Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN PAJAK PERTAMBAHAN


NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN BARANG
MEWAH

DISUSUN OLEH: 1. IKALIA MANSYAH

2. NINING UNDAYANI

DOSEN PEMBIMBING: DERI APRILIANI,SE.,MM

MATA KULIAH : PERPAJAKAN

PROGRAM STUDI EKONOMI SYAR’AH

SEKOLAH TINGGIN EKONOMI ISLAM SEKAYU (STEIS)

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca makalah Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Barang Mewah. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Sungai Keruh, 12 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6

A. Pajak Penghasilan............................................................................................................ 6

B. Dampak Peraturan Mentri Keuangan Soal Pph Paszal 21 Terbaru.................................. 9

C. Pengertian Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah........................................................ 9

D. Objek Pajak Penjualan Atas Barang Mewah...................................................................


................................................................................................................................................10

PENUTUP...............................................................................................................................
................................................................................................................................................12

Kesimpulan .............................................................................................................................
................................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................


................................................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem
tersebut Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang
terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang dilakukan
oleh Wajib Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan Pasal 21
atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh pasal 21 harus menjadi perhatian bagi wajib
pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh karena itu kita akan membahasnya secara perlahan-
lahan agar mudah dimengerti.
Pa j ak merupakan iuran wajib warga negara kepada negara. Banya k
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang dikenakan pajak, baik itu pajak atas
Pajak penghasilan, pajak bumi dan banguna, pajak atas kendaraan bermotor, dan lain-
lain. Tidak luput pula pajak atas kegiatan penjualan dan imor barang yang
dikategorikan barang mewah. Pajak ini dinamakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

Pajak jenis ini dipungut karena alasan bahwa barang tersebut. Selain dibuat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Administrasi Perpajakan, Makalah ini dibuat agar
pembaca lebih memahami tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah
secara lebih mendalam.

I.2 Rumusan Masalah


Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1. Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
2. Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21
3. Peraturan Menteri keuangan soal PPh pasal 21 terbaru
4. Dampak Peraturan Menteri keuangan soal PPh Pasal 21 terbaru

5. Apa pengertian Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah?

6. Apa saja objek Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah?

4
7. Apa Tarif Pajak Penjualan Barang Mewah?

8. Apa yang dimaksud Dasar Pengenaan Pajak ?

9. Bagaimana Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah?

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian Pajak Penghasilan PPh pasal 21
2. Menjelaskan kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21
3. Mengetahui perkembangan terbaru dari PPh 21
4. Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah perpajakan.
5. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah
6. Objek Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah
7. Tarif Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah
8. Dasar Pengenaan pajak (DPP)
9. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak penghasilan
Penghasilan yang telah diperoleh oleh setiap wajib pajak yang memiliki NPWP
(nomor pokok wajib pajak) wajib dikenakan pajak yaitu pajak penghasilan. Pajak penghasilan
adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas penghasilan yang diperolehnya pada
tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat
pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir tahun pajak. Berikut definisi dari beberapa ahli mengenai
Pajak Penghasilan :

a. Menurut Resmi (2003), adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
suatu tahun pajak (p.74).

b. Menurut Kesit (2001), adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak (badan usaha) atas kegiatan
yang dilakukan di Indonesia (p.1).

c. Menurut Hartanto (2003), adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang
dikenakan atau dipungut hanya atas penghasilan (yang berasal dari harta atau modal), dan
bukan pajak yang dipungut atau dikenakan atas harta dan modal (p.136).

d. Sementara itu, Standar Akuntansi Keuangan (2002) memnberikandefinisi sebagai berikut :


Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak
dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.

1. Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 21


Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Adapun pengertian dari Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Pajak
Penghasilan adalah “ pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan
badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun
pajak”. Yang dimaksud penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36
Tahun 2008 : Pajak Penghasilan, adalah “ setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

6
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”. Sedangkan yang dimaksud
dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri.

2. Kebijakan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21


Dasar hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 yaitu :
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan
Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran
Pajak.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak.
7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

3. Peraturan Menteri keuangan soal PPh pasal 21 terbaru


Memperhatikan perkembangan terkini perekonomian nasional yang sedang dalam
kondisi perlambatan terutama akibat ekonomi global yang sedang dalam situasi
ketidakpastian dan gejolak, Pemerintah, melalui instrumen kebijakan fiskal telah berupaya
keras untuk mendorong kinerja perekonomian. Oleh karena itu pemerintah menaikkan
batasan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor
122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak tanggal 29
Juni 2015 yang menggantikan Peraturan Menteri Keuangan nomor 162/PMK.011/2012.
Mengutip siaran pers Direktorat Jenderal Pajak tanggal 27 Juli 2015. Adapun beberapa hal
yang menjadi bahan pertimbangan kemenkeu adalah :

7
1.Untuk menjaga daya beli masyarakat. Sebagaimana diketahui dalam beberapa tahun
terakhir telah terjadi pergerakan harga kebutuhan pokok yang cukup signifikan,khususnya di
tahun 2013 dan 2014 sebagai dampak dari kebijakan penyesuaian harga BBM.

2. Telah terjadi penyesuaian Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) di hampir semua daerah.
3. Terkait dengan kondisi ekonomi terakhir yang menunjukkan tren perlambatan ekonomi,
khususnya pada kuartal 1 tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar 4,7% terutama akibat
dampak perlambatan ekonomi global, khususnya mitra dagang utama Indonesia.
Adapun pokok-pokok dari PMK 122/PMK.010/2015 adalah:

1. Batasan PTKP mulai berlaku sebagai dasar perhitungan PPh orang pribadi untuk tahun pajak
2015 sejak tanggal 1 Januari 2015.
2. Besaran PTKP 2015, untuk:
a) Diri Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp 36.000.000;
b) Tambahan bagi Wajib Pajak Kawin Rp 3.000.000;
c) Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan suami Rp 36.000.000
d) Tambahan untuk setiap tanggungan Rp. 3.000.000

Tarif PTKP terbaru selama setahun untuk perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No. 122/PMK010/2015 dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak
No. PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:
1. Rp 36.000.000,- untuk diri Wajib Pajak orang pribadi dan istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami.
2. Rp 3.000.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
3. Rp 3.000.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

PTKP Terbaru Berlaku Sejak 2015


Berdasarkan Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak, meskipun diundangkan pada
tanggal 29 Juni 2015, Peraturan Menteri Keuangan tersebut mulai berlaku sejak tahun pajak
2015, sehingga menimbulkan konsekuensi sebagai berikut:
1. Perhitungan PPh Pasal 21 terhitung untuk Masa Pajak Juli s.d Desember 2015 dihitung
dengan menggunakan PTKP terbaru.
2. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari s.d Juni 2015 yang telah dihitung, disetor dan
dilaporkan dengan menggunakan PTKP lama dilakukan pembetulan dengan menggunakan
PTKP terbaru.
Kelebihan setor akibat pembetulan perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari s.d
Juni 2015 dikompensasikan terhadap PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli s.d Desember 2015.

Sementara itu, perhitungan tarif PTKP pegawai seperti yang diatur dalam Peraturan
DJP PER-32/PJ/2015 adalah sebagai berikut:

8
1. Tarif PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
2. Kecuali, untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun
kalender, ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang
bersangkutan.

PTKP Terbaru Per Bulan


PTKP terbaru per bulan untuk perhitungan PPh Pasal 21 terbaru sebagaimana yang
dimaksud Pasal 10 ayat (2) huruf c adalah sebagai berikut:
1. Rp 3.000.000,- untuk diri wajib pajak orang pribadi;
2. Rp 250.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin, dan;
3. Rp 250.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus atau anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 untuk setiap keluarga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 152/ PMK.010/2015 tentang
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak
Penghasilan:
1. Penghasilan yang kurang dari 300.000,- per hari tidak dikenakan pemotongan pajak
penghasilan.
2. Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku dalam hal:
a. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 3.000.000,- sebulan; atau
b. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
3. Ketentuan pada pasal 1 dan 2 tersebut tidak berlaku atas:
a. Penghasilahn berupa honorarium
b. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi.

B. Dampak Peraturan Menteri keuangan soal PPh Pasal 21 terbaru


Mengutip siaran pers Direktorat Jenderal Pajak tanggal 27 Juli 2015, konsekuensi yang
akan timbul akibat diterapkannya PMK 122/PMK.010/2015 adalah :
1. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2015 dihitung
dengan menggunakan PTKP baru;
2. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari s.d. Juni 2015 yang telah dihitung, disetor dan
dilaporkan dengan menggunakan PTKP lama dilakukan pembetulan dengan menggunakan
PTKP baru.
3. Dalam hal terdapat kelebihan setor akibat pembetulan penghitungan pemotongan PPh Pasal
21 Masa Pajak Januari s.d. Juni 2015, dan agar manfaat kenaikan PTKP tersebut dapat
langsung dirasakan oleh masyarakat luas maka pemberi kerja mengkompensasikan kelebihan
setor tersebut terhadap PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli s.d. Desember 2015.

C. Pengertian Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah

9
Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPN BM) PPnBM merupakan jenis
pajak yang dibebankan kepada Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan
menjual Barang Kena Pajak yang tergolong barang mewah.

Mekanisme pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan


terhadap :

1.Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam
daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

2.Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah. Dengan demikian, PPnBM hanya
dikenakan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang
menghasilkan) dan pada saat impor BKP Mewah.

PPnBM tidak dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun p i h a k
yang memungut PPnBM tentu saja pabrikan BKP Mewah pada saat
melakukan penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM atas impor
BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan dengan pembayaran PPN impor dan PPh
Pasal 22 Impor.

D. Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah


Berikut ini merupakan objek dari pajak penjualan atas barang mewah.

1. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh
persen), adalah :

a.kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi;

b.kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga;

c.kelompok mesin pengatur suhu udara;

d.kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio;

e. kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

2. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh
persen), adalah:
a. kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang
disebut pada huruf a;
b. k e l o m p o k h u n i a n m e w a h s e p e r t i r u m a h m e w a h , a p a r t e m e n ,
kondominium, town house, dan sejenisnya;

10
c. kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain
yang disebut pada huruf a;
d. kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering,
pesawat elektromagnetik dan instrumen musik;
e. kelompok wangi-wangian;
3. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh
persen), adalah:
a.kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan
negara atau angkutan umum;
b.kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a.

4.Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh
persen), adalah :
a. kelompok minuman yang mengandung alkohol;
b. kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan;
c. kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool;
d. kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja,
dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;
e. kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia
atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;
f. kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain y a n g d i s e b u t
p a d a h u r u f c , k e c u a l i u n t u k k e p e r l u a n n e g a r a a t a u angkutan umum;
g. kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak;
h. kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara;
i. kelompok jenis alas kaki;
j. kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor;
k. kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau
keramik;

5.Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen), adalah:
a. kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus
b. kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk keperluan
negara atau angkutan udara niaga;
c. kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a
dan huruf c;
d. kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.
Dasar hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 mengenai kebijakan Pajak Penghasilan
PPh pasal 21 :
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan
Penyetoran Pajak.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan.
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009
f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak.
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPN BM) PPnBM merupakan jenis pajak
yang dibebankan kepada Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan menjual
Barang Kena Pajak yang tergolong barang mewah.

1. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh
persen), adalah :

a.kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi;

12
b.kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga;

c.kelompok mesin pengatur suhu udara;

d.kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio;

e. kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

DAFTAR PUSATAKA

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2018. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1:
Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2018. Intermediate
Accounting.IFRS Edition. Second Edition. United States: WILEY.
Mardiasmo. 2018. Perpajakan edisi Revisi Tahun 2018. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Romney, Marshall B., Paul John Steinbart. 2015. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 13.
Salemba Empat. Jakarta
Waluyo. 2016. Perpajakan Indonesia. Edisi 12. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Waluyo.2017. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
http://softbizniz.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pajak-penghasilan-pph-pasal-21.html
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-21
http://ekstensifikasi423.blogspot.co.id/2015/07/ini-ptkp-terbaru-tahun-2015-sesuai-pmk.html
http://www.kemenkeu.go.id/en/node/46402

13

Anda mungkin juga menyukai