghasilan secara umum
Topik Bahasan
Pengertian pajak penghasilan
Subjek dan objek pajak penghasilan
Domisili
Prinsip Perpajakan dan Penggolongan atas penghasilan.
Tarif Pajak Penghasilan
Norma Penghitungan Penghasilan Netto
Kompensasi Kerugian
Dasar Hukum
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun 2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan
•Peraturan Pemerintah (PP)
•Keputusan Presiden (Keppres)
•Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK &
KMK)
•Peraturan,
5 Keputusan, dan Surat Edaran
Dirjen Pajak
. dan SE DJP)
(PER, KEP,
4
Pengertian
5
Pajak Penghasilan adalah: suatu pungutan resmi
Berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Yang dikenakan kepada Wajib Pajak atas
penghasilan global
Yang diterima dalam satu tahun pajak, guna
membiayai belanja negara dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang dapat
ditunjuk.
6
Subjek Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan
7
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan subyek
pajak yang perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan subyek pajak badan.
8
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
9
Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat bertempat tinggal di Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan yang berhak.
10
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
12
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)
15
Tempat Tinggal/ Kedudukan WP
Pasal 2 Ayat (6)
16
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
Berakhir: Berakhir:
- Saat meninggal. Saat dibubarkan Berakhir:
- Meninggalkan atau tidak lagi Saat warisan selesai
Indonesia berkedudukan di dibagikan.
untuk selamanya. Indonesia. 17
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
Mulai: Mulai:
Saat menerima/memperoleh Saat melakukan usaha/
penghasilan dari Indonesia. kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ Berakhir:
memperoleh penghasilan dari Saat tidak lagi menjalankan
Indonesia. usaha melalui BUT di Indonesia.
18
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6)
19
Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan
21
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
22
Klasifikasi Umum Penghasilan
23
Ketentuan Khusus Atas
Penghasilan
24
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)
25
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)
29
Peraturan Pelaksana Pajak Final
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan
Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
32
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Objek pajak penghasilan = 3.500.000.000 + 8.250.000.000 38
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas atas harta (paten) yang memiliki
hubungan efektif dengan BUT. 39
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)
40
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)
44
Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang
dapat dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan
untuk memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari
penghasilan tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final.
Perusahaan tidak dapat mengindentifikasi secara spesifik beban yang
terkait dengan penghasilan final tersebut. Berapakah penghasilan
kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125
45
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
46
Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)
47
Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)
Jawaban :
Kompensasi kerugian di 2008 = 825.000.000,00 (Berasal dari rugi
fiskal 2007)
Kompensasi kerugian di 2010 = 65.000.000,00 (Berasal dari rugi
fiskal 2009)
Kompensasi kerugian di 2012 = Rugi fiskal 2007 + Rugi fiskal
2009 + Rugi fiskal 2011
= 825.000.000 + 65.000.000 + 12.500.000
= Rp 902.500.000,00
Adapun rugi fiskal 2006 yang belum dikompensasikan, yaitu senilai
Rp 770.000.000,00 (1.750.000.000 - 215.000.000 -
765.000.000), tidak dapat dikompensasikan di 2012, sebab telah
melewati batas waktu lima tahun.
Penghasilan Kena Pajak di 2012 = 1.975.000.000 - 902.500.000 48
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)
50
Ilustrasi 2.7 (1) -(PTKP)
Karna merupakan seorang pegawai yang bekerja untuk sebuah
perusahaan perbankan. Ia telah menikah dan bertempat tinggal di
satu kavling apartemen milik sendri. Berikut merupakan susunan
anggota keluarga Karna.
Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan
Dewi 3 Oktober 1962 Istri Ibu Rumah Tangga
Darsi 6 Mei 1987 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1995 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 1998 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2000 Anak Asuh Pelajar
Batara 1 Juli 1985 Menantu PNS
Istri Darsi
Kunthi 2 Februari 1945 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1950 Paman Pensiunan
51
Ilustrasi 2.7 (2) - (PTKP)
52
Ilustrasi 2.7 (3) - (PTKP)
Jawaban :
a.PTKP = WP Sendiri + Status Kawin + 3 Tanggungan
= 15.840.000 + 1.320.000 + 3 x 1.320.000
= Rp 21.120.000,00
Tanggungan adalah Hani, Indra, dan Kunthi.
b.PTKP tidak berubah sesuai poin (a).
c.PTKP bertambah sebesar Rp 15.840.000,00 dibanding poin (a) untuk
penghasilan istri yang digabungkan.
d.Awal tahun, Darsi masih diakui sebagai tanggungan. Akan tetapi PTKP
tidak berubah sesuai poin (a), sebab maksimal tanggungan adalah 3
orang.
e.Kunthi tidak termasuk tanggungan. PTKP berkurang sebesar Rp
1.320.000,00 dibanding poin (a).
53
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 Ayat (2), dan (3)
54
Ilustrasi 2.8 (1)
(Penghasilan Suami – Istri)
Jawaban :
a.Penghitungan dilakukan dengan menggabungkan penghasilan Permadi dan
istri.
Jawaban :
b.Penghitungan dilakukan secara sendiri – sendiri antara Permadi dan istri
(Misalkan diasumsikan bahwa anak – anak tinggal bersama Permadi).
57
Ilustrasi 2.8 (4)
(Penghasilan Suami – Istri)
58
Penghasilan Anak yang belum Dewasa
Pasal 8 Ayat (4)
Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak
berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
59
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)
62
Ketentuan Khusus Atas
Natura
Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan di daerah tertentu adalah imbalan yang terkait
dengan:
❑Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
❑Pelayanan kesehatan.
❑Pendidikan.
❑Peribadatan.
❑Pengangkutan.
❑Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan
terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan
di antaranya dapat berupa seragam bagi petugas
pengamanan, atau penginapan bagi kru pelayaran atau
penerbangan. 63
Asas Resiprokalitas
Non Bukan
Deductibl Objek
e Expense Pajak
Pihak Pihak
Melakukan Menerima
Pengeluaran Penghasilan 64
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas
Resiprokalitas (1)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
65
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas
Resiprokalitas (2)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)
66
Pengukuran Aset
1 Pengukuran Aset
. (Slide 5)
67
Penghitungan Penghasilan Netto
Pasal 14, dan 15
69
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna, Serah
(BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Perusahaan maklon mainan anak – anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
70
Ilustrasi 2.9 (1) - (NPPN)
72
Penghitungan
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan
73
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pasal 16
74
Ilustrasi 2.10
(Simulasi Penghitungan PKP)
75
Ilustrasi 2.11
(Simulasi Penghitungan PKP BUT)
76
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)
77
Ketentuan Khusus Atas Tarif
Pajak
78
Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak Terutang)
79
Perbandingan Utang dan Modal;
Serta Saat Diperolehnya Dividen
Pasal 18 Ayat (1), dn (2)
Menkeu berwenang
menetapkan:
80
Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (4)
81
Ketentuan Khusus Atas Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (3), dan (3a)
82
Ilustrasi 2.13 (1)
(Hubungan Istimewa)
4. PT. PRE Barbarika 80% PT. PBA, 5% PT. HTE, 15% Publik
Jawaban :
Hubungan istimewa yang terbentuk oleh kelima perusahaan
meliputi:
a.Hubungan PT. CIS ke PT. PBA, akibat kepemilikan langsung di atas
25% (35%).
b.Hubungan PT. PBA ke PT. PRE, akibat kepemilikan langsung di atas
25% (80%).
c.Hubungan PT. CIS ke PT. PRE, akibat kepemilikan tidak langsung di
atas 25% (28% melalui PT. PBA).
d.Hubungan PT. CIS ke PT. KNA, akibat kepemilikan langsung di atas
25% (30%), serta akibat kesamaan pemangku jabatan Direktur
Utama.
e.Hubungan PT. KNA ke PT. PBA, akibat sama – sama merupakan
objek penyertaan modal PT. CIS dengan kepemilikan di atas 25%.
84
Pelunasan Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan
85
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha
Kredit PPhdi23
bidang lain.
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah
dan penghargaan.
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh
dikreditkan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih
menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta
sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan.
87
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)
88
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29
90
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A
80% 20%
Untuk Pemerintah Untuk Pemerintah
Pusat Daerah
93
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
94
Ilustrasi 2.15 (1)
(Fasilitas Perpajakan)
96
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan)
97
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan)
Jawaban :
c.Peredaran bruto 2012 = 48.000.000.000 + 8.000.000.000
= Rp 56.000.000.000,00
CV. Mandaraka tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif,
sebab memiliki nilai peredaran bruto lebih dari Rp
50.000.000.000,00.
Beban pajak terutang
= 25% x (56.000.000.000 – 36.000.000.000)
= 25% x 20.000.000.000
= Rp 5.000.000.000,00
98
Referensi
Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang Perpajakan
Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
99
TERIMA KASIH
Afrianti E.V.,A.Md.,S.E.,M.M