Anda di halaman 1dari 302

Pelatihan

Brevet A dan B
Terpadu
Kunjungi Website kami:
iaijawatimur.or.id
Instruktur

Imam Tri Wahyudi


Background Instruktur
Profil Singkat Instruktur
Pajak Penghasilan OP
Siapa Sih Yang Mempunyai
Kewajiban PPh…?

? Penghasilan Yang
Bagaimana terutang PPh…?

Saya telah membuat pembukuan/laporan


keuangan, dapatkah langsung diterima
sebagai dasar menghitung PPh..?

Hal-hal apa saja yang harus


diperhatikan dalam
menghitung PPh…?

Bagaimana cara pengisian


SPT PPh OP…?
Overview
JENIS-JENIS SUBJEK PAJAK
Objek Pajak
Orang
Pribadi
SP

Subjek
DN Badan Seluruh Penghasilan
Pasal 4
Pasal 2 (3)
Warisan yang
belum terbagi • Penghasilan dari kegiatan
SUBJEK PAJAK operasi dan harta yang
dimiliki/dikuasai
Pasal 2 (2) Orang • Penghasilan kantor pusat
BUT
SP Pribadi • Penghasilan lainnya yang
LN diperoleh sehubungan dgn
penghasilan kantor pusat
Pasal 2 (4)
Badan
Non Penghasilan yang diperoleh
BUT dari Indonesia

UU PPh Pasal 2 & 5


Subjek
WP Dalam Negeri

Orang Pribadi yg:


• bertempat tinggal di Indonesia, atau
• berada di Indonesia > 183 hari dlm jw 12 bulan, atau
• dalam suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
Badan
•Berdiri dan bertempat kedudukan di Indonesia
•Sekumpulan orang/modal yg merupakan kesatuan
•Baik melakukan usaha atau tidak
•PT, CV, BUMN/D, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
ormas, org sosial/politik, lembaga, reksadana, bentuk badan lainnya.
Warisan yang belum terbagi
UU PPh Pasal 2 Ayat (3); PER-43/PJ/2011 Pasal 3(1)
Subjek
WP Dalam Negeri

Tidak Termasuk Pengertian BADAN

Unit Tertentu dari Badan Pemerintah


yang memenuhi kriteria:

• Pembentukannya berdasarkan Ketentuan Peraturan Per-UU-an


• Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
• Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pem. Pusat atau Pem. Daerah; dan
• Pembukuannya diperiksa oleh Aparat Pengawasan Fungsional Negara

UU PPh Pasal 2 Ayat (3)


Subjek
WP Luar Negeri

• Orang pribadi yang :


 tidak bertempat tinggal di Indonesia
 berada di Indonesia tidak > 183 hari dlm 12 bulan
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

Yang : Yang Dapat menerima atau memperoleh


penghasilan dari Indonesia tidak dari
- Menjalankan usaha; atau
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
- Melakukan kegiatan melalui BUT melalui BUT di Indonesia
di Indonesia

UU PPh Pasal 2 Ayat (4); PER-


43/PJ/2011 Pasal 4
Subjek
Definisi BUT

Tempat Usaha bersifat permanen yang


dipergunakan

Orang pribadi sbg Badan sbg subjek


subjek pajak LN pajak LN

Untuk menjalankan usaha atau


kegiatan di Indonesia

UU PPh Pasal 2 Ayat (5); PER-43/PJ/2011 Pasal 5


Subjek
WP BUT
- Fasilitas
Indikasi - Aktivitas
adanya BUT Place of Business
- Keagenan
- Asuransi

Pemenuhan kewajiban BUT :

• dipersamakan dgn kewajiban WP Badan DN


dimulai sejak
• menerima dan/atau memperoleh
penghasilan yang bersumber dari Indonesia
melalui BUT di Indonesia.

UU PPh Pasal 2 Ayat (5); PER-43/PJ/2011 Pasal 6


Subjek • Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau
kehutanan.
WP BUT
• Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
Dapat berupa :
• Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau
• Tempat kedudukan orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dlm j.w. 12
manajemen
bulan
• Cabang perusahaan
• Orang/badan bertindak selaku agen yg kedudukannya tdk
• Kantor perwakilan
bebas
• Gedung kantor
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak
• Pabrik didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
• Bengkel yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
• Pertambangan & penggalian Indonesia
sumber alam,
• komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang
• wilayah kerja pertambangan dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara
minyak dan gas bumi transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
melalui internet
UU PPh Pasal 2 Ayat (5);
Subjek
Pasal 111 UU Ciptaker

“Subjek pajak dalam negeri adalah:


a.orang pribadi, baik yang merupakan Warga Negara Indonesia maupun
warga negara asing yang:
1.bertempat tinggal di Indonesia;
2.berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau
3.dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia;”
Subjek
Bukan Subjek PPh
Kantor perwakilan negara asing
- Pejabat2 perwakilan diplomatik & konsulat atau pejabat2 lain Neg. Asing
- Orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yg bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka
Dengan syarat :
bukan WNI dan
di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut
serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1.Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2.tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
pejabat2 perwakilan organisasi internasional di atas dgn syarat:
- bukan WNI dan
- tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
UU PPh Pasal 3
Subjek
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Pribadi Badan Warisan yang belum terbagi


Mulai: Mulai:
- Saat dilahirkan. Mulai:
Saat timbulnya warisan.
- Saat berada atau Saat didirikan/ berkedudukan di
berniat tinggal di Indonesia. Indonesia.
Berakhir: Berakhir: Berakhir:
- Saat meninggal. Saat dibubarkan atau tidak lagi Saat warisan selesai dibagikan.
- Meninggalkan Indonesia berkedudukan di Indonesia.
untuk selamanya.
Subjek
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Luar Negeri

Orang Pribadi Badan

Mulai: Mulai:
Saat menerima/memperoleh penghasilan dari Saat melakukan usaha/ kegiatan melalui BUT di
Indonesia. Indonesia.
Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ memperoleh Saat tidak lagi menjalankan usaha melalui BUT
penghasilan dari Indonesia. di Indonesia.
Subjek
Diskusi

Lyudmila Georgievna Vorobieva, WN Amerika Serikat,


Dubes Rusia untuk Indonesia English Teacher EF Jakarta

Apakah dia Subjek Pajak Dalam


Negeri atau Subjek Pajak Luar
Negeri?
Subjek
Diskusi

PNS Tugas Belajar ke


Luar Negeri

TKI di Malaysia

Apakah mereka Subjek Pajak


Dalam Negeri atau Subjek Pajak
Luar Negeri?
Definisi Penghasilan (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)

5 elemen

Objek tambahan kemampuan diterima atau diperoleh


ekonomis
Pengakuan secara cash atau accrual basis
Aspek ekonomi (bukan akuntansi)

dari Indonesia maupun


untuk konsumsi atau untuk
dari luar Indonesia
menambah kekayaan
Cakupan geografis (global) Pemanfaatan/pemakaian

dengan nama dan


dalam bentuk apapun.
Konsep material (bukan formal)

UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Objek
Pengertian

Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau


diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36 Tahun 2008
Objek
Sumber
Pendekatan Sumber
Source concept of income Arus Penghasilan

Pendekatan Pertambahan
Accretion concept of income
Penghasilan aktif

Penghasilan dari pekerjaan dalam


hubungan kerja dan pekerjaan bebas;
Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
Penghasilan dari modal;

Penghasilan pasif Penghasilan lain-lain.

Konsumsi dan/atau menambah kekayaan UU PPh Pasal 4 ayat (1)


Objek
Klasifikasi Penghasilan

KLASIFIKASI
PENGHASILAN

YANG DIKECUALIKAN
OBJEK PAJAK DARI OBJEK PAJAK
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

OBJEK PAJAK DENGAN


OBJEK PAJAK YANG
KETENTUAN (TARIF)
BERSIFAT FINAL
UMUM
(Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
Objek
Penghasilan Objek
• Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
1 • Ex: gaji, upah, tunjangan honororarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun

• Penghasilan dari usaha dan kegiatan


2 • Ex: Laba usaha dan iuran yang diterima

• Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak
3 • Keuntungan karena penjualan, Bunga, Deviden

• Penghasilan lain-lain
4 • Ex: hadiah dari undian, keuntungan karena selisih kurs, imbalan bunga

(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)


Objek
Penghasilan Objek
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
5 • Ex: Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah dibayar

• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan dan jaminan pengembalian utang
6 • Ex: premium, diskonto dan imbalan

• Deviden
7 • Ex: pemegang saham dan pemegang Polis asuransi

• Royalti
8 • Ex: hak atas harta tak berwujud, hak atas harta berwujud, Informasi

• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta


9 • Ex: sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
Objek
Penghasilan Objek
• Penerimaan dan perolehan pembayaran berkala
10 • Ex: "alimentasi" atau tunjangan seumur hidup

• Keuntungan karena pemebebasan utang,


11 • Ex: Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT),

• Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing


12 • Ex: fluktuasi kurs mata uang asing

• Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva


13

• Premi asuransi
14 • Ex: premi reasuransi
Objek
Penghasilan Objek

• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya


15

• Tambahan kekayaan neto


16
• Imbalan bunga
• Ex: keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak , keterlambatan
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, kelebihan pembayaran pajak,
17 kelebihan pembayaran pajak karena Surat Keputusan Pembetulan, kelebihan
pembayaran sanksi administrasi
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
Objek
Keuntungan / Pengalihan Harta
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk keuntungan karena:

1. pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai


pengganti saham atau penyertaan modal;
2. pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
3. likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan
usaha, atau reorganisasi dgn nama/dlm bentuk apa pun
4. penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda
turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan

UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf d


Objek
Keuntungan / Pengalihan Harta
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan
harta termasuk keuntungan karena:

5. pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali


yang diberikan kepada :
• keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat dan
• badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau OP yg menjalankan usaha mikro dan kecil,
(ketentuannya diatur PerMenKeu),
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak ybs.
6. Termasuk pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya
UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf d; PP No.94 Th 2010 Pasal 3
Objek
PPh Final

Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana Kalau Sudah Kena Pajak Final ??
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak • Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap Total PPh Terutang
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak • Pengeluaran dalam memperoleh penghasilan (obyek
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak PPh Final) yang bersangkutan tidak boleh dibiayakan
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas, secara fiskal
atau pasti.
Objek
PPh Final

Kenapa Harus Pajak Final ??


Penyederhanaan Administrasi
• PPh oleh OP yang belum terdaftar secara resmi sebagai WP
• PPh atas obyek yang timbul atau terjadi hanya sekali / tidak
sering
• PPh berkaitan dengan pembayar pajak tertentu yang
dikecualikan dari kewajiban tertentu seperti pembukuan
atau memasukkan SPT
• Obyek Tertentu :
• Industri spesifik
• Transaksi khusus
Objek
PPh Final

Penghasilan Yang Pengenaan Pajaknya Bersifat Final

Pasal 4 Ayat 2, UU

1. Penghasilan berupa bunga 2. Penghasilan berupa hadiah


deposito undian

4. penghasilan dari transaksi


3. Penghasilan dari transaksi
pengalihan harta berupa tanah
saham dan sekuritas lainnya
dan/atau bangunan

5. penghasilan tertentu lainnya


Objek
PPh Final
No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Hukum
1 Penghasilan yang diterima WP 0,1% x Jumlah bruto nilai penjualan PP 41 Thn 1994
OP dari transaksi penjual PP 14 Thn 1997
saham bursa efek: semua 0,1% x Jumlah bruto Nilai Transaksi 282/KMK.04/1997
saham dan saham sendiri penjualan + PPh Tambahan: 0,5% x nilai SE-06/PJ.04/1997
jual saham pada saat penawaran umum PMK-256/PMK.03/2008
perdanan
2 Hadiah Undian 25% x jumlah bruto hadiah undian PP 132 Tahun 2000
3 Penghasilan dari pesewaan 10% x Jumlah bruto nilai persewaan tanah PP 29 Tahun 1996
Tanah / Bangunan dan bangunan PP 5 Tahun 2002
394/KMK.04/1996
4 Bunga Deposito dan Tabungan 20% x jumlah bruto PP 123 tahun 2015
serta Diskonto Sertifikat Bank

5 Penghasilan dari pengalihan 5% x jumlah bruto nilai pengalihan hak PP 48 Tahun 1994
Hak atas tanah atas tanah PP 34 Tahun 2016
Objek
PPh Final
No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Hukum
6 Penghasilan hak atas rumah 1% x Jumlah bruto nilai pengalihan PP 48 Tahun 1994
sederhana dan rumah susun PP 34 Tahun 2016
sederhana
7 Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
atau Jumlah Hari Tua
Uang Pesangon -0% penghasilan bruto s.d 50 juta PP 68 Tahun 2009
-5% penghasilan bruto ditas 50 juta s.d 100
juta
-15% penghasilan bruto ditasa Rp 100 Juta
s.d. Rp 500 Juta
- 25% penghasilan bruto di atas Rp 500 Juta
Uang Manfaat Pensiun, - 0% atas penghasilan bruto s.d. Rp 50 juta PP 68 Tahun 2009
Tunjangan Hari Tua, Jaminan - 5% atas penghasilan bruto di atas Rp 50
Hari Tua Juta
8 Honorarium / imbalan lain
Objek
PPh Final
No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Hukum
Bagi PNS Golongan I dan Golongan II, 0% x Jumlah bruto PP 80 Tahun 2010
Anggora TNI dan Anggota Polri, honorarium/imbalan
Bintara, dan Pensiunan
Bagi PNS Golongan III, Anggora TNI 5% x Jumlah bruto PP 80 Tahun 2010
dan Anggota Polri, Bintara, dan honorarium/imbalan
Pensiunan
Bagi PNS Golongan IV, Anggora TNI 15% x Jumlah bruto PP 80 Tahun 2010
dan Anggota Polri, Bintara, dan honorarium/imbalan
Pensiunan

9 Penghasilan yang diterima WPOP dari 5% x Nilai tertinggi dari PMK-257/PMK.03/2008


investor nilai pasar NJOP PMK- 14/PMK.03/2011

10 Penghasilan yang diterima WPOP 20% x Ph. Bruto PP No.16/2009


berupa bunga atau diskonto
Objek
PPh Final
No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Hukum
11 Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi
kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
Bunga simpanan s.d. Rp 240.000 per bulan 0% PP 15 Tahun 2009
PP 100 Tahun 2013
bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan 10% PP 15 Tahun 2009
PP 100 Tahun 2013

12 Deviden yang diterima atau diperoleh WP OP 10% x Ph Bruto PP 19 Tahun 2009


dalam negeri
13 Penghasilan perusahaan modal ventura dari 0,1% dari bruto PP 4 Tahun 1995
transaksi penjualan saham atau pengalihan
enyertaan modal pada perusahaan pasangan
Usahanya
Objek
PPh Final WP Peredaran Bruto
Tertentu (PP No. 23/2018)
Atas penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu dikenai PPh final
dengan tarif sebesar 0.5% (nol koma lima
persen) dari jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari setiap tempat usaha
Objek
Penghasilan dikecualikan
a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang ditentukan
pemerintah;
2. harta hibahan, sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal;
d. natura dan/atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada OP yaitu: asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat tertentu;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
Objek
Penghasilan dikecualikan

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam


bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi;
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura;
l. beasiswa;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan dengan syarat tertentu;
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada WP tertentu;
Objek
Bantuan dan Sumbangan - Bukan Objek

 Tidak ada hubungan kerja, usaha, kepemilikan, atau penguasaan di antara


pihak2 yg bersangkutan
 Termasuk
 Zakat yg diterima oleh :
• BAZ atau LAZ yg dibentuk/disahkan pemerintah
• Penerima zakat yang berhak
 Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yg diterima :
• lembaga keagamaan yg dibentuk/disahkan pemerintah
• penerima sumbangan yang berhak,

UU PPh Pasal 4 ayat (2); PP No. 18 Th 2009


Objek
Bantuan dan Sumbangan - Bukan Objek

Pengertian Hubungan Usaha, Kerja, Kepemilikan dan


penguasaan terjadi apabila:

Usaha
• terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak

Pekerjaan
• terdapat hubungan yang berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan
secara berkala
Kepemilikan atau Penguasaan
• penyertaan modal secara langsung atau tidak langsung Pasal 18 (4) huruf a UU PPh; atau
• hubungan penguasaan secara langsung atau tidak langsung Pasal 18 ayat (4) huruf b UU
PPh

UU PPh Pasal 4 ayat (2); PP No. 18 Th 2009


Objek
Harta Hibah - Bukan Objek
Tidak dalam rangka hubungan kerja, usaha, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak ybs

Harta hibahan yg diterima :


• Keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat;
• Orang tua dan anak kandung
• Badan Keagamaan;
• kegiatannya semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau
• Menyelenggrkn keg. di bid. keagamaan, yg tdk mencari keuntungan
• Badan Pendidikan;
• Badan Sosial termasuk yayasan dan koperasi
• OP yg menjalankan Usaha Mikro dan Kecil

Pembukuan bagi Penerima adalah Nilai Buku harta dari pihak pemberi.

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No.


245/PMK.03/2008
Objek
Harta Hibah - Bukan Objek
Syarat Bantuan dan Hibah :
- Penjelasan Badan Sosial
 Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi :
 Kegiatan semata-mata menyelenggarakan:
a. Pemeliharaan kesehatan;
b. Pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
c. Pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang
cacat;
d. Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan
sejenisnya;
e. Pemberian beasiswa;
f. Pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
g. Kegiatan sosial lainnya.
yang tidak mencari keuntungan UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No.
245/PMK.03/2008
Objek
Harta Hibah - Bukan Objek

Syarat Bantuan dan Hibah :


- Penjelasan OP Usaha Mikro & Kecil
 OP yg menjalankan Usaha Mikro & Usaha Kecil:
memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,-
• Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
2.500.000.000,-
UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per MenKeu No.
245/PMK.03/2008
Objek
Hadiah

Jenis Objek Pajak Keterangan Tarif Referensi

a. Hadiah Langsung Non Objek - PDJ


Pajak No.11/PJ/2015
b. Hadiah Undian Dipotong PPh 25% PP No.
Final 132/2000
c. Hadiah penghargaan OP Dipotong PPh Progresif Ps 17 PDJ No.
21 PPh 16/PJ/2016
d. Hadiah penghargaan Dipotong PPh 20% UU PPh
WPLN 26
Objek
Harta Hibah - Bukan Objek

Hubungan Usaha, Pekerjaan Kepemilikan, atau Penguasaan


antara Pemberi dan Penerima
Jenis Penghasilan Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan
Pemberi Penerima Pemberi Penerima
Dapat
Tidak Dapat Bukan Objek
Bantuan Sumbangan menjadi Objek Pajak
menjadi biaya Pajak
biaya
Harta Hibah yang diterima oleh:
- keluarga sedarah dalam garis Dapat
Tidak Dapat Bukan Objek
keturunan lurus satu derajat menjadi Objek Pajak
menjadi biaya Pajak
- pengusaha kecil yang biaya
ditetapkan oleh Menkeu
Objek
Dividen- Bukan Objek
Yang Menerima atau Memperoleh :
• Perseroan Terbatas (PT) sbg WP DN,
• Koperasi,
• BUMN
• BUMD

Yang memberikan (tempat penyertaan modal):


• Badan Usaha yg didirikan dan bertpt kedudukan di Ind.

Syarat :
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
• PT, BUMN & BUMD yg menerima dividen, kepemilikan saham paling
rendah 25% dari jumlah modal yg disetor.
Objek
Sisa Lebih Lembaga Pendidikan &
Litbang - Bukan Objek

 Pengertian Pemb. dan pengadaan Sa-pra :


Pembelian, pengadaan d/a pembangunan fisik sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan d/a penelitian dan pengembangan yang meliputi :
 Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan Pendidikan,
Litbang termasuk pembelian tanah sbg lokasi pembangunan gedung dan
prasarana tsb
 Pengadaan sa-pra kantor, lab. dan perpustakaan; atau
 Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen
atau karyawan, dan sa-pra olahraga, sepanjang berada dilingkungan atau
lokasi lembaga pendidikan formal

UU PPh Pasal 4 ayat (2) hrf m & Penjelasannya; 80/PMK.03/2009; PER -


44/PJ./2009
Objek
Contoh Kasus Intercompany Dividen

Koperasi
PT A Burhan
X
30%
30% 30% PT B
10%
PT Aman

PT. Aman akan membayar deviden kepada para pemegang saham sejumlah Rp 40
juta. Penghasilan yang manakah yang merupakan Objek PPh …?

PT A --> deviden tsb bukan Objek PPh


Koperasi X --> deviden tsb bukan Objek PPh
Burhan --> deviden tersebut Objek PPh
PT B --> deviden tersebut Objek PPh
Objek
Dana Pensiun - Bukan Objek

Penanaman Modal Tertentu oleh Dana Pensiun yg


penghasilannya bukan merupakan Objek Pajak:

Bunga, Diskonto, dan Imbalan Deviden dari PT yg tercatat


dari: di Bursa Efek di Indo.

Deposito, Sertifikat Obligasi, Sukuk,


Deposito dan SBSN, SPN
Tabungan pada BI
serta sertifikat BI
Yang diperdagangkan di
Bursa Efek di Indonesia

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Per Men Keu No. 234/PMK.03/2009


Objek
Perusahaan Ventura- Bukan Objek

 Syarat Pasangan usaha :


 didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indo.
 merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
 Jangka Waktu Penyertaan Modal Ventura: 10 Tahun
 Lain-lain:
 Apabila Pasangan Usaha menjual saham di Bursa Efek, saham
modal ventura harus dijual plg lbt 36 bulan sejak diizinkan
Bapepam

UU PPh Pasal 4 ayat (2); Kep Men Keu 250/KMK.04/1995


Objek
BUT

- USAHA/KEGIATAN BUT
PENGHASILAN DARI - HARTA YANG DIMILIKI/
DIKUASAI BUT

PENGHASILAN - USAHA ATAU KEGIATAN


KANTOR PUSAT DARI - PENJUALAN BARANG2
- PEMBERIAN JASA

DI INDONESIA

YG SEJENIS DGN YG DILA-


KUKAN BUT DI INDONESIA
PENGHASILAN
YG TERSEBUT SEPANJANG ADA HUBUNGAN
DLM PASAL 26 EFEKTIF ANTARA BUT DGN
YG DITERIMA ATAU HARTA/KEGIATAN YG
DIPEROLEH MEMBERIKAN PENGHASILAN
KANTOR PUSAT

UU PPh Pasal 5 ayat (1)


Objek
UMKM
Tarif Khusus
Pajak Penghasilan
bagi UMKM
1. PP Nomor 23 Tahun 2018
ttg Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu
2. PMK-99/PMK.03/2018
ttg Pelaksanaan PP Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu
Objek
UMKM - Latar belakang

• UKM mendominasi perekonomian


• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha
• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja
• Produk domestic bruto 60,3%
• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup stabil.
• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.
• Alasan perubahan
• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1%
mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%.
• Penyempurnaan pengaturan
Objek
UMKM - PPh
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha
yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.
• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak.
Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet
atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final
• Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018
• Perbedaan ketentuan
• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%
• Penyempurnaan ketenuan lain
• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional
Objek
UMKM - PPh
• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional
• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau
menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:
• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan
tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan. Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni
0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP
tetap harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi.
• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai
Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36. Konsekuensinya, perhitungan tarif
PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari
PPh bila mengalami kerugian fiskal.
Objek
UMKM - PPh

• Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu


• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan waktu.
• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan
tarif PPh Final 0,5% adalah:
• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.
• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.
• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.
• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema
normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong
wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan usaha.
Objek
UMKM - PPh
• WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M
• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak berubah
yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah
memang ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam
sistem perpajakan.
• Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?
• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final
0,5% adalah:
• Wajib Pajak orang pribadi
• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang menerima
atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di bawah Rp 4,8
miliar.
Objek
UMKM - PPh

• Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%


• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk persekutuan atau firma
yang terdiri dari WP orang pribadi berkeahlian sejenis seperti firma hukum,
kantor akuntan dan lain sebagainya.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya
terutang atau telah dibayar di luar negeri.
• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Objek
UMKM - PPh

• Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu


Mengajukan Diri
• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus
lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak.
Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib
pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan
skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%.
(#)
Objek
Pokok Pengaturan PP 23/2018
Subjek Pajak Objek Pajak Pemberitahuan ke DJP
• WP OP Penghasilan dari usaha tidak melebihi
• WP Badan tertentu (Koperasi, CV, Firma) Rp4,8M dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Bila WP memilih untuk dikenai PPh
• PT sesuai ketentuan umum.
Kecuali:
dgn peredaran bruto s/d Rp 4,8 Milyar / a) Jasa sehubungan Pekerjaan Bebas
Tahun Pajak. b) Penghasilan di LN Pelunasan Pajak
c) Penghasilan yg dikenai PPh Final
Kecuali: Disetor sendiri oleh WP; atau
tersendiri
a. Yang memilih untuk dikenai PPh d) Penghasilan yang bukan Objek Pajak
berdasarkan ketentuan umum; Dipotong atau dipungut oleh pihak lain.
b. WP Badan yang memperoleh fasilitas PPh Terutang
Tax Holiday dan Tax Allowance;
c. BUT; atau PPh Final = 0,5% X Peredaran Bruto Surat Keterangan
d. CV, Firma yang dibentuk:
• beberapa WPOP dengan keahlian Bila WP menerima penghasilan dari
khusus dan Jangka Waktu pemotong atau pemungut PPh
• menyerahkan jasa sejenis dengan PT 3 Tahun Pajak
pekerjaan bebas.
CV, Firma, Koperasi 4 Tahun Pajak
Amanat
WP OP 7 Tahun Pajak pengaturan
dalam PMK
Objek
Pokok Pengaturan PMK 99/PMK.03/2018
1 Pemberitahuan 3 Surat Keterangan
Disampaikan ke : KPP tempat WP Pusat terdaftar, KP2KP atau KPP Mikro
Permohonan Surat Keterangan diajukan ke:
yang berada dibawah wilayah kerja KPP Pusat terdaftar, Saluran tertentu
1. KPP tempat WP Pusat terdaftar
yang ditetapkan DJP PPh Umum berlaku Tahun Pajak berikutnya
2. KP2KP atau KPP Mikro yang berada dibawah wilayah kerja KPP
Pusat terdaftar;
• WP yg awal Th Pajak 2018 sd 30 Juni 2018 dikenai PPh Umum, dapat
3. Saluran tertentu yang ditetapkan DJP
dikenai PPh umum sd akhir Tahun Pajak 2018 pemberitahuan p.l tgl
Persyaratan:
31 Des 2018
1. permohonan ditandatangani oleh WP
• WP terdaftar tgl 1 Juli 2018 - 31 Des 2018, dapat dikenai PPh umum
2. telah menyampaikan SPT Tahunan terakhir, kecuali WP baru atau
mulai Tahun Pajak terdaftar pemberitahuan p.l tgl 31 Des 2018 atau
WP yang tidak wajib SPT Tahunan.
p.l akhir Tahun Pajak terdaftar.
3. memenuhi kriteria subjek PP 23
• WP terdaftar 1 Jan 2019 dst, dapat dikenai PPh umum mulai Tahun Pajak
Surat Keterangan atau penolakan permohonan diterbitkan dalam jangka
terdaftar pemberitahuan saat pendaftaran
waktu 3 hari kerja sejak permohonan diterima.
Surat keterangan berlaku sampai dengan jangka waktu sesuai diatur
2 Pemotongan/Pemungutan dalam PP 23, kecuali:
 WP memilih dikenai ketentuan umum PPh;
• Pelunasan dilakukan melalui:  tidak memenuhi kriteria subjek PP 23.
 disetor sendiri  untuk setiap tempat kegiatan usaha Angsuran PPh Pasal 25
 pemotongan/pemungutan jika bertransaksi dengan 4
Pemotong/Pemungut Pajak
• Pemotongan sesuai PP 23 dilakukan terhadap WP yang menyerahkan Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 bagi WP yang memilih dikenai
fotokopi Surat Keterangan ketentuan umum PPh atau tidak lagi memenuhi kriteria sebagai subjek PP
• Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi impor atau 23 -- sesuai PMK 255/PMK.03/2008 dan perubahannya
pembelian barang dengan menyerahkan fotokopi Surat Keterangan.
• PPh Final disetor menggunakan SSP atas nama WP dan ditandatangani
Pemotong/Pemungut dan diserahkan kepada WP sebagai bukti potong.
PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN
Suatu Proses pencatatan yang dilakukan
Pembukuan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan yg meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang di
tutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi pada setiap tahun pajak terakhir.
pencatatan meliputi atas data-data yang
Pencatatan dikumpulkan secara teratur dari
peredaran, penerimaan, atau penghasilan
bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang. Dan di
dalamnya juga termasuk atas penghasilan
yang berasal bukan dari objek pajak
maupun penghasilan yang dikenakan
pajak dan bersifat final..
Pembukuan
Pasal 28 UU KUP

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha


atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan.”
“Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.”
a. ditujukan agar membantu Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan mudah, seperti halnya dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT),
Persamaan perhitungan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta untuk mengetahui bagaimana
Pembukuan posisi keuangan dari hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
b. segala bentuk buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar atas pembukuan
ataupun pencatatan, serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan hasil
dan Pencatatan pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik, wajib untuk
disimpan selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun di Indonesia. Disimpan pada
tempat yang menjadi dasar atas kegiatan tersebut dilakukan, tempat tinggal Wajib
Pajak orang pribadi, atau tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
Perbedaan Pembukuan dan Pencatatan (1)

Pembukuan Pencatatan
1. Wajib Pajak • Wajib Pajak badan • WP OP yang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan
• Wajib Pajak OP yang kegiatan usaha peredaran bruto (omzet) < Rp 4,8 miliar /tahun dapat
atau pekerjaan bebas, kecuali menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN),
penghasilan bruto (omzet) < Rp 4,8 dengan syarat harus memberitahukan ke DJP dalam jangka
miliar/tahun waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
• WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
2. Syarat • Menggunakan prinsip taat asas dan • Menggambarkan adanya peredaran/penerimaan bruto dan
Penyelenggaraan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh.
• Merupakan catatan mengenai harta, • Menggambarkan adanya penghasilan yang bukan objek pajak
kewajiban, modal, penghasilan, biaya, dan penghasilan yang pajaknya bersifat final.
serta penjualan dan pembelian • Bagi WP yang memiliki lebih dari satu jenis usaha atau tempat
sehingga pajak yang terutang nantinya usaha, maka pencatatan harus menggambarkan secara jelas
dapat dihitung. untuk masing-masing jenis/tempat usaha.
• WP OP juga harus menyelenggarakan pencatatan atas harta
dan kewajiban.
Perbedaan Pembukuan dan Pencatatan (2)

Pembukuan Pencatatan
3. Perbedaan Bahasa • menggunakan huruf Latin, angka • menggunakan Bahasa Indonesia dan mata uang rupiah.
Arab, satuan mata uang Rupiah
yang disusun dalam Bahasa
Indonesia ataupun dalam bahasa
asing sesuai dengan perizinan
dari Menteri Keuangan.
Prinsip Pembukuan dan Pencatatan

1. Iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang


sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
4. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
6.Pembukan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
Prinsip Taat Asas

prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan


dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah
penggeseran laba atau rugi

misalnya dalam penerapan :


Stelsel pengakuan penghasilan; Tahun buku; Metode penilaian persediaan;
Metode penyusutan dan amortisasi
Stelsel Akrual dan Stelsel Kas

Stelsel akrual: suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam


arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada
waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima
dan kapan biaya itu dibayar tunai.

Stelsel kas: suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas


penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.

Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai


penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu
periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila
benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu.
Stelsel Kas untuk Perhitungan PPh

dapat mengaburkan penghasilan  besarnya penghasilan dari tahun ke tahun


disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas
Untuk penghitungan PPh stelsel kas harus memperhatikan:
1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung
harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan
persediaan.
2) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).
Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan dapat juga
dinamakan stelsel campuran.
Perubahan Metode Pembukuan

 harus taat asas  sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam


hal:
penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya
(metode kas atau akrual),
metode penyusutan aktiva tetap, dan
metode penilaian persediaan.
 Namun, perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan
dengan syarat:
o telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
o diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya
tahun buku yang bersangkutan
o menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta
akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
PENGURANGAN YANG
DIPERBOLEHKAN
Pengurang Penghasilan

 PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN USAHA;


 PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN;
 PTKP;
 ZAKAT DAN SUMBANGAN TERKAIT DENGAN
KEWAJIBAN AGAMA.
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH
DIKURANGKAN DARI
PENGHASILAN BRUTO
(terkait dengan usaha)
Pasal 6 ayat (1)

BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN


MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MERUPAKAN
OBJEK PAJAK KECUALI BIAYA YANG BERKENAAN
DENGAN PENGHASILAN YANG DIKENAKAN
PAJAK PENGHASILAN SECARA FINAL, TERMASUK :

- Biaya bahan baku/pembantu,


- Biaya tenaga kerja
- Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi
- Iuran kepada dana pensiun yg pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
- Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
- Kerugian dari selisih kurs
- Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia
- Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan
PENGELUARAN YANG BOLEH
DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
Pasal 6 ayat (1) huruf a

PENGELUARAN YG MEMPUNYAI HUB. LANGSUNG


DENGAN USAHA/KEGIATAN UTK MENDAPATKAN,
MENAGIH,DAN MEMELIHARA (3M) PENGHASILAN

YANG MERUPAKAN OBJEK YANG BUKAN MERUPAKAN OBJEK


PAJAK PAJAK atau TELAH DIKENAKAN
BOLEH DIBEBANKAN PAJAK SECARA FINAL TIDAK BOLEH
SEBAGAI BIAYA DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
PENGELUARAN YANG BOLEH
DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA
Pasal 6 ayat (1) huruf h

BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN


MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MERUPAKAN
OBJEK PAJAK, TERMASUK

PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK


DAPAT DITAGIH
SYARAT
.
1. TELAH DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA DALAM LAPORAN LABA RUGI
KOMERSIAL;
2. TELAH DISERAHKAN PERKARA PENAGIHANNYA KEPADA PN ATAU BUPLN
ATAU ADANYA PERJANJIAN TERTULIS MENGENAI PENGHAPUSAN
PIUTANG/PEMBEBASAN UTANG ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR YBS;
3. TELAH DIPUBLIKASIKAN DALAM PENERBITAN UMUM DAN KHUSUS; DAN
4. WP HARUS MENYERAHKAN DAFTAR PIUTANG YANG TIDAK DAPAT DITAGIH
KEPADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PELAKSANAANNYA DIATUR KEPDIRJEN


Pengurang Penghasilan Terkait Pekerjaan

1. Biaya Jabatan , khusus untuk Pegawai Tetap:


- Tanpa melihat memiliki jabatan atau tidak;
- Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto
maksimum Rp 6.000.000 per tahun atau
Rp 500.000 perbulan.
2. Iuran Pensiun dan THT
• Iuran Pensiun dan THT
- Yang dibayar pegawai kepada Yayasan dana pensiun
yang disetujui Menteri Keuangan;
- Jumlahnya tidak dibatasi.
Pengurang Penghasilan Terkait Pekerjaan

3. Biaya Pensiun , khusus untuk Penerima


Pensiunan Berkala atau Bulanan:
- Besarnya 5% dari uang pensiun maksimum
Rp2.400.000 pertahun atau Rp200.000
perbulan.
Biaya yang tidak dapat dikurangkan

• Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto :


a. Pembagian laba;
b. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau
anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali sektor tertentu;
d. Premi asuransi, kecuali dibayar pemberi kerja;
e. Natura, kecuali makanan untuk semua pegawai dan kenikmatan didaerah tertentu
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang memiliki hubungan
istimewa sebagai imbalan kerja
g. Hibah, bantuan, sumbangan, kecuali telah diatur PP
h. Pajak Penghasilan
i. Biaya untuk kepentingan pribadi WP atau tanggungan
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan yang modalnya tidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi
REKONSILIASI FISKAL
Hakikat Rekonsiliasi

Perbedaan
timbul
Pelaksanaan pembukuan
terkait
Pelaksanaan pembukuan
berdasar kebijakan berdasar kebijakanPenyesuaian diperlukan
pengakuan agar laba yang
akuntansi perusahaan akuntansi perusahaan
pendapatan diperhitungkan secara
menyimpang dari menyimpang dari akuntansi dapat
dan beban di
ketentuan perpajakan. ketentuan diperlakukan sebagai laba
perpajakan
laporan laba .
atau penghasilan kena
rugi. pajak.
Teknik Rekonsiliasi

Rekonsiliasi Pembenaran
melakukan dilakukan terhadap
Rekonsiliasi

pembenaran atas laba akuntansi,

Koreksi
setiap item dengan melakukan
pendapatan dan penambahan atau
beban sehingga (koreksi positif)
sesuai dengan pengurangan
ketentuan (koreksi negatif),
perpajakan. Metode hanya berdasar
ini memudahkan penyesuaian
proses pengisian penghasilan dan
SPT. beban yang tidak
sesuai.

Di dunia praktik, teknik rekonsiliasi yang lebih banyak


digunakan. Untuk memenuhi kebutuhan Catatan Atas
Laporan Keuangan, koreksi atas pendapatan dan beban
diklasifikasikan atas koreksi positif dan negatif.
Trade off Rekonsiliasi-perpajakan

Di sisi akuntansi bersifat menguntungkan,


sebab akan menarik minat pemegang
saham potensial.
Perusahaan terbuka akan
memprioritaskan kepentingan ini.

Di sisi perpajakan bersifat


tidak menguntungkan,
sebab meningkatkan
beban pajak yang harus
dibayar.
Latar Belakang Perbedaan

Akuntansi dan pajak ditetapkan oleh otoritas yang berbeda dan dengan
tujuan yang berbeda. Perbedaan antara akuntansi dan pajak tidak hanya
terjadi di Indonesia namun juga terjadi di negara lain.
Penelitian pajak terkait Book Tax Gap.
– Apa penyebab BTG.
– Apa akibat terjadinya BTG  Persistensi laba, persistensi return, nilai informasi
dari BTG.
– Apakah BTG dapat dianggap sebagai alat untuk melakukan earning
management.
Kerangka Perbedaan

Undang-
PSAK
Undang

Akuntansi Pajak

Perbedaan

Permanen Temporer

Penelitian: Pajak Tangguhan:


Book Tax Gap  Aktiva/ Utang
Effective Tax Rate  Beban/ Pendapatan
Jenis Perbedaan

Berdasar Sifat

• Positif, bersifat meningkatkan Penghasilan Kena


Pajak (PKP)
• Negatif, bersifat mengurangi PKP.

Berdasar Jangka Waktu

• Temporer, merupakan akibat berbedanya waktu


pengakuan, namun akan berujung pada hasil akhir
serupa.
• Permanen, merupakan perbedaan yang tidak akan
hapus seiring waktu.
Biaya 3M
Dikelompokan Menjadi

Pengeluaran yg
mempunyai
Biaya tahun
masa manfaat
ybs.
tidak lebih dari
1 tahun

Pengeluaran yg
Pembebanannya
mempunyai
melalui
masa manfaat
penyusutan/
lebih dari 1
amortisasi
tahun
Tahapan Rekonsiliasi

Dikurangi
Ditambah
penghasilan yang Ditambah biaya
Laba akuntansi penghasilan yang
bukan objek non deductible.
belum diakui.
pajak.

Dikurangi biaya
Ditambah biaya Dikurangi
Penghasilan Kena deductible yang
3M penghasilan penghasilan
Pajak (PKP) belum
final. dikenai PPh final.
dibebankan.

Menghitung beban pajak kini. Mencatat pajak tangguhan.


Pencatatatan Pajak Tangguhan

Memunculkan Beban Pajak


Tangguhan di Laporan Laba Rugi

Bersifat Kena Pajak


Memunculkan Aset Pajak
Tangguhan di Laporan Posisi
Keuangan

Perbedaan Temporer

Memunculkan Manfaat Pajak


Tangguhan di Laporan Laba Rugi

Bersifat Dapat
Dikurangkan
Memunculkan Liabilitas Pajak
Tangguhan di Laporan Posisi
Keuangan
Dialektika pajak:
kesalahan pembebanan atau kapitalisasi

Perbedaan akibat
kesalahan ini bersifat
temporer, sebab
Seharusnya, seiring berjalannya
pengeluaran atas waktu aset yang
perolehan aset dikapitalisasi akan
dikapitalisasi dan tidak dibebankan secara
dibebankan. bertahap melalui
Kesalahan pencatatan beban penyusutan.
dapat berupa
pembebanan biaya
perolehan aset.
Laporan keuangan dan laporan fiskal

• Dipergunakan sebagai acuan


Laporan pembuatan laporan fiskal , setelah
dilakukan rekonsiliasi atau koreksi.
Keuangan

• Disampaikan sebagai catatan


Laporan dalam laporan keuangan, sekaligus
menjadi dasar pengungkapan
Fiskal komponen tertentu.
Penghasilan Bukan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

a. Bantuan atau sumbangan kegamaan bersifat wajib.


b. Hibah diterima keluarga, badan keagamaan, pendidikan, sosial.
c. Warisan.
d. Harta sebagai pengganti penyertaan modal.
e. Natura.
f. Klaim asuransi diterima WP OP.
g. Dividen dari laba ditahan atas kepemilikan > 25%.
h. Iuran diterima Dana Pensiun.
i. Penghasilan investasi oleh Dana Pensiun.
j. Bagian laba diterima anggota persekutuan.
k. Bagian laba diterima perusahaan modal ventura.
l. Beasiswa.
m. Sisa lebih diterima badan pendidikan/ litbang nirlaba yang ditanamkan kembali.
n. Bantuan dibayarkan BPJS
Non Deductible Expenses
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

a. Pembagian laba.
b. Biaya untuk kepentingan pribadi.
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali usaha tertentu.
d. Premi asuransi dibayar WP OP.
e. Natura, kecuali akibat tuntutan kerja atau makanan bagi semua karyawan.
f. Jumlah melebihi kewajaran atas hubungan istimewa.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan selain yang dikecualikan.
h. Pajak penghasilan.
i. Gaji anggota persekutuan.
j. Sanksi administrasi dan pidana pajak
Penghasilan dikenakan PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh

Bunga deposito, Bunga simpanan


tabungan, obligasi dan koperasi diterima WP Hadiah undian;
surat utang negara. OP.

Penghasilan dari
Penghasilan pengalihan Penghasilan usaha jasa
transaksi saham,
tanah dan/ atau konstruksi dan real
sekuritas, dan
bangunan estate.
penyertaan modal lain.

Penghasilan sewa
Penghasilan tertentu
tanah dan/atau
lainnya diatur PP.
bangunan.
Ilustrasi
Orang Pribadi (1)

Jonas merupakan seorang pengusaha yang memiliki studio foto dengan


kelengkapan laboratorium fotografi di Kota Surabaya. Gedung studio
foto tersebut baru didirikan pada satu tahun terakhir setelah
sebelumnya Kresnadwipayana hanya melaksanakan usahanya di rumah
tinggal. Usaha Jonas tidak hanya menawarkan jasa fotografer, rekayasa,
dan pencetakan foto sebagai produk utama, akan tetapi melayani pula
pemesanan pigura khusus yang dibuat secara hand made. Ide
pelayanan pemesanan pigura tersebut diperoleh Jonas ketika
membantu pengerjaan tugas prakarya anak semata wayangnya yang
tengah menjalani masa orientasi SMA. Atas usaha yang dijalankannya,
Jonas telah menerapkan kebijakan pembukuan dengan laporan tahunan
sebagai berikut.
Ilustrasi
Orang Pribadi (2)

Nominal Akuntansi
Pendapatan jasa 1.750.000.000
Biaya usaha
Soal : Gaji dan bonus pegawai tetap -425.000.000
Honorarium fotografer lepas -85.750.000
Biaya transportasi pegawai -34.200.000
Asuransi gedung -8.500.000
Penyusutan -250.000.000
Sewa gudang -25.000.000
Pembuatan galeri display mini -25.300.000
Telepon, air, dan listrik -32.200.000
Perjalanan bisnis -18.500.000
Pembuatan reklame berikut pengurusan izin -135.000.000
Penghapusan piutang -286.500.000
Biaya tender foto Karpeg -35.000.000
Pendidikan karyawan -177.500.000
Sumbangan perbaikan jembatan -25.000.000
Total biaya usaha -1.563.450.000
Laba usaha 186.550.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (3)

Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai elemen yang


terdapat di laporan keuangan studio foto milik Jonas.
a. Atas pendapatan jasa, termasuk jasa foto kartu pegawai balaikota dengan nilai
kontrak sebelum pajak senilai Rp 375.000.000,00. Pengadaan kartu pegawai
merupakan proyek 5 tahunan dari balaikota.
b. Atas gaji dan bonus pegawai tetap, termasuk gaji bagi tiga orang editor sebesar Rp
20.000.000,00/orang per tahun, serta bagi adik ipar Jonas sebesar Rp
3.000.000,00 per bulan yang bekerja di posisi serupa.
c. Atas honorarium fotografer lepas, nilai tersebut dicatat sesuai jumlah kas yang
diterima seorang fotografer profesional lepas secara sekaligus dalam menangani
suatu order khusus.
d. Atas biaya transportasi pegawai, imbalan diberikan dalam bentuk tunai dan hanya
berlaku bagi pegawai yang telah bekerja selama minimal 3 tahun.
e. Jonas melakukan pemotongan PPh 21 atas segala bentuk imbalan kepegawaian.
Ilustrasi
Orang Pribadi (4)

f. Asuransi gedung meliputi asuransi atas studio foto dan rumah tinggal
Jonas yang masing – masing memiliki nilai wajar Rp 1.530.000.000,00
dan Rp 510.000.000,00. Premi ditetapkan berdasarkan perbandingan
pro rata nilai wajar aset di tahun berjalan.
g. Biaya penyusutan diakui atas gedung dengan metode jumlah angka
tahun selama 10 tahun dengan nilai sisa Rp 155.000.000,00. Gedung
tidak mengalami apresiasi nilai wajar dibanding awal tahun.
h.Sewa gudang dibayarkan kepada pemilik petak di belakang studio yang
dipergunakan sebagai tempat penitipan material pigura. Pembayaran
dilakukan pada bulan November untuk lima bulan menjelang.
i. Galeri display mini dibuat untuk tujuan eksibisi di balaikota, namun
kemudian dipergunakan kembali sebagai elemen dekorasi studio.
j. Atas biaya telepon, air dan listrik, seperdelapannya dimanfaatkan untuk
keperluan rumah tinggal Jonas.
Ilustrasi
Orang Pribadi (5)

k. Atas biaya perjalanan bisnis, termasuk pula penggantian tiket kereta


bagi istri Jonas yang mendampingi perjalanan suaminya, senilai Rp
3.500.000,00.
l. Biaya penghapusan piutang dialokasikan untuk foto tercetak yang
belum diambil setelah lewat masa 3 bulan. Jonas telah mematuhi
ketentuan perpajakan terkait pengurusannya.
m.Biaya tender foto Karpeg dialokasikan atas pemberian komisi bagi
Kepala Tata Usaha Balaikota yang mempermudah perolehan proyek
foto untuk kartu pegawai.
n.Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
i. PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 3.150.000,00.
ii.Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 10.750.000,00.
Ilustrasi
Orang Pribadi (6)
• Pertanyaan (Bersifat independen dan saling lepas antar keterangan) :
a. Berapakah pajak kurang (lebih) bayar bagi Jonas di periode berjalan?
b.Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di
periode mendatang?
c. Berapakah PPh terutang jika Jonas memilih menggunakan metode
Norma Penghitungan Penghasilan Netto dalam melakukan
pemenuhan kewajiban perpajakannya?
d.Berapakah PPh terutang jika Jonas memiliki sumber penghasilan lain
berupa honorarium sebagai di seminar fotografi tahunan sebesar Rp
34.125.000,00 netto terhadap PPh 21?
e.Berapakah PPh terutang jika ternyata galeri display mini tersebut
dikerjakan sendiri oleh anak Jonas dan pembayaran diberikan
terhadapnya?
f. Berapakah PPh terutang jika istri Jonas bekerja sebagai akuntan
studio foto Jonas dengan gaji Rp 2.500.000,00 per bulan?
Ilustrasi
Orang Pribadi (7)

Nominal Akuntansi Koreksi Positif Koreksi Negatif Nominal Fiskal


Pendapatan jasa 1.750.000.000 1.750.000.000
Jawaban Biaya usaha
:
a. Gaji dan bonus pegawai tetap -425.000.000 16.000.000 -409.000.000
Honorarium fotografer lepas -85.750.000 -9.250.000 -95.000.000
Biaya transportasi pegawai -34.200.000 -34.200.000
Asuransi gedung -8.500.000 2.125.000 -6.375.000
Penyusutan -250.000.000 173.500.000 -76.500.000
Sewa gudang -25.000.000 15.000.000 -10.000.000
Pembuatan galeri display mini -25.300.000 -25.300.000
Telepon, air, dan listrik -32.200.000 4.025.000 -28.175.000
Perjalanan bisnis -18.500.000 3.500.000 -15.000.000
Pembuatan reklame berikut pengurusan izin -135.000.000 -135.000.000
Penghapusan piutang -286.500.000 -286.500.000
Biaya tender foto Karpeg -35.000.000 35.000.000 0
Pendidikan karyawan -177.500.000 -177.500.000
Sumbangan perbaikan jembatan -25.000.000 25.000.000 0
Total biaya usaha -1.563.450.000 -1.563.450.000
Laba usaha 186.550.000 274.150.000 -9.250.000 451.450.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (8)

Keterangan :
Koreksi atas gaji dan bonus pegawai tetap
= Jumlah lebih yang dibayarkan akibat hubungan istimewa
= 12 * 3.000.000 - 20.000.000
= 16.000.000

Beban honorarium fotografer lepas menurut fiskal


= Kas diterima fotografer + Pemotongan PPh 21
= 85.750.000 + (5% * 50.000.000 + 15% * (X – 50.000.000)
= 85.750.000 + (2.500.000 – 7.500.000 + 15% * X)
= 85.750.000 – 5.000.000 + 15% * X
= 80.750.000 + 15% * X
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri. Maka persamaan dapat
diselesaikan dengan substitusi matematika sederhana sebagai berikut.
Ilustrasi
Orang Pribadi (9)

Keterangan :
X = 80.750.000 + 15% * X
85% * X = 80.750.000
X = 95.000.000
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri.

Koreksi negatif atas honorarium fotografer lepas


= Honorarium menurut fiskal - Honorarium menurut akuntansi
= 95.000.000 – 85.750.000
= 9.250.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (10)

Keterangan :
Koreksi positif atas asuransi gedung
= Asuransi bagi rumah tinggal yang tidak boleh dibebankan
= 510.000.000 / (1.530.000.000 + 510.000.000) * 8.500.000
= 510.000.000 / 2.040.000.000 * 8.500.000
= 2.125.000

Penyusutan menurut fiskal


= 5% * 1.530.000.000
= 76.500.000
Koreksi positif atas penyusutan
= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal
= 250.000.000 – 76.500.000
= 173.500.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (11)

Keterangan :
Koreksi positif atas sewa gudang
= Proporsi pembayaran sewa di muka yang tidak boleh
dibebankan
= 3/5 * 25.000.000
= 15.000.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (12)

Laba sebelum pajak 451.450.000


Jawaban PTKP: (K/ 1) -18.480.000
a. PKP 432.970.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 182,970,000,000 45.742.500 78.242.500
Kredit pajak
Kredit PPh 22 Bendaharawan -56.250.000
: 1,5% * 375,000,000
Kredit PPh 23 -3.150.000
Kredit PPh 25 -10.750.000 -70.150.000
Pajak kurang (lebih) bayar 8.092.500
Ilustrasi
Orang Pribadi (13)

Jawaban PKP: 432.970.000


b. Pendapatan tidak berkesinambungan -375.000.000
Estimasi pendapatan tahun mendatang 57.970.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 7,970,000 1.195.500 3.695.500
Kredit pajak
Kredit PPh 23 -3.150.000 -3.150.000
Total PPh 25 setahun 545.500
Angsuran PPh 25 per bulan 45.458
Ilustrasi
Orang Pribadi (14)

Jawaban Penghasilan
: bruto 1.750.000.000
c.
Penghasilan netto 665.000.000
Norma 38% sesuai lapangan usaha 97910
PTKP (K/ 1) -18.480.000
PKP 646.520.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 250,000,000 62.500.000
: 30% * 146,520,000 43.956.000 138.956.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (15)

Jawaban : Laba sebelum pajak 451.450.000


d.
Honorarium 35.000.000
: 34,125,000 / (1 - (5% * 50%))
PTKP (K/ 1) -18.480.000
PKP 467.970.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 217,970,000,000 54.492.500 86.992.500
Ilustrasi
Orang Pribadi (16)

Jawaban :
e. Atas galeri display mini yang dikerjakan anak Jonas, maka beban tersebut tetap
boleh dibebankan sebagai beban usaha studio foto. Adapun atas pembayaran
yang diterima anak Krenadwipayana yang belum dewasa dan belum menikah,
maka penghasilan anak tersebut digabungkan kepada penghasilan Jonas.
Laba sebelum pajak 451.450.000
Penghasilan anak yang belum dewasa 25.300.000
PTKP (K/ 1) -18.480.000
PKP 458.270.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 208,270,000,000 52.067.500 84.567.500
Ilustrasi
Orang Pribadi (17)

Jawaban :
f. Atas istri yang bekerja hanya kepada satu pemberi kerja dengan pekerjaan yang terkait usaha
suami, maka dilakukan penggabungan penghasilan antara Jonas dan istri. Adapun terkait biaya
perjalanan bisnis yang semula tidak boleh dikurangkan menjadi bersifat boleh dikurangkan,
selama dapat dibuktikan bahwa pendampingan istri selaku akuntan memang diperlukan dalam
perjalanan bisnis tersebut.
Laba sebelum pajak 451.450.000
Pembebanan perjalanan dinas -3.500.000
Penghasilan istri 35.000.000
PTKP (K/ 1, Penggabungan) -34.320.000
PKP 448.630.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 198,630,000,000 49.657.500 82.157.500
Pelaporan harta dan kewajiban

1.Surat Pemberitahuan atau SPT merupakan surat yang digunakan


oleh Wajib Pajak untuk melaporkan segala pembayaran dan

Harta dan
perhitungan yang sesuai dengan peraturan perpajakan
2.harta Pajak sendiri merupakan akumulasi tambahan kemampuan

Kewajiban
berupa seluruh kekayaan baik berwujud maupun tidak, bergerak
maupun tidak, digunakan untuk usaha maupun tidak yang
berada di dalam dan luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3.harta yang wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan dikategorikan
dalam 6 jenis
1. Kode Harta Kas dan Setoran Kas

011 - Uang Tunai


012 - Tabungan
013 - Giro
014 - Deposito
015 - Setara Kas Lainnya
2. Kode Harta Piutang
Adanya tuntutan terhadap pihak-pihak luar berupa
uang dan barang atau jasa secara kredit dapat
disebut dengan Piutang

021 - Piutang
022 - Piutang Afiliasi
029 - Piutang Lainnya
3. Kode Harta Investasi
Investasi merupakan penanaman dana atau aset yang dilakukan baik
perusahaan maupun perorangan untuk jangka waktu tertentu untuk
menciptakan suatu nilai lebih.
031 - Saham yang Dibeli untuk Dijual Kembali
032 - Saham
033 - Obligasi perusahaan
034 - Obligasi Pemerintah
035 - Surat Utang Lainnya
036 - Reksadana
037 - Instrumen Derivatif
038 - Penyertaan Modal Saham Lain
039 - Investasi Lainnya
4. Kode Harta Alat Transportasi
kendaraan yang digerakkan manusia atau mesin untuk memindahkan
suatu barang ataupun manusia ke satu tempat ke tempat lainnya

041 - Sepeda
042 - Sepeda Motor
043 - Mobil
049 - Alat Transportasi Lain
5. Kode Harta Bergerak
Jenis Harta yang dapat dipindahkan.

051 - Logam Mulia


052 - Batu Mulia
053 - Barang Seni dan Antik
054 - Kapal Pesiar, Pesawat, Helikopter, dan
Peralatan Olahraga Khusus Lainnya
055 - Peralatan Elektronik dan Furnitur
059 - Harta bergerak Lainnya
6. Kode Harta Tidak Bergerak
Jenis Harta yang tidak dapat dipindahkan.

061 - Tanah atau Bangunan tempat Tinggal


062 - Tanah atau Bangunan Usaha
063 - Tanah atau Lahan untuk Usaha
069 - Harta Tidak Bergerak Lainnya
Daftar Kode Kewajiban

101 : Utang Bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank


(KPR, Leasing Kendaraan Bermotor, dan sejenisnya)

102 : Kartu Kredit

103 : Utang Afiliasi (Pinjaman dari pihak yang


memiliki hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh)

109 : Utang Lainnya


Cara Penggunaan Daftar Kode Harta
1. Harta yang dilaporkan adalah harta yang dimiliki pada akhir tahun pajak.
Jadi apabila suatu harta dibeli di bulan Maret tetapi dijual lagi pada bulan
Nopember, maka harta tersebut tidak perlu dilaporkan di SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi tahun pajak tersebut.

2. Nilai Harta yang dilaporkan adalah nilai harta pada saat perolehan.
Jadi nilai pelaporan harta adalah nilai harta pada saat perolehan dan tidak
pernah berubah, meskipun nilai pasarnya sudah berubah.

3. Kode Harta diisikan sesuai dengan harta yang dimiliki.


Cara Penggunaan Daftar Kode Utang
1. Utang yang dilaporkan adalah utang yang masih menjadi kewajiban pada
akhir tahun pajak. Jadi apabila suatu utang timbul di bulan Pebruari tetapi
dilunasi lagi pada bulan Oktober, maka utang tersebut tidak perlu dilaporkan
di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun pajak tersebut.

2. Jumlah utang yang dilaporkan adalah jumlah utang pada akhir tahun pajak.
Jadi jumlah pelaporan utang adalah jumlah utang pada tanggal 31 Desember
dan setiap tahun akan berubah, sesuai jumlah utang akhir.

3. Kode utang diisikan sesuai dengan utang yang dimiliki.


Ilustrasi Penggunaan Daftar Kode
Contoh Penggunaan Daftar Kode Harta dan Kode Utang untuk pengisian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi :

Banu Aji Susanto telah terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi sejak
tanggal 20 Maret 2013. Banu Aji Susanto mempunyai pekerjaan sebagai
Karyawan PT. Agung Surya Motor dengan penghasilan setahun sebesar
Rp.120.000.000
Ilustrasi Penggunaan Daftar Kode
Daftar Harta yang dimiliki per 31 Desember 2021 terdiri dari :

1. Uang tunai sebesar Rp.2.000.000


2. Tabungan di bank sebesar Rp. 53.345.417
3. Sepeda Motor Honda Vario yang dibeli Tahun 2019 seharga Rp. 28.000.000
4. Mobil Honda Brio yang dibeli Tahun 2018 seharga Rp 140.000.000
5. Rumah yang dibeli Tahun 2018 seharga Rp.423.000.000

Daftar Utang Per 31 Desember 2021, terdiri dari :


1. Sisa utang ke Bank Mandiri sebesar Rp. 23.439.000
2. Sisa utang melalui Kartu Kredit sebesar Rp. 1.234.600
Ilustrasi Penggunaan Daftar Kode
Daftar Kode Harta yang harus dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
1770 S Tahun 2021 :
1. Kode Uang Tunai : 011
2. Kode Tabungan : 012
3. Kode Sepeda Motor : 042
4. Kode Mobil : 043
5. Kode Rumah Tempat Tinggal : 061

Daftar Kode Utang yang harus dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
1770 S Tahun 2020 :
1. Kode Utang ke Bank Mandiri : 101
2. Kode Utang Kartu Kredit : 102
• Alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu harta sepanjang masa

Penyusutan manfaat harta tersebut (akuntansi)


• Pengeluaran untuk memperoleh harta
Amortisasi berwujud yang mempunyai masa manfaat

Fiskal lebih dari satu tahun dibebankan sebagai


biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memlihara penghasilan dengan cara
mengalokasikan pengeluaran tersebut
selama masa manfaat harta tsb. (fiscal)
Kriteria Harta disusutkan
Akuntansi

• DIHARAPKAN UNTUK DIGUNAKAN SELAMA LEBIH DARI


SATU PERIODE AKUNTANSI
• MEMILIKI SUATU MASA MANFAAT TERBATAS
• DITAHAN OLEH SUATU PERUSAHAAN UNTUK DIGUNAKAN
DALAM PRODUKSI ATAU MEMASOK BARANG DAN JASA,
UNTUK DISEWAKAN, ATAU UNTUK TUJUAN ADMINISTRASI
Dasar Penyusutan

• HARGA PEROLEHAN
• PENGELUARAN UNTUK PEMBELIAN, PENDIRIAN, PENAMBAHAN,
PERBAIKAN ATAU PERUBAHAN HARTA BERWUJUD KECUALI
TANAH, YANG DIMILIKI YANG DAPAT DIPERGUNAKAN UNTUK
MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN.
• TERMASUK BEA MASUK, BIAYA PENGANGKUTAN DAN BIAYA
PEMASANGAN
Perolehan Harta

• PEMBELIAN
• PERTUKARAN
• HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN YANG MEMENUHI SYARAT,
WARISAN DAN BANTUAN
• PENGALIHAN KARENA LIKUIDASI, PENGGABUNGAN, PELEBURAN,
PEMEKARAN, PEMECAHAN, PENGAMBILALIHAN USAHA
• MEMBANGUN SENDIRI
Metode & Tarif Penyusutan
Akuntansi

• METODE GARIS LURUS


• METODE SALDO MENURUN
• METODE JAM-JASA
• METODE JUMLAH UNIT PRODUKSI
• METODE JENIS-KELOMPOK
• METODE ANUITAS
Metode & Tarif Penyusutan
Fiskal

• METODE GARIS LURUS


• METODE SALDO MENURUN
Penggolongan Harta
Dapat Disusutkan
Kelompok Harta Masa Tarif Tarif
Berwujud Manfaat PenyusutanM Penyusutan
etode Garis Metode Saldo
Lurus Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%
I Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%
Saat Dimulai Penyusutan

• PENYUSUTAN DIMULAI BULAN TAKWIM DIMANA AKTIVA


YANG BERSANGKUTAN MULAI DIGUNAKAN.
• PEMBEBANAN BERDASARKAN BULAN PENUH
• JIKA JUMLAH HARI KURANG DARI 15 HARI DIABAIKAN
• JIKA JUMLAH HARI LEBIH DARI 15 HARI DIBULATKAN
MENJADI SATU BULAN PENUH
Menghitung Penyusutan

Tarif Penyusutan x Harga Perolehan atau Nilai Sisa Buku


Pengertian Amortisasi
• PENYUSUTAN DAN AMORTISASI TIDAK BERBEDA
• AMORTISASI, MENGGAMBARKAN PEMBEBANAN BIAYA
KARENA PENURUNAN MANFAAT SECARA BERKALA DARI
SUATU AKTIVA TETAP YANG TIDAK BERWUJUD.
Cara Amortisasi
• Amortisasi dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh
harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai,
dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam
bagianbagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian
yang menurun selama masa manfaat.
Cara Amortisasi
• Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran
• Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada
tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai dengan ketentuan
• Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan
menggunakan metode satuan produksi.
• Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain yang dimaksud pada ayat
(4), hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan
produksi setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) setahun.
• Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi sesuai dengan ketentuan
• Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak ,maka nilai sisa buku harta atau hak-hak
tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan
penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut
Harta Amortisasi

Kelompok Masa Manfaat Tarif Tarif


Harta Tak Penyusutan Penyusutan
Berwujud Metode Metode
Garis Lurus Saldo
Menurun
Ganda
I
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
.
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%

Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%

Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%


Penyusutan Aktiva Tertentu

• Telepon selular
• Kendaraan Bus dan Minibus
• Kendaraan Sedan
• Sofware Komputer
• Penyusutan pada Leasing
• Penyusutan setelah Revaluasi
Penyusutan Aktiva Tertentu
Telepon Seluler
• KEP-220/PJ/2002 tgl 18 April 2002
• Biaya penyusutan telepon selular termasuk aktiva
kelompok I dan penyusutan yang boleh diakui hanya 50%
• Biaya langganan atau pengisian ulang pulsa yang
diperbolehkan sebagai pengurang hanya 50% dari biaya
tersebut.
Penyusutan Aktiva Tertentu
Kendaraan Bus dan Minibus
• KEP-220/PJ//2002
• Penyusutan kendaraan bus dan minibus, termasuk
kelompok 2
• Biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, pemakaian bahan
bakar, dan sebagainya dari bus dan minibus dapat
dibebankan seluruhnya.
Penyusutan Aktiva Tertentu
Kendaraan Sedan
• KEP-220/PJ//2002
• Biaya penyusutan sedan, termasuk aktiva kelompok 2
dan penyusutan yang boleh diakui hanya 50%
• Biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, pemakaian bahan
bakar dari sedan, hanya dapat dibebankan sebesar 50%
dari pemeliharaan bersangkutan.
Penyusutan Aktiva Tertentu
Software Komputer
• Program aplikasi umum yang diperoleh sebagai bagian
dari harga pembelian perangkat keras komputer,
pembebanannya sudah termasuk dalam penyusutan
komputer tersebut (kelompok 1)
• Program aplikasi khusus, pembebanannya tersendiri
melalui amortisasi harta tak berwujud kelompok 1 (Kep.
316 tahun 2002).
Ilustrasi Penyusutan (1)

• Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada


bulan Januari 2016 dengan harga
perolehan Rp 150.000.000,00. Masa
manfaat mesin tersebut adalah 4 tahun
(tarif penyusutannya garis lurus).
Ilustrasi Penyusutan (1)

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

Harga perolehan 150.000.000,00

2016 25% 37.500.000,00 112.500.000,00


2017 25% 37.500.000,00 75.000.000,00
2018 25% 37.500.000,00 37.500.000,00
2019 25% 37.500.000,00 0
Ilustrasi Penyusutan (2)

• Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada


bulan Januari 2016 dengan harga
perolehan Rp 150.000.000,00. Masa
manfaat mesin tersebut adalah 4 tahun
(tarif penyusutan saldo menurun)
Ilustrasi Penyusutan (2)

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga
150.000.000,00
perolehan
2016 50% 75.000.000,00 75.000.000,00
2017 50% 37.500.000,00 37.500.000,00
2018 50% 18.750.000,00 18.750.000,00
Disusutkan
2019 18.750.000,00 0
sekaligus
Ilustrasi Penyusutan (3)
Awal tahun 2022, Pak Ahmad mulai mempersiapkan rekonsiliasi untuk pelaporan SPT, dengan
informasi terkait aset sebagai berikut.

No. Aset Tanggal Nilai Nilai Sisa Usia Kategori


Perolehan Perolehan Akuntansi Fiskal

1. Truk Mei 2016 500.000.000 50.000.000 6 I

2. Jeep April 2020 325.000.000 25.000.000 5 II

3. Mesin Juli 2021 665.000.000 35.000.000 8 I

4. Gedung Juni 2006 815.000.000 15.000.000 25 -

Metode penyusutan garis lurus dipergunakan pada truk dan gedung, jumlah angka tahun pada
jeep, serta saldo menurun berganda pada mesin. Buat rekonsiliasi penyusutannya.
Ilustrasi Penyusutan (3)
Jawaban :
Beban depresiasi menurut akuntansi
= (1/6 x 450.000.000) + ((3/12 x 5/15) + (9/12 x 4/15) x 300.000.000)
+ (6/ 12 x 25% x 665.000.000) + (1/25 x 800.000.000)
= 75.000.000 + 85.000.000 + 83.125.000 + 32.000.000
= 275.125.000
Beban depresiasi menurut fiskal
= (12,5% x 325.000.000) + (6/12 x 50% x 665.000.000) +(5% x 815.000.000)
= 40.625.000 + 166.250.000 + 40.750.000
= 247.625.000
Laba fiskal = 565.000.000 – (247.625.000 – 275.125.000)
= Rp 592.500.000,00
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2)
“Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5
(lima) tahun”.
a. kerugian merujuk kepada kerugian fiskal, bukan kerugian komersial. Kerugian
atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan bruto dan biaya-
biaya yang telah memperhitungkan ketentuan PPh (biaya yang boleh
dibebankan secara fiskal).
b. kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama 5 tahun ke depan secara
berturut-turut.
c. kompensasi kerugian hanya untuk wajib pajak badan dan orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha (wajib pembukuan). Perlu dicatat bahwa
kompensasi kerugian tersebut tidak berlaku bagi wajib pajak yang
keseluruhan penghasilannya bersifat final, menggunakan norma
penghitungan, dan/atau bukan merupakan objek pajak.
d. kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan
penghasilan dari dalam negeri
PENGHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN

CONTOH

Tn. A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal


sebesar Rp 1.200.000.000,00. Dalam 5 tahun
berikutnya rugi-laba fiskal Tn. A sbb :
2010 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
2011 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
2012 : laba fiskal NIHIL
2013 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp 800.000.000,00

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :


Rugi fiskal Thn 2009 (Rp 1.200.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2010 Rp 200.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Rugi fiskal Thn 2011 (Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal Thn 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2012 N I H I L
Sisa rugi fiskal Thn 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2013 Rp 100.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 2009 (Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2014 Rp 800.000.000,00
TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN LAGI
Sisa rugi fiskal Thn 2009 (Rp 100.000.000,00) DENGAN LABA FISKAL THN 2015

HANYA BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL


THN 2015 & 2016 (KOMPENSASI DIMULAI SJK THN 2012)
LATIHAN SOAL KOMPENSASI KERUGIAN

WP OP X memulai usaha di tahun 2015. Pada awal operasinya menghadapi pasang


surut usaha. Berikut pembukuan laba dan rugi fiskal semenjak pertama kali
berdiri.
Tahun 2015 Rugi Rp 1.750.000.000,00
2016 Rugi Rp 825.000.000,00
2017 Laba Rp 215.000.000,00
2018 Rugi Rp 65.000.000,00
2019 Laba Rp 765.000.000,00
2020 Rugi Rp 12.500.000,00
Jika usaha X memperoleh laba senilai Rp 1.975.000.000,00 di tahun 2021,
berapakah Penghasilan Kena Pajak X pada tahun 2021?
LATIHAN SOAL KOMPENSASI KERUGIAN

Jawaban :
Kompensasi kerugian di 2017 = 215.000.000,00 (Berasal dari rugi fiskal 2016)
Kompensasi kerugian di 2019 = 765.000.000,00 (Berasal dari rugi fiskal 2016)
Kompensasi kerugian di 2021 = Rugi fiskal 2016 + Rugi fiskal 2018 + Rugi fiskal
2020
= 825.000.000 + 65.000.000 + 12.500.000
= Rp 902.500.000,00
Adapun rugi fiskal 2015 yang belum dikompensasikan, yaitu senilai Rp 770.000.000,00
(1.750.000.000 - 215.000.000 - 765.000.000), tidak dapat dikompensasikan di 2021, sebab
telah melewati batas waktu lima tahun.
Penghasilan Kena Pajak di 2021 = 1.975.000.000 - 902.500.000
= Rp 1.072.500.000,00
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan dikenal dua golongan Wajib Pajak yang cara
menghitung penghasilan netonya berbeda, yaitu:

WPDN WPLN

• Penghitungan dengan • Untuk Wajib Pajak Luar Negeri


menggunakan Norma Penghasilan Neto adalah
Penghitungan Netto (hanya sama dengan Penghasilan
boleh digunakan untuk WPOP Bruto
yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya
kurang dari jumlah Rp4,8M
(Pasal 14 ayat 2))
• Penghitungan dengan cara
biasa (Pencatatan)

PER-17/PJ/2015
Penghitungan Penghasilan Netto

Subjek pajak melakukan pembukuan


Ketentuan Umum dan menghitung penghasilan netto
berdasar hasil pembukuan.

Wajib Pajak yang memiliki peredaran Subjek pajak melakukan pencatatan dan
bruto kurang dari Rp menghitung penghasilan netto berdasar
4.800.000.000,00 per tahun dan persentase Norma Penghitungan
memberitahukan kepada Dirjen Pajak Penghasilan Netto (NPPN).
di 3 bulan pertama periode pajak.

Wajib Pajak yang tidak dapat dihitung Subjek pajak melakukan pembukuan dan
penghasilan nettonya berdasar menghitung penghasilan netto berdasar
ketentuan Pasal 16 Ayat (1) dan (3) persentase Norma Penghitungan Khusus.
Penghitungan Penghasilan Netto

WP wajib pembukuan atau


pencatatan namun tidak bersedia
memperlihatkan pencatatan atau
bukti pendukungnya. Peredaran bruto ditentukan berdasar cara
yang ditetapkan PMK dan penghasilan netto
dihitung berdasar NPPN.
WP tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan
atau pencatatan.
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus

Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.


KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna, Serah (BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996

Perusahaan maklon mainan anak – anak.


KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
TARIF NORMA

Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut


wilayah sebagai berikut :
1. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan
Pontianak;
2. Ibukota propinsi lainnya;
3. Daerah lainnya.
TARIF NORMA
WAJIB PAJAK PERSEORANGAN
NO. KOTA
KODE JENIS USAHA
URUT 10 IBU KOTA PROP PROP DAERAH LAINNYA
LAINNYA
10000 PERTANIAN, PETERNAKAN,
KEHUTANAN, PERBURUAN
DAN PERIKANAN
1. 11000 Pertanian tanaman pangan 15 15 15
2. 12111 Kelapa dan kelapa sawit 11.5 11 10
3. 12113 Kopi 11.5 11 10
4. 12131 Tembakau 11.5 11 10
5. 12132 Teh 11.5 11 10
6. 12141 Pertanian tanaman karet 11.5 11 10
7. 12161 Tebu 11.5 11 10
8. 12200 Pertanian tanaman lainnya 11.5 11 10

152. 93210 Jasa Kesehatan 30 27.5 25


153. 93213
PER-17/PJ/2015 Dokter 45 42.5 40
Pekerjaan bebas bidang
154. 93214 medis 29 28 27
155. 93215 Pekerjan bebas bidang
farmasi dan kimia 25 22.5 20
PERHITUNGAN NPPN

Sasrabahu pengusaha perseorangan yang merintis usaha di bidang perhotelan. Berhubung belum
memiliki sumber daya memadai untuk menjalankan fungsi akuntansi, Sasrabahu mengajukan
pemberitahuan kepada Dirjen Pajak untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto
(NPPN) terkait kewajiban perpajakannya. Mengacu kepada ketentuan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP/
536/ PJ./ 2000, usaha Sasrabahu tergolong ke dalam industri berkode 64100 dengan besaran norma
25% jika berkedudukan di ibukota provinsi, 20% untuk kota provinsi lainnya, dan 20% untuk daerah
lain.

Hotel Sasrabahu memiliki 25 kamar berkelas Deluxe dengan tarif per malam Rp 275.000,00 dan
okupansi rata – rata harian 90%; 10 kamar berkelas Luxury dengan tarif per malam Rp 425.000,00
dan okupansi rata – rata harian 85%; serta 5 kamar berkelas Royal dengan tarif per malam Rp
650.000,00 dan okupansi rata – rata harian 80%. Berapakah besaran penghasilan netto hotel
Sasrabahu untuk satu tahun berjalan, jika hotel tersebut terletak di ibukota provinsi?

PER-17/PJ/2015
PERHITUNGAN NPPN

Jawaban :
Penghasilan bruto
= (25 x 90% x 275.000 + 10 x 85% x 425.000 + 5 x 80% x 650.000) x 365
= (6.187.500 + 3.612.500 + 2.600.000) x 365
= 12.400.000 x 365
= Rp 4.526.000.000,00
Penghasilan netto
= Penghasilan bruto x Norma
= 4.526.000.000 x 25%
= Rp 1.131.500.000,0
Penghasilan netto tersebut diperlakukan sebagai Penghasilan Kena Pajak yang menjadi acuan
pengenaan pajak penghasilan.

PER-17/PJ/2015
PENGHASILAN TIDAK KENA
PAJAK
No. Elemen PTKP
1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00

Penghasilan Tidak 2 Status Kawin Rp 4.500.000,00


3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah Rp 4.500.000,00
Kena Pajak (PTKP) maksimal tiga orang tanggungan.
4 PTKP bagi istri yang penghasilannnya Rp 54.000.000,00
digabung.
Pasal 7 Ayat (1),
(2), dan (3) Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda dalam
garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak tiri),
atau anak angkat.

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak


atau awal bagian tahun pajak
MULAI TAHUN PAJAK 2016
TANGGUNGAN

SEDARAH

IBU AYAH

KAKAK ADIK
KANDUNG KANDUNG

ANAK
TIRI
TANGGUNGAN

SEMENDA

IBU AYAH
MERTUA MERTUA

KAKAK ADIK
IPAR IPAR

ANAK
TIRI
CONTOH PTKP

Karna merupakan seorang pegawai yang bekerja untuk sebuah perusahaan


perbankan. Ia telah menikah dan bertempat tinggal di satu kavling apartemen
milik sendri. Berikut merupakan susunan anggota keluarga Karna.

Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan


Dewi 3 Oktober 1962 Istri Ibu Rumah
Tangga
Darsi 6 Mei 1987 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1995 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 1998 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2000 Anak Asuh Pelajar
Batara 1 Juli 1985 Menantu PNS
Istri Darsi
Kunthi 2 Februari 1945 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1950 Paman Pensiunan
CONTOH PTKP

Berapakah PTKP atas penghasilan Karna di tahun 2017, jika:


a. Tidak terdapat keterangan tambahan.
b. Dewi memiliki usaha laundry di blok apartemen.
c. Darsi menikah di tanggal 3 Januari 2017?
d. Kunthi masih menerima pembayaran pensiun mendiang
suaminya.
CONTOH PTKP
Jawaban :
a. PTKP = WP Sendiri + Status Kawin + 3 Tanggungan
= 54.000.000 + 4.500.000 + 3 x 4.500.000
= Rp 72.000.000
Tanggungan adalah Hani, Indra, dan Kunthi.
b. PTKP bertambah sebesar Rp 54.000.000,00 dibanding poin (a) untuk penghasilan istri yang
digabungkan.
c. Awal tahun, Darsi masih diakui sebagai tanggungan. Akan tetapi PTKP tidak berubah sesuai
poin (a), sebab maksimal tanggungan adalah 3 orang.
d. Kunthi tidak termasuk tanggungan. PTKP berkurang sebesar Rp 4.500.000,00 dibanding poin
(a).
TARIF PPh (OP)
Tarif PPh OP
Pasal 17 Ayat (1

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

1 0 s/d Rp 60.000.000,00 5%

2 Di atas Rp 60.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15%


--- (190jt)

3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%


500.000.000,00 --(250jt)

4 Di atas Rp 500.000.000,00 s/d Rp 5 milyar 30%

5 Di atas Rp 5milyar 35%

Berlaku sejak UU HPP (TP 2022)


Tarif PPh OP
Pasal 17 Ayat (1

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

1 0 s/d Rp 50.000.000,00 5%

2 Di atas Rp 60.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00 15%


--- (190jt)

3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%


500.000.000,00 --(250jt)

4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Berlaku sebelum UU HPP (2021 kebawah)


Contoh Perhitungan Tarif PPh

WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak 565.000.000
Beban Pajak Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 65.000.000 19.500.000 114.500.000

Berlaku sebelum UU HPP (2021 kebawah)


Contoh Perhitungan Tarif PPh

WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak 565.000.000
Beban Pajak Terutang
5% x 60.000.000 3.000.000
15% x 190.000.000 28.500.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 65.000.000 19.500.000 113.500.000

Berlaku sejak UU HPP (TP 2022)


Contoh Perhitungan Tarif PPh
(NORMA)

Bapak Asep (K/0) adalah seorang Notaris di kota


Malang. Peredaran bruto yang diperoleh dari praktik notaris
(norma 50%) selama tahun 2021 sebesar Rp 230.000.000. Selain
berpraktik sebagai Notaris, Bapak Asep juga mempunyai usaha
salon kecantikan di kota Malang. Peredaran bruto dari usaha salon
kecantikan (norma 28%) tahun 2021 sebesar Rp
400.000.000. Bapak Asep hanya melakukan pencatatan.
Penghitungan pajak terutang tahun 2021 adalah:
Contoh Perhitungan Tarif PPh
(NORMA)

Peredaran Bruto sby Notaris 230.000.000


Peredaran Bruto dari salon 400.000.000

Ph netto sby Notaris 50% x 230 jt 115.000.000


Ph netto dari salon 28% x 400jt 112.000.000
Total Ph netto 227.000.000
PTKP (K/0) ( 58.500.000 )
PKP 168.500.000
PPh terutang :
5% X 50.000.000 2.500.000
15% X 118.500.000 17.775.000
20.275.000
PPh ps. 25
1/12 X 20.275.000 1.689.583
Perbandingan

Kelebihan memakai pencatatan ( Norma Penghitungan Penghasilan


Netto) :
• Sederhana dalam penghitungan
• Sederhana dalam pengadministrasian catatan
• Tidak perlu menguasai akuntansi

Kerugian :
• Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
• Mempunyai resiko tarif norma lebih tinggi daripada penghitungan
normal
SANKSI ADMINISTRASI

Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan (peredaran bruto


sebesar Rp. 4.800.000.000 atau lebih dalam satu tahun, yang ternyata
tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan, penghasilan netonya
dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Neto dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari Pajak Peghasilan
yang kurang bayar dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Perbandingan

KASUS 1
Bapak Iskandar (K/1) adalah WPDN yang menjalankan usaha pertanian
tanaman pangan di kota Semarang. Peredaran bruto usahanya selama
tahun 2018 sebesar Rp 850.000.000. Bapak Iskandar memilih
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dikarenakan bapak
Iskandar menyelanggarakan pencatatan saja. Norma untuk usaha
tersebut adalah 15%. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2018
adalah:

KASUS 2
Bapak Iskandar (K/1) adalah WPDN yang menjalankan usaha pertanian
tanaman pangan di kota Semarang. Peredaran bruto usahanya selama
tahun 2018 sebesar Rp 850.000.000. Bapak Iskandar memilih melakukan
pembukuan. Biaya-biaya untuk mendapatkan, memelihara, dan menagih
penghasilan tersebut sesuai aturan pajak yang berlaku sebesar
Rp740.000.000. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2018 adalah:
Perbandingan

KASUS 1 KASUS 2

Peredaran Usaha 850.000.000 Peredaran Bruto 850.000.000

Norma Penghitungan 15% (-) biaya2 (740.000.000 )

Ph netto 127.500.000 Ph netto 110.000.000

PTKP (63.000.000) PTKP (63.000.000)

PKP 64.500.000 PKP 47.000.000

PPh Terutang th 2018 PPh Terutang th 2018

5% X 50.000.000 2.500.000 5% x 47.000.000 2.350.000

15% X 14.500.000 2.175.000

4.675.000
LATIHAN

SOAL 1
Bapak Somad adalah WPDN yang menjalankan usaha rumah makan di kota
Surabaya. Peredaran bruto usahanya selama tahun 2018 sebesar Rp
5.850.000.000. Bapak Somad memilih melakukan pembukuan. Biaya-biaya untuk
mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan tersebut sesuai aturan pajak
yang berlaku sebesar Rp4.740.000.000. Bapak Somad sudah menikah dan memiliki
2 orang anak. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2018 adalah:
LATIHAN

SOAL 2
Bapak Somad adalah WPDN yang menjalankan usaha rumah makan di kota
Surabaya. Peredaran bruto usahanya selama tahun 2021 sebesar Rp
5.850.000.000. Bapak Somad memilih melakukan pembukuan. Biaya-biaya untuk
mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan tersebut sesuai aturan pajak
yang berlaku sebesar Rp4.740.000.000. Bapak Somad sudah menikah dan memiliki
2 orang anak. Istri Pak Somad memiliki usaha jual sembako dengan pendapatan
bersih Rp 150.000.000. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2021 adalah:
LATIHAN

SOAL 1

Penghasilan Bruto 5.850.000.000


Biaya 3M 4.740.000.000
Penghasilan Neto 1.110.000.000
PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 1.042.500.000
Pajak Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 542.500.000 162.750.000 257.750.000
LATIHAN

SOAL 2

Penghasilan Bruto Pak Somad 5.850.000.000


Biaya 3M Pak Somad 4.740.000.000
Penghasilan Neto Pak Somad 1.110.000.000
Penghasilan Neto Bu Somad 150.000.000
Total Penghasilan Neto Keluarga Somad 1.260.000.000
PTKP (K/I/2) 121.500.000
Penghasilan Kena Pajak 988.500.000
Pajak Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 488.500.000 146.550.000 241.550.000
Cara Pelunasan PPh OP
Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui

Pelunasan Pembayaran oleh wajib pajak sendiri. Pemotongan atau pemungutan oleh
pihak lain.

PPh OP
(PPh Pasal 25)
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)

Merupakan pelunasan pajak yang


boleh dikreditkan terhadap PPh
yang terutang untuk tahun pajak
berjalan, kecuali untuk
pembayaran PPh yang bersifat
final.
Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT
Pasal 28 Ayat (1), dan (2)
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Kredit PPh 23
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan penghargaan.
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda
tidak boleh dikreditkan.
Simulasi Penghitungan Kredit Pajak

WP Orang Pribadi
Beban pajak terutang 115,450,000
Kredit pajak
Pemotongan oleh pemberi kerja (PPh 21) (15,850,000)
Pemungutan oleh pihak lain (PPh 22) (3,250,000)
Pemotongan atas penerimaan penggunaan aset (PPh 23) (5,650,000)
Kredit pajak luar negeri (PPh 24) (16,525,000)
Pembayaran sendiri angsuran pajak (PPh 25) (23,825,000)
Total kredit pajak (65,100,000)
Pajak kurang (lebih) bayar Rp 50,350,000.00
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29
Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:

Pajak kurang bayar. Pajak lebih bayar.


Ketika beban pajak terutang melebihi Ketika beban pajak terutang kurang
total kredit pajak. dari total kredit pajak.

Wajib dilunasi selambat – lambatnya Akan dikembalikan/ direstitusikan,


tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun setelah dilakukan pemeriksaan serta
pajak berakhir, sebelum SPT tahunan diperhitungkan dengan sanksi dan
disampaikan. kewajiban pajak lain.
Dasar Hukum

• Pasal 25 UU PPh
Kredit • PMK No. 208/ PMK.03/ 2009

Pajak PPH • Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000

Pasal 25
Definisi

Angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP


untuk setiap bulan pada tahun berjalan.

Angsuran PPh 25 dapat dijadikan kredit pajak terhadap


pajak terutang atas seluruh penghasilan WP di akhir
tahun pajak yang diaporkan dalam SPT Tahunan PPh.

Merupakan salah satu penentu nilai pajak kurang


(lebih) bayar.
Penghitungan

Pajak terutang
sesuai SPT.

Kredit pajak • Kredit PPh 21, 22, 23 (Bagi OP)


• Dikurangi
dalam negeri. • Kredit PPh 22, 23 (Bagi Badan)

• Dikurangi
Kredit pajak luar
negeri (PPh 24).

• Sama Dengan
Angsuran PPh 25
per tahun.

• Dibagi 12
Angsuran PPh 25
per bulan.
Ilustrasi
SPT PPh tahun 2020 milik Yudhistira menunjukkan bahwa pajak penghasilan yang terutang sebesar Rp
75.000.000,00. Pajak penghasilan Yudhistira telah dipotong oleh pemberi kerja (PPh 21) sebesar Rp 25.000.000,00, dipungut
oleh pihak lain (PPh 22 dan 23) sebesar Rp 37.500.000,00, dan pajak LN yang dapat dia kreditkan sebesar Rp 2.500.000,00.
a. Berapakah besar angsuran PPh 25 yang harus dibayarkan Yudhistira tiap bulan?
b. Bagaimana jika nilai pajak di atas hanya berkaitan dengan penghasilan 6 bulan?

Jawaban :
a.
Pajak terutang 75.000.000,00
Kredit PPh 21 -25.000.000,00
Kredit PPh 22 dan 23 -37.500.000,00
Kredit PPh 24 -2.500.000,00
Total angsuran PPh 25 selama 2021 10.000.000,00
Angsuran PPh 25 per bulan 833.333,33

b. Angsuran PPh 25 per bulan = 10.000.000


6
= Rp 1.666.666,67
Pencatatan Transaksi

• Pencatatan angsuran pajak periode berjalan dapat dilakukan


dengan dua pendekatan:
– Pembebanan akhir tahun  Dicatat sebagai pembayaran pajak
di muka.
– Pembebanan langsung  Dicatat sebagai beban pajak kini.
• Kedua pendekatan akan mempengaruhi jurnal pada akhir
periode.
Ilustrasi Pencatatan Transaksi
Fa. Ekacakra senantiasa melaporkan SPT pada pertengahan Maret setiap tahun dan
melakukan pembayaran angsuran PPh 25 berdasar pelaporan tersebut. Di bulan Desember tahun
lalu Fa. Ekacakra membayarkan angsuran pajak sebesar Rp 13.200.000,00, sedangkan berdasar
SPT tahun ini Fa. Ekacakra akan membayarkan angsuran sebesar Rp 15.750.000,00 per bulan.
Bagaimanakah Fa. Ekacakra melakukan penjurnalan di setiap bulannya, dengan menggunakan
pendekatan pembebanan akhir tahun atau pendekatan pembebanan langsung?

Jawaban :
Pendekatan pembebanan akhir tahun Pendekatan pembebanan langsung
Bulan Januari dan Februari Bulan Januari dan Februari
Pajak dibayar di muka PPh 25 13,200,000 Beban pajak kini 13,200,000
Kas 13,200,000 Kas 13,200,000
Bulan Maret - Desember Bulan Maret - Desember
Pajak dibayar di muka PPh 25 15,750,000 Beban pajak kini 15,750,000
Kas 15,750,000 Kas 15,750,000
Latihan PPh- 1
Fa. Singasari mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp 67.500.000.000 selama tahun
2021, meningkat sebesar 12,5% dibanding tahun 2020. Perusahaan merupakan pelaku bisnis
yang diizinkan menggunakan norma penghitungan penghasilan netto senilai 30% dalam
penghitungan pajaknya. Di bawah ini merupakan beberapa keterangan tambahan yang
diperoleh selama 2021, asumsi tariff PPh badan 25%.
PPh 21 yang dipotong atas penghasilan pegawai 500,000,000.00
PPh 22 dipungut oleh Bea Cukai 100,000,000.00
PPh 23 dipotong oleh pihak ketiga 250,000,000.00
Pajak yang dibayarkan di luar negeri dengan tarif 15% 150,000,000.00
STP PPh 25 (termasuk denda Rp 25.000.000) 125,000,000.00
Beban PPN Keluaran 75,000,000.00
Beban PBB 100,000,000.00
Beban Retribusi Daerah 50,000,000.00

a.Asumsi tidak ada kredit pajak di 2020, berapakah besar pajak kurang (lebih) bayar di 2021?
b.Berapakah besar angsuran PPh 25 per bulan untuk tahun 2022? Bagaimana penjurnalannya?
Latihan PPh- 1
Jawaban :
a. Penghitungan pajak kurang (lebih) bayar.
PKP tahun 2020 18.000.000.000,00
Beban pajak tahun 2020 4.500.000.000,00
Angsuran PPh 25 per bulan tahun 2021 375.000.000,00

Pendapatan bruto tahun 2021 67.500.000.000,00


PKP tahun 2021 (Netto 30%) 20.250.000.000,00
Beban pajak tahun 2021 (Tarif 25%) 5.062.500.000,00
Kredit PPh 22 -100.000.000,00
Kredit PPh 23 -250.000.000,00
Kredit PPh 24 -150.000.000,00
Angsuran PPh 25 -4.500.000.000,00
STP PPh 25 -100.000.000,00
Pajak Kurang (Lebih) Bayar tahun 2021 -37.500.000,00
Latihan PPh- 1
Jawaban :
b. Penghitungan angsuran PPh 25 tahun 2022.

Pendapatan bruto tahun 2021 67.500.000.000,00


PKP tahun 2021 20.250.000.000,00
Beban pajak tahun 2021 5.062.500.000,00
Kredit PPh 22 -100.000.000,00
Kredit PPh 23 -250.000.000,00
Kredit PPh 24 -150.000.000,00
Restitusi pajak lebih bayar -37.500.000,00
Beban angsuran tahun 2022 4.525.000.000,00
Angsuran PPh 25 per bulan tahun 2022 377.083.333,33

Jurnal
Pajak dibayar di muka PPh 25 377.083.333,33
Kas 377.083.333,33
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(Pelaporan SPT Tepat Waktu)

Sesuai Angsuran
Januari – Bulan
Pelaporan SPT
Desember Tahun
Pajak Lalu

Bulan Pelaporan SPT – Sesuai Angsuran


Desember Tahun Berdasar SPT
Berjalan Tahun Berjalan
Saat Penyetoran dan Pelaporan

Paling lambat tanggal


Saat penyetoran
15 bulan takwim
dan pembayaran. berikutnya.

Paling lambat 20 hari


setelah masa (bulan)
Saat pelaporan SPT
pajak berakhir, dalam
Masa. bentuk SSP lembar
ketiga.
Ilustrasi
Anusapati merupakan seorang pegawai tetap Pemerintah Kota Kediri yang memiliki
beberapa penghasilan sampingan. Dia merupakan seorang tokoh masyarakat yang dipercaya
menjadi perantara penjualan hasil tambak warga kepada eksportir yang dipanen empat bulan
sekali. Bersama istri dan kedua anak angkatnya, dia menyediakan dana berbunga rendah bagi
pengembangan usaha warga yang memang awam terhadap dunia perbankan, apalagi perpajakan.
Beberapa keterangan terkait penghasilan dan kewajiban pajak Anusapati adalah sebagai berikut.

Gaji netto berdasarkan slip gaji bulanan 5,000,000.00


Penghasilan netto penjualan hasil tambak per panen 35,000,000.00
Penghasilan bunga per tahun 15,000,000.00
PPh 21 yang dipotong atas penghasilan pegawai 2,000,000.00

Berapakah besar angsuran PPh 25 per bulan untuk tahun mendatang?


Ilustrasi
Jawaban :
Penghitungan angsuran PPh 25 per bulan.
Gaji netto tahunan 60,000,000.00
Penghasilan netto penjualan hasil tambak tahunan 105,000,000.00
Penghasilan bunga per tahun 15,000,000.00
Total penghasilan netto 180,000,000.00
PTKP (K/ 2) (30,375,000.00)
PKP 149,625,000.00
Beban Pajak 17,443,750.00
Kredit PPh 21 (2,000,000.00)
Kredit PPh 22 (2,625,000.00)
Beban angsuran PPh tahunan 12,818,750.00
Angsuran PPh 25 per bulan tahun 1,068,229.17
Penghitungan dalam Hal Tertentu

Penerbitan SKP.
Pajak tahun lalu lebih
bayar berdasar SPT.
WP berhak atas
kompensasi kerugian.
Penghasilan WP tidak
teratur.
WP terlambat
melaporkan SPT PPh
tahun lalu.
Penghitungan dalam Hal Tertentu

WP diberi
perpanjangan waktu
pelaporan SPT PPh.
WP membetulkan
sendiri SPT PPh.
Perubahan keadaan
usaha atau kegiatan
WP.
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak/ SKP)
Latar Belakang Ketika pemeriksaan menemukan
Penerbitan SKP ketidaktepatan penghitungan dalam SPT.

Januari – Bulan Sesuai Angsuran Desember Tahun Pajak Lalu


Pelaporan SPT

Bulan Pelaporan
SPT – Penerbitan Sesuai Angsuran Berdasar SPT Tahun Berjalan
SKP
Penerbitan SKP –
Desember Tahun Sesuai Angsuran Berdasar SKP
Berjalan
Ilustrasi
SPT PPh tahun pajak 2020 yang dilaporkan oleh Antasena pada Maret 2021 menunjukkan bahwa:
PKP Rp 100.000.000,00
PPh Terutang Rp 10.000.000,00
Kredit Pajak Rp 4.000.000,00
Kemudian, pada bulan Juni 2021, data SKP tahun pajak 2020 menunjukkan bahwa:
PKP Rp 200.000.000,00
PPh Terutang Rp 25.000.000,00
Kredit Pajak Rp 4.000.000,00
Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang harus dibayarkan Antasena setelah pelaporan SPT tahun
2020?
Jawaban :

Periode Sebelum SKP Periode Sebelum SKP


PPh Terutang 10,000,000.00 PPh Terutang 25,000,000.00
Kredit Pajak (4,000,000.00) Kredit Pajak (4,000,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 6,000,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 21,000,000.00
Angsuran PPh 25 Mar - Jun 500,000.00 Angsuran PPh 25 Jun - Des 1,750,000.00
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(Pajak Tahun Lalu Lebih Bayar Menurut SPT)

Ketika WP mengajukan permohonan


Latar Belakang
restitusi atas pajak lebih bayar tahun lalu.

Januari – Bulan Sesuai Angsuran


Desember Tahun
Pelaporan SPT Pajak Lalu

Bulan Pelaporan SPT


– Penerbitan Surat Sesuai Angsuran Desember
Keputusan Dirjen Tahun Pajak Lalu
Pajak
Penerbitan Surat Sesuai Angsuran
Keputusan Dirjen Berdasar Surat
Pajak – Desember Keputusan Dirjen
Tahun Berjalan Pajak
WP Berhak atas Kompensasi Kerugian

Definisi Kompensasi Kerugian

Merupakan kompensasi kerugian fiskal berdasarkan SPT, SKP,


Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.
Ketentuan diatur oleh pasal 6 ayat (2) atau pasal 31A UU
PPh.

Pengaruh terhadap Penghitungan PPh 25

Kompensasi kerugian merupakan pengurang penghasilan


yang dijadikan dasar penghitungan PPh terutang.
Ilustrasi
Berdasar laporan internal tahun 2010, Fa. Indraprasta menunjukkan kinerja
berikut.
Penghasilan netto 150,000,000.00
Kerugian yang belum dikompensasikan dari tahun lalu (275,000,000.00)
Kerugian yang belum dikompensasikan dari tahun 2010 (125,000,000.00)
PPh terutang tahun 2010 0.00
Kredit pajak (15,000,000.00)
Total angsuran PPh 25 (65,000,000.00)
Pajak kurang (lebih) bayar tahun 2010 (80,000,000.00)

Di tahun 2011, Fa. Indraprasta mencatatkan penghasilan netto sebesar Rp


250.000.000,00 dan kredit pajak Rp 37.500.000,00. Berapakah besar angsuran PPh
25 per bulan untuk tahun 2012?
Ilustrasi

Jawaban :

Penghasilan netto 250,000,000.00


Kerugian yang belum dikompensasikan dari tahun lalu (125,000,000.00)
Penghasilan Kena Pajak 125,000,000.00
PPh terutang tahun 2011 31,250,000.00
Kredit pajak (37,500,000.00)
Total angsuran PPh 25 selama 2012 68,750,000.00
Angsuran PPh 25 per bulan 5,729,166.67
Ilustrasi
Berdasar kinerja tahun 2010, Koperasi Amarta menunjukkan informasi.
Penghasilan netto 560,000,000.00
Kerugian yang belum dikompensasikan dari tahun lalu (985,000,000.00)
Kerugian yang belum dikompensasikan dari tahun 2010 (425,000,000.00)
PPh terutang tahun 2010 0.00
Kredit pajak (75,000,000.00)
Total angsuran PPh 25 (65,000,000.00)
Pajak kurang (lebih) bayar tahun 2010 (140,000,000.00)

Di tahun 2011, Koperasi Amarta mencatatkan penghasilan netto sebesar Rp


410.000.000,00 dan kredit pajak Rp 57.500.000,00. Berapakah besar angsuran
PPh 25 per bulan untuk tahun 2012?
Jawaban :
Ilustrasi
Jawaban :
Penghasilan netto 410,000,000.00
Kerugian yang belum dikompensasikan dari tahun lalu (425,000,000.00)
Penghasilan Kena Pajak 0.00
PPh terutang tahun 2011 0.00
Kredit pajak (57,500,000.00)
Total angsuran PPh 25 0.00
Pajak kurang (lebih) bayar tahun 2011 (57,500,000.00)
Angsuran PPh 25 untuk tahun 2012 0.00
Penghasilan WP Tidak Teratur

Definisi Penghasilan Tidak Teratur

Merupakan penghasilan yang diterima atau diperoleh


secara tidak berkala selain dari kegiatan usaha,
pekerjaan bebas, pekerjaan, dan/ atau modal, misalnya
keuntungan dari pengalihan harta.

Pengaruh terhadap Penghitungan PPh 25


Penghasilan tidak teratur merupakan pengurang
penghasilan yang dijadikan dasar penghitungan PPh
terutang.
Ilustrasi
CV. Jenggala merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor garmen
dengan fokus pemasaran B2B. Berikut ini merupakan data terkait kontrak yang
diterima oleh CV. Jenggala selama tahun 2012.
Nama Kontrak Nilai Kontrak (Rp) Biaya Pelaksanaan (Rp)
Seragam sekolah. 50.000.000.000 12.500.000.000
Roll kain. 10.000.000.000 5.000.000.000
Roll benang. 5.000.000.000 2.500.000.000

Informasi lain terkait kewajiban perpajakan CV. Jenggala adalah sebagai berikut.
PPh 22 dipungut oleh Bea Cukai 1,000,000,000.00
PPh 23 dipotong oleh pihak ketiga 1,250,000,000.00
Pajak yang dibayarkan di luar negeri dengan tarif 20% 2,000,000,000.00
Seluruh kontrak di atas merupakan kontrak berkala sejak tahun 2006, kecuali untuk roll
benang yang diterima sebagai dampak overdemand yang dihadapi perusahaan
kompetitor. Berapakah besar angsuran PPh 25 per bulan untuk tahun 2013? Bagaimana
penjurnalannya?
Ilustrasi

Jawaban :
Total pendapatan 65,000,000,000.00
Pendapatan tidak teratur (5,000,000,000.00)
Biaya 3M pendapatan teratur (17,500,000,000.00)
PKP 42,500,000,000.00
Beban pajak tahun 2012 10,625,000,000.00
Kredit PPh 22 (1,000,000,000.00)
Kredit PPh 23 (1,250,000,000.00)
Kredit PPh 24 (2,000,000,000.00)
Beban angsuran tahun 2013 6,375,000,000.00
Angsuran PPh 25 per bulan tahun 2013 531,250,000.00
Jurnal
Pajak dibayar di muka PPh 25 531.250.000
Kas 531.250.000
WP Terlambat Melaporkan SPT PPh Tahun
Lalu
Batasan Keterlambatan Pelaporan

Adalah ketika SPT PPh tahun lalu dilaporkan melebihi tiga


bulan setelah akhir tahun pajak (31 Maret tahun
berjalan).

Pengaruh terhadap Penghitungan PPh 25


Angsuran PPh 25 yang dibayarkan akan berbeda antar
bulan di tahun berjalan.
WP dimungkinkan akan dikenai bunga.
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(WP Terlambat Melaporkan SPT PPh Tahun Lalu)
Sesuai Angsuran
Januari – Februari Tahun
Desember Tahun
Berjalan [Periode A]
Pajak Lalu [X]

Maret Tahun Berjalan – Sesuai Angsuran


Bulan Pelaporan SPT Desember Tahun
[Periode B] Pajak Lalu [X]

Bulan Pelaporan SPT – Sesuai Angsuran


Desember Tahun Berjalan Berdasar SPT Tahun
[Periode C] Berjalan [Y]
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(WP Terlambat Melaporkan SPT PPh Tahun Lalu)
Jika nilai [Y] > [ X], maka WP diwajibkan menyetorkan kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan)
pajak yang termasuk di kurun [Periode B].

• Kekurangan pembayaran = [Y] – [X]

Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati tanggal
16 bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga.

• Bunga = ([Y] – [X]) x 2% *xMasa Keterlambatan

Masa keterlambatan adalah selisih antara tanggal penyetoran kekurangan pembayaran dengan
tanggal 16 bulan berikut setelah masa pajak.

Jika nilai [Y] < [ X], maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk masa pajak berikutnya.
Ilustrasi
Berdasarkan SPT PPh yang dilaporkan oleh CV. Hastinapura secara tepat
waktu di tahun 2010, perusahaan mencatatkan informasi terkait kinerja
keuangan sebagai berikut:
PKP Rp 1.375.000.000,00
Kredit Pajak Rp 265.000.000,00
Akibat adanya restrukturisasi bisnis, CV. Hastinapura baru dapat melaporkan SPT
PPh tahun 2011 di bulan tanggal 3 Juni 2012, dengan informasi sebagai berikut:
PKP Rp 1.510.000.000,00
Kredit Pajak Rp 195.000.000,00
a. Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang harus dibayarkan CV. Hastinapura
sepanjang tahun 2012?
b. Jika CV. Hastinapura menyetorkan kekurangan pembayaran di pertengahan
Agustus untuk seluruh masa pajak di periode keterlambatan, berapakah
kekurangan pembayaran dan bunga yang ditanggungnya?
Ilustrasi

Jawaban :
SPT 2010 SPT 2011
PKP 1,375,000,000.00 PKP 1,510,000,000.00
PPh Terutang 343,750,000.00 PPh Terutang 377,500,000.00
Kredit Pajak (265,000,000.00) Kredit Pajak (195,000,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 78,750,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 182,500,000.00
Angsuran PPh 25 6,562,500.00 Angsuran PPh 25 15,208,333.33

a. Angsuran Jan – Feb 2012 = Rp 6.562.500,00


Angsuran Mar – Mei 2012 = Rp 6.562.500,00
Angsuran Juni– Des 2012 = Rp 15.208.333,33
b. Kekurangan pembayaran tiap masa = 15.208.333,33 - 6.562.500 = Rp 8.645.833,33
Bunga atas angsuran Maret = 8.645.833,33 x 2% x4 = Rp 691.666,67
Bunga atas angsuran April= 8.645.833,33 x 2% x3 = Rp 518.750,00
Bunga atas angsuran Mei = 8.645.833,33 x 2% x2 = Rp 345.833,33
Total pembayaran = 3 x 8.645.833,33 + 691.666,67 + 518.750,00 + 345.833,33
= Rp 27.493.750,00
Ilustrasi

Berdasarkan SPT PPh yang dilaporkan oleh Fa. Madukara


secara tepat waktu di tahun 2010, perusahaan mencatatkan
informasi terkait kinerja keuangan sebagai berikut:
PKP Rp 2.835.000.000,00
Kredit Pajak Rp 165.000.000,00
Akibat adanya pergantian sekutu, Fa. Madukara baru dapat
melaporkan SPT PPh tahun 2011 di bulan tanggal 5 Mei 2012,
dengan informasi sebagai berikut:
PKP Rp 3.115.000.000,00
Kredit Pajak Rp 635.000.000,00
Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang harus dibayarkan Fa.
Madukara sepanjang tahun 2012?
WP Diberi Perpanjangan Waktu Pelaporan
SPT PPh
Definisi Perpanjangan Waktu Pelaporan
Adalah hak yang diberikan untuk melaporkan SPT PPh di
atas tiga bulan setelah akhir tahun pajak (31 Maret tahun
berjalan), dengan prasyarat melaporkan penghitungan
sementara penghasilan saat mengajukan permohonan.

Pengaruh terhadap Penghitungan PPh 25


Angsuran PPh 25 yang dibayarkan akan berbeda
antar bulan di tahun berjalan.
WP dimungkinkan akan dikenai bunga.
Angsuran PPh 25 - WP Diberi Perpanjangan
Waktu Pelaporan SPT PPh

Januari – Februari Sesuai Angsuran


Tahun Berjalan Desember Tahun Pajak
[Periode A] Lalu [X]

Maret Tahun Berjalan Sesuai Angsuran


– Bulan Pelaporan SPT Berdasar Penghitungan
[Periode B] Sementara [Y]

Bulan Pelaporan SPT – Sesuai Angsuran


Desember Tahun Berdasar SPT Tahun
Berjalan [Periode C] Berjalan [Z]
Angsuran PPh 25 - WP Diberi Perpanjangan
Waktu Pelaporan SPT PPh
Jika nilai [Z] > [ Y], maka WP diwajibkan menyetorkan kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan)
pajak yang termasuk di kurun [Periode B].

• Kekurangan pembayaran = [Z] – [Y]

Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati tanggal 16
bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga.

• Bunga = ([Z] – [Y]) x 2% *xMasa Keterlambatan

Masa keterlambatan adalah selisih antara tanggal penyetoran kekurangan pembayaran dengan
tanggal 16 bulan berikut setelah masa pajak.

Jika nilai [Z] < [ Y], maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk masa pajak berikutnya.
Ilustrasi
Mengingat adanya tuntutan persiapan sertifikasi internasional,
Koperasi Pringgandani mengajukan permohonan perpanjangan waktu
pelaporan SPT PPh dengan melaporkan penghitungan sementara sebagai
berikut:
Penghasilan netto Rp 655.000.000,00
Kredit Pajak Rp 82.500.000,00
Permohonan tersebut disetujui, dan kepada Koperasi Pringgandani
diberikan perpanjangan waktu hingga 7 Juli 2012. Di tanggal 3 Juni,
Koperasi Pringgandani melaporkan SPT dengan informasi beriku:
Penghasilan netto Rp 855.000.000,00
Kredit Pajak Rp 77.500.000,00
Jika Koperasi Pringgandani membayarkan angsuran PPh 25 sebesar Rp
3.000.000,00 di bulan Desember 2011, berapakah angsuran PPh 25 per
bulan yang harus dibayarkan Koperasi Pringgandani sepanjang tahun
2012?
Ilustrasi
Jawaban :
Penghitungan Sementara SPT 2011
Penghasilan netto 655,000,000.00 Penghasilan netto 855,000,000.00
PPh Terutang 163,750,000.00 PPh Terutang 213,750,000.00
Kredit Pajak (82,500,000.00) Kredit Pajak (77,500,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 81,250,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 136,250,000.00
Angsuran PPh 25 6,770,833.33 Angsuran PPh 25 11,354,166.67
Angsuran Jan – Feb 2012 = Rp 3.000.000,00
Angsuran Mar – Apr 2012 = Rp 6.770.833,33
Angsuran Mei – Des 2012 = Rp 11.354.166,67
Mengingat nilai angsuran yang seharusnya melebihi nilai berdasar penghitungan sementara, maka
dikenakan bunga bunga 2% per bulan sebagai berikut.
Atas kekurangan pembayaran Maret, bunga terhitung sejak 16 April 2012 s/d tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran April, bunga terhitung sejak 16 Mei s/d tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran Mei, bunga terhitung sejak 16 Juni s/d tanggal setor.
.
WP Membetulkan Sendiri SPT PPh
Definisi Membetulkan Sendiri

Merupakan pelaporan kembali SPT PPh setelah


dilaporkannya SPT PPh pertama, sebagai bentuk
pembetulan atas kesalahan pelaporan yang bersumber dari
WP.

Pengaruh terhadap Penghitungan PPh 25


Angsuran PPh 25 yang dibayarkan akan berbeda antar bulan
di tahun berjalan.
WP dimungkinkan akan dikenai bunga.
Angsuran PPh 25 - WP Membetulkan Sendiri
SPT PPh

Sesuai Angsuran
Januari – Bulan Pelaporan
Desember Tahun Pajak
SPT Pertama [Periode A] Lalu [X]

Bulan Pelaporan SPT


Sesuai Angsuran Berdasar
Pertama – Bulan Pelaporan SPT Pertama [Y]
SPT Pembetulan [Periode B]

Bulan Pelaporan SPT Sesuai Angsuran


Pembetulan – Desember Berdasar SPT Pembetulan
Tahun Berjalan [Periode C] [Z]
Angsuran PPh 25 - WP Membetulkan Sendiri
SPT PPh

Jika nilai [Z] > [ Y], maka WP diwajibkan menyetorkan kekurangan pembayaran untuk setiap masa
(bulan) pajak yang termasuk di kurun [Periode B].

• Kekurangan pembayaran = [Z] – [Y]

Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati
tanggal 16 bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga.

• Bunga = ([Z] – [Y]) x 2% *xMasa Keterlambatan

Masa keterlambatan adalah selisih antara tanggal penyetoran kekurangan pembayaran


dengan tanggal 16 bulan berikut setelah masa pajak.

Jika nilai [Z] < [ Y], maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk masa pajak
berikutnya.
Ilustrasi

Atas tujuan meningkatkan ketaatan terhadap peraturan perpajakan, CV.


Sawojajar mmelaporkan SPT PPh tepat waktu di tahun 2012 dengan informasi
sebagai berikut:
Penghasilan netto Rp 3.450.000.000,00
Kredit Pajak Rp 637.500.000,00
Akan tetapi, akibat penyiapan yang tergesa – gesa, SPT pertama CV. Sawojajar
memiiki kesalahan penghitungan sehingga CV. Sawojajar harus melaporkan SPT
pembetulan pada pertengahan Juli 2012 dengan informasi beriku:
Penghasilan netto Rp 3.875.000.000,00
Kredit Pajak Rp 535.000.000,00
Jika CV. Sawojajar membayarkan angsuran PPh 25 sebesar Rp 15.000.000,00 di
bulan Desember 2011, berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang harus
dibayarkan CV. Sawojajar sepanjang tahun 2012?
Ilustrasi

Jawaban :
SPT Pertama SPT Pembetulan
Penghasilan netto 3,450,000,000.00 Penghasilan netto 3,875,000,000.00
PPh Terutang 862,500,000.00 PPh Terutang 968,750,000.00
Kredit Pajak (637,500,000.00) Kredit Pajak (535,000,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 225,000,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 433,750,000.00
Angsuran PPh 25 18,750,000.00 Angsuran PPh 25 36,145,833.33

Angsuran Jan – Feb 2012 = Rp 15.000.000,00


Angsuran Mar – Jun 2012 = Rp 18.750.000,00
Angsuran Jul – Des 2012 = Rp 36.145.833,33
Mengingat nilai angsuran yang seharusnya melebihi nilai berdasar SPT pertama, maka
dikenakan bunga 2% per bulan sebagai berikut.
Atas kekurangan pembayaran Maret, bunga terhitung sejak 16 April 2012 s/d
tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran April, bunga terhitung sejak 16 Mei s/d tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran Mei, bunga terhitung sejak 16 Juni s/d tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran Juni, bunga terhitung sejak 16 Juli s/d tanggal setor.
.
Perubahan Keadaan Usaha atau Kegiatan WP

Peningkatan usaha adalah ketika


150% diperkirakan terjadi peningkatan PPh
terutang menjadi lebih tinggi dari 150%
dari dasar pengenaan PPh 25.

Penurunan usaha adalah jika selama 3


bulan atau lebih WP dapat menunjukkan
75% bahwa PPh terutang untuk tahun pajak
tersebut menjadi lebih rendah dari 75%
dari dasar pengenaan PPh 25.
Pengajuan Permohonan

WP mengajukan permohonan tertulis kepada


Kepala KPP tempat WP terdaftar.

WP menyampaikan penghitungan perkiraan


PPh terutang berdasar perkiraan penghasilan
untuk bulan – bulan tersisa tahun pajak
berjalan.
Jika dalam waktu 1 bulan sejak tanggal
diterima surat permohonan Kepala KPP tidak
memberi keputusan maka permohonan
diterima.
Ilustrasi

Fa. Kahuripan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengeringan


tembakau dan selama ini telah menjalin kontrak eksklusif yang diperbaharui setiap
tahunnya dengan komunitas masyarakat pelinting rokok di daerah domisili usaha.
Atas kontrak tersebut, perusahaan akan menerima pembayaran tetap senilai Rp
12.500.000.000,00 per bulan. Di awal bulan Mei, secara tiba – tiba pemerintah
mengesahkan RUU Larangan Merokok sehingga komunitas tersebut gulung tikar.
Sebagai dampak, Fa. Kahuripan pun terpaksa mengalihkan usahanya menjadi
pengeringan jamur. Tabel penghasilan perusahaan adalah sebagai berikut.
Penghasilan Mei 2,500,000,000.00
Penghasilan Juni 1,000,000,000.00
Penghasilan Juli 7,500,000,000.00
Penghasilan Agustus, diperoleh kontrak eksklusif 1 tahun 5,000,000,000.00

Jika perusahaan mengajukan permohonan pengurangan PPh 25 di akhir bulan Juli


dan disetujui di pertengahan bulan Agustus, maka berapakah besar angsuran PPh 25
yang harus dibayar oleh perusahaan di masing – masing bulan?
Ilustrasi
Jawaban :
Penghitungan angsuran PPh 25 per bulan.

Penghasilan bulanan semula 12,500,000,000.00


Penghasilan tahunan semula 150,000,000,000.00
Beban pajak semula 37,500,000,000.00
Angsuran PPh 25 per bulan (dibayarkan hingga Agustus) 3,125,000,000.00

Penghasilan April 12,500,000,000.00


Penghasilan Mei 2,500,000,000.00
Penghasilan Juni 1,000,000,000.00
Penghasilan Juli 7,500,000,000.00
Total penghasilan 4 bulan 23,500,000,000.00
Beban pajak 4 bulan 5,875,000,000.00
Rasio beban pajak terhadap beban semula (4 bulan) 0.47
Penghasilan 8 bulan berikutnya 40,000,000,000.00
Total estimasi penghasilan setahun ke depan 63,500,000,000.00
Perkiraan beban angsuran PPh tahunan 15,875,000,000.00
Angsuran PPh 25 per bulan September dst. 1,322,916,666.67
PPh 25 Bagi WP Baru

WP baru adalah orang pribadi atau badan yang baru pertama


kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas
dalam tahun pajak berjalan.

Angsuran bulanan dalam tahun berjalan didasarkan pada


perkiraan penghasilan berdasar bulan operasi awal.

Penghasilan netto adalah jumlah disetahunkan dari


penghasilan satu bulan.
Bagi badan, PKP sama dengan penghasilan netto.
Bagi OP, PKP sama dengan penghasilan netto dikurangi PTKP.
Ilustrasi
PT. Wukirratawu terdaftar sebagai WP pada KPP Jakarta Pusat sejak
tanggal 1 April 2012. Peredaran atau penerimaan bruto menurut
pembukuan dalam bulan April 2012 sebesar Rp 4.750.000.000,00 dan
penghasilan netto dapat dihitung berdasarkan pembukuan sebesar Rp
1.375.000.000,00. Berapakah besar angsuran PPh 25 yang ditetapkan atas
PT. Wukirratawu? Bagaimana penjurnalannya?

Jawaban :
Penghasilan netto bulan April Rp 1.375.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan Rp 16.500.000.000,00
PPh terutang Rp 4.125.000.000,00
Angsuran PPh 25 bulan April 2012 Rp 343.750.000,00
Jurnal
Pajak dibayar di muka PPh 25 343.750.000
Kas 343.750.000
Ilustrasi
Arjuna sebagai WP orang pribadi baru mendaftar dan mendapat
NPWP sejak 1 Maret 2013. Di dalam melaksanakan usahanya, Arjuna
menggunakan pembukuan. Data yang diperoleh dari pembukuan adalah
penghasilan bruto bulan Maret 2013 sebesar Rp 75.000.000,00 dan
beban yang diperkenakan sesuai peraturan perpajakan Rp 55.500.00,00.
Arjuna belum menikah dan seorang Ibu yang tinggal bersama di bawah
pembiayaannya. Berapakah besar angsuran PPh 25 yang ditetapkan atas
Arjuna?
Penghasilan bruto bulan Maret 2013 75,000,000.00
Jawaban :
Beban sesuai peraturan perpajakan (55,500,000.00)
Penghasilan netto 19,500,000.00
Penghasilan disetahunkan 234,000,000.00
PTKP (TK/ 1) (26,375,000.00)
PKP 227,125,000.00
Pajak terutang 5% x 50,000,000
15% x 177,125,000 29,068,750.00
Angsuran PPh 25 2,422,395.83
Ilustrasi
Nakula terdaftar sebagai WP pada KPP Bandung sejak 1 Mei 2013 dengan
status kawin tanpa tanggungan. Peredaran/ penerimaan bruto menurut catatan
harian bulan Mei 2013 sebesar Rp 56.375.000. Persentase norma perhitungan
penghasilan netto sesuai dengan usaha WP diasumsikan 30%. Berapakah besar
angsuran PPh 25 yang ditetapkan atas Nakula?

Jawaban :
Penghasilan bruto bulan Mei 2013 56,375,000.00
Penghasilan netto 16,912,500.00
Penghasilan disetahunkan 202,950,000.00
PTKP (TK/ 1) (26,375,000.00)
PKP 176,575,000.00
Pajak terutang 5% x 50,000,000
15% x 126,575,000 21,486,250.00
Angsuran PPh 25 1,790,520.83
WP Bank dan Sewa dengan Hak Opsi

PPh dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi


fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang
disetahunkan, dikurangi kredit PPh 24, selanjutnya dibagi 12.

Jika terdapat WP bank atau sewa dengan hak opsi baru, maka
angsuran tiap bulan selama triwulan pertama adalah:
Jumlah PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum
atas penerimaan laba rugi fiskal triwulan pertama yang
disetahunkan kemudian dibagi 12.
WP Bank dan Sewa dengan Hak Opsi

Ditetapkan berdasar kewenangan


Menkeu

PPh dihitung berdasarkan tarif


umum atas laba rugi fiskal menurut
RKAP dikurangi kredit pajak,
kemudian dibagi 12.
Jika RKAP belum disahkan, angsuran
sama dengan angsuran bulan
terakhir tahun pajak sebelumnya.
PENGGABUNGAN
PENGHASILAN UNTUK WANITA
KAWIN DAN ANAK BELUM
DEWASA
No. Elemen PTKP
1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00

Penghasilan Tidak 2 Status Kawin Rp 4.500.000,00


3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah Rp 4.500.000,00
Kena Pajak (PTKP) maksimal tiga orang tanggungan.
4 PTKP bagi istri yang penghasilannnya Rp 54.000.000,00
digabung.
Pasal 7 Ayat (1),
(2), dan (3) Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau semenda dalam
garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandung, anak tiri),
atau anak angkat.

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak


atau awal bagian tahun pajak
MULAI TAHUN PAJAK 2016
Penghasilan Untuk Wanita Bersuami
Pasal 8 ayat (1)

Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin dianggap


sebagai penghasilan atau kerugian suaminya.

Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika:


1. Penghasilan tersebut semata – mata berasal dari satu
pemberi kerja dan telah dipotong PPh Pasal 21; dan
2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada hubungannya dengan
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga
lainnya.
Penghasilan Untuk Wanita Bersuami
Pasal 8 ayat (1)
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

Jika suami – istri Penghitungan PKP dan pengenaan


hidup berpisah: pajaknya dilakukan sendiri – sendiri.

Jika suami – istri


mengadakan
perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan
secara tertulis. Penghitungan pajaknya berdasar kepada
pembagian prorata atas penghasilan
netto suami – istri yang digabung.
Jika istri menghendaki
memenuhi kewajiban
perpajakannya sendiri.
Contoh
Amir memiliki penghasilan netto dari usaha sebesar Rp 100.000.000,-. Ia telah menikah dan bertempat
tinggal di satu kavling apartemen milik sendri. Berikut merupakan susunan anggota keluarga Amir. Dewi,
Istri Amir, bekerja di PT ABC, dengan penghasilan Rp 50.000.000,00, telah dipotong pajak PPh pasal 21
oleh PT ABC sebesar Rp 1.285.000,00. Dewi memiliki penghasilan sampingan dari salon kecantikan
dengan penghasilan Netto Rp 75.000.000,- , 1. Bagaimana Perhitungan PPh OP Keluarga Amir, 2
Bagaimana Perhitungan PPh OP jika Bu Dewi memilih untuk melakukan keewajiban perpajakan secara
terpisah dengan Pak Amir

Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan


Dewi 3 Oktober 1962 Istri Pekerja di Swasta
Darsi 6 Mei 1987 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1995 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 1998 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2000 Anak Asuh Pelajar
Batara 1 Juli 1985 Menantu PNS
Istri Darsi
Kunthi 2 Februari 1945 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1950 Paman Pensiunan
Pemisahan Anak Belum Dewasa
Pasal 8 ayat (4)

Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang belum dewasa


digabungkan dengan penghasilan orang tuanya.

Mekanisme penggabungan berlaku umum tanpa


mempertimbangkan dari manapun sumber penghasilan anak
tersebut.

Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak
berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
PPH OP PENGUSAHA
TERTENTU (WP OPPT)
WP OPPT
PMK-215/PMK.03/2018

WP OPPT adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa, tidak
termasuk jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada 1 (satu) atau lebih tempat kegiatan usaha yang
berbeda dengan tempat tinggal wajib pajak (Pasal 1 ayat 4)

WP OPPT Harus mendaftarkan setiap lokasi usahanya pada wilayah KPP


terkait, dalam hal memiliki lebih dari satu tempat usaha

Pajak yang dikenakan kepada WP OPPT adalah PPh pasal 25


WP OPPT cukup membayar sejumah tariff yang ditentukan per bulan dari masing-masing
tempat usaha, kecuali WP yang memilih ketentuan PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018,
kewajiban pembayaran PPh OPPT ditiadakan

Tarif angsuran PPh Pasal 25 untuk WP OPPT adalah 0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-
masing tempat usaha. Pembayaran PPh pasal 25 dari masing-masing tempat usaha dapat dijadikan sebagai
kredit pajak atas PPh yang terutang akhir tahun (Pasal 7 ayat 1 dan ayat 2)
Kode akun pajak yang digunakan untuk penyetoran adalah 411125 dengan kode jenis setor 101, serta jatuh
tempo pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
CONTOH WP OPPT
PMK-215/PMK.03/2018

1. Tempat Tinggal dan Tempat Usaha Berada Dalam Satu KPP

Tuan Erik mempunyai tempat tinggal sekaligus tempat usaha sebagai Pedagang Pengecer di KPP A
dan tidak memilih dikenakan PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018, maka Tuan Erik wajib
mendaftarkan NPWP di KPP A. Omzet usahanya sebesar Rp 50.000.000,00 pada bulan Juni 2020
- Terhadap Tn Erik hanya diterbitkan NPWP domisili (tidak diperlukan NPWP cabang)
- Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan kotor,
yaitu sebesar: 0,75% x Rp 50.000.000,00 =Rp 375.000,00
- Nilai ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak saat penghitungan pajak Tn. Erik pada akhir tahun

2. Tempat Tinggal dan Tempat Usaha Berbeda KPP

Nona Dina mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP A dan tempat usaha sebagai Pedagang
Pengecer di wilayah KPP B dan tidak memilih dikenakan PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018.
Omzet usaha Nona Dina di wilayah KPP B adalah sebesar Rp 100.000.000,00
- Nona Dina wajib mendaftarkan NPWP di KPP A sebagai NPWP domisili dan juga mendaftarkan
NPWP di KPP B sebagai NPWP Cabang/NPWP lokasi
- Di KPP A, Nona Dina tidak memiliki kewajiban PPh Pasal 25, sedangkan di KPP B Nona Dina
memiliki kewajiban PPh Pasal 25
- Pembayaran PPh Pasal 25 Nona Dina sebesar: 0,75% x Rp 100.000.000 = Rp 750.000,00
- Nilai ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak saat penghitungan pajak Nona Dina pada akhir tahun,
sedangkan pelaporan SPT Tahunan dilakukan di KPP A
CONTOH WP OPPT
PMK-215/PMK.03/2018

3. Tempat Tinggal dan Tempat Usaha di lebih dari Satu KPP

Nyonya Meneer mempunyai tempat tinggal di KPP A, mempunyai 2 tempat usaha sebagai Pedagang
Pengecer di KPP B dan 1 tempat usaha di wilayah KPP C. Nyonya Meneer tidak memilih dikenakan
PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018. Omzet usaha 1 dilokasi KPP B sebesar Rp 75.000.000,00,
Omzet usaha 2 dilokasi KPP B sebesar Rp 100.000.000,00, Omzet usaha 3 dilokasi KPP C sebesar Rp
135.000.000,00,
- maka di KPP A, Nyonya Meneer diterbitkan NPWP Domisili dan tidak ada kewajiban PPh Pasal 25
- Di KPP B diterbitkan 1 NPWP Cabang namun masing-masing tempat usaha memiliki kewajiban
PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari peredaran bruto dari masing-masing tempat usaha
- Di KPP C diterbitkan 1 NPWP Cabang atas 1 tempat usaha, PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari
peredaran bruto
TARIF KHUSUS PPH UMKM
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.
PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000

Penghasilan dari hadiah undian. PP No. 132 Tahun 2000

Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan. PP No. 5 Tahun


2002
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan.
PP No. 71 Tahun 2008
Penghasilan berupa bunga/ diskonto obligasi yang dijual di bursa efek.
PP No. 16 tahun 2009

Penghasilan dari usaha jasa konstruksi. PP No. 40 Tahun 2009

Penghasilan dari UMKM. PP No. 23 Tahun 2018


Tarif Khusus
Pajak Penghasilan
bagi UMKM
1. PP Nomor 23 Tahun 2018
ttg Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
UMKM Indonesia Tertentu
2. PMK-99/PMK.03/2018
ttg Pelaksanaan PP Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu
LATAR BELAKANG PAJAK-UMKM

• UKM mendominasi perekonomian


• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha
• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja
• Produk domestic bruto 60,3%
• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup
stabil.
• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.
• Alasan perubahan
• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1%
mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%.
• Penyempurnaan pengaturan
PPH BAGI UMKM

• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas


Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 46 Tahun 2013.
• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi
Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan
jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya
baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final
• Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018
• Perbedaan ketentuan
• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%
• Penyempurnaan ketenuan lain
• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional
PPH BAGI UMKM- PENGATURAN

• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional


• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%,
atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:
• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan
dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi
mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Sebab, perhitungan pajak
menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh
Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski
dalam keadaan rugi.
• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih
untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36.
Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan
penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila mengalami
kerugian fiskal.
PPH BAGI UMKM- PENGATURAN

• Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu


• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan
waktu.
• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin
memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah:
• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.
• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.
• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.
• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan
skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan
untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan
pengembangan usaha.
PPH BAGI UMKM- PENGATURAN

• WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M


• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak
berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara
eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak
mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.
• Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?
• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh
Final 0,5% adalah:
• Wajib Pajak orang pribadi
• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang
menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di
bawah Rp 4,8 miliar.
PPH BAGI UMKM- PENGATURAN

• Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%


• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk
persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi
berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan lain
sebagainya.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri
yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri.
• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat
final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersendiri.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek
pajak.
CONTOH PEKERJAAN BEBAS

a. pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan


aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing)
atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
PPH BAGI UMKM- PENGATURAN

• Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan
Diri
• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus
lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya,
Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai
PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan
• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan
skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)
Pokok Pengaturan PP 23/2018

Subjek Pajak Objek Pajak Pemberitahuan ke DJP


• WP OP Penghasilan dari usaha tidak melebihi
• WP Badan tertentu (Koperasi, CV, Firma) Rp4,8M dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Bila WP memilih untuk dikenai PPh sesuai
• PT ketentuan umum.
Kecuali:
dgn peredaran bruto s/d Rp 4,8 Milyar / a) Jasa sehubungan Pekerjaan Bebas
Tahun Pajak. b) Penghasilan di LN Pelunasan Pajak
c) Penghasilan yg dikenai PPh Final
Kecuali: Disetor sendiri oleh WP; atau
tersendiri
a. Yang memilih untuk dikenai PPh d) Penghasilan yang bukan Objek Pajak
berdasarkan ketentuan umum; Dipotong atau dipungut oleh pihak lain.
b. WP Badan yang memperoleh fasilitas PPh Terutang
Tax Holiday dan Tax Allowance;
c. BUT; atau PPh Final = 0,5% X Peredaran Bruto Surat Keterangan
d. CV, Firma yang dibentuk:
• beberapa WPOP dengan keahlian Bila WP menerima penghasilan dari
khusus dan Jangka Waktu pemotong atau pemungut PPh
• menyerahkan jasa sejenis dengan PT 3 Tahun Pajak
pekerjaan bebas.
CV, Firma, Koperasi 4 Tahun Pajak
Amanat
WP OP 7 Tahun Pajak pengaturan
dalam PMK
Pokok Pengaturan PMK 99/PMK.03/2018
1 Pemberitahuan 3 Surat Keterangan
Disampaikan ke : KPP tempat WP Pusat terdaftar, KP2KP atau KPP Mikro
Permohonan Surat Keterangan diajukan ke:
yang berada dibawah wilayah kerja KPP Pusat terdaftar, Saluran tertentu yang
1. KPP tempat WP Pusat terdaftar
ditetapkan DJP PPh Umum berlaku Tahun Pajak berikutnya
2. KP2KP atau KPP Mikro yang berada dibawah wilayah kerja KPP
Pusat terdaftar;
• WP yg awal Th Pajak 2018 sd 30 Juni 2018 dikenai PPh Umum,
3. Saluran tertentu yang ditetapkan DJP
dapat dikenai PPh umum sd akhir Tahun Pajak 2018 pemberitahuan
Persyaratan:
p.l tgl 31 Des 2018
1. permohonan ditandatangani oleh WP
• WP terdaftar tgl 1 Juli 2018 - 31 Des 2018, dapat dikenai PPh umum
2. telah menyampaikan SPT Tahunan terakhir, kecuali WP baru atau
mulai Tahun Pajak terdaftar pemberitahuan p.l tgl 31 Des 2018 atau
WP yang tidak wajib SPT Tahunan.
p.l akhir Tahun Pajak terdaftar.
3. memenuhi kriteria subjek PP 23
• WP terdaftar 1 Jan 2019 dst, dapat dikenai PPh umum mulai Tahun
Surat Keterangan atau penolakan permohonan diterbitkan dalam jangka
Pajak terdaftar pemberitahuan saat pendaftaran
waktu 3 hari kerja sejak permohonan diterima.
Surat keterangan berlaku sampai dengan jangka waktu sesuai diatur dalam
2 Pemotongan/Pemungutan PP 23, kecuali:
 WP memilih dikenai ketentuan umum PPh;
• Pelunasan dilakukan melalui:
 tidak memenuhi kriteria subjek PP 23.
 disetor sendiri  untuk setiap tempat kegiatan usaha
 pemotongan/pemungutan jika bertransaksi dengan
Pemotong/Pemungut Pajak 4 Angsuran PPh Pasal 25
• Pemotongan sesuai PP 23 dilakukan terhadap WP yang menyerahkan
fotokopi Surat Keterangan Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 bagi WP yang memilih dikenai
• Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi impor atau ketentuan umum PPh atau tidak lagi memenuhi kriteria sebagai subjek
pembelian barang dengan menyerahkan fotokopi Surat Keterangan. PP 23 -- sesuai PMK 255/PMK.03/2008 dan perubahannya
• PPh Final disetor menggunakan SSP atas nama WP dan ditandatangani
Pemotong/Pemungut dan diserahkan kepada WP sebagai bukti potong.
Ilustrasi Saat Pemberitahuan
Tahun Pajak Y
Akhir Th
Pjk Y Tahun Pajak Y+1
Surat Pemberitahuan

WP (umum)
Dikenai PP 23/2013 Mulai dikenai Ketentuan Umum PPh

Tahun Pajak 2018)*

31 Des
2018)*
Tahun Pajak 2019 dst)*
Surat Pemberitahuan

WP

Dikenai Ketentuan Umum PPh


)* bagi WP yang menggunakan tahun buku berbeda dg tahun takwim, maka dapat dikenai Ketentuan Umum PPh mulai Tahun Pajak
terdaftar dengan menyampaikan paling lambat akhir Tahun Pajak terdaftar.
)* WP memberitahukan apakah dia mau memilih dikenai ketentuan umum PPh u/ th pajak terdaftar (skema no 2) atau th pajak
selanjutnya (skema no 1)
Ilustrasi Saat Pemberitahuan
daftar 3 Juli 1 Jan
2019 2020

WP
Terdaftar sejak 1 Jan 2019 dst
Dikenai Ketentuan Umum PPh

WP dapat memilih dikenai ketentuan umum PPh sejak Tahun Pajak terdaftar dengan menyampaikan pemberitahuan saat terdaftar,
Catt: jika lewat maka ketentuan umum PPh berlaku untuk tahun pajak berikutnya

1 Juli 31 Des
2018 2018

Surat Pemberitahuan

Dikenai Ketentuan
Umum PPh
Sblm 30 Juni-umum
Sejak Juli 2018-PP 23
dikenai Ketentuan Umum PPh
PEMOTONGAN DAN
PEMUNGUTAN PP 23/2018

Tempat terutang Setiap tempat kegiatan usaha.


CARA PELUNASAN PP 23/2018

Disetor sendiri Saat Penyetoran Paling lama tgl 15 bulan berikutnya.


oleh WP Tanggal validasi NTPN dianggap sebagai tanggal
Saat Pelaporan pelaporan SPT Masa.
Jika nihil tidak diwajibkan lapor SPT Masa.

Ketentuan • Dilakukan untuk setiap transaksi objek potput


PPh nonfinal; dan
• WP menyerahkan fotokopi Surat Keterangan.
Pengecualian Dikecualikan dari potput PP 23/2018 dan PPh Pasal
22 untuk:
Dipotong 0.5% 1) impor, dan
oleh 2) Pembelian barang oleh WP;
Pemotong/ jika WP menyerahkan fotokopi Surat Keterangan.
Pemungut PPh Saat Penyetoran Paling lama tgl 10 bulan berikutnya dengan
menggunakan SSP a.n. WP yang dipotong.
Bukti Potong SSP sbg butpot dan wajib diberikan kpd WP.
Dilaporkan dalam SPT Masa Pasal 4 ayat (2) paling
Saat Pelaporan
lama tgl 20 bulan berikutnya
Transaksi dengan Pemotong/Pemungut

WP PEMOTONG
Yg menjadi objek
Penjualan
Potput PPh Pasal 22
barang
nonfinal Pembayaran
dipotong PPh
Final 4(2) sesuai
Yg menjadi objek PP 23/2018 a.n. WP
Surat
Invoice Penyerahan Potput PPh Pasal Keterangan
ttd Pemotong
dari WP jasa 21, PPh Pasal 23,
dan PPh Pasal 15
nonfinal
Contoh:
PT A (menyerahkan fotokopi Surat Keterangan) memberikan invoice atas jasa service AC
kepada PT B sebesar Rp1.500.000,- terdiri dari:
Dipotong PPh Final 0,5% oleh
Jasa service Rp1.000.000 Objek PPh Pasal 23
Invoice PT B.

Tidak dipotong;
Sparepart Rp500.000 Bukan objek potput
PPh Final 0.5% disetor sendiri
oleh PT A.
Tata Cara Pengajuan dan Penerbitan Surat Keterangan
WP Surat Keterangan
WP PP 23/2018
Masa berlaku s.d. jangka waktu PP
23/2018, kecuali:
KPP NPWP Pusat 1. WP memilih dikenai Ketentuan
Disampaikan Terdaftar Tindak Umum;
Permohonan ke -atau KP2KP/KPP lanjut 2. Tdk memenuhi subjek yang
Mikro di wilayahnya dikenai PP 23/2018

Dapat dibatalkan/dicabut jika


• Surat Keterangan dapat diberikan dlm hal: ditemukan data tidak memenuhi
1. Permohonan ditandatangani WP atau kuasa/wakil WP kriteria WP PP 23
2. WP telah menyampaikan SPT Tahunan Th Pajak
sebelumnya,
kecuali untuk: Surat penolakan
a. WP baru, dan permohonan WP
b. WP yg Th Pjk sebelumnya tidak wajib SPT Tahunan. Alasan penolakan:
3. Memenuhi kriteria Subjek PP 23 1. Bukan WP PP 23/2018;
• Jangka waktu proses maksimal 3 hari. 2. Omzet Th Pjk sebelumnya >4,8M
Jika tidak, permohonan dianggap diterima dan diterbitkan 3. Telah memilih ketentuan umum
dalam jangka waktu 1 hari setelah jangka waktu tsb terlewati. 4. Belum menyampaikan SPT
Tahunan *)

Dapat mengajukan kembali sepanjang


memenuhi persyaratan
Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Pertama Setelah PP
23/2018 selesai
Dikenai PPh sesuai
Dikenai PP 23/2018 Ketentuan Umum
PPh Final Angsuran PPh Pasal 25

Memilih dikenai ketentuan


ANGSURAN PPh 25
umum PPh Wajib membayar
Bagi WP angsuran PPh
PP 23/2018 Peredaran bruto telah Pasal 25 untuk
melebihi Rp4,8M Tahun Pajak
yang:
pertama dikenai
Telah melewati jangka waktu
Ketentuan Umum
PP 23/2018
PPh

Bank, BUMN, BUMD, WP


masuk bursa, dan WP lain
yang harus membuat lapkeu Penghitungan
berkala; sesuai PMK
Besaran dan WP OPPT 255/PMK.03/2008
PPh Pasal 25 dan perubahan/
Selain diatas, dianggap penggantinya
sebagai WP baru
KETENTUAN PERALIHAN SKB PP 46

SKB dan legalisasi yang telah terbit berdasarkan PP 46/2013:


1. diberlakukan sebagai Surat Keterangan s.d. akhir Th Pajak 2018;
2. dalam hal WP telah menyerahkan bukti penyetoran PP 23/2018,
Pemotong/Pemungut Pajak tidak melakukan
pemotongan/pemungutan PP 23/2018; dan
3. dalam hal Wajib Pajak tidak menyerahkan bukti penyetoran PP
23/2018, Pemotong/Pemungut Pajak melakukan
pemotongan/pemungutan PP 23/2018 .
Penentuan Peredaran Bruto

Tn Andik memiliki usaha penjualan gerabah dan memiliki peredaran


bruto:
• Januari s.d Desember 2019 sebesar Rp4.000.000.000,00
• Januari s.d Oktober 2020 sebesar Rp5.000.000.000,00

2019 2020 2021


Penentuan Peredaran Bruto

Rajesh Memiliki Tiga


Toko Tekstil

Pasar C
Pasar B Rp400.000.000,00
Pasar A
Rp250.000.000,00
Rp80.000.000,00

Peredaran bruto usaha perdagangan tekstil Rajesh sebagai dasar pengenaan


Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar:
Dasar Pengenaan PPh Final= Rp80.000.000,00 + Rp250.000.000,00 +
Rp400.000.000,00
= Rp730.000.000,00
Penentuan Peredaran Bruto

IRINE Butik di Singapura


Butik di Batam (Pengusaha Rp5.000.000.000,00
Rp3.000.000.000,00 Butik
Pakaian)

Di dalamnya termasuk omset Penghasilan Sewa


penjualan ke Mr. X di Singapura Apartemen di
sebesar Rp50.000.000 Singapura
Rp100.000.000,00

Peredaran bruto usaha sebagai dasar pengenaan Pajak


Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar Rp3.000.000.000,00
Penghasilan yang diterima Irine dari sewa apartemen dan butik di Singapura, tidak
diperhitungkan dalam menghitung batasan peredaran bruto untuk dapat dikenai PPh
bersifat final
Penentuan Peredaran Bruto

Peredaran Bruto Tuan A Tahun 2019

Pasar A: Rp 1 Miliar Pasar B: Rp 2 Miliar Pasar C: Rp 2 Miliar

Tuan A pada tahun 2020 tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan


Final, karena peredaran bruto usaha Tuan A dari seluruh tempat usaha
pada tahun 2019 melebihi Rp4.800.000.000,00
Pemotongan/Pemungutan Pihak Lain

Penyerahan Barang
Agustus 2018
Pembayaran senilai
Rp20.000.000 Bendahara
Pemerintah

WP mengajukan Bendahara Pemerintah memotong


permohonan Surat PPh Pasal 4(2) sebesar
Keterangan ke = 0,5% x Rp20.000.000,00
DJP = Rp100.000,00
dalam hal WP memiliki SKet

Pemotong/Pemungut wajib memotong/memungut PPh sebesar 0,5% dari


penjualan.
PPH UMKM PASKA UU HPP
Ilustrasi PPh umkm – paska uu hpp
Berlaku mulai 2022
Review
Penghasilan
Biaya
Penghitungan Kredit Pajak
PTKP
PTKP Karyawati
Tarif
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 0 s/d Rp 60.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 60.000.000,00 s/d Rp 15%
250.000.000,00 --- (190jt)
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%
500.000.000,00 --(250jt)
4 Di atas Rp 500.000.000,00 s/d Rp 5 30%
milyar
5 Di atas Rp 5milyar 35%
Pemisahan Penghasilan Istri

Jika suami – istri hidup Penghitungan PKP dan pengenaan


berpisah (HB): pajaknya dilakukan sendiri – sendiri.

Jika suami – istri


mengadakan perjanjian
pemisahan harta dan
penghasilan secara tertulis Penghitungan pajaknya berdasar kepada
(pisah harta & Penghasilan - pembagian prorata atas penghasilan
PH). netto suami – istri yang digabung.
Jika istri menghendaki
memenuhi kewajiban
perpajakannya sendiri
(manajemen terpisah- MT).
Penghitungan Pajak Terutang
Pembukuan

NPPN
SPT
Jenis & Bentuk SPT Tahunan
SPT Tahunan PPh, yang terdiri dari:

-SPT Tahunan PPh untuk satu Tahun Pajak; dan


-SPT Tahunan PPh untuk Bagian Tahun Pajak.

SPT dapat berbentuk:

-dokumen elektronik melalui e-filing (web, e-form, e-spt); atau


-formulir kertas (hardcopy).

Pegawai
Penghasilan/ dengan
Pegawai Non-Pegawai
Tahun Penghasilan
Lain
< Rp 60 juta 1770 SS 1770 1770
> Rp 60 juta 1770 S 1770 1770
Ketentuan Pengisian SPT

Orang pibadi yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak


ditandai memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.

Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan


jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke KPP, atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penyampaian SPT Secara
Elektronik
a. e-Filing, upload file csv dari aplikasi e-SPT atau isi form di website.
b. e-Form, mengisi file yang diunduh dari laman djponline lalu
diunggah kembali.

Setelah terkirim, Bukti Penerimaan Elektronik akan masuk ke surel


yang sudah didaftarkan.
Jangka Waktu Pelaporan &
Dokumen Pendukung

Dokumen yang diperlukan adalah:


Penghasilan lain di luar pekerjaan
Bukti potong A1/A2
Neraca & lapran laba-rugi (pembukuan)
Rekapitulasi bulanan peredaran bruto dan biaya (norma)
SPT Dianggap Tidak Disampaikan
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:

Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;


Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen
sebagaimana diatur Peraturan Menteri Keuangan ;
SPT Tahunan Pajak PPh WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri
dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain
yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Ps. 4 angka 4 UU
KUP)
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada SPT,
SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.
{Pasal 4 angka 4b UU KUP}
Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. (Ps. 4
angka 3 UU KUP)
Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun
sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak
telah ditegur secara tertulis; atau

Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau


menerbitkan surat ketetapan pajak.
Penjelasan: SPT yang dianggap tidak disampaikan tersebut dianggap sebagai data perpajakan.
Pengecualian Sanksi

Sanksi keterlambatan tidak dikenakan untuk:

1. WP OP yang telah meninggal dunia


2. WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
3. WP OP WNA yang tidak lagi tinggal di Indonesia
4. BUT yang tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia
5. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
6. WP yang terkena bencana (diatur dengan Permenkeu)
7. WP lain (diatur dengan Permenkeu)
8. WP Badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tapi belum dibubarkan
Hak WP terkait Penyampaian SPT
Memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT;
(Pasal 3 ayat 4 UU KUP)

Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)

Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT;


(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)
Perpanjangan Waktu Pelaporan

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian untuk paling lama 2 (dua) bulan
sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan. Pemberitahuan ini dibuat tertulis dan disampaikan ke KPP sebelum
batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan dilampiri:
• Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak.
• Laporan keuangan sementara.
• SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
Perpanjangan Waktu Pelaporan

Denda telat lapor SPT bagi Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp100.000. Sedangkan, denda telat
bayar pajak sebesar 2% per bulan dari pajak yang belum dibayarkan. Denda telat bayar pajak
waktunya dihitung sejak tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran pajak. Bagian dari
bulan pajak
Pembetulan
WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan.
Pembetulan Surat Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus
disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar:
• dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar,
• dihitung sejak saat penyampaian SPT Tahunan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
• dihitung sejak jatuh tempo pembayaran SPT Masa sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Pembetulan
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan WP (Pasal 38), terhadap ketidakbenaran
perbuatan WP tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
Pengungkapan Ketidakbenaran
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan WP (Pasal 38), terhadap ketidakbenaran
perbuatan WP tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. {Pasal 8
angka 3 UU KUP}
Pengungkapan Ketidakbenaran
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau
lebih besar; c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau d.
jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses
pemeriksaan tetap dilanjutkan.

(Pasal 8 ayat 4 UU KUP)

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang
dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
(Pasal 8 ayat 5 UU KUP)
Thank You
iaijawatimur.or.id

082257317728

info@iaijawatimur.or.id

iaijatim

Anda mungkin juga menyukai