Anda di halaman 1dari 136

PAJAK PENGHASILAN

BADAN USAHA

December 4, 2023
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Pasal 1
adalah

Pajak yang dikenakan terhadap


subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak

December 4, 2023
BAGAN SUBJEK PAJAK
Objek Pajak

Orang Pribadi

SUBJEK PAJAK Badan Seluruh Penghasilan


DALAM NEGERI
Pasal 4
Pasal
Pasal 2(3)
2(3) Warisan yang
SUBJEK belum terbagi • Penghasilan dari kegiatan
PAJAK operasi dan harta yang
dimiliki/dikuasai
Pasal 2(2) Orang
• Penghasilan kantor pusat
Pribadi
• Penghasilan lainnya yang
SUBJEK PAJAK
diperoleh sehubungan dengan
LUAR NEGERI
penghasilan kantor pusat
BUT
Pasal 2(4) Badan
Pasal 5(1)

Non BUT Penghasilan yang diperoleh dari


December 4, 2023 Indonesia
Pasal 5(1)
SUBJEK PAJAK
[Pasal 2 ayat (1)]

• Orang Pribadi
• Warisan yang belum terbagi
• Badan
• BUT

December 4, 2023
DEFINISI BADAN
[ Pasal 1 UU KUP ]
Sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
December 4, 2023
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
[ Pasal 2 ayat (3) ]

Orang Pribadi
• Bertempat tinggal/berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau
• Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia

Badan
Yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

Warisan yang belum terbagi

December 4, 2023
SUBJEK PAJAK BADAN
DALAM NEGERI

• Badan yang didirikan atau bertempat


kedudukan di Indonesia
• Perseroan Terbatas, CV, BUMN / BUMD,
Firma, Kongsi, Koperasi, Persekutuan,
Yayasan, Dana Pensiun, Perkumpulan,
Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik,
atau Organisasi Lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk KIK dan BUT.

December 4, 2023
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
[ Pasal 2 ayat (4) ]

• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia/berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam 12 bulan
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia

Yang menjalankan usaha Yang menerima atau memperoleh


atau kegiatan melalui BUT penghasilan dari Indonesia bukan
di Indonesia dari menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT di Indonesia

December 4, 2023
SUBJEK PAJAK BADAN
LUAR NEGERI

• Badan yang tidak didirikan atau bertempat


kedudukan di Indonesia
• Dikenakan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia,
kecuali subjek pajak tersebut mempunyai
Bentuk Usaha Tetap – BUT (Permanent
Establishment – PE) di Indonesia

December 4, 2023
SUBJEK PAJAK

Subjek Pajak
Orang Pribadi Badan
BUT Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
• orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan,  SPLN Orang Pribadi
atau
• badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia 
SPLN Badan,
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Kewajiban Pajak Subjektif:


• Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau
kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap.
• Berakhir pada saat orang pribadi atau badan tidak lagi menjalankan usaha
atau kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap
(Pasal 2A ayat (3) UU PPh)
10
SUBJEK PAJAK

Elemen-elemen dasar BUT:


1. Suatu tempat usaha (a place of business),
2. Yang bersifat permanen,
3. Yang digunakan oleh SPLN (orang pribadi atau badan),
4. Untuk menjalankan usaha (business) atau melakukan
kegiatan (activities).
(Pasal 2 ayat (5) UU PPh dan Penjelasannya)
Penting:
5. Tidak semua SPLN dapat menjadi BUT, namun hanya yang memperoleh
penghasilan dari menjalankan business atau activities.
6. Tidak ada isu BUT bila SPLN hanya memperoleh penghasilan dari pekerjaan
(spt: gaji, upah) atau penghasilan dari modal (bunga, dividen, sewa dan royalti).
7. SPLN dapat menjadi BUT bila memenuhi empat elemen di atas.
8. BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan (material dan formal).
11
BUT FISIK ATAU AKTIVA: Perwujudan BUT
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan; BUT AGEN:
c. kantor perwakilan; n. orang atau badan yang
d. gedung kantor; bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas,
e. pabrik;
f. bengkel;
g. Gudang; BUT ASURANSI:
h. Ruang untuk promosi dan penjualan o. Agen atau pegawai dari
i. pertambangan & penggalian sumber alam,
perusahaan asuransi yang
tidak didirikan dan tidak
j. wilayah kerja pengeboran Migas bertempat kedudukan di
k. perikanan, peternakan, pertanian, Indonesia yang menerima
perkebunan, atau kehutanan; BUT premi asuransi atau
menanggung risiko di
BUT PROYEK: Indonesia.
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek
perakitan;
BUT E-COMMERCE:
BUT JASA: p. komputer, agen elektronik,
m. pemberian jasa dalam bentuk apapun atau peralatan otomatis yang
oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penye-lenggara transaksi
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka elektronik untuk menjalankan
waktu 12 bulan; kegiatan usaha melalui internet.
12
SUBJEK PAJAK

Pengertian Time Test:


• Pengujian untuk menentukan signifikansi keberadaan
seseorang di Indonesia,
• Signifikansi itu untuk menentukan materialitas hubungan
faktual/ekonomi antara Negara dengan Subjek Pajak.
Dua jenis time test dalam UU PPh:
• Lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan?
Khusus untuk menentukan status Subjek Pajak orang pribadi
(SPDN atau SPLN)
• Lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan?
Untuk menentukan keberadaan BUT dari SPLN (orang/badan)
yang memberikan jasa di Indonesia.

13
CARA HITUNG PPH BADAN

1. Cara Umum
Tarif Pasal 17 x Laba Kena Pajak

2. Cara Final
Tarif tertentu x Peredaran Bruto (Omset)

3. Cara Khusus
Tarif tertentu x Peredaran Bruto (Omset)

Omset < 500 jt=0%, 500-4.8M =0,5% (UMKM), 4,8-50M=31E


(2 lapis 1=11%, 2= 22%), >50M=22%
Tax Planning= OP, < 4,8M= 0,5% & 0%,
Badan = 31E UU HPP=11 & 22%, dicoba pakai UMKM
LANGKAH MENGHITUNG
PENGHASILAN PADA AKHIR TAHUN
 Identifikasi Penghasilan (psl 4 ayat 1,2 dan 3)
 Equalisasi SPT 1771 vs 1111/DM omset PPN keluaran & Masukan
 Identifikasi HPP
 Identifikasi Biaya (psl 6 de dan pasal 9 nde UU PPh)
 Identifikasi Kerugian Tahun-Tahun Sebelumnya
 Identifikasi Kredit Pajak
 Identifikasi Equalisasi Antara Biaya vs Bukpot
 Koreksi Fiskal Positif & Negatif & Beda tetap & waktu
 Identifikasi PPh yang Dibayar Dalam Tahun Berjalan
 Analisa Laporan Pajak
 BBM ( Benchmarking Behaviour Model) = analisa vertikal
 CTTOR (Corporate Tax Turnover Ratio= 9%
 CRM ( Compliance Risk Manajemen) tingkat kepatuhan WP=analisa horizontal
IDENTIFIKASI
PENGHASILAN
Pasal 4 Ayat 1 UU PPh
Penghasilan yang dikenakan pajak
secara umum /Psl 17
Pasal 4 Ayat 2 UU PPh
Penghasilan yang dikenakan pajak
secara final: PP 23/2018
Pasal 4 Ayat 3 UU PPh
Penghasilan yang bukan obyek pajak:
warisan, hibah, sumbangan tertentu/dgn
daftar tertentu,
IDENTIFIKASI BIAYA
Pasal 6 UU PPh
Deductible Expenses: Natura,
3M, PTKP,
Pasal 9 UU PPh
Non Deductible Expenses:
Keperluan Pribadi Pemegang
saham, Pengeluaran diluar 3M,
sumbangan/Entertain yg tdk
daftar daftar nominatif, PPH
Final
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI BADAN

MULAI:
SAAT DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA

BERAKHIR:
• SAAT DIBUBARKAN
• TIDAK LAGI BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA

December 4, 2023 PASAL 2A Ayat (2)


MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI Ps. 2 : (4) huruf B

MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA

BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN
DI INDONESIA

Pasal 2A ayat (4)

December 4, 2023
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI Ps. 2 : (4) huruf a

MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
• MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI
BUT

BERAKHIR:
• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
• TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI
BUT

PASAL 2A Ayat (3)


NON SUBJEK PAJAK

• Badan perwakilan Negara asing ( Kedutaan


Besar );
• Organisasi-organisasi Internasional;
• Unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kreteria yang ditentukan.

December 4, 2023
PERHITUNGAN PPH TERUTANG
Luar Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri Pasal 26
Pasal 24
Negeri

Indonesia

Pasal 23 WAJIB PAJAK Pasal 23


BADAN
Laporan Laba / Rugi
Penghasilan
xxx Pasal 4
Pasal 6 Biaya
(xxx)
Laba
xxx Pasal 9
Koreksi Fiskal
xxx
Pasal 22, 23, Penghasilan Kena Pajak Pasal 17
xxx
24, 25
Pajak Terutang Pasal 29
xxx
Pajak dibayar dimuka
December 4, 2023 (xxx)
Pajak yang harus dibayar
OBJEK PAJAK / PENGHASILAN
[ Pasal 4 (1) ]

Pengertian :
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atas diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak,
yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk
apapun.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau


jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya,
kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba Usaha
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn
pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec.
yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis keturunan lurus satu derajat,
dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara
pihak-pihak yg bersangkutan
5.Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan
OBJEK PAJAK
[ Pasal 4 ayat (1) ]

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang

Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan krn pembebasan utang

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian kembali
aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg
terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan pajak.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah

Imbalan bunga

Surplus Bank Indonesia


NON OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat atau


sumbangan keagamaan;
 Harta hibahan;
 Warisan;
 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura atau kenikmatan dari WP atau
Pemerintah;
 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
December 4, 2023
NON OBJEK PAJAK
 dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh PT sebagai WP DN, koperasi, BUMN, atau
BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik
negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
 iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik
yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
December 4, 2023
NON OBJEK PAJAK
 penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau
yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
December Indonesia;
4, 2023
NON OBJEK PAJAK
 beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;
 sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan ;
 bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.
December 4, 2023
JENIS PENGHASILAN - PASAL 4(1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, termasuk natura
dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain
dalam UU ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan,
dan penghargaan.
c. Laba Usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
JENIS PENGHASILAN - PASAL 4(1)
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak.
q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL

Jenis Dasar Tarif


Penghasilan Hukum
Penghasilan berupa
bunga deposito dan PP 131 Tahun 2000 20%
tabungan lainnya
0,1% dari nilai transaksi
Penjualan saham bursa PP 14 Tahun 1997 0,5% dari nilai saham saat
penawaran perdana
Bunga dan Diskonto
Obligasi
bunga atau diskonto UU No 7 Tahun
15% bagi WPDN
surat berharga jangka 2021 HPP
20% bagi WPLN
pendek yang PP 6 Tahun 2002
diperdagangkan di
pasar uang
Diskonto SPN PP 27 Tahun 2008 20% dari diskonto
2,5% dari jumlah bruto.
Pengalihan hak atas tanah
PP 34 Tahun 2016 1% untuk RS/RSS oleh perusahaan
dan bangunan
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Pekerjaan Kontruksi
1.75% (Kualifikasi Kecil/SKK),
4% (Non SBU/SKK), 2.65%
PP 51 Tahun 2008 jo. (Selain 1 dan 2)
Penghasilan Jasa
PP 40 Tahun. 2009 Konsultansi Kontruksi
Konstruksi
PP. 9 Tahun 2022 3.5% (SBU/SKK), 6% (Non
SBU/SKK)
Pekerjaan Kontruksi Terintegrasi
2.65% (SBU), 4% (Non SBU)
Dividen yang diterima oleh PP 19 Tahun 2009 10% (jika tidak diinvestasikan
WPOP PMK 18/PMK.03/2021 sesuai PMK)

Pesangon : Pensiun
0-50 jt : 0% 0-50 jt : 0%
Uang Pesangon dan
PP 68 Tahun 2009 50-100 jt : 5% >50 jt : 5%
Tebusan Pensiun
100-500 jt: 15%
>500 jt : 25%
≤240 ribu simpanan Pokok :
Bunga Simpanan Anggota 0%
PP 15 Tahun 2009
Koperasi >240 ribu simpanan Pokok :
10%
Hadiah Undian PP 132 Tahun 2000 25% dari hadiah
PP 46 Tahun 2013 (Juli 13
1% x Peredaran Bruto (omset)
Penghasilan Usaha WP - Juni 18)
PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPh - PASAL 4 (3)

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk infak dan sedekah


yang diterima oleh, ……… sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. ………..;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan
atau kenikmatan, meliputi
1. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai;
2. Natura di daerah tertentu;
3. Natura karena keharusan pekerjaan;
4. Natura yang bersumber dari
APBN/APBD/APBDes;
5. Natura dengan jenis dan/atau batasan tertentu
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor;

DIUBAH DALAM
UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA
OBJEK PAJAK BUT

Objek Pajak bagi SPLN BUT:


a.Atribusi Faktual: penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT
tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai (Pasal 5
ayat (1) huruf a)
b.“Force of Attraction”: penghasilan kantor pusat dari usaha
atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di
Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang
dilakukan oleh BUT di Indonesia (Pasal 5 ayat (1) huruf b)
c. Atribusi karena hubungan efektif: penghasilan sebagaimana
tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor
pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan
dimaksud. (Pasal 5 ayat (1) huruf c). 38
Atribusi Faktual: Pasal 5 ayat (1) huruf a

X Corp.

Negara X

Income Indonesia

BUT
Sales Product “X”
Income X Corp.

Assets

PT PQR

PT ABC

Atribusi Faktual: Objek Pajak BUT dari kegiatan atau harta BUT tersebut.
39
Force of Attraction: Pasal 5 ayat (1) huruf b

Income X Corp.

Negara X

Indonesia
Sales Product “X” BUT
Income
X Corp.

Sales Product “X”


PT ABC PT PQR

Force of attraction: Income kantor pusat dari PT ABC menjadi objek


pajak BUT.

40
Hubungan efektif: Pasal 5 ayat (1) huruf c

Betah Corp.

License
Negara X Agreement
Royalty & fee
Management
Indonesia
Agreement

BUT
PT ABC
Betah Corp.
Bangunan Hotel

Terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan kepada kantor pusat  royalty dan fee adalah
objek pajak BUT.

41
OBJEK PAJAK SPLN TERKAIT BUT

BRANCH PROFIT TAX


• Branch Profit: Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi
pajak dari suatu BUT di Indonesia
• Terutang PPh sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia.
(Pasal 26 ayat (4) UU PPh)
Syarat agar tidak terutang Branch Profit Tax: (KMK 602/KMK.04/1999)
• Dilakukan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta
pendiri; dan
• Dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau selambat-lambatnya tahun
pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya
penghasilan tersebut; dan
• Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut
sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah
perusahaan tempat penanaman dilakukan berproduksi komersil. 42
PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO [ Pasal 6 UU PPh ]
a. BIAYA YANG SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANSUNG
BERKAITAN DENGAN DENGAN KEGIATAN USAHA, antara lain :
1. Biaya pembelian bahan ;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honororarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang.
3. bunga, sewa, dan royalty.
4. biaya perjalanan ;
5. biaya pengolahan limbah ;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
8. biaya administrasi
9. pajak
December kecuali Pajak Penghasilan.
4, 2023
PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO [ Pasal 6 UU PPh ]
 Penyusutan dan amortisasi
 Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
 Kerugian karena penjualan/pengalihan harta yang
digunakan dalam perusahaan
 Kerugian selisih kurs
 Biaya penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia
 Beasiswa, magang dan pelatihan

December 4, 2023
PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO [ Pasal 6 UU PPh ]
 Penghapusan Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,
dengan syarat :
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial; dan
• Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
(BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan; dan
• Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
• Menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak.
 Premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dengan syarat
bahwa premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi karyawan
December 4, 2023
PENGURANG PENGHASILAN
BRUTO [ Pasal 6 UU PPh ]
 sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional ketentuannya diatur dengan PP;
 sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
yang dilakukan di Indonesia ketentuannya diatur dengan
PP;
 biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan PP;
 sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
 sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah

December 4, 2023
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota
 Pembentukan dana cadangan, kecuali :
 cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
 Cadangan untuk usaha asuransitermasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
 Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
 Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
 cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri
December 4, 2023untuk usaha pengolahan limbah industri,
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

• Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,


asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan
bagi Wajib Pajak yang bersangkutan

December 4, 2023
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan


atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
December 4, 2023
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

 Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,


kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
December 4, 2023
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

 Pajak penghasilan;
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya;
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
December 4, 2023
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI

 Harga perolehan (harga perolehan ditambah biaya-


biaya yang dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya
transportasi, biaya instalasi)
 Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima) apabila terdapat hubungan
istimewa
 Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)
 Nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan
(apabila pengalihan harta tersebut bukan merupakan
objek
December 4, 2023pajak, misalnya sumbangan)
PENYUSUTAN

 Untuk mengurangi biaya aktiva yang mempunyai masa


manfaat lebih dari 1 tahun
 Metode penyusutan
 Garis lurus
 Saldo menurun
 Bangunan disusutkan dengan metode garis lurus
 Penyusutan dilakukan untuk setiap bulan
 Tanah tidak disusutkan, kecuali jika nilai tanah mengalami
penurunan untuk memperoleh penghasilan
 Di akhir masa manfaat, sisa nilai buku disusutkan
seluruhnya
December 4, 2023
KELOMPOK HARTA BERWUJUD

Kelompok Harta Berwujud Masa Mamfaat


I. Bukan Bangunan :
- Kelompok 1 4 tahun
- Kelompok 2 8 tahun
- Kelompok 3 16 tahun
- Kelompok 4 20 tahun
II. Bangunan
- Permanen 20 tahun
- Tidak Permanen 10 tahun
December 4, 2023
TARIF PENYUSUTAN
Kelompok Harta Masa Garis Lurus Saldo Menurun
Mamfaat
I. Bukan Bangunan
- Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
- Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
- Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
- Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
- Permanen 20 tahun 5% ---
- Tidak Permanen 10 tahun 10% ---
December 4, 2023
AMORTITASI

• Pengeluaran atas harta tak berwujud yang


mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun dibebankan melalui amortisasi.
• Metode amortisasi
• Garis lurus
• Saldo menurun

December 4, 2023
TARIF AMORTISASI

Kelompok Harta Masa Garis Lurus Saldo


Tak Berwujud Mamfaat Menurun
- Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
- Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
- Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
- Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

December 4, 2023
PERSEDIAAN
[ Pasal 10 ayat (6) ]
Persediaan :
 Meliputi persediaan barang dagangan/barang jadi,
barang dalam proses, bahan baku, bahan pembatu,
sikuritas.
 Harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang
dilakukan secara :
 Metode rata-rata (avarage); atau
 Metode FIFO (First In First Out)

December 4, 2023
PENGHITUNGAN PAJAK

Prosedur Umum
• Menerapkan tarif pajak badan atas penghasilan
kena pajak (penghasilan bruto dikurangi biaya yang
boleh dikurangkan)
• Tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan
pajak penghasilan (PPh) Final

December 4, 2023
IDENTIFIKASI
BIAYA
• DEDUCTIBLE EXPENSES
(PASAL 6 UU PPH)

• NON DEDUCTIBLE
EXPENSES (PASAL 9 UU
PPH)
DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 6 UU PPH)
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha (3M: menagih/memelihara/mendapatkan);
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
perusahaan diluar
Jasa/lembaga
keuangan
DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 6 UU PPH) mencadangkan
kerugian piutang?
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat (Bisa
Perusahaan
dgn 4 syarat:
Bergerak Jasa /lembaga Keuangan)
direport di Lap
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Komersial, rekap
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidakserahkan
dapat ditagih
ke DJP,
kepada Direktorat Jenderal Pajak; Diputuskan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau negeri
Pengadilan
instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan
dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 6
UU PPH)

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang


dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
SUMBANGAN YANG
DIPERKENANKAN
(PP 93 TAHUN 2010)

3)PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
(R&D)
4)PENANGGULANGAN
BENCANA NASIONAL
(PP)
1)FASILITAS
PENDIDIKAN 5)BIAYA
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
SOSIAL

2)PEMBINAAN
OLAHRAGA
BATAS SUMBANGAN DAN/ATAU BIAYA PP < UU
YANG DAPAT DIKURANGKAN setuju base
UU, detail?

 Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur


sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 (satu)
tahun
 Dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak
sebelumnya.

Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah Rp. 60.000.000.000,00 maka
jumlah sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu
maksimal 5% atau sebesar Rp. 3.000.000.000,00.

Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan sebesar Rp. 5.000.000.000,00


maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto hanya sebesar Rp.
3.000.000.000,00

PASAL 3 PP 93 TAHUN
2010
KONDISI SUMBANGAN DAN/ATAU BIAYA
TIDAK DAPAT DIKURANGKAN

 Sumbangan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi


pihak pemberi
 Apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sdd UU PPh.

Yang dimaksud dengan "hubungan istimewa" adalah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 UU PPh.
• Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau
• Hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib
Pajak atau lebih yang disebut terakhir, atau
• Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung
• Ada hubungan darah: Semenda(1 nenek) / Segaris (ibu bapak) : Lovita & anak 1
nenek
BENTUK SUMBANGAN DAN / ATAU BIAYA
YANG DAPAT DIKURANGKAN

1. Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau


barang.
2. Biaya pembangunan infrastruktur sosial diberikan hanya
dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.

Yang dimaksud "barang" dapat berupa barang yang


diproduksi atau
diperoleh oleh Wajib Pajak pemberi sumbangan.

Yang dimaksud dengan "sarana dan/atau prasarana" antara


lain
rumah ibadah, sanggar seni budaya, dan poliklinik.

PASAL 5 PP 93 TAHUN
2010
SYARAT BISA DIKURANGKAN

Sumbangan dan/atau biaya sebagaimana dimaksud diatas dapat dikurangkan dari


penghasilan bruto dengan syarat:

1. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2. Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun
Pajak sumbangan diberikan;
3. Didukung oleh bukti yang sah; dan
4. Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
5. Lazis/basis/NGO
BIAYA PROMOSI Syarat PPH PPN
a imbalan agre ment diawal+ imbalanu/ menaik anomzet 2% (Pasal 23) x
• Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang
dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan
dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung
b pemberiancuma2 - BukanPPH v
maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau
meningkatkan penjualan.
c Pemakaiansendir - BukanPPH x
• Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto merupakan
akumulasi dari jumlah:
• Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau
media lainnya;
• Biaya pameran produk;
• Biaya pengenalan produk baru; dan/atau
• Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
• Tidak termasuk Biaya Promosi:
• Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang
tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan
promosi.
• Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai pajak
beserta final.
• Imbalan Penjualan/Pemakaian sendiri/Pemberian Cuma2 tax
Planning?
POKOK PERUBAHAN UU HPP
BIAYA PROMOSI
UU PPH KONSOLIDASI UU HARMONISASI
SETELAH UU CIPTA PERATURAN
KERJA PERPAJAKAN (UU HPP)
Biaya promosi dan Biaya promosi dan
penjualan yang diatur penjualan;
dengan atau
berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;

PMK No. 02/PMK.03/2010 tentang Biaya


Promosi Yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto, PMK ini masih berlaku,
apakah tetap melampirkan? Untuk menghindari
koreksi sebaiknya tetap dibuat
BIAYA PROMOSI YANG TERUTANG PAJAK

• Pemasangan iklan di Media (PPh Pasal 23)


• Pembayaran jasa event organizer (PPh Pasal 23)
• Pembayaran Jasa kepada Orang Pribadi SPT 1721: artis &
(Artis, pembicara, hadiah) .. PPh Pasal 21 Pembicara= pekerj
tdk tetap & tdk
berkesinambungan
50% - PTKP- x tar
psl 17

Pengadaan barang-barang untuk promosi seperti kalender, mug,


payung, pin, dll. tidak terutang pemotongan pajak apapun
BIAYA PERJAMUAN / ENTERTAIMENT
SE-DIRJEN PAJAK No.27/PJ.22/1986

• Biaya "entertainment", representasi, jamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan.
• Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan
(formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil).
• Oleh karena itu, Wajib Pajak yang mengurangkan biaya-biaya tersebut dari penghasilan brutonya,
sejak tahun pajak 1986 agar melampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan daftar nominatif
seperti terlampir yang berisi :
- Nomor urut, Tanggal "entertainment”, Nama tempat , Alamat, Jenis "entertainment”, Jumlah (Rp);
- Relasi usaha yang diberikan "entertainment“ (Nama, Posisi, Nama perusahaan, Jenis usaha)
BIAYA DALAM BENTUK NATURA / KENIKMATAN
PERMENKEU NO.83/PMK.03/2009

Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai yang menerimanya
adalah :

a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai


yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
- Pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di
tempat kerja, atau
- Pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena sifat
pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian makan ditempat kerja,
meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar
lainnya.
BIAYA DALAM BENTUK NATURA / KENIKMATAN
PERMENKEU NO.83/PMK.03/2009

b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka
menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah
tersebut.
- Sarana tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;
- Sarana pelayanan kesehatan;
- Sarana pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
- Sarana peribadatan;
- Sarana pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
- Sarana olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating, pacuan kuda, dan terbang layang, sepanjang sarana dan fasilitas tersebut
tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.
BIAYA DALAM BENTUK NATURA / KENIKMATAN
PERMENKEU NO.83/PMK.03/2009

Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai


potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada
umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum,
baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi
ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam
modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang
relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai
kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki
cadangan mineral.
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena
sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya.
Meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam
petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta
penginapan untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.
POKOK PERUBAHAN UU HPP
PENGATURAN KEMBALI FRINGE BENEFIT

Pengaturan Saat Ini


a. Pada prinsipnya natura bukan biaya bagi pemberi kerja dan bukan penghasilan
bagi pegawai penerima natura.
b.Natura yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja dan bukan
penghasilan bagi penerima, sebatas: 1) Penyediaan makan/minum bagi seluruh
pegawai; dan 2) Natura di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
c. Natura yang diberikan oleh bukan WP atau WP yang dikenai PPh Final
merupakan objek pajak bagi penerima.

Undang-Undang HPP
d.Pada prinsipnya natura dapat dibiayakan sepanjang terkait dengan 3M
(mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan) bagi pemberi
kerja dan merupakan penghasilan bagi pegawai
e.Natura dan/atau kenikmatan yang bukan objek PPh bagi penerima: 1)
Penyediaan makan/minum seluruh pegawai; 2) Natura dan/atau
kenikmatan di daerah tertentu; 3) Natura dan/atau kenikmatan karena
keharusan pekerjaan; 4) Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber
atau dibiayai dari APBN/APBD; dan 5) Natura dan/atau kenikmatan
dengan jenis & batasan nilai tertentu
f. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA

Pemberian natura kepada pegawai dapat dibiayakan oleh Perlengkapan kerja


Pemberi Kerja & merupakan penghasilan bagi pegawai seperti laptop dan
ponsel tidak menjadi
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi objek pajak
penerima, Yaitu: penghasilan bagi
• Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai karyawan dan
• Natura di daerah tertentu merupakan biaya
• Natura karena keharusan pekerjaan bagi perusahaan
Contoh: alat keselamatan kerja atau seragam
• Natura yang berasal dari APBN/APBD
• Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu

Natura Internal: Tunj/Kenikmatan


Pegawai Internal=deductable: Tunj
Pensiun/Makan siang/laptop/hP
External: tunjangan/kenikmatasn
external=Undeductable: Entertain
kecuali nominatif
AKTIVA PERUSAHAAN YANG DIKUASAI PEGAWAI
DIBIAYAKAN

• Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 100% atas penyusutan, pengisian
ulang pulsa, dan perbaikannya.(sebelumnya 50%)
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 100% atas penyusutan, biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan
dan pemakaian bahan bakarnya. (sebelumnya 50%)
• Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus,
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput
para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui
penyusutan dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin perusahaan.
ATAS AKTIVA YANG DIKUASAI
PEGAWAI

Pemberian natura kepada pegawai


dapat dibiayakan oleh Pemberi Kerja
Perlengkapan kerja
NON DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 9 UU PPH)
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan
piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan
biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan
syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak yang bersangkutan;
NON DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 9
UU PPH)
e. Dihapus
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan
oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau
Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan; (final/STP/Bunga/denda pajak)
NON DEDUCTIBLE EXPENSES (PASAL 9 UU PPH)
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

Pengeluaran untuk 3M (Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara


Penghasilan) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan
melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 atau Pasal 11A UU PPh.
(Pasal 9 ayat (2) UU PPh)
KOMPENSASI KERUGIAN.

APABILA PENGHASILAN MAKA KERUGIAN TSB


BRUTO SETELAH DIKOMPENSASIKAN DENGAN
PENGURANGAN PENGHASILAN MULAI TAHUN
SEBAGAIMANA PAJAK BERIKUTNYA
DIMAKSUD PADA AYAT BERTURUT-TURUT SAMPAI
(1) DIDAPAT KERUGIAN DENGAN 5(LIMA) TAHUN.

Pasal 6 ayat (2)

December 4, 2023
KOMPENSASI KERUGIAAN

 Kerugian tahun lalu dapat dibawa dan


dikompensasikan ke penghasilan kena pajak
selama 5 tahun pajak berikutnya
 Kerugian yang diakibatkan karena penghasilan
yang telah dikenakan pajak final, tidak dapat
dibawa/dikompensasikan ke tahun pajak
berikutnya
December 4, 2023
KOMPENSASI KERUGIAN

KOMPENSASI KERUGIAN 5 (LIMA) TAHUN

CONTOH

PT. A Tahun 2012 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000.00


Dalam 5 tahun berikutnya Rugi-Laba fiskal PT. A. Menggambarkan sebagai berikut:

2013 : LABA FISKAL Rp. 200.000.000.00


2014 : RUGI FISKAL Rp. 300.000.000.00 Kompens
2015 : LABA FISKAL Rp. 50.000.000,00 asi max
2016 : LABA FISKAL Rp. 100.000.000.00 th 2019
2017 : LABA FISKAL Rp. 800.000.000.00
KOMPENSASI KERUGIAN
DILAKUKAN

RUGI FISKAL TAHUN 2012 (Rp 1.200.000.000.)


LABA FISKAL TAHUN 2013 Rp 200.000.000. (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 1.000.000.000.)
RUGI FISKAL TAHUN 2014 (Rp 300.000.000.)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 700.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2015 Rp 50.000.000. (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 750.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2016 Rp 100.000.000. (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 850.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2017 Rp 800.000.000. (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 50.000.000.)
SISA RUGI FISKAL TAHUN 2012 Rp.
50.000.000.00
Yang masih tersisa pada akhir Tahun 2017,
tidak boleh dikompensasikan dengan Laba
Fiskal Tahun 2018. Sedangkan :

RUGI FISKAL TAHUN 2014 Rp. 300.000.000.00


Hanya dikompensasikan dengan Laba Fiskal
Tahun 2018 dan Tahun 2019, karena jangka
waktu lima tahun dimulai sejak tahun 2015 dan
berakhir tahun 2019.

PASAL 6 AYAT (2)


NPWP : Nama Wajib Pajak :
Rugi/Laba Neto Kompensasi Kerugian Fiskal (Dalam jutaan Rupiah)
Fiskal
Tahun Jumla 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 202
h 0
2012 (1.200) 200 - 50 100 800 -
2013 200 - - - - - - - -
2014 (300) - - - - - 200 100
2015 50 - - - - - - - -
2016 100 - - - - - - - -
2017 800 - - - - - - - -
2018 200 - - - - - - - -
2019 400 - - - - - - - -
2020 500 - - - - - - - -
Jumlah 200 - 50 100 800 200 100 -
PENGHITUNGAN PAJAK
Penetapan Provisi Khusus
• Penghasilan kena pajak ditetapkan berdasarkan
perkiraan laba usaha
• Berlaku untuk perusahaan pelayaran/penerbangan
internasional, perusahaan perdagangan luar negeri,
perusahaan pengeboran minyak dan gas, dan
perusahaan yang bergerak di bidang “Build-Operate-
Transfer”

December 4, 2023
PENILAIAN HARTA PERUSAHAAN

“ Penilaian harta ditentukan berdasarkan harga perolehannya



1. Persediaan Barang Dagangan
Harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang
dilakukan secara :
- Metode rata-rata; atau
- Metode FIFO

December 4, 2023
PENILAIAN HARTA PERUSAHAAN
2. Aktiva Tetap
Harga perolehan = Harga Beli + Biaya biaya untuk
mendapatkan.

3. Tanah
Semua pengeluaran untuk memperoleh termasuk
pengurusan hak-hak atas tanah.

4. Biaya Pra Operasi


Biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasi
komersial berjalan.
December 4, 2023
BUNGA PINJAMAN
 Bunga pinjaman adalah bunga yang menjadi beban
sehubungan dengan pinjaman uang sepanjang pinjaman
tersebut digunakan untuk usaha

Bunga Yang Non Deductible Expense :


 Bunga atas penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat
final dan atau yang tidak termasuk objek pajak.
 Bunga pinjaman yang harus dikapitalisasi atau merupakan
unsur harga pokok, seperti :
- dipergunakan untuk membeli saham yang sudah
beredar;
- dipergunakan untuk membeli tanah bagi perusahaan real
estate;
- dipergunakan untuk pembangunan selama masa konstruksi.
December 4, 2023
KETENTUAN SE.46/PJ.4/1995

 Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya


dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-rata dana
yang ditempatkan sebagai deposito atau tabungan
lainnya, maka biaya bunga yang dibayar atau terutang
atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya.
 Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari
jumlah rata-rata dana yang ditempatkan dalam bentuk
deposito atau tabungan lainnya, maka biaya bunga
atas pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya
adalah bunga yang dibayar atau terutang atas rata-rata
pinjaman yang melebihi rata-rata dana yang
ditempatkan sebagai deposito berjangka atau
December 4,tabungan
2023 lainnya
SELISIH KURS VALUTA ASING

MACAM-MACAM KURS :
 Kurs Menteri Keuangan
 Kurs Realisasi :
Kurs yang sebenarnya terjadi pada waktu perusahaan
merupiahkan valas atau pada waktu perusahaan membeli
valas.
 Kurs BI :
Kurs BI digunakan untuk mencatat hutang piutang serta
transaksi dalam valuta asing.

December 4, 2023
GUNA KURS KMK

 Perhitungan pelunasan Bea Masuk, Bea Masuk


Tambahan, PPN-Import, PPh pasal 22 sesuai
dengan tanggal PIUD.
 Perhitungan PPN dan PPnBM sesuai tanggal faktur
pajak, apabila pembayaran, harga jual atau Nilai
penggantian dilakukan dengan mata uang asing
 Perhitungan PPh pasal 21 atau PPh pasal 26
apabila penghasilan diterima dalam mata uang
asing.
 Perhitungan Pajak Ekspor.
 Perhitungan Pajak-pajak Final yang dibayarkan
dalam valuta asing
December 4, 2023
REKONSILASI FISCAL

 Atas penghasilan yang dikenakan PPh Final


(pasal 4 ayat (2) UU PPh)
 Atas penghasilan yang bukan objek pajak
(pasal 4 ayat (3) UU PPh)
 Non Deductible Expense (pasal 9 UU PPh).
 Biaya yang diatur tersendiri (Beda Waktu )
 Joint Cost
December 4, 2023
KREDIT PAJAK

Pasal 22 - Pembayaran pajak melalui


pemungut pajak, seperti pada waktu
impor.
Pasal 23 - Pembayaran pajak melalui
pemotongan oleh pihak ketiga
Pasal 24 - Kredit Pajak Luar Negeri –
pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri
December 4, 2023
KREDIT PAJAK

• Pasal 25
- Pembayaran angsuran pajak dalam tahun
pajak berjalan untuk setiap bulan.
• Fiskal Luar Negeri
- Pajak yang dibayar pada saat seorang
karyawan pergi ke luar negeri – terbatas hanya
untuk perjalanan dinas

December 4, 2023
ANGSURAN PPh PASAL 25
[ Asumsi tahun Pajak Januari – Desember ]
 Sebelum batas waktu penyampaian SPT PPh (Januari
dan Februari) = Angsuran masa Desember tahun pajak
sebelumnya
 Setelah SPT PPh dilaporkan (Maret s.d. Desember)
= Berdasarkan jumlah PPh terutang sesuai dengan yang
tercantum di SPT (Pajak terutang – pajak yang dipotong
pihak ketiga) dibagi 12 bulan

December 4, 2023
ANGSURAN PPh PASAL 25
 Apabila SPT Rugi atau Nihil
- Angsuran pajaknya adalah Nihil
 Kompensasi Kerugian
- Dalam Perhitungan hutang pajak, Penghasilan Kena Pajak
yang tercantum di SPT harus dikurangi dahulu dengan
kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang
masih dapat dikompensasi.
 Terdapat Penghasilan Tidak Teratur
- Penghasilan Tidak Teratur dikeluarkan dari perhitungan
angsuran pajak, misalnya: keuntungan selisih kurs,
keuntungan dari pengalihan harta
December 4, 2023
Angsuran PPh PASAL 25
(Dalam hal-hal Tertentu)
 Apabila dilakukan Pembetulan SPT
 Jika dilakukan pembetulan SPT setelah dilaporkannya SPT,
dan mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
angsuran pajaknya berdasarkan SPT Pembetulan.
 Apabila diterbitkan Ketetapan Pajak
 Jika pada tahun pajak sebelumnya terdapat Surat Ketetapan
Pajak (SKP), jumlah angsuran pajaknya harus dihitung
kembali berdasarkan Penghasilan Kena Pajak yang telah
ditetapkan dalam SKP tersebut dan berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

December 4, 2023
Angsuran PPh PASAL 25
(Dalam hal-hal Tertentu)
 Terlambat Lapor SPT :
• Angsuran pajak sebelum batas waktu pelaporan
SPT = angsuran masa Desember tahun pajak
sebelumnya.
• Kekurangan pembayaran pajak dari tanggal batas
waktu pelaporan s.d. dilaporkannya SPT
dikenakan denda sebesar 2% perbulan.

December 4, 2023
Angsuran PPh PASAL 25
(Dalam hal-hal Tertentu)
 Perpanjangan SPT :
• Apabila permohonan perpanjangan disetujui, angsuran
untuk masa pajak Maret sampai dilaporkannya SPT
adalah berdasarkan perhitungan sementara yang
tercantum dalam Formulir SPT 1771-Y.
• Pajak yang kurang dibayar dari tanggal batas waktu
pelaporan s.d. dilaporkannya SPT dikenakan denda
sebesar 2% per bulan.

December 4, 2023
ANGSURAN PPh PASAL 25
(Dalam hal-hal khusus)
 Wajib Pajak Badan (Baru)
1
/12 x (tarif progresif x penghasilan fiskal bulanan
yang disetahunkan)

 Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi


1
/12 x (tarif progresif x laba/rugi fiskal pertiga
bulanan yang disetahunkan)
December 4, 2023
ANGSURAN PPh PASAL 25
(Dalam hal-hal khusus)

 BUMN / BUMD
1
/12 x [(tarif progresif x laba/rugi fiskal sesuai dengan RKAP)]

• Tidak berlaku untuk bank pemerintah atau perusahaan


yang bergerak di bidang Sewa Guna Usaha

December 4, 2023
TERUTANGNYA PENGHASILAN
LUAR NEGERI
 Pengakuan penghasilan berdasarkan negara asal
penghasilan
 Penghasilan dari kegiatan usaha: stelsel akrual
 Pendapatan dividen: stelsel kas / ditetapkan
 Penghasilan lain-lain: stelsel kas
 Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh
digabungkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak di Indonesia

December 4, 2023
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
[ Pasal 24 ]
 Untuk menghindari beban pajak ganda atas penghasilan yang
sama
 Jumlah yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang
lebih rendah diantara :
 Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri; atau
 Jumlah pajak yang dihitung menurut perbandingan antara
penghasilan dari luar negeri dan seluruh penghasilan kena
pajak dikalikan PPH terutang
 Jumlah pajak terutang atas seluruh penghasilan kena pajak,
apabila penghasilan luar negeri > total penghasilan (didalam
negeri menjalani kerugian)
December 4, 2023
SURAT PEMBERITAHUAN
[ SPT ]
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
(formulir 1771) dan SPT Tahunan PPh bagi
Wajib Pajak Badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam
bahasa Inggris dan mata uang Dollar
Amerika Serikat (formulir 1771/$)

December 4, 2023
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
No Kode Nama Form Ket.
Form
1. 1771 SPT Tahunan PPh WP Badan Induk SPT

2. 1771- I Penghitungan Penghasilan Neto Fiskal Lamp. I

3. 1771- II Perincian HPP, Biaya Usaha Lainnya Lamp. II


dan Biaya Luar Usaha
4. 1771- III Kredit Pajak Dalam Negeri Lamp. III

5. 1771- IV PPh Final dan Penghasilan Yang Tidak Lamp. IV


Termasuk Objek Pajak

December 4, 2023
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

6. 1771- V Daftar Pemegang Saham / Pemilik Modal Lamp. V


dan Jumlah Dividen yang dibagikan
Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris

7. 1771- VI Daftar Penyertaan Modal Pada Perusahaan Lamp. VI


Afiliasi
Daftar Pinjaman (Utang) dari Pemegang
Saham dan / atau Perusahaan Afiliasi
Daftar Pinjaman (Piutang) kepada Pemegang
Saham dan / atau Perusahaan Afiliasi

December 4, 2023
KELENGKAPAN SPT TAHUNAN
[ PASAL 3 AYAT (6) UU KUP ]
 Seluruh lampiran yang telah dibakukan (yaitu formulir
1771-I s/d 1771-VI) harus diisi walaupun nihil;
 Neraca dan Rugi Laba tahun pajak yang bersangkutan;
 Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak
berikutnya untuk Wajib Pajak tertentu;
 SSP lembar ke-3 tahun pajak yang bersangkutan apabila
SPT menunjukkan kurang bayar;
 Surat kuasa khusus dalam hal SPT ditanda tangani oleh
bukan pengurus atau bukan direksi;
 Daftar penghitungan penyusutan/amortisasi;
 Penghitungan Objek PPh Pasal 26 ayat (4) bagi Wajib
Pajak BUT yang penghasilannya telah dikenakan PPh
yang bersifat final;
 Lampiran lainnya yang ditentukan oleh Direktur Jenderal
December 4, 2023
Pajak.
PRINSIP-PRINSIP UMUM

 Pertanggungan jawab oleh Pengurus, termasuk


pengurus yang mempunyai kuasa dalam menentukan
kebijaksanaan perusahaan dan terlibat dalam
pengambilan keputusan.
 Sistem “Self Assessment”

December 4, 2023
PRINSIP-PRINSIP UMUM
 Pada umumnya mengikuti prinsip akuntansi Indonesia,
kecuali peraturan perpajakan menentukan lain.
 Prinsip akrual vs prinsip cash  prinsip akrual harus
diterapkan untuk penghasilan dan biaya yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun.
 Direktorat Jenderal Pajak berhak untuk melakukan review
dan penyesuaian atas transaksi-transaksi yang melibatkan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

December 4, 2023
PRINSIP-PRINSIP UMUM

• TAHUN PAJAK
• Tahun kalender vs Tahun Buku (Accounting Year)
• Dilakukan secara taat asas
• Perubahan tahun pajak  persetujuan dari Direktorat
Jenderal Pajak

December 4, 2023
Tax
Planning:
Leoni: so
menurun,In
PENGURANGAN PENGHASILAN BRUTO daryani
BIAYA PENYUSUTAN Garis
Lurus=pa
Marlin
Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan
Berwujud/ Tidak Manfaat
Berwujud Garis Lurus Saldo
Menurun

Bukan Bangunan
dan Harta Tidak
Berwujud 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 1 8 tahun 12,5 % 25 %
Kelompok 2 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 3 20 tahun 5% 10 %
Kelompok 4
Bangunan:
Permanen 20 tahun 5% Tidak ada
Tidak Permanen 10 tahun 10 % Tidak ada
CADANGAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
YANG DIPERBOLEHKAN ATURAN PAJAK

Secara umum cadangan tidak diperkenankan


Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh, kecuali untuk:
● Bank dan badan usaha penyalur kredit,
● Sewa guna usaha dengan hak opsi,
● Lembaga pembiayaan,
● Perusahaan anjak piutang,
● Asuransi, termasuk LPJS,
● Pertambangan (biaya reklamasi)
● Penjaminan (LPS),
● Pembuangan limbah industri,
● Penanaman kembali kehutanan.
POKOK PERUBAHAN UU HPP
TARIF PPH BADAN

1. Tarif PPh Badan tahun 2022 dst sebesar 22%


2. Tarif PPh Badan Wajib Pajak Go Public
= Tarif Umum - 3%
= 22% - 3%
= 19%
PENEGASAN ATAS
PELAKSANAAN
PASAL 31 E AYAT (1)
TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
(SE-02/P/2015)
Wajib Pajak Badan Dalam
Pengecualian Badan yang tidak
Negeri dengan peredaran bruto
mendapat fasilitas
sampai dengan 50 M

Mendapat fasilitas berupa Bentuk Usaha Tetap


pengurangan tarif sebesar 50% (BUT)

Atas Penghasilan Kena Pajak dari


Bagian peredaran bruto sampai
dengan 4,8 Miliar
Wajib Pajak Badan dalam negeri yang mendapat fasilitas
tersebut tidak perlu menyampaikan permohonan
untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.

Fasilitas pengurangan tarif sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 31 E ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan dilaksanakan pada saat penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan
PEREDARAN BRUTO
Peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 31 E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan
merupakan semua penghasilan yang diterima dan/atau
diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha,
setelah dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan
serta potongan tunai dalam Tahun Pajak yang bersangkutan,
sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia.
PEREDARAN Perusahaan ada
peredaran final/tdk
BRUTO final, tax planning
biaya: join/split cost

Penghasilan yang Penghasilan yang


dikenai Pajak Penghasilan yang
dikecualikan dari
Penghasilan dikenai Pajak
objek pajak.
bersifat final; Penghasilan tidak
Psl 4 ayat 3
Psl 4 ayat 2 bersifat final; dan
Psl 4 ayat 1
CONTOH PERHITUNGAN 1
(PEREDARAN BRUTO DIBAWAH 4.8 M)

Total peredaran bruto PT. A dalam Tahun Pajak 2022


sebesar
Rp. 4.500.000.000,00. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Peredaran bruto dari Penghasilan yang


2.500.000.00
1. Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 tahun 2018 0
1.500.000.00
2. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 0
3. Dikenai PPh tidak bersifat final 500.000.000
4.500.000.
000
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan yang
(2.300.000.0
1. Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 tahun 2018 00)
(1.300.000.0
2. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 00)
(400.000.000
Ph neto 500.000.00
Koreksi Fiskal komersial 0
Peredaran Bruto dari penghasilan yang
Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 (2.500.000.0
1. tahun 2018 00)
(1.500.000.0
2. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 00)
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan
yang
Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 2.300.000.0
3. tahun 2018 00
1.300.000.0
4. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 00
(400.000.00
Perhitungan Pajak Penghasilan terutang : 0)
Jumlah
SeluruhPenghasilan
PenghasilanNeto
Kenasetelah koreksitarif sebesar 50% dari
Pajak dikenai 100.000.00
tarif
fiskal
pajak Penghasilan Badan yang berlaku. Karena jumlah peredaran 0
Kompensasi Kerugian
bruto PT. A tidak melebihi Rp 4,800,000,000 (Empat Miliar delapan (0)
ratus juta rupiah). Maka: Pajak Penghasilan terutang untuk 100.000.00
Tahun
Penghasilan
Pajak 2022 Kena Pajak 0
Rp 100.000.000 x 50% x 22% = Rp 11.000.000
CONTOH PERHITUNGAN 2
(PEREDARAN BRUTO ANTARA 4.8 M - 50 M)

Total peredaran bruto PT. B dalam Tahun Pajak 2022


sebesar
Rp. 6.000.000.000,00. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Peredaran bruto dari Penghasilan yang


4.500.000.00
1. Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 tahun 2018 0
Dikenai PPh Final atas sewa tanah dan/atau
2. bangunan 500.000.000
1.000.000.00
3. Dikenai PPh tidak bersifat final 0
6.000.000.
000
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan yang
(4.000.000.0
1. Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 tahun 2018 00)
Dikenai PPh Final atas sewa tanah dan/atau (200.000.000
2. bangunan )
Ph Neto 1.000.000.0
Koreksi Fiskal komersial 00
Peredaran Bruto dari penghasilan yang
Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 (4.500.000.0
1. tahun 2018 00)
Dikenai PPh Final atas sewa tanah (500.000.00
2. dan/atau bangunan 0)
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan
yang
Dikenai PPh Final berdasarkan PP No 23 4.000.000.0
3. tahun 2018 00
Dikenai PPh Final atas sewa tanah
4. dan/atau bangunan 200.000.000
(800.000.00
0)
Jumlah Penghasilan Neto setelah koreksi 200.000.00
fiskal 0
Perhitungan Pajak Penghasilan
terutang :
a. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
4.800.000.00
0 200.000.00
x 0 = 160.000.000
6.000.000.00
0
Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian
b. peredaran bruto yang TIDAK memperoleh
fasilitas:
160.000.00
200.000.000 - 0 = 40.000.000

Pajak Penghasilan terutang untuk tahun


2022:
a. Rp. 160.000.000 x 50% x Rp.
CONTOH PERHITUNGAN 3
(PEREDARAN BRUTO ANTARA 4.8 M - 50 M)

Total peredaran bruto PT. C dalam Tahun Pajak 2022 sebesar


Rp. 30.000.000.000,00. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Peredaran bruto dari Penghasilan yang


22.000.000.0
1. Dikenai PPh tidak bersifat final 00
7.500.000.00
2. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 0
3. Bukan objek pajak 500.000.000
30.000.000.0
00
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan yang
(21.000.000.
1. Dikenai PPh tidak bersifat final 000)
(6.700.000.0
2. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 00)
(300.000.000
Ph neto 2.000.000.0
Koreksi Fiskal komersial 00
Peredaran Bruto dari penghasilan yang
(7.500.000.0
1. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 00)
(500.000.00
2. Bukan objek pajak 0)
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan
yang
6.700.000.0
3. Dikenai PPh Final atas jasa konstruksi 00
4. Bukan objek pajak 300.000.000
(1.000.000.
000)
Jumlah Penghasilan Neto setelah koreksi 1.000.000.0
fiskal 00
(700.000.00
Perhitungan Pajak Penghasilan
terutang :
a. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :
4.800.000.00
0 300.000.00
x 0 = 48.000.000
30.000.000.0
00
Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian
b. peredaran bruto yang TIDAK memperoleh
fasilitas :
300.000.000 - 48.000.000 = 252.000.000

Pajak Penghasilan terutang untuk tahun 2022:


a. Rp. 48.000.000 x 50% x = Rp.
22% 5.280.000
CONTOH PERHITUNGAN 4
(PEREDARAN BRUTO LEBIH DARI 50 M)

Total peredaran bruto PT. D dalam Tahun Pajak 2022 sebesar


Rp. 55.000.000.000,00. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Peredaran bruto dari Penghasilan yang


49.000.000.0
1. Dikenai PPh tidak bersifat Final 00
Dikenai PPh Final atas sewa tanah dan/atau 5.000.000.00
2. bangunan 0
1.000.000.00
3. Bukan objek pajak 0
55.000.000.0
00
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan yang
(47.500.000.
1. Dikenai PPh tidak bersifat Final 000)
Dikenai PPh Final atas sewa tanah dan/atau (4.200.000.0
2. bangunan 00)
Ph neto 2.500.000.0
Koreksi Fiskal komersial 00
Peredaran Bruto dari penghasilan yang
Dikenai PPh Final atas sewa tanah (5.000.000.0
1. dan/atau bangunan 00)
(1.000.000.0
2. Bukan objek pajak 00)
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan
yang
Dikenai PPh Final atas sewa tanah 4.200.000.0
3. dan/atau bangunan 00
4. Bukan objek pajak 800.000.000
(1.000.000.
000)
Perhitungan Pajak Penghasilan
Jumlah Penghasilan Neto setelahterutang
koreksi untuk Tahun Pajak 2022:
1.500.000.0
Rp.
fiskal500.000.000 x 22% = Rp 110.000.000 00
(1.000.000.
Kompensasi Kerugian 000)
500.000.00
CONTOH PERHITUNGAN 5
(PPH PASAL 25 TAHUN BERIKUTNYA) Range omzet
antar 4.8-
50M
Total peredaran bruto PT. E dalam Tahun Pajak 2022 sebesar
Rp. 12.500.000.000,00. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Peredaran bruto dari Penghasilan yang


1. Dikenai PPh tidak bersifat final dari:
12.350.000.0
a. Penghasilan Teratur 00
b. Penghasilan Tidak Teratur 70.000.000
Dikenai PPh Final atas Jasa Sewa tanah dan/atau
2. bangunan 80.000.000
12.500.000.00
0
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara Penghasilan yang
Dikenai PPh tidak bersifat final dari Penghasilan (11.950.000.0
1. teratur 00)
Dikenai PPh Final atas Sewa tanah dan/atau
2. bangunan (50.000.000)
Koreksi Fiskal
Ph neto
komersial
Peredaran bruto dari Penghasilan yang  500.000.000
1. Dikenai PPh Final atas sewa tanah dan/atau (80.000.00
bangunan 0)
Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
2. Dikenai PPh Final atas sewa tanah dan/atau
bangunan 50.000.000
(30.000.000)
Jumlah Penghasilan Neto setelah koreksi fiskal 470.000.000

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 untuk Tahun Pajak 2023 adalah sebagai
berikut:
Penghasilan Neto setelah koreksi fiskal 470.000.000
Penghasilan Tidak Teratur (70.000.000)
Penghasilan yang menjadi dasar Penghitungan Angsuran PPh
Pasal 25 400.000.000
untuk Tahun Pajak 2023
Kompensasi Kerugian Fiskal (0)
Penghasilan Kena Pajak yang menjadi dasar penghitungan
Perhitungan Pajak Penghasilan terutang :
a. Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto yang memperoleh fasilitas :
4.800.000.000
x 400.000.000 = 154.465.004
12.430.000.000
Jumlah Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
b. bruto yang
TIDAK memperoleh fasilitas :
400.000.000 - 154.465.004 = 245.534.996

Pajak Penghasilan terutang:


a. Rp. 154.465.004 x 50% x 22% = Rp. 16.991.150
b. Rp. 245.534.996 x 22% = Rp. 54.017.699
PPh Terutang yang menjadi dasar
penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 = Rp. 71.008.850
Tahun 2023
Angsuran PPh Pasal 25 (Rp. =
71.008.850 / 12) (masa) Rp. 5.917.404
THANK

 136

Anda mungkin juga menyukai