PERBANAS
2015
Sistematika
1.
Subjek Pajak
2.
Objek Pajak
3.
4.
Pelunasan Pajak
5.
Fasilitas Perpajakan
Definisi
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
PPh dapat dikenakan atas bagian tahun pajak jika
kewajiban subjektif mulai dari bagian tahun.
Dasar Hukum
Undang Undang (UU) No. 36 Tahun 2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)
Dalam Negeri
Luar Negeri
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu badan pemerintah
yang memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
Warisan yang belum terbagi:
Menggantikan yang berhak.
Badan sebagai
subjek pajak LN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Nama
Tempat Tinggal
/
Kedudukan
1.
Andi
Palembang
2.
Amir
3.
Keterangan
Status
SPDN Orang
Pribadi
Makassar
Bukan Subjek
Pajak
Ari
Medan
SPDN Orang
Pribadi
4,
Alfi
Bandung
SPDN Orang
Pribadi
5.
Ajeng
Washington
perusahaan
yang
SPLN
12
Nama
Tempat
Tinggal /
Kedudukan
Keterangan
Status
6.
PT. Nusa
Jakarta
SPDN BUT
7.
PT. Buana
Medan
SPDN Badan
8.
PT. Kiara
Lombok
SPDN Badan
9.
Berlin
SPLN
10.
Hush & Co
London
SPLN
13
Tempat Tinggal
Orang Pribadi
Tempat Kedudukan
Badan
14
Badan
Mulai:
- Saat dilahirkan.
- Saat berada atau
berniat tinggal di
Indonesia.
Mulai:
Saat didirikan/
berkedudukan di
Indonesia.
Mulai:
Saat timbulnya warisan.
Berakhir:
- Saat meninggal.
- Meninggalkan Indonesia
untuk selamanya.
Berakhir:
Saat dibubarkan atau tidak
lagi berkedudukan di
Indonesia.
Berakhir:
Saat warisan selesai
dibagikan.
15
Orang Pribadi
Badan
Mulai:
Saat menerima/memperoleh penghasilan
dari Indonesia.
Mulai:
Saat melakukan usaha/ kegiatan melalui
BUT di Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menjalankan usaha melalui
BUT di Indonesia.
16
17
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan
19
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
20
21
dengan
22
23
d.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
25
l.
m.
n.
o.
26
a.
b.
c.
d.
e.
27
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
29
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak
secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
30
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
31
i.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
32
l.
Jawaban:
a. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan mobil sebesar Rp 100.000.000,00
diakui sebagai penghasilan oleh Firma Kelana dan merupakan objek pajak.
b. Firma Kelana tetap mengakui penghasilan atas penjualan mobil sebesar Rp
100.000.000,00. Sekutu yang membeli mobil tersebut sebagai WP OP,
mengakui penghasilan kena pajak sebesar Rp 40.000.000,00 karena
membeli mobil dengan harga lebih murah.
34
Penghasilan dari:
Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan;
- penjualan barang;
- pemberian jasa;
yang sejenis dengan yang dijalankan BUT
di Indonesia.
38
Biaya administrasi kantor pusat yang boleh dibebankan adalah biaya yang berkaitan
dengan usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya
meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai penghasilan BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
39
40
e.
f.
g.
h.
42
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat dikurangkan
sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh semua
penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan tersebut 100 milyar merupakan
penghasilan final. Perusahaan tidak dapat mengindentifikasi secara spesifik beban
yang terkait dengan penghasilan final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak
perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari perhitungan
penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final sebesar
500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan
500
Beban yang boleh dikurangkan
375
Penghasilan kena pajak
125
43
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
Atas penanaman modal di bidang bidang usaha tertentu atau di daerah daerah
tertentu, kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling lama 10 tahun.
44
45
46
No.
Elemen
PTKP
WP Sendiri
Rp 15.840.000,00
Status Kawin
Rp 1.320.000,00
Rp 1.320.000,00
Rp 15.840.000,00
Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin dianggap sebagai
penghasilan atau kerugian suaminya.
Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika:
1. Penghasilan tersebut semata mata berasal dari satu pemberi kerja
dan telah dipotong PPh Pasal 21; dan
2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
48
Tanggal Lahir
Status
Pekerjaan
Dewi
3 Oktober 1962
Istri
Darsi
6 Mei 1987
Anak Kandung
Mahasiswa S2
Hani
17 Agustus1995
Anak Kandung
Pelajar
Indra
4 Juni 1998
Anak Angkat
Pelajar
Guna
15 Meil 2000
Anak Asuh
Pelajar
Batara
Istri Darsi
1 Juli 1985
Menantu
PNS
Kunthi
2 Februari 1945
Ibu Kandung
Arya
8 Maret 1950
Paman
Pensiunan
49
a.
b.
c.
d.
e.
50
b.
c.
d.
e.
= WP Sendiri
+ Status Kawin
+ 3 Tanggungan
= 15.840.000
+ 1.320.000
+ 3 x 1.320.000
= Rp 21.120.000,00
Tanggungan adalah Hani, Indra, dan Kunthi.
PTKP tidak berubah sesuai poin (a).
PTKP bertambah sebesar Rp 15.840.000,00 dibanding poin (a) untuk penghasilan istri
yang digabungkan.
Awal tahun, Darsi masih diakui sebagai tanggungan. Akan tetapi PTKP tidak berubah
sesuai poin (a), sebab maksimal tanggungan adalah 3 orang.
Kunthi tidak termasuk tanggungan. PTKP berkurang sebesar Rp 1.320.000,00 dibanding
poin (a).
51
52
135,000,000
81,000,000
216,000,000
(15,840,000)
(1,320,000)
(2,640,000)
(15,840,000) (35,640,000)
180,360,000
2,500,000
19,554,000 Rp22,054,000
Penghasilan istri Permadi tidak bersifat final dan pemotongan PPh 21nya dapat
dikreditkan dalam penghitungan SPT akhir tahun
54
135,000,000
(15,840,000)
(2,640,000) (18,480,000)
116,520,000
2,500,000
9,978,000
Rp12,478,000
81,000,000
(15,840,000) (15,840,000)
65,160,000
2,500,000
2,274,000
Rp4,774,000
55
56
Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang belum dewasa digabungkan dengan
penghasilan orang tuanya.
Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa adalah anak berusia 18 tahun dan belum
pernah menikah
57
Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah;
58
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang
ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
59
i.
60
Dialektika Pajak:
Asas Resiprokalitas
Pihak
Melakukan
Pengeluaran
Non
Deduct
ible
Expens
e
Bukan
Objek
Pajak
Pihak
Menerima
62
Penghasilan
Warisan
Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan, selain
yang diberikan oleh bukan WP, WP dikenai pajak final,
atau WP menggunakan Norma Penghitungan Khusus.
63
64
Pengukuran Aset
1.
65
Ketentuan Umum
67
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun, Guna, Serah (BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Perusahaan maklon mainan anak anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
68
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan
71
72
Ilustrasi 2.10
(Simulasi Penghitungan PKP)
Peredaran bruto
Biaya (3M) penghasilan
Penghasilan netto usaha
Penghasilan lain
Biaya (3M) penghasilan lain
Penghasilan netto lain
Total penghasilan netto
Kompensasi kerugian
PKP bagi WP badan DN
* PTKP bagi WP orang pribadi (K/ 3)
PKP bagi WP orang pribadi DN
425,000,000
(315,000,000)
110,000,000
17,500,000
(13,000,000)
4,500,000
114,500,000
(11,000,000)
Rp103,500,000.00
(21,120,000)
Rp82,380,000.00
73
Ilustrasi 2.11
(Simulasi Penghitungan PKP BUT)
Peredaran bruto
Biaya (3M) penghasilan
Penghasilan netto usaha
Penghasilan bunga
Penjualan barang sejenis oleh kantor pusat
Biaya (3M) penghasilan lain
Penghasilan netto lain
Penghasilan netto usaha dan luar usaha
Dividen yang diterima kantor pusat yang
memiliki hubungan efektif
Total Penghasilan netto
Biaya menurut Pasal (5) Ayat (3)
Penghasilan Kena Pajak
320,000,000
(285,000,000)
35,000,000
7,500,000
225,000,000
(195,000,000)
37,500,000
72,500,000
17,500,000
90,000,000
(3,500,000)
Rp86,500,000.00
74
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)
No.
Tarif Pajak
0 s/d Rp 50.000.00,00
5%
15%
25%
Di atas Rp 500.000.000,00
30%
76
Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak Terutang)
WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak
Pembulatan Penghasilan Kena Pajak
Beban pajak terutang
5% x 50,000,000
15% x 200,000,000
25% x 250,000,000
30% x 19,500,000
WP Badan
Penghasilan Kena Pajak
Pembulatan Penghasilan Kena Pajak
Beban pajak terutang
25% x 2,885,750,000
565,000,750
565,000,000
2,500,000
30,000,000
62,500,000
19,500,000 Rp 114,500,000.00
2,885,750,500
2,885,750,000
Rp 721,437,500.00
77
79
80
Nama
Direktur Utama
Pemegang Saham
1.
PT. CIS
Sarpakenaka
100% Publik
2.
PT. PBA
Adirata
3.
PT. KNA
Sarpakenaka
4.
PT. PRE
Barbarika
5.
PT. HTE
Durna
Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan
83
1.
2.
PPh Pasal 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B)
85
Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Kredit PPh 23
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan penghargaan.
Kredit PPh 24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan.
Kredit PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang beralih menjadi WP DN.
Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidana
berupa denda tidak boleh dikreditkan.
86
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)
WP Orang Pribadi
Beban pajak terutang
Kredit pajak
Pemotongan oleh pemberi kerja (PPh 21)
Pemungutan oleh pihak lain (PPh 22)
Pemotongan atas penerimaan penggunaan aset (PPh 23)
Kredit pajak luar negeri (PPh 24)
Pembayaran sendiri angsuran pajak (PPh 25)
Total kredit pajak
Pajak kurang (lebih) bayar
115,450,000
(15,850,000)
(3,250,000)
(5,650,000)
(16,525,000)
(23,825,000)
(65,100,000)
Rp 50,350,000.00
87
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan
89
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A
80%
Untuk Pemerintah Pusat
20%
Untuk Pemerintah Daerah
92
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
93
94
95
96
= 48.000.000.000 + 8.000.000.000
= Rp 56.000.000.000,00
CV. Mandaraka tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab memiliki nilai
peredaran bruto lebih dari Rp 50.000.000.000,00.
Beban pajak terutang
= 25% x (56.000.000.000 36.000.000.000)
= 25% x 20.000.000.000
= Rp 5.000.000.000,00
97
Terima Kasih
98