Penghasilan
Sistematika 2
1. Subjek Pajak
2. Objek Pajak
4. Pelunasan Pajak
5. Fasilitas Perpajakan
Definisi 3
Subjek Pajak
LANDASAN HUKUM:
PASAL 2 S/ D PASAL 3
UU PAJAK PENGHASILAN
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a) 6
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan
subyek pajak yang perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan subyek pajak badan.
7
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12
bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
bertempat tinggal di Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan yang berhak.
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4) 9
Berakhir: Berakhir:
- Saat meninggal. Saat dibubarkan Berakhir:
- Meninggalkan atau tidak lagi Saat warisan selesai
Indonesia berkedudukan di dibagikan.
untuk selamanya. Indonesia.
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) 16
Mulai: Mulai:
Saat menerima/memperoleh Saat melakukan usaha/ kegiatan
penghasilan dari Indonesia. melalui BUT di Indonesia.
Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ Saat tidak lagi menjalankan
memperoleh penghasilan dari usaha melalui BUT di
Indonesia. Indonesia.
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6) 17
Objek Pajak
LANDASAN HUKUM:
PASAL 4 S/ D PASAL 15
UU PAJAK PENGHASILAN
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1) 20
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/
atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali
yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak
secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus
(deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3) 31
Jawaban:
c. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan mobil
sebesar Rp 100.000.000,00 diakui sebagai penghasilan
oleh Firma Kelana dan merupakan objek pajak.
d. Firma Kelana tetap mengakui penghasilan atas
penjualan mobil sebesar Rp 100.000.000,00. Sekutu
Objek Pajak BUT
Pasal 5 Ayat (1) 35
- Usaha/ kegiatan BUT.
Penghasilan dari: - Harta yang dimiliki/ dikuasai BUT.
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas kegiatan bisnis yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)
37
Jawaban:
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT sendiri dan
penghasilan kantor pusat atas atas harta (paten) yang memiliki
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2) 38
Sehubungan dengan:
saha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut dala
enjualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubungan
emberian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ kegiat
ng sejenis dengan yang dijalankan BUT yang memberikan penghasilan.
di Indonesia.
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3) 39
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat dikurangkan
sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh semua
penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan tersebut 100 milyar merupakan
penghasilan final. Perusahaan tidak dapat mengindentifikasi secara spesifik beban
yang terkait dengan penghasilan final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak
perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari perhitungan
penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final sebesar
500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2) 44
Jawaban :
Kompensasi kerugian di 2008= 215.000.000,00 (Berasal dari rugi
fiskal 2007)
Kompensasi kerugian di 2010= 765.000.000,00 (Berasal dari rugi
fiskal 2007)
Kompensasi kerugian di 2012= Rugi fiskal 2007+ Rugi fiskal 2009
+ Rugi fiskal 2011
= 825.000.000 + 65.000.000 + 12.500.000
= Rp 902.500.000,00
Adapun rugi fiskal 2006 yang belum dikompensasikan, yaitu senilai
Rp 770.000.000,00 (1.750.000.000 - 215.000.000 - 765.000.000),
tidak dapat dikompensasikan di 2012, sebab telah melewati batas
waktu lima tahun.
Penghasilan Kena Pajak di 2012 = 1.975.000.000 - 902.500.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3) 47
Jawaban :
a. PTKP = WP Sendiri + Status Kawin + 3 Tanggungan
= 54.000.000 + 4.500.000+ 3 x 4.500.000
= Rp 63.000.000
Tanggungan adalah Hani, Indra, dan Kunthi.
b. PTKP tidak berubah sesuai poin (a).
c. PTKP bertambah sebesar Rp 54.000.000 dibanding poin (a) untuk
penghasilan istri yang digabungkan.
d. Awal tahun, Darsi masih diakui sebagai tanggungan. Akan tetapi
PTKP tidak berubah sesuai poin (a), sebab maksimal tanggungan
adalah 3 orang.
e. Kunthi tidak termasuk tanggungan. PTKP berkurang sebesar Rp
4.500.000 dibanding poin (a).
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 Ayat (2), dan (3) 52
Jawaban :
a. Penghitungan dilakukan dengan menggabungkan penghasilan
Permadi dan istri.
Jawaban :
b. Penghitungan dilakukan secara sendiri – sendiri antara Permadi
dan istri (Misalkan diasumsikan bahwa anak – anak tinggal
bersama Permadi).
Ilustrasi 2.8 (4)
(Penghasilan Suami – Istri) 56
Jawaban :
c. Penghitungandilakukansecaraprorataberdasarkanperbandinganpen
ghasilannettoantaraPalasaradanistri.
PajakditanggungPalasara =
=
= Rp 13.783.750,00
Pajak ditanggungistri =
=
= Rp8.270.250,00
Penghasilan Anak yang belum Dewasa
Pasal 8 Ayat (4) 57
Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak
berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1) 58
Non
Deduct Bukan
ible Objek
Expens Pajak
e
Pihak Pihak
Melakukan Menerima
Pengeluaran Penghasilan
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1) 63
Warisan
Jawaban :
Penghasilan bruto
= (25 x 90% x 275.000 + 10 x 85% x 425.000 + 5 x 80% x
650.000) x 365
= (6.187.500 + 3.612.500 + 2.600.000) x 365
= 12.400.000 x 365
= Rp 4.526.000.000,00
Penghasilan netto
= Penghasilan bruto x Norma
= 4.526.000.000 x 25%
= Rp 1.131.500.000,0
Penghasilan netto tersebut diperlakukan sebagai Penghasilan Kena
Pajak yang menjadi acuan pengenaan pajak penghasilan.
71
LANDASAN HUKUM:
PASAL 16 S/ D PASAL 19
UU PAJAK PENGHASILAN
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pasal 16 72
Ataskurunwaktusatubulanpenuhdiasumsikansetaradengan 30
hari.
Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak Terutang) 78
Perbandingan Utang dan Modal;
Serta Saat Diperolehnya Dividen
Pasal 18 Ayat (1), dn (2)
Syarat:
79
Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (4) 80
Jawaban :
Hubungan istimewa yang terbentuk oleh kelima perusahaan
meliputi:
a. Hubungan PT. CIS ke PT. PBA, akibat kepemilikan
langsung di atas 25% (35%).
b. Hubungan PT. PBA ke PT. PRE, akibat kepemilikan
langsung di atas 25% (80%).
c. Hubungan PT. CIS ke PT. PRE, akibat kepemilikan tidak
langsung di atas 25% (28% melalui PT. PBA).
d. Hubungan PT. CIS ke PT. KNA, akibat kepemilikan
langsung di atas 25% (30%), serta akibat kesamaan
pemangku jabatan Direktur Utama.
e. Hubungan PT. KNA ke PT. PBA, akibat sama – sama
merupakan objek penyertaan modal PT. CIS dengan
84
Pelunasan Pajak
LANDASAN HUKUM:
PASAL 20 S/ D PASAL 29
UU PAJAK PENGHASILAN
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20 85
2.
PPh Pasal 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B)
Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT
Pasal 28 Ayat (1), dan (2) 87
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan
usaha diPPh
Kredit bidang
23 lain.
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah
dan penghargaan.
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh
dikreditkan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih
menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta
sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan.
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak) 88
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29 89
Fasilitas Perpajakan
LANDASAN HUKUM:
PASAL 31A S/ D PASAL 31E
UU PAJAK PENGHASILAN
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A 91
80% 20%
Untuk Pemerintah Pusat Untuk Pemerintah Daerah
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E 94
Jawaban:
a. CV. Mandarakamemperolehfasilitaspengurangantarif,
sebabmemilikinilaiperedaranbrutokurangdariRp50.000.000.000,
00.
Bagian PKP yang memperolehpengurangantarif
=
= 10% x 12.000.000.000
= 1.200.000.000
Bebanpajakterutangtahun 2010
= 50% x 25% x 1.200.000.000 + 25% x (12.000.000.000 –
1.200.000.000)
= 150.000.000 + 2.700.000.000
= Rp 2.850.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan) 97
Jawaban:
b. CV. Mandarakamemperolehfasilitaspengurangantarif,
sebabmemilikinilaiperedaranbrutokurangdariRp50.000.000.000,
00.
Bagian PKP yang memperolehpengurangantarif
=
= 10% x 2.000.000.000
= 200.000.000
Bebanpajakterutangtahun 2011
= 50% x 25% x 200.000.000 + 25% x (2.000.000.000 –
200.000.000)
= 25.000.000 + 450.000.000
= Rp 475.000.000,00
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan) 98
Jawaban :
c. Peredaran bruto 2012 = 48.000.000.000 + 8.000.000.000
= Rp 56.000.000.000,00
CV. Mandaraka tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif,
sebab memiliki nilai peredaran bruto lebih dari Rp
50.000.000.000,00.
Beban pajak terutang
= 25% x (56.000.000.000 – 36.000.000.000)
= 25% x 20.000.000.000
= Rp 5.000.000.000,00
Referensi
99
10
0
Terima
Kasih