Brevet A dan B
Terpadu
Kunjungi Website kami:
iaijawatimur.or.id
Instruktur
? Penghasilan Yang
Bagaimana terutang PPh…?
Subjek
DN Badan Seluruh Penghasilan
Pasal 4
Pasal 2 (3)
Warisan yang
belum terbagi • Penghasilan dari kegiatan
SUBJEK PAJAK operasi dan harta yang
dimiliki/dikuasai
Pasal 2 (2) Orang • Penghasilan kantor pusat
BUT
SP Pribadi • Penghasilan lainnya yang
LN diperoleh sehubungan dgn
penghasilan kantor pusat
Pasal 2 (4)
Badan
Non Penghasilan yang diperoleh
BUT dari Indonesia
Mulai: Mulai:
Saat menerima/memperoleh penghasilan dari Saat melakukan usaha/ kegiatan melalui BUT di
Indonesia. Indonesia.
Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ memperoleh Saat tidak lagi menjalankan usaha melalui BUT
penghasilan dari Indonesia. di Indonesia.
Subjek
Diskusi
TKI di Malaysia
5 elemen
Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36 Tahun 2008
Objek
Sumber
Pendekatan Sumber
Source concept of income Arus Penghasilan
Pendekatan Pertambahan
Accretion concept of income
Penghasilan aktif
KLASIFIKASI
PENGHASILAN
YANG DIKECUALIKAN
OBJEK PAJAK DARI OBJEK PAJAK
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
• Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak
3 • Keuntungan karena penjualan, Bunga, Deviden
• Penghasilan lain-lain
4 • Ex: hadiah dari undian, keuntungan karena selisih kurs, imbalan bunga
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan dan jaminan pengembalian utang
6 • Ex: premium, diskonto dan imbalan
• Deviden
7 • Ex: pemegang saham dan pemegang Polis asuransi
• Royalti
8 • Ex: hak atas harta tak berwujud, hak atas harta berwujud, Informasi
• Premi asuransi
14 • Ex: premi reasuransi
Objek
Penghasilan Objek
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana Kalau Sudah Kena Pajak Final ??
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak • Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap Total PPh Terutang
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak • Pengeluaran dalam memperoleh penghasilan (obyek
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak PPh Final) yang bersangkutan tidak boleh dibiayakan
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas, secara fiskal
atau pasti.
Objek
PPh Final
Pasal 4 Ayat 2, UU
5 Penghasilan dari pengalihan 5% x jumlah bruto nilai pengalihan hak PP 48 Tahun 1994
Hak atas tanah atas tanah PP 34 Tahun 2016
Objek
PPh Final
No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Hukum
6 Penghasilan hak atas rumah 1% x Jumlah bruto nilai pengalihan PP 48 Tahun 1994
sederhana dan rumah susun PP 34 Tahun 2016
sederhana
7 Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
atau Jumlah Hari Tua
Uang Pesangon -0% penghasilan bruto s.d 50 juta PP 68 Tahun 2009
-5% penghasilan bruto ditas 50 juta s.d 100
juta
-15% penghasilan bruto ditasa Rp 100 Juta
s.d. Rp 500 Juta
- 25% penghasilan bruto di atas Rp 500 Juta
Uang Manfaat Pensiun, - 0% atas penghasilan bruto s.d. Rp 50 juta PP 68 Tahun 2009
Tunjangan Hari Tua, Jaminan - 5% atas penghasilan bruto di atas Rp 50
Hari Tua Juta
8 Honorarium / imbalan lain
Objek
PPh Final
No Jenis Penghasilan Tarif Dasar Hukum
Bagi PNS Golongan I dan Golongan II, 0% x Jumlah bruto PP 80 Tahun 2010
Anggora TNI dan Anggota Polri, honorarium/imbalan
Bintara, dan Pensiunan
Bagi PNS Golongan III, Anggora TNI 5% x Jumlah bruto PP 80 Tahun 2010
dan Anggota Polri, Bintara, dan honorarium/imbalan
Pensiunan
Bagi PNS Golongan IV, Anggora TNI 15% x Jumlah bruto PP 80 Tahun 2010
dan Anggota Polri, Bintara, dan honorarium/imbalan
Pensiunan
Usaha
• terdapat transaksi yang bersifat rutin antara kedua belah pihak
Pekerjaan
• terdapat hubungan yang berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan
secara berkala
Kepemilikan atau Penguasaan
• penyertaan modal secara langsung atau tidak langsung Pasal 18 (4) huruf a UU PPh; atau
• hubungan penguasaan secara langsung atau tidak langsung Pasal 18 ayat (4) huruf b UU
PPh
Pembukuan bagi Penerima adalah Nilai Buku harta dari pihak pemberi.
Syarat :
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
• PT, BUMN & BUMD yg menerima dividen, kepemilikan saham paling
rendah 25% dari jumlah modal yg disetor.
Objek
Sisa Lebih Lembaga Pendidikan &
Litbang - Bukan Objek
Koperasi
PT A Burhan
X
30%
30% 30% PT B
10%
PT Aman
PT. Aman akan membayar deviden kepada para pemegang saham sejumlah Rp 40
juta. Penghasilan yang manakah yang merupakan Objek PPh …?
- USAHA/KEGIATAN BUT
PENGHASILAN DARI - HARTA YANG DIMILIKI/
DIKUASAI BUT
DI INDONESIA
Pembukuan Pencatatan
1. Wajib Pajak • Wajib Pajak badan • WP OP yang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan
• Wajib Pajak OP yang kegiatan usaha peredaran bruto (omzet) < Rp 4,8 miliar /tahun dapat
atau pekerjaan bebas, kecuali menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN),
penghasilan bruto (omzet) < Rp 4,8 dengan syarat harus memberitahukan ke DJP dalam jangka
miliar/tahun waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
• WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
2. Syarat • Menggunakan prinsip taat asas dan • Menggambarkan adanya peredaran/penerimaan bruto dan
Penyelenggaraan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh.
• Merupakan catatan mengenai harta, • Menggambarkan adanya penghasilan yang bukan objek pajak
kewajiban, modal, penghasilan, biaya, dan penghasilan yang pajaknya bersifat final.
serta penjualan dan pembelian • Bagi WP yang memiliki lebih dari satu jenis usaha atau tempat
sehingga pajak yang terutang nantinya usaha, maka pencatatan harus menggambarkan secara jelas
dapat dihitung. untuk masing-masing jenis/tempat usaha.
• WP OP juga harus menyelenggarakan pencatatan atas harta
dan kewajiban.
Perbedaan Pembukuan dan Pencatatan (2)
Pembukuan Pencatatan
3. Perbedaan Bahasa • menggunakan huruf Latin, angka • menggunakan Bahasa Indonesia dan mata uang rupiah.
Arab, satuan mata uang Rupiah
yang disusun dalam Bahasa
Indonesia ataupun dalam bahasa
asing sesuai dengan perizinan
dari Menteri Keuangan.
Prinsip Pembukuan dan Pencatatan
Perbedaan
timbul
Pelaksanaan pembukuan
terkait
Pelaksanaan pembukuan
berdasar kebijakan berdasar kebijakanPenyesuaian diperlukan
pengakuan agar laba yang
akuntansi perusahaan akuntansi perusahaan
pendapatan diperhitungkan secara
menyimpang dari menyimpang dari akuntansi dapat
dan beban di
ketentuan perpajakan. ketentuan diperlakukan sebagai laba
perpajakan
laporan laba .
atau penghasilan kena
rugi. pajak.
Teknik Rekonsiliasi
Rekonsiliasi Pembenaran
melakukan dilakukan terhadap
Rekonsiliasi
Koreksi
setiap item dengan melakukan
pendapatan dan penambahan atau
beban sehingga (koreksi positif)
sesuai dengan pengurangan
ketentuan (koreksi negatif),
perpajakan. Metode hanya berdasar
ini memudahkan penyesuaian
proses pengisian penghasilan dan
SPT. beban yang tidak
sesuai.
Akuntansi dan pajak ditetapkan oleh otoritas yang berbeda dan dengan
tujuan yang berbeda. Perbedaan antara akuntansi dan pajak tidak hanya
terjadi di Indonesia namun juga terjadi di negara lain.
Penelitian pajak terkait Book Tax Gap.
– Apa penyebab BTG.
– Apa akibat terjadinya BTG Persistensi laba, persistensi return, nilai informasi
dari BTG.
– Apakah BTG dapat dianggap sebagai alat untuk melakukan earning
management.
Kerangka Perbedaan
Undang-
PSAK
Undang
Akuntansi Pajak
Perbedaan
Permanen Temporer
Berdasar Sifat
Pengeluaran yg
mempunyai
Biaya tahun
masa manfaat
ybs.
tidak lebih dari
1 tahun
Pengeluaran yg
Pembebanannya
mempunyai
melalui
masa manfaat
penyusutan/
lebih dari 1
amortisasi
tahun
Tahapan Rekonsiliasi
Dikurangi
Ditambah
penghasilan yang Ditambah biaya
Laba akuntansi penghasilan yang
bukan objek non deductible.
belum diakui.
pajak.
Dikurangi biaya
Ditambah biaya Dikurangi
Penghasilan Kena deductible yang
3M penghasilan penghasilan
Pajak (PKP) belum
final. dikenai PPh final.
dibebankan.
Perbedaan Temporer
Bersifat Dapat
Dikurangkan
Memunculkan Liabilitas Pajak
Tangguhan di Laporan Posisi
Keuangan
Dialektika pajak:
kesalahan pembebanan atau kapitalisasi
Perbedaan akibat
kesalahan ini bersifat
temporer, sebab
Seharusnya, seiring berjalannya
pengeluaran atas waktu aset yang
perolehan aset dikapitalisasi akan
dikapitalisasi dan tidak dibebankan secara
dibebankan. bertahap melalui
Kesalahan pencatatan beban penyusutan.
dapat berupa
pembebanan biaya
perolehan aset.
Laporan keuangan dan laporan fiskal
a. Pembagian laba.
b. Biaya untuk kepentingan pribadi.
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali usaha tertentu.
d. Premi asuransi dibayar WP OP.
e. Natura, kecuali akibat tuntutan kerja atau makanan bagi semua karyawan.
f. Jumlah melebihi kewajaran atas hubungan istimewa.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan selain yang dikecualikan.
h. Pajak penghasilan.
i. Gaji anggota persekutuan.
j. Sanksi administrasi dan pidana pajak
Penghasilan dikenakan PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Penghasilan dari
Penghasilan pengalihan Penghasilan usaha jasa
transaksi saham,
tanah dan/ atau konstruksi dan real
sekuritas, dan
bangunan estate.
penyertaan modal lain.
Penghasilan sewa
Penghasilan tertentu
tanah dan/atau
lainnya diatur PP.
bangunan.
Ilustrasi
Orang Pribadi (1)
Nominal Akuntansi
Pendapatan jasa 1.750.000.000
Biaya usaha
Soal : Gaji dan bonus pegawai tetap -425.000.000
Honorarium fotografer lepas -85.750.000
Biaya transportasi pegawai -34.200.000
Asuransi gedung -8.500.000
Penyusutan -250.000.000
Sewa gudang -25.000.000
Pembuatan galeri display mini -25.300.000
Telepon, air, dan listrik -32.200.000
Perjalanan bisnis -18.500.000
Pembuatan reklame berikut pengurusan izin -135.000.000
Penghapusan piutang -286.500.000
Biaya tender foto Karpeg -35.000.000
Pendidikan karyawan -177.500.000
Sumbangan perbaikan jembatan -25.000.000
Total biaya usaha -1.563.450.000
Laba usaha 186.550.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (3)
f. Asuransi gedung meliputi asuransi atas studio foto dan rumah tinggal
Jonas yang masing – masing memiliki nilai wajar Rp 1.530.000.000,00
dan Rp 510.000.000,00. Premi ditetapkan berdasarkan perbandingan
pro rata nilai wajar aset di tahun berjalan.
g. Biaya penyusutan diakui atas gedung dengan metode jumlah angka
tahun selama 10 tahun dengan nilai sisa Rp 155.000.000,00. Gedung
tidak mengalami apresiasi nilai wajar dibanding awal tahun.
h.Sewa gudang dibayarkan kepada pemilik petak di belakang studio yang
dipergunakan sebagai tempat penitipan material pigura. Pembayaran
dilakukan pada bulan November untuk lima bulan menjelang.
i. Galeri display mini dibuat untuk tujuan eksibisi di balaikota, namun
kemudian dipergunakan kembali sebagai elemen dekorasi studio.
j. Atas biaya telepon, air dan listrik, seperdelapannya dimanfaatkan untuk
keperluan rumah tinggal Jonas.
Ilustrasi
Orang Pribadi (5)
Keterangan :
Koreksi atas gaji dan bonus pegawai tetap
= Jumlah lebih yang dibayarkan akibat hubungan istimewa
= 12 * 3.000.000 - 20.000.000
= 16.000.000
Keterangan :
X = 80.750.000 + 15% * X
85% * X = 80.750.000
X = 95.000.000
Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri.
Keterangan :
Koreksi positif atas asuransi gedung
= Asuransi bagi rumah tinggal yang tidak boleh dibebankan
= 510.000.000 / (1.530.000.000 + 510.000.000) * 8.500.000
= 510.000.000 / 2.040.000.000 * 8.500.000
= 2.125.000
Keterangan :
Koreksi positif atas sewa gudang
= Proporsi pembayaran sewa di muka yang tidak boleh
dibebankan
= 3/5 * 25.000.000
= 15.000.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (12)
Jawaban Penghasilan
: bruto 1.750.000.000
c.
Penghasilan netto 665.000.000
Norma 38% sesuai lapangan usaha 97910
PTKP (K/ 1) -18.480.000
PKP 646.520.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 250,000,000 62.500.000
: 30% * 146,520,000 43.956.000 138.956.000
Ilustrasi
Orang Pribadi (15)
Jawaban :
e. Atas galeri display mini yang dikerjakan anak Jonas, maka beban tersebut tetap
boleh dibebankan sebagai beban usaha studio foto. Adapun atas pembayaran
yang diterima anak Krenadwipayana yang belum dewasa dan belum menikah,
maka penghasilan anak tersebut digabungkan kepada penghasilan Jonas.
Laba sebelum pajak 451.450.000
Penghasilan anak yang belum dewasa 25.300.000
PTKP (K/ 1) -18.480.000
PKP 458.270.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 208,270,000,000 52.067.500 84.567.500
Ilustrasi
Orang Pribadi (17)
Jawaban :
f. Atas istri yang bekerja hanya kepada satu pemberi kerja dengan pekerjaan yang terkait usaha
suami, maka dilakukan penggabungan penghasilan antara Jonas dan istri. Adapun terkait biaya
perjalanan bisnis yang semula tidak boleh dikurangkan menjadi bersifat boleh dikurangkan,
selama dapat dibuktikan bahwa pendampingan istri selaku akuntan memang diperlukan dalam
perjalanan bisnis tersebut.
Laba sebelum pajak 451.450.000
Pembebanan perjalanan dinas -3.500.000
Penghasilan istri 35.000.000
PTKP (K/ 1, Penggabungan) -34.320.000
PKP 448.630.000
PPh terutang
: 5% * 50,000,000 2.500.000
: 15% * 200,000,000 30.000.000
: 25% * 198,630,000,000 49.657.500 82.157.500
Pelaporan harta dan kewajiban
Harta dan
perhitungan yang sesuai dengan peraturan perpajakan
2.harta Pajak sendiri merupakan akumulasi tambahan kemampuan
Kewajiban
berupa seluruh kekayaan baik berwujud maupun tidak, bergerak
maupun tidak, digunakan untuk usaha maupun tidak yang
berada di dalam dan luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3.harta yang wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan dikategorikan
dalam 6 jenis
1. Kode Harta Kas dan Setoran Kas
021 - Piutang
022 - Piutang Afiliasi
029 - Piutang Lainnya
3. Kode Harta Investasi
Investasi merupakan penanaman dana atau aset yang dilakukan baik
perusahaan maupun perorangan untuk jangka waktu tertentu untuk
menciptakan suatu nilai lebih.
031 - Saham yang Dibeli untuk Dijual Kembali
032 - Saham
033 - Obligasi perusahaan
034 - Obligasi Pemerintah
035 - Surat Utang Lainnya
036 - Reksadana
037 - Instrumen Derivatif
038 - Penyertaan Modal Saham Lain
039 - Investasi Lainnya
4. Kode Harta Alat Transportasi
kendaraan yang digerakkan manusia atau mesin untuk memindahkan
suatu barang ataupun manusia ke satu tempat ke tempat lainnya
041 - Sepeda
042 - Sepeda Motor
043 - Mobil
049 - Alat Transportasi Lain
5. Kode Harta Bergerak
Jenis Harta yang dapat dipindahkan.
2. Nilai Harta yang dilaporkan adalah nilai harta pada saat perolehan.
Jadi nilai pelaporan harta adalah nilai harta pada saat perolehan dan tidak
pernah berubah, meskipun nilai pasarnya sudah berubah.
2. Jumlah utang yang dilaporkan adalah jumlah utang pada akhir tahun pajak.
Jadi jumlah pelaporan utang adalah jumlah utang pada tanggal 31 Desember
dan setiap tahun akan berubah, sesuai jumlah utang akhir.
Banu Aji Susanto telah terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi sejak
tanggal 20 Maret 2013. Banu Aji Susanto mempunyai pekerjaan sebagai
Karyawan PT. Agung Surya Motor dengan penghasilan setahun sebesar
Rp.120.000.000
Ilustrasi Penggunaan Daftar Kode
Daftar Harta yang dimiliki per 31 Desember 2021 terdiri dari :
Daftar Kode Utang yang harus dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
1770 S Tahun 2020 :
1. Kode Utang ke Bank Mandiri : 101
2. Kode Utang Kartu Kredit : 102
• Alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu harta sepanjang masa
• HARGA PEROLEHAN
• PENGELUARAN UNTUK PEMBELIAN, PENDIRIAN, PENAMBAHAN,
PERBAIKAN ATAU PERUBAHAN HARTA BERWUJUD KECUALI
TANAH, YANG DIMILIKI YANG DAPAT DIPERGUNAKAN UNTUK
MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN
YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN.
• TERMASUK BEA MASUK, BIAYA PENGANGKUTAN DAN BIAYA
PEMASANGAN
Perolehan Harta
• PEMBELIAN
• PERTUKARAN
• HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN YANG MEMENUHI SYARAT,
WARISAN DAN BANTUAN
• PENGALIHAN KARENA LIKUIDASI, PENGGABUNGAN, PELEBURAN,
PEMEKARAN, PEMECAHAN, PENGAMBILALIHAN USAHA
• MEMBANGUN SENDIRI
Metode & Tarif Penyusutan
Akuntansi
• Telepon selular
• Kendaraan Bus dan Minibus
• Kendaraan Sedan
• Sofware Komputer
• Penyusutan pada Leasing
• Penyusutan setelah Revaluasi
Penyusutan Aktiva Tertentu
Telepon Seluler
• KEP-220/PJ/2002 tgl 18 April 2002
• Biaya penyusutan telepon selular termasuk aktiva
kelompok I dan penyusutan yang boleh diakui hanya 50%
• Biaya langganan atau pengisian ulang pulsa yang
diperbolehkan sebagai pengurang hanya 50% dari biaya
tersebut.
Penyusutan Aktiva Tertentu
Kendaraan Bus dan Minibus
• KEP-220/PJ//2002
• Penyusutan kendaraan bus dan minibus, termasuk
kelompok 2
• Biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, pemakaian bahan
bakar, dan sebagainya dari bus dan minibus dapat
dibebankan seluruhnya.
Penyusutan Aktiva Tertentu
Kendaraan Sedan
• KEP-220/PJ//2002
• Biaya penyusutan sedan, termasuk aktiva kelompok 2
dan penyusutan yang boleh diakui hanya 50%
• Biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, pemakaian bahan
bakar dari sedan, hanya dapat dibebankan sebesar 50%
dari pemeliharaan bersangkutan.
Penyusutan Aktiva Tertentu
Software Komputer
• Program aplikasi umum yang diperoleh sebagai bagian
dari harga pembelian perangkat keras komputer,
pembebanannya sudah termasuk dalam penyusutan
komputer tersebut (kelompok 1)
• Program aplikasi khusus, pembebanannya tersendiri
melalui amortisasi harta tak berwujud kelompok 1 (Kep.
316 tahun 2002).
Ilustrasi Penyusutan (1)
Metode penyusutan garis lurus dipergunakan pada truk dan gedung, jumlah angka tahun pada
jeep, serta saldo menurun berganda pada mesin. Buat rekonsiliasi penyusutannya.
Ilustrasi Penyusutan (3)
Jawaban :
Beban depresiasi menurut akuntansi
= (1/6 x 450.000.000) + ((3/12 x 5/15) + (9/12 x 4/15) x 300.000.000)
+ (6/ 12 x 25% x 665.000.000) + (1/25 x 800.000.000)
= 75.000.000 + 85.000.000 + 83.125.000 + 32.000.000
= 275.125.000
Beban depresiasi menurut fiskal
= (12,5% x 325.000.000) + (6/12 x 50% x 665.000.000) +(5% x 815.000.000)
= 40.625.000 + 166.250.000 + 40.750.000
= 247.625.000
Laba fiskal = 565.000.000 – (247.625.000 – 275.125.000)
= Rp 592.500.000,00
KOMPENSASI KERUGIAN
Pasal 6 ayat (2)
“Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5
(lima) tahun”.
a. kerugian merujuk kepada kerugian fiskal, bukan kerugian komersial. Kerugian
atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan bruto dan biaya-
biaya yang telah memperhitungkan ketentuan PPh (biaya yang boleh
dibebankan secara fiskal).
b. kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama 5 tahun ke depan secara
berturut-turut.
c. kompensasi kerugian hanya untuk wajib pajak badan dan orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha (wajib pembukuan). Perlu dicatat bahwa
kompensasi kerugian tersebut tidak berlaku bagi wajib pajak yang
keseluruhan penghasilannya bersifat final, menggunakan norma
penghitungan, dan/atau bukan merupakan objek pajak.
d. kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan
penghasilan dari dalam negeri
PENGHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN
CONTOH
Jawaban :
Kompensasi kerugian di 2017 = 215.000.000,00 (Berasal dari rugi fiskal 2016)
Kompensasi kerugian di 2019 = 765.000.000,00 (Berasal dari rugi fiskal 2016)
Kompensasi kerugian di 2021 = Rugi fiskal 2016 + Rugi fiskal 2018 + Rugi fiskal
2020
= 825.000.000 + 65.000.000 + 12.500.000
= Rp 902.500.000,00
Adapun rugi fiskal 2015 yang belum dikompensasikan, yaitu senilai Rp 770.000.000,00
(1.750.000.000 - 215.000.000 - 765.000.000), tidak dapat dikompensasikan di 2021, sebab
telah melewati batas waktu lima tahun.
Penghasilan Kena Pajak di 2021 = 1.975.000.000 - 902.500.000
= Rp 1.072.500.000,00
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan dikenal dua golongan Wajib Pajak yang cara
menghitung penghasilan netonya berbeda, yaitu:
WPDN WPLN
PER-17/PJ/2015
Penghitungan Penghasilan Netto
Wajib Pajak yang memiliki peredaran Subjek pajak melakukan pencatatan dan
bruto kurang dari Rp menghitung penghasilan netto berdasar
4.800.000.000,00 per tahun dan persentase Norma Penghitungan
memberitahukan kepada Dirjen Pajak Penghasilan Netto (NPPN).
di 3 bulan pertama periode pajak.
Wajib Pajak yang tidak dapat dihitung Subjek pajak melakukan pembukuan dan
penghasilan nettonya berdasar menghitung penghasilan netto berdasar
ketentuan Pasal 16 Ayat (1) dan (3) persentase Norma Penghitungan Khusus.
Penghitungan Penghasilan Netto
Sasrabahu pengusaha perseorangan yang merintis usaha di bidang perhotelan. Berhubung belum
memiliki sumber daya memadai untuk menjalankan fungsi akuntansi, Sasrabahu mengajukan
pemberitahuan kepada Dirjen Pajak untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto
(NPPN) terkait kewajiban perpajakannya. Mengacu kepada ketentuan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP/
536/ PJ./ 2000, usaha Sasrabahu tergolong ke dalam industri berkode 64100 dengan besaran norma
25% jika berkedudukan di ibukota provinsi, 20% untuk kota provinsi lainnya, dan 20% untuk daerah
lain.
Hotel Sasrabahu memiliki 25 kamar berkelas Deluxe dengan tarif per malam Rp 275.000,00 dan
okupansi rata – rata harian 90%; 10 kamar berkelas Luxury dengan tarif per malam Rp 425.000,00
dan okupansi rata – rata harian 85%; serta 5 kamar berkelas Royal dengan tarif per malam Rp
650.000,00 dan okupansi rata – rata harian 80%. Berapakah besaran penghasilan netto hotel
Sasrabahu untuk satu tahun berjalan, jika hotel tersebut terletak di ibukota provinsi?
PER-17/PJ/2015
PERHITUNGAN NPPN
Jawaban :
Penghasilan bruto
= (25 x 90% x 275.000 + 10 x 85% x 425.000 + 5 x 80% x 650.000) x 365
= (6.187.500 + 3.612.500 + 2.600.000) x 365
= 12.400.000 x 365
= Rp 4.526.000.000,00
Penghasilan netto
= Penghasilan bruto x Norma
= 4.526.000.000 x 25%
= Rp 1.131.500.000,0
Penghasilan netto tersebut diperlakukan sebagai Penghasilan Kena Pajak yang menjadi acuan
pengenaan pajak penghasilan.
PER-17/PJ/2015
PENGHASILAN TIDAK KENA
PAJAK
No. Elemen PTKP
1 WP Sendiri Rp 54.000.000,00
SEDARAH
IBU AYAH
KAKAK ADIK
KANDUNG KANDUNG
ANAK
TIRI
TANGGUNGAN
SEMENDA
IBU AYAH
MERTUA MERTUA
KAKAK ADIK
IPAR IPAR
ANAK
TIRI
CONTOH PTKP
1 0 s/d Rp 60.000.000,00 5%
1 0 s/d Rp 50.000.000,00 5%
WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak 565.000.000
Beban Pajak Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 65.000.000 19.500.000 114.500.000
WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak 565.000.000
Beban Pajak Terutang
5% x 60.000.000 3.000.000
15% x 190.000.000 28.500.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 65.000.000 19.500.000 113.500.000
Kerugian :
• Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
• Mempunyai resiko tarif norma lebih tinggi daripada penghitungan
normal
SANKSI ADMINISTRASI
KASUS 1
Bapak Iskandar (K/1) adalah WPDN yang menjalankan usaha pertanian
tanaman pangan di kota Semarang. Peredaran bruto usahanya selama
tahun 2018 sebesar Rp 850.000.000. Bapak Iskandar memilih
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dikarenakan bapak
Iskandar menyelanggarakan pencatatan saja. Norma untuk usaha
tersebut adalah 15%. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2018
adalah:
KASUS 2
Bapak Iskandar (K/1) adalah WPDN yang menjalankan usaha pertanian
tanaman pangan di kota Semarang. Peredaran bruto usahanya selama
tahun 2018 sebesar Rp 850.000.000. Bapak Iskandar memilih melakukan
pembukuan. Biaya-biaya untuk mendapatkan, memelihara, dan menagih
penghasilan tersebut sesuai aturan pajak yang berlaku sebesar
Rp740.000.000. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2018 adalah:
Perbandingan
KASUS 1 KASUS 2
4.675.000
LATIHAN
SOAL 1
Bapak Somad adalah WPDN yang menjalankan usaha rumah makan di kota
Surabaya. Peredaran bruto usahanya selama tahun 2018 sebesar Rp
5.850.000.000. Bapak Somad memilih melakukan pembukuan. Biaya-biaya untuk
mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan tersebut sesuai aturan pajak
yang berlaku sebesar Rp4.740.000.000. Bapak Somad sudah menikah dan memiliki
2 orang anak. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2018 adalah:
LATIHAN
SOAL 2
Bapak Somad adalah WPDN yang menjalankan usaha rumah makan di kota
Surabaya. Peredaran bruto usahanya selama tahun 2021 sebesar Rp
5.850.000.000. Bapak Somad memilih melakukan pembukuan. Biaya-biaya untuk
mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan tersebut sesuai aturan pajak
yang berlaku sebesar Rp4.740.000.000. Bapak Somad sudah menikah dan memiliki
2 orang anak. Istri Pak Somad memiliki usaha jual sembako dengan pendapatan
bersih Rp 150.000.000. Maka penghitungan pajak terutang tahun 2021 adalah:
LATIHAN
SOAL 1
SOAL 2
Pelunasan Pembayaran oleh wajib pajak sendiri. Pemotongan atau pemungutan oleh
pihak lain.
PPh OP
(PPh Pasal 25)
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)
WP Orang Pribadi
Beban pajak terutang 115,450,000
Kredit pajak
Pemotongan oleh pemberi kerja (PPh 21) (15,850,000)
Pemungutan oleh pihak lain (PPh 22) (3,250,000)
Pemotongan atas penerimaan penggunaan aset (PPh 23) (5,650,000)
Kredit pajak luar negeri (PPh 24) (16,525,000)
Pembayaran sendiri angsuran pajak (PPh 25) (23,825,000)
Total kredit pajak (65,100,000)
Pajak kurang (lebih) bayar Rp 50,350,000.00
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29
Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:
• Pasal 25 UU PPh
Kredit • PMK No. 208/ PMK.03/ 2009
Pasal 25
Definisi
Pajak terutang
sesuai SPT.
• Dikurangi
Kredit pajak luar
negeri (PPh 24).
• Sama Dengan
Angsuran PPh 25
per tahun.
• Dibagi 12
Angsuran PPh 25
per bulan.
Ilustrasi
SPT PPh tahun 2020 milik Yudhistira menunjukkan bahwa pajak penghasilan yang terutang sebesar Rp
75.000.000,00. Pajak penghasilan Yudhistira telah dipotong oleh pemberi kerja (PPh 21) sebesar Rp 25.000.000,00, dipungut
oleh pihak lain (PPh 22 dan 23) sebesar Rp 37.500.000,00, dan pajak LN yang dapat dia kreditkan sebesar Rp 2.500.000,00.
a. Berapakah besar angsuran PPh 25 yang harus dibayarkan Yudhistira tiap bulan?
b. Bagaimana jika nilai pajak di atas hanya berkaitan dengan penghasilan 6 bulan?
Jawaban :
a.
Pajak terutang 75.000.000,00
Kredit PPh 21 -25.000.000,00
Kredit PPh 22 dan 23 -37.500.000,00
Kredit PPh 24 -2.500.000,00
Total angsuran PPh 25 selama 2021 10.000.000,00
Angsuran PPh 25 per bulan 833.333,33
Jawaban :
Pendekatan pembebanan akhir tahun Pendekatan pembebanan langsung
Bulan Januari dan Februari Bulan Januari dan Februari
Pajak dibayar di muka PPh 25 13,200,000 Beban pajak kini 13,200,000
Kas 13,200,000 Kas 13,200,000
Bulan Maret - Desember Bulan Maret - Desember
Pajak dibayar di muka PPh 25 15,750,000 Beban pajak kini 15,750,000
Kas 15,750,000 Kas 15,750,000
Latihan PPh- 1
Fa. Singasari mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp 67.500.000.000 selama tahun
2021, meningkat sebesar 12,5% dibanding tahun 2020. Perusahaan merupakan pelaku bisnis
yang diizinkan menggunakan norma penghitungan penghasilan netto senilai 30% dalam
penghitungan pajaknya. Di bawah ini merupakan beberapa keterangan tambahan yang
diperoleh selama 2021, asumsi tariff PPh badan 25%.
PPh 21 yang dipotong atas penghasilan pegawai 500,000,000.00
PPh 22 dipungut oleh Bea Cukai 100,000,000.00
PPh 23 dipotong oleh pihak ketiga 250,000,000.00
Pajak yang dibayarkan di luar negeri dengan tarif 15% 150,000,000.00
STP PPh 25 (termasuk denda Rp 25.000.000) 125,000,000.00
Beban PPN Keluaran 75,000,000.00
Beban PBB 100,000,000.00
Beban Retribusi Daerah 50,000,000.00
a.Asumsi tidak ada kredit pajak di 2020, berapakah besar pajak kurang (lebih) bayar di 2021?
b.Berapakah besar angsuran PPh 25 per bulan untuk tahun 2022? Bagaimana penjurnalannya?
Latihan PPh- 1
Jawaban :
a. Penghitungan pajak kurang (lebih) bayar.
PKP tahun 2020 18.000.000.000,00
Beban pajak tahun 2020 4.500.000.000,00
Angsuran PPh 25 per bulan tahun 2021 375.000.000,00
Jurnal
Pajak dibayar di muka PPh 25 377.083.333,33
Kas 377.083.333,33
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(Pelaporan SPT Tepat Waktu)
Sesuai Angsuran
Januari – Bulan
Pelaporan SPT
Desember Tahun
Pajak Lalu
Penerbitan SKP.
Pajak tahun lalu lebih
bayar berdasar SPT.
WP berhak atas
kompensasi kerugian.
Penghasilan WP tidak
teratur.
WP terlambat
melaporkan SPT PPh
tahun lalu.
Penghitungan dalam Hal Tertentu
WP diberi
perpanjangan waktu
pelaporan SPT PPh.
WP membetulkan
sendiri SPT PPh.
Perubahan keadaan
usaha atau kegiatan
WP.
Angsuran PPh 25 Menurut Bulan
(Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak/ SKP)
Latar Belakang Ketika pemeriksaan menemukan
Penerbitan SKP ketidaktepatan penghitungan dalam SPT.
Bulan Pelaporan
SPT – Penerbitan Sesuai Angsuran Berdasar SPT Tahun Berjalan
SKP
Penerbitan SKP –
Desember Tahun Sesuai Angsuran Berdasar SKP
Berjalan
Ilustrasi
SPT PPh tahun pajak 2020 yang dilaporkan oleh Antasena pada Maret 2021 menunjukkan bahwa:
PKP Rp 100.000.000,00
PPh Terutang Rp 10.000.000,00
Kredit Pajak Rp 4.000.000,00
Kemudian, pada bulan Juni 2021, data SKP tahun pajak 2020 menunjukkan bahwa:
PKP Rp 200.000.000,00
PPh Terutang Rp 25.000.000,00
Kredit Pajak Rp 4.000.000,00
Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang harus dibayarkan Antasena setelah pelaporan SPT tahun
2020?
Jawaban :
Jawaban :
Informasi lain terkait kewajiban perpajakan CV. Jenggala adalah sebagai berikut.
PPh 22 dipungut oleh Bea Cukai 1,000,000,000.00
PPh 23 dipotong oleh pihak ketiga 1,250,000,000.00
Pajak yang dibayarkan di luar negeri dengan tarif 20% 2,000,000,000.00
Seluruh kontrak di atas merupakan kontrak berkala sejak tahun 2006, kecuali untuk roll
benang yang diterima sebagai dampak overdemand yang dihadapi perusahaan
kompetitor. Berapakah besar angsuran PPh 25 per bulan untuk tahun 2013? Bagaimana
penjurnalannya?
Ilustrasi
Jawaban :
Total pendapatan 65,000,000,000.00
Pendapatan tidak teratur (5,000,000,000.00)
Biaya 3M pendapatan teratur (17,500,000,000.00)
PKP 42,500,000,000.00
Beban pajak tahun 2012 10,625,000,000.00
Kredit PPh 22 (1,000,000,000.00)
Kredit PPh 23 (1,250,000,000.00)
Kredit PPh 24 (2,000,000,000.00)
Beban angsuran tahun 2013 6,375,000,000.00
Angsuran PPh 25 per bulan tahun 2013 531,250,000.00
Jurnal
Pajak dibayar di muka PPh 25 531.250.000
Kas 531.250.000
WP Terlambat Melaporkan SPT PPh Tahun
Lalu
Batasan Keterlambatan Pelaporan
Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati tanggal
16 bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga.
Masa keterlambatan adalah selisih antara tanggal penyetoran kekurangan pembayaran dengan
tanggal 16 bulan berikut setelah masa pajak.
Jika nilai [Y] < [ X], maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk masa pajak berikutnya.
Ilustrasi
Berdasarkan SPT PPh yang dilaporkan oleh CV. Hastinapura secara tepat
waktu di tahun 2010, perusahaan mencatatkan informasi terkait kinerja
keuangan sebagai berikut:
PKP Rp 1.375.000.000,00
Kredit Pajak Rp 265.000.000,00
Akibat adanya restrukturisasi bisnis, CV. Hastinapura baru dapat melaporkan SPT
PPh tahun 2011 di bulan tanggal 3 Juni 2012, dengan informasi sebagai berikut:
PKP Rp 1.510.000.000,00
Kredit Pajak Rp 195.000.000,00
a. Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang harus dibayarkan CV. Hastinapura
sepanjang tahun 2012?
b. Jika CV. Hastinapura menyetorkan kekurangan pembayaran di pertengahan
Agustus untuk seluruh masa pajak di periode keterlambatan, berapakah
kekurangan pembayaran dan bunga yang ditanggungnya?
Ilustrasi
Jawaban :
SPT 2010 SPT 2011
PKP 1,375,000,000.00 PKP 1,510,000,000.00
PPh Terutang 343,750,000.00 PPh Terutang 377,500,000.00
Kredit Pajak (265,000,000.00) Kredit Pajak (195,000,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 78,750,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 182,500,000.00
Angsuran PPh 25 6,562,500.00 Angsuran PPh 25 15,208,333.33
Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati tanggal 16
bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga.
Masa keterlambatan adalah selisih antara tanggal penyetoran kekurangan pembayaran dengan
tanggal 16 bulan berikut setelah masa pajak.
Jika nilai [Z] < [ Y], maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk masa pajak berikutnya.
Ilustrasi
Mengingat adanya tuntutan persiapan sertifikasi internasional,
Koperasi Pringgandani mengajukan permohonan perpanjangan waktu
pelaporan SPT PPh dengan melaporkan penghitungan sementara sebagai
berikut:
Penghasilan netto Rp 655.000.000,00
Kredit Pajak Rp 82.500.000,00
Permohonan tersebut disetujui, dan kepada Koperasi Pringgandani
diberikan perpanjangan waktu hingga 7 Juli 2012. Di tanggal 3 Juni,
Koperasi Pringgandani melaporkan SPT dengan informasi beriku:
Penghasilan netto Rp 855.000.000,00
Kredit Pajak Rp 77.500.000,00
Jika Koperasi Pringgandani membayarkan angsuran PPh 25 sebesar Rp
3.000.000,00 di bulan Desember 2011, berapakah angsuran PPh 25 per
bulan yang harus dibayarkan Koperasi Pringgandani sepanjang tahun
2012?
Ilustrasi
Jawaban :
Penghitungan Sementara SPT 2011
Penghasilan netto 655,000,000.00 Penghasilan netto 855,000,000.00
PPh Terutang 163,750,000.00 PPh Terutang 213,750,000.00
Kredit Pajak (82,500,000.00) Kredit Pajak (77,500,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 81,250,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 136,250,000.00
Angsuran PPh 25 6,770,833.33 Angsuran PPh 25 11,354,166.67
Angsuran Jan – Feb 2012 = Rp 3.000.000,00
Angsuran Mar – Apr 2012 = Rp 6.770.833,33
Angsuran Mei – Des 2012 = Rp 11.354.166,67
Mengingat nilai angsuran yang seharusnya melebihi nilai berdasar penghitungan sementara, maka
dikenakan bunga bunga 2% per bulan sebagai berikut.
Atas kekurangan pembayaran Maret, bunga terhitung sejak 16 April 2012 s/d tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran April, bunga terhitung sejak 16 Mei s/d tanggal setor.
Atas kekurangan pembayaran Mei, bunga terhitung sejak 16 Juni s/d tanggal setor.
.
WP Membetulkan Sendiri SPT PPh
Definisi Membetulkan Sendiri
Sesuai Angsuran
Januari – Bulan Pelaporan
Desember Tahun Pajak
SPT Pertama [Periode A] Lalu [X]
Jika nilai [Z] > [ Y], maka WP diwajibkan menyetorkan kekurangan pembayaran untuk setiap masa
(bulan) pajak yang termasuk di kurun [Periode B].
Jika tanggal penyetoran kekurangan pembayaran untuk setiap masa (bulan) pajak melewati
tanggal 16 bulan berikutnya, maka WP akan dibebani bunga.
Jika nilai [Z] < [ Y], maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk masa pajak
berikutnya.
Ilustrasi
Jawaban :
SPT Pertama SPT Pembetulan
Penghasilan netto 3,450,000,000.00 Penghasilan netto 3,875,000,000.00
PPh Terutang 862,500,000.00 PPh Terutang 968,750,000.00
Kredit Pajak (637,500,000.00) Kredit Pajak (535,000,000.00)
Pajak yang Dibayar Sendiri 225,000,000.00 Pajak yang Dibayar Sendiri 433,750,000.00
Angsuran PPh 25 18,750,000.00 Angsuran PPh 25 36,145,833.33
Jawaban :
Penghasilan netto bulan April Rp 1.375.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan Rp 16.500.000.000,00
PPh terutang Rp 4.125.000.000,00
Angsuran PPh 25 bulan April 2012 Rp 343.750.000,00
Jurnal
Pajak dibayar di muka PPh 25 343.750.000
Kas 343.750.000
Ilustrasi
Arjuna sebagai WP orang pribadi baru mendaftar dan mendapat
NPWP sejak 1 Maret 2013. Di dalam melaksanakan usahanya, Arjuna
menggunakan pembukuan. Data yang diperoleh dari pembukuan adalah
penghasilan bruto bulan Maret 2013 sebesar Rp 75.000.000,00 dan
beban yang diperkenakan sesuai peraturan perpajakan Rp 55.500.00,00.
Arjuna belum menikah dan seorang Ibu yang tinggal bersama di bawah
pembiayaannya. Berapakah besar angsuran PPh 25 yang ditetapkan atas
Arjuna?
Penghasilan bruto bulan Maret 2013 75,000,000.00
Jawaban :
Beban sesuai peraturan perpajakan (55,500,000.00)
Penghasilan netto 19,500,000.00
Penghasilan disetahunkan 234,000,000.00
PTKP (TK/ 1) (26,375,000.00)
PKP 227,125,000.00
Pajak terutang 5% x 50,000,000
15% x 177,125,000 29,068,750.00
Angsuran PPh 25 2,422,395.83
Ilustrasi
Nakula terdaftar sebagai WP pada KPP Bandung sejak 1 Mei 2013 dengan
status kawin tanpa tanggungan. Peredaran/ penerimaan bruto menurut catatan
harian bulan Mei 2013 sebesar Rp 56.375.000. Persentase norma perhitungan
penghasilan netto sesuai dengan usaha WP diasumsikan 30%. Berapakah besar
angsuran PPh 25 yang ditetapkan atas Nakula?
Jawaban :
Penghasilan bruto bulan Mei 2013 56,375,000.00
Penghasilan netto 16,912,500.00
Penghasilan disetahunkan 202,950,000.00
PTKP (TK/ 1) (26,375,000.00)
PKP 176,575,000.00
Pajak terutang 5% x 50,000,000
15% x 126,575,000 21,486,250.00
Angsuran PPh 25 1,790,520.83
WP Bank dan Sewa dengan Hak Opsi
Jika terdapat WP bank atau sewa dengan hak opsi baru, maka
angsuran tiap bulan selama triwulan pertama adalah:
Jumlah PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum
atas penerimaan laba rugi fiskal triwulan pertama yang
disetahunkan kemudian dibagi 12.
WP Bank dan Sewa dengan Hak Opsi
Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak
berusia 18 tahun dan belum pernah menikah
PPH OP PENGUSAHA
TERTENTU (WP OPPT)
WP OPPT
PMK-215/PMK.03/2018
WP OPPT adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa, tidak
termasuk jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada 1 (satu) atau lebih tempat kegiatan usaha yang
berbeda dengan tempat tinggal wajib pajak (Pasal 1 ayat 4)
Tarif angsuran PPh Pasal 25 untuk WP OPPT adalah 0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-
masing tempat usaha. Pembayaran PPh pasal 25 dari masing-masing tempat usaha dapat dijadikan sebagai
kredit pajak atas PPh yang terutang akhir tahun (Pasal 7 ayat 1 dan ayat 2)
Kode akun pajak yang digunakan untuk penyetoran adalah 411125 dengan kode jenis setor 101, serta jatuh
tempo pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
CONTOH WP OPPT
PMK-215/PMK.03/2018
Tuan Erik mempunyai tempat tinggal sekaligus tempat usaha sebagai Pedagang Pengecer di KPP A
dan tidak memilih dikenakan PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018, maka Tuan Erik wajib
mendaftarkan NPWP di KPP A. Omzet usahanya sebesar Rp 50.000.000,00 pada bulan Juni 2020
- Terhadap Tn Erik hanya diterbitkan NPWP domisili (tidak diperlukan NPWP cabang)
- Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan kotor,
yaitu sebesar: 0,75% x Rp 50.000.000,00 =Rp 375.000,00
- Nilai ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak saat penghitungan pajak Tn. Erik pada akhir tahun
Nona Dina mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP A dan tempat usaha sebagai Pedagang
Pengecer di wilayah KPP B dan tidak memilih dikenakan PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018.
Omzet usaha Nona Dina di wilayah KPP B adalah sebesar Rp 100.000.000,00
- Nona Dina wajib mendaftarkan NPWP di KPP A sebagai NPWP domisili dan juga mendaftarkan
NPWP di KPP B sebagai NPWP Cabang/NPWP lokasi
- Di KPP A, Nona Dina tidak memiliki kewajiban PPh Pasal 25, sedangkan di KPP B Nona Dina
memiliki kewajiban PPh Pasal 25
- Pembayaran PPh Pasal 25 Nona Dina sebesar: 0,75% x Rp 100.000.000 = Rp 750.000,00
- Nilai ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak saat penghitungan pajak Nona Dina pada akhir tahun,
sedangkan pelaporan SPT Tahunan dilakukan di KPP A
CONTOH WP OPPT
PMK-215/PMK.03/2018
Nyonya Meneer mempunyai tempat tinggal di KPP A, mempunyai 2 tempat usaha sebagai Pedagang
Pengecer di KPP B dan 1 tempat usaha di wilayah KPP C. Nyonya Meneer tidak memilih dikenakan
PPh Final berdasarkan PP 23 tahun 2018. Omzet usaha 1 dilokasi KPP B sebesar Rp 75.000.000,00,
Omzet usaha 2 dilokasi KPP B sebesar Rp 100.000.000,00, Omzet usaha 3 dilokasi KPP C sebesar Rp
135.000.000,00,
- maka di KPP A, Nyonya Meneer diterbitkan NPWP Domisili dan tidak ada kewajiban PPh Pasal 25
- Di KPP B diterbitkan 1 NPWP Cabang namun masing-masing tempat usaha memiliki kewajiban
PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari peredaran bruto dari masing-masing tempat usaha
- Di KPP C diterbitkan 1 NPWP Cabang atas 1 tempat usaha, PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari
peredaran bruto
TARIF KHUSUS PPH UMKM
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.
PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
• Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan
Diri
• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus
lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya,
Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai
PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan
• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan
skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)
Pokok Pengaturan PP 23/2018
WP (umum)
Dikenai PP 23/2013 Mulai dikenai Ketentuan Umum PPh
31 Des
2018)*
Tahun Pajak 2019 dst)*
Surat Pemberitahuan
WP
WP
Terdaftar sejak 1 Jan 2019 dst
Dikenai Ketentuan Umum PPh
WP dapat memilih dikenai ketentuan umum PPh sejak Tahun Pajak terdaftar dengan menyampaikan pemberitahuan saat terdaftar,
Catt: jika lewat maka ketentuan umum PPh berlaku untuk tahun pajak berikutnya
1 Juli 31 Des
2018 2018
Surat Pemberitahuan
Dikenai Ketentuan
Umum PPh
Sblm 30 Juni-umum
Sejak Juli 2018-PP 23
dikenai Ketentuan Umum PPh
PEMOTONGAN DAN
PEMUNGUTAN PP 23/2018
WP PEMOTONG
Yg menjadi objek
Penjualan
Potput PPh Pasal 22
barang
nonfinal Pembayaran
dipotong PPh
Final 4(2) sesuai
Yg menjadi objek PP 23/2018 a.n. WP
Surat
Invoice Penyerahan Potput PPh Pasal Keterangan
ttd Pemotong
dari WP jasa 21, PPh Pasal 23,
dan PPh Pasal 15
nonfinal
Contoh:
PT A (menyerahkan fotokopi Surat Keterangan) memberikan invoice atas jasa service AC
kepada PT B sebesar Rp1.500.000,- terdiri dari:
Dipotong PPh Final 0,5% oleh
Jasa service Rp1.000.000 Objek PPh Pasal 23
Invoice PT B.
Tidak dipotong;
Sparepart Rp500.000 Bukan objek potput
PPh Final 0.5% disetor sendiri
oleh PT A.
Tata Cara Pengajuan dan Penerbitan Surat Keterangan
WP Surat Keterangan
WP PP 23/2018
Masa berlaku s.d. jangka waktu PP
23/2018, kecuali:
KPP NPWP Pusat 1. WP memilih dikenai Ketentuan
Disampaikan Terdaftar Tindak Umum;
Permohonan ke -atau KP2KP/KPP lanjut 2. Tdk memenuhi subjek yang
Mikro di wilayahnya dikenai PP 23/2018
Pasar C
Pasar B Rp400.000.000,00
Pasar A
Rp250.000.000,00
Rp80.000.000,00
Penyerahan Barang
Agustus 2018
Pembayaran senilai
Rp20.000.000 Bendahara
Pemerintah
NPPN
SPT
Jenis & Bentuk SPT Tahunan
SPT Tahunan PPh, yang terdiri dari:
Pegawai
Penghasilan/ dengan
Pegawai Non-Pegawai
Tahun Penghasilan
Lain
< Rp 60 juta 1770 SS 1770 1770
> Rp 60 juta 1770 S 1770 1770
Ketentuan Pengisian SPT
Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian untuk paling lama 2 (dua) bulan
sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan. Pemberitahuan ini dibuat tertulis dan disampaikan ke KPP sebelum
batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan dilampiri:
• Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak.
• Laporan keuangan sementara.
• SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
Perpanjangan Waktu Pelaporan
Denda telat lapor SPT bagi Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp100.000. Sedangkan, denda telat
bayar pajak sebesar 2% per bulan dari pajak yang belum dibayarkan. Denda telat bayar pajak
waktunya dihitung sejak tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran pajak. Bagian dari
bulan pajak
Pembetulan
WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan.
Pembetulan Surat Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus
disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar:
• dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar,
• dihitung sejak saat penyampaian SPT Tahunan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
• dihitung sejak jatuh tempo pembayaran SPT Masa sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Pembetulan
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan WP (Pasal 38), terhadap ketidakbenaran
perbuatan WP tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
Pengungkapan Ketidakbenaran
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan WP (Pasal 38), terhadap ketidakbenaran
perbuatan WP tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. {Pasal 8
angka 3 UU KUP}
Pengungkapan Ketidakbenaran
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau
lebih besar; c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau d.
jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses
pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang
dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
(Pasal 8 ayat 5 UU KUP)
Thank You
iaijawatimur.or.id
082257317728
info@iaijawatimur.or.id
iaijatim