Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PPH PASAL 23/26

MATA KULIAH : PERPAJAKAN

DOSEN PENGAMPU : OK SOFYAN HIDAYAT, SE.,AK.,M.S

Di Susun Oleh:

KELOMPOK 7

1. Regina emeninta br tarigan 7213260021

2. Septelina purba 7213560005

3.Maceru Edwardo Hutagaol 7213260023

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata kuliah PERPAJAKAN untuk memenuhi tugas mata kuliah
dengan baik.

Harapan kami semoga tugas PERPAJAKAN ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi tugas ini agar
menjadi lebih baik lagi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaiki tugas PERPAJAKAN di pertemuan
berikutny.Akhir kata kami berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan pembaca.

Medan, 30 September 2022

Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang ................................................................................................................. 1
2.Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
3.Tujuan Dan Manfaat ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian.................................................................................................. 2
2. Pembayaran PPh Pasal 23 ............................................................................................... 2
3.Tarif PPh 23 dan Objeknya .............................................................................................. 2
4.Subjek Pemotong dan Subjek yang Dipotong PPh Pasal 23 ........................................... 3
5.Pengecualian PPh Pasal 23 .............................................................................................. 4
6.Jenis Objek PPh Pasal 23 ................................................................................................. 4
7.Pengertian PPh 26 ............................................................................................................ 5
8.Subjek Pajak yang Dikenakan PPh 26 ............................................................................. 5
9.Pemotong atau Pembuat Bukti Potong PPh 26 ................................................................ 5
10.Besar Tarif PPh Pasal 26................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ......................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 7

PPN atau Pajak Pertambahan Nilai


PPN adalah pungutan yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun distribusi. Itulah
alasannya kita sering menemukan PPN dalam transaksi sehari-hari. Sebab, dalam PPN, pihak
yang menanggung beban pajak adalah konsumen akhir/pembeli.
Sebagai bukti bahwa PPN adalah kewajiban pembeli, kita bisa menemukan PPN pada lembaran
struk belanja atau pembelian. Pada struk tersebut kita dapat menemukan tulisan PPN maupun
terjemahannya dalam Bahasa Inggris yakni Value Added Tax (VAT).
Barang atau Jasa yang Dikenakan PPN

Barang atau jasa yang dikenai PPN jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, untuk
memudahkan Anda membedakan mana barang yang dikenakan PPN dan tidak.
Berikut adalah daftar barang yang tidak dikenakan PPN:
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.

Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.


Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, meliputi
makanan dan minuman yang dikonsumsi di tempat atau tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.

Sedangkan untuk jasa yang tidak dikenakan PPN meliputi:


1. Jasa pelayanan kesehatan medis.
2. Jasa pelayanan sosial.
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko.
4. Jasa keuangan.
5. Jasa asuransi.
6. Jasa keagamaan.
7. Jasa pendidikan.
8. Jasa kesenian dan hiburan.
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan.
10. Jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri.
11. Jasa tenaga kerja.

Tarif PPN

Setelah mengenal apa saja barang dan jasa yang dikenakan PPN. Sekarang, saatnya membahas
besaran tarif yang dkenakan. Penentuan besaran tarif PPN diatur dalam Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
Berikut ini daftar tarif dari PPN:
1. Tarif PPN 0% berlaku untuk ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak.
2. Tarif PPN 10% berlaku untuk semua produk yang beredar di dalam negeri, termasuk di daerah
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang yang
mengatur tentang kepabeanan.
3. Tarif PPN atas barang mewah ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.

Pembayaran dan Pelaporan PPN

PPN mengikat pembeli dan penjual. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, PPN adalah kewajiban
dari pembeli sehingga dibayarkan oleh pembeli itu sendiri. Namun, kewajiban pemungutan,
penyetoran dan pelaporan PPN merupakan kewajiban penjual/Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Penjual/PKP kemudian melaporkan pemungutan PPN secara akumulatif ke Ditjen Pajak. Bukti
pungutan PPN ini disebut dengan faktur pajak.
Di dalam sebuah faktur pajak dicantumkan beberapa hal seperti, nama, alamat, barang atau jasa
yang dibeli, NPWP, dll. Penjual wajib melaporkan faktur pajak paling lambat pada akhir bulan
terjadinya transaksi.
PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah)

Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan Pajak yang dikenakan selain Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) untuk penjualan barang-barang yang tergolong sebagai barang mewah.
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai. Pajak ini merupakan pajak yang dikenakan oleh Pemerintah untuk
menjalankan fungsi keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dan konsumen berpenghasilan tinggi, serta pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah. Sederhananya, jika Anda memiliki penghasilan yang tinggi,
otomatis Anda juga harus membayar pajak lebih tinggi.
Tujuan Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan mengapa pemerintah menganggap pemungutan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sangat penting. Berikut penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN No.
42 TAHUN 2009:

1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah


dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah;
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

Barang yang Dikenakan Pajak

Pada 1 Maret 2017, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menandatangani Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor: 35/PMK.010/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dikenakan terhadap beberapa barang berikut:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tergolong mewah dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan BKP tergolong mewah di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.

Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh
pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP mewah. PPnBM tidak
dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut PPnBM tentu
saja pabrikan BKP Mewah pada saat penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu,
PPnBM atas impor BKP Mewah dilunasi oleh importir bersamaan dengan pembayaran PPN
impor dan PPh Pasal 22 impor.
Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah lainnya adalah:

1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau


2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
3. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
5. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu
ketertiban masyarakat.
Mekanisme Pengenaan PPnBM

Mekanisme pengenaan PPnBM sedikit berbeda dengan PPN. Mekanisme pemungutan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dilakukan dengan faktur pajak sebagaimana diisyaratkan dalam
pemungutan PPN. Hanya saja, bagi PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan, sehingga tidak
dikenal sistem pengkreditan seperti dalam PPN.

Tarif PPnBM

Pengenaan tarif Barang Kena Pajak tergolong mewah digolongkan ke dalam beberapa kategori
sebagai berikut ini:

1. Tarif 10% = Kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah tangga, alat pendingin,
hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
2. Tarif 20% = Kendaraan bermotor kategori tertentu, alat fotografi, berbagai jenis
permadani, peralatan olahraga impor, dan barang
3. Tarif 25% = Kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya combi, pick
up, dan minibus.
4. Tarif 35% = Minuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit impor, batu kristal, bus, dan
barang pecah belah
Cara Menghitung PPnBM

Bisnis barang mewah seperti barang elektronik, mobil, gadget, dan sebagainya sedang
berkembang pesat di Indonesia. Sebagai pelaku bisnis, Anda wajib memahami cara perhitungan
pajak barang mewah ini. Cara menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah terutang sebagai
berikut:
PPnBM terutang = DPP PPnBM X tarif pajak
Tarif khusus Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas ekspor BKP tergolong mewah = 0%.

Contoh kasus:

Harga jual sedan diesel 1800 cc oleh PKP

Produsen = Rp260.000.000,00

PPN (10% X Rp260 juta) = Rp 26.000.000,00

PPnBM (40% X Rp260 juta) = Rp104.000.000,00


Total Harga jual termasuk PPN dan PPnBM = Rp390.000.000,00

Perhatikan bahwa DPP PPnBM = DPP PPN


PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak yang mempunyai pengertian sebagai
berikut :

1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli/sewa guna usaha (leasing)
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
4. Pemakaian sendiri/pemberian cuma-cuma atas BKP
5. BKP berupa persediaan/aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya/penyerahan BKP antar cabang
7. Penterahan BKP secara konsinyasi
8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan

FAKTUR

Adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan BKP/JKP.

Faktur pajak dibuat pada :

1. Saat penyerahan BKP/JKP


2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan BKP/JKP
3. Saat penerimaan pembayaran termin
4. Saat lain yang diatur/berdasarkan peraturan menteri keuangan

SPT Masa PPN

Merupakan sebuah form yang digunakan oleh Wajib Pajak Badan untuk melaporkan
penghitungan jumlah pajak baik untuk melapor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maupun Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang terhutang.
Fungsi dari SPT Masa PPN selain untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, namun
juga dapat digunakan untuk melaporkan harta dan kewajiban serta penyetoran pajak dari
pemotong atau pemungut.
Kewajiban Melapor SPT Masa PPN

SPT Masa PPN harus dilapor setiap bulannya, walaupun tidak ada perubahan neraca, atau nilai
Rupiah pada masa pajak terkait nihil (0). Jatuh tempo pelaporan adalah pada hari terakhir
(tanggal 30 atau 31) bulan berikutnya setelah akhir masa pajak yang bersangkutan.
Kecuali di bawah kondisi tertentu seperti yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan
PER-80/PMK.03/2010, maka tanggal jatuh tempo bukanlah pada akhir bulan berikut setelah
akhir masa pajak yang bersangkutan. Gagal melaporkan akan berakibat denda sebesar Rp
500.000,00 (UU KUP Pasal 7 ayat 1).

Tahapan cara lapor SPT Masa PPN melalui aplikasi e-Faktur versi 3.0 :

 Masuk ke e-Faktur web DJP di https://web-efaktur.pajak.go.id/


 Masuk ke database SPT
 Pilih SPT Masa PPN yang akan dilaporkan
CONTOH KASUS

PT A merupakan produsen mobil. Dalam menghasilkan mobil, PT A juga membeli AC yang


akan dipasang pada mobil yang dihasilkannya. Atas perolehan AC tersebut, PT A telah
membayar PPnBM senilai Rp350.000. Kemudian, berapa besaran PPN dan PPnBM yang
seharusnya dibayarkan PT A?

Jawaban:
Apabila harga produksi mobil senilai Rp110.000.000 dan keuntungan yang diinginkan PT A
senilai Rp40.000.000 maka harga jual mobil tersebut senilai Rp150.350.000. Dengan demikian,
DPP atas mobil tersebut adalah senilai Rp150.350.000. Selanjutnya, tarif PPnBM atas mobil
yang diproduksi oleh PT A ialah sebesar 20%.

Pajak yang terutang atas penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut.

Berdasarkan penghitungan di atas maka besaran PPN dan PPnBM adalah Rp15.035.000 dan
Rp30.070.000.

Daftar Pustakaa
Tax Center Fe Unesa,Konsep Dasar PPN dan PPnBM, Copyright
2018-2022,https://taxcenterfeunesa.com/read/20/konsep-dasar-ppn-dan-ppnbm.Diakses pada
30 Oktober 2021. Pustaka

Anda mungkin juga menyukai