Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH (PPNBM)

Mata Kuliah Perpajakan


Dosen Pengampu : Dian Efriyenti, S.E., M.AK

Oleh:
Nurianda wulandari
210910163

PROGRAM STUDI Manajemen


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah
tentang "Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Efriyenti, S.E., M.AK
selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini dan semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapar beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Batam, 16 Desember 2023

Nurianda Wulandari

PAGE \* MERGEFORMAT 3
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi ..........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang .......................................................................................


B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................

Bab II Landasan Teori

A. Definisi Pajak Penjualan Barang Mewah ...............................................


B. Karakteristik dan Dasar Pengenalan PPnBM .........................................
C. Jenis Barang Mewah ..............................................................................
D. Tarif PPnBM ..........................................................................................
E. Cara Menghitung PPnBM ......................................................................
F. Pelaporan PPnBM dan Pengkreditan .....................................................

Bab III Penutup


A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................

Daftar Pustaka

PAGE \* MERGEFORMAT 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28
tahun 2007 tentang KUP). Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dikelompokkan
menjadi pajak subjektif dan pajak objektif.Pajak subjektif yaitu pajak yang
didasarkan pada keadaan subjeknya, dengan memperhatikan keadaan diri
wajib pajak.
Pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam
masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu
berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai
tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup
masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup
masingmasing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari
individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya
hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara,
lembaga negara, dan seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya
merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara
kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,
membayar gaji pegawai dan lainlain. Bagi penduduk yang tidak melakukan
penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan
umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Penghasilan negara adalah
berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam
yang ada dalam negara itu. Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang
memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu
seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi,

PAGE \* MERGEFORMAT 3
dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak
adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah merupakan jenis pajak yang
merupakan satu paket dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Namun demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan
Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UndangUndang PPN,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan terhadap; (1) penyerahan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah di dalam
Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. (2) impor Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah. Dengan demikian, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP mewah oleh
pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP mewah.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dikenakan lagi pada rantai
penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut Pajak Penjualan atas
Barang Mewah adalah pabrikan BKP mewah pada saat melakukan
penyerahan atau penjualan BKP mewah. Sementara itu, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir. Adapun alasan
dikenakan PPnBM adalah (1) perlu keseimbangan pembebanan pajak antara
konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang
berpenghasilan tinggi. (2) perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. (3) perlu adanya perlindungan
terhadap produsen kecil atau tradisional. (4) perlu untuk mengamankan
penerimaan negara

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada karya tulis
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM)?
2. Apa saja karakteristik dan dasar pengenaan PPnBM ?
3. Apa jenis barang mewah yang dapat dikenakan PPnBM?

PAGE \* MERGEFORMAT 3
4. Bagaimana tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)?
5. Bagaimana cara perhitungan atas pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM)?
6. Bagaimana cara pelaporan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
dan pengkreditan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pajak penjualan atas barang mewah.
2. Mengetahui karakteristik dan dasar pengenaan ppnbm.
3. Mengetahui jenis barang mewah ppnbm.
4. Mengetahui tarif ppnbm.
5. Mengetahui cara menghitung PPnBM.
6. Mengetahui pelaporan ppnbm dan pengkreditan.

PAGE \* MERGEFORMAT 3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Pajak Penjualan Barang Mewah

Pajak Penjualan atas Barang Mewah merupakan jenis pajak yang


merupakan satu paket dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Namun demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan
Pajak Pertambahan Nilai.

PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) ialah pajak yang


dibebankan kepada produsen barang mewah atas kegiatan produksi atau
impor barang tersebut. PPnBM biasanya dimasukkan ke dalam harga jual
produk dan dibayarkan oleh konsumen atas transaksi pembelian produk.

Dapat dikatakan bahwa PPnBM adalah pungutan wajib yang diserahkan


kepada pemerintah atas transaksi pertama barang mewah. Artinya, penjualan
barang bekas produk mewah tidak mengharuskan pihak terkait melakukan
pembayaran PPnBM. PPnBM yang dibayarkan oleh PKP saat membeli
barang mewah tersebut menjadi Pajak Masukan bagi pembeli.

Dalam UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pasal 5, pertimbangan suatu


barang dikenakan PPnBM, yaitu:
1. Keadilan pembebanan pajak antara konsumen berpenghasilan rendah
dengan konsumen berpenghasilan tinggi
2. Pengendalian konsumsi barang mewah
3. Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
4. Pengamanan penerimaan negara
Barang-barang mewah berupa kendaraan bermotor, barang elektronik,
dan perhiasan meskipun hanya merupakan barang sekunder, akan tetapi
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan adanya
pengenaan PPN dan PPnBM terhadap barang-barang tersebut tentu sedikit
banyak akan mempengaruhi daya beli konsumen.Seperti yang diungkapkan
oleh Supramono dan Damayanti dalam bukunya yang berjudul perpajakan
indonesia, bahwa pajak yang dipungut oleh negara dapat mengurangi

PAGE \* MERGEFORMAT 3
penghasilan yang akan digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi sehingga
akibat dari pemungutan pajak adalah berkurangnya daya beli masyarakat
secara individu. Oleh karena itupenelitian ini dianggap penting karena daya
beli adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam
membeli suatu barang dimana dalam hal ini kendaraan bermotor roda empat
B. Karakteristik dan Dasar Pengenalan PPnBM
Berbeda dengan PPN, berikut ini karakteristik yang dimiliki oleh PPnBM,
seperti:
1. PPnBM adalah pungutan tambahan yang dikenakan pada barang mewah
di samping pengenaan PPN.
2. PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu pada saat impor/penyerahan
BKP yang tergolong mewah yang dilakukan pabrikan yang menghasilkan
BKP yang tergolong mewah.
3. Tidak dapat dikreditkan, untuk dapat mewujudkan tujuan pemberian
beban pajak tambahan.
4. Apabila BKP mewah diekspor, maka PPnBM yang dibayar berkaitan
dengan perolehan BKP mewah yang berhubungan langsung dengan BKP,
dapat diminta kembali.

Sebelum mengetahui cara menghitung PPnBM, dasar pengenaan


PPnBM yang meliputi:
1. Harga jual produk (termasuk biaya tambahan yang dikenakan oleh
penjual)
2. Nilai impor (cukai impor, uang dari biaya masuk serta pungutan lainnya)
3. Nilai ekspor (semua biaya yang dibebankan oleh eksportir)
4. Biaya penggantian (termasuk biaya penyerahan, ekspor jasa kena pajak
dan barang kena pajak)

Mekanisme pengenaan PPnBM sedikit berbeda dengan PPN.


Mekanisme pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan
dengan faktur pajak sebagaimana diisyaratkan dalam pemungutan PPN.

PAGE \* MERGEFORMAT 3
Hanya saja, bagi PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan, sehingga tidak
dikenal sistem pengkreditan seperti dalam PPN.

C. Jenis Barang Mewah


Sesuai UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atau UU PPN,
barang yang termasuk contoh PPnBM meliputi barang-barang berikut:
1. Barang selain kebutuhan pokok masyarakat
2. Barang yang dikonsumsi masyarakat kalangan atas atau berpenghasilan
tinggi
3. Barang yang secara eksklusif dikonsumsi masyarakat tertentu
4. Barang yang konsumsinya menunjukkan kelas status social

Bentuk barang yang dikenakan PPnBM berdasarkan Peraturan


Pemerintah no 61 Tahun 2020 adalah sebagai berikut :
1. Kendaraan bermotor, kecuali untuk kendaraan ambulan, kendaraan
jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan
angkutan umum, kepentingan negara
2. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen,
kondominium, totan house, dan sejenisnya
3. Kelompok pesawat udara, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan
udara niaga
4. Kelompok balon udara
5. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk
keperluan negara
6. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk kepentingan negara,
angkutan umum atau usaha pariwisata

D. Tarif PPnBM
Tarif PPnBM berbeda-beda tergantung jenis barangnya alias tarif PPnBM
bersifat progresif. Besarnya persentase PPnBM yang harus dibayarkan bahkan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

PAGE \* MERGEFORMAT 3
Tarif PPnBM menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Pengenaan tarif PPnBM paling rendah adalah 10% dan
maksimum 20%.
Adanya perbedaan pengenaan tarif PPnBM didasarkan atas klasifikasi
barang tergolong mewah yang terkena PPnBM Berdasarkan konsultasi dengan
DPR Namun guna memacu transaksi ekspor produk dalam negeri, PPnBM
bisa bernilai 0% bila produsen mengekspor barang mewah tersebut.
Selain itu, tarif PPnBM mobil dan barang mewah lainnya diberlakukan
dengan cara mengalikan nilai dasar pengenaan pajak terhadap besaran tarif
PPnBM. Tarif yang dibebankan pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tentu jauh lebih besar dibanding tarif PPN Hal ini mengingat PPnBM memang
ditujukan untuk pengendalian konsumsi barang yang tergolong mewah.
Selain itu, penerapan PPnBM juga merupakan upaya pemerintah untuk
memberikan perlindungan terhadap produsen kecil dan tradisional. Dalam
Pasal 8 UU No. 18 Tahun 2000, rentang tarif PPnBM adalah 10% hingga
75%. Kemudian, pada 8 UU No. 42 Tahun 2009, tarif PPnBM paling tinggi
adalah mencapai 200%. Meski demikian, untuk kegiatan konsumsi barang
mewah di luar daerah pabean dikenai tarif 0%. Tarif 0% dikenakan pula pada
barang mewah yang diekspor. Wajib pajak bahkan dapat meminta kembali
pembayaran pajak atas barang mewah yang diekspor atau restitusi pajak
apabila PPnBM terlanjur dibayar.

E. Cara Menghitung PPnBM


Penarikan Pajak Penjualan barang mewah pada prinsipnya dilakukan 1
kali saja saat penyerahan oelh produsen barang ataupun saat proses impor
produk yang tergolong barang mewah, sehingga penyerahan pada tingkat
berikutnya tidak lagi dikenakan PPnBM
Berikut adalah contoh cara menghitung PPnBM untuk barang mewah.
PT. Nurianda Wulandari, Tbk mengimpor BKP (Barang Kena Pajak)
mewah dengan nilai impor senilai Rp27.000.000. Sedangkan tarif PPnBM

PAGE \* MERGEFORMAT 3
yang dikenakan misalnya 15%. Sehingga diketahui apabila dasar pengenaan
PPnBM adalah Rp27.000.000 dengan tarif PPN 10%, maka:
PPN = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak PPN = 10% x Rp27.000.000
PPN = Rp2.700.000
Sedangkan cara menghitung PPnBM adalah:
PPnBM = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak PPnBM = 15% x
Rp27.000.000
PPnBM = Rp4.050.000

F. Mekanisme Pemungutan PPnBM Kendaraan Bermotor


Berdasarkan KMK Nomor 355/KMK.03/2003 jo. KEP- 229/PJ/2003
diatur sebagai berikut :
1. PPnBM dikenakan atas :
a. Impor kendaraan CBU (Completely Built-Up) berupa kendaraan
pengangkutan orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi,
kendaraan double cabin, kendaraan khusus, dan kendaraan bermotor
beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 CC.
b. Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam Daerah
Pabean berupa kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15
orang termasuk pengemudi, kendaraan double cabin, kendaraan
khusus, dan kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 250 CC.
c. Penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan pengangkutan
orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi dan kendaraan
double cabin hasil pengubahan dari kendaraan sasis atau kendaraan
pengangkutan barang.
2. PPnBM dibebaskan atas impor atau penyerahan :
a. Kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam
kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan pengangkutan umum
b. Kendaraan protokoler kenegaraan.

PAGE \* MERGEFORMAT 3
c. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15
orang termasuk pengemudi yang digunakan untuk kendaraan dinas
TNI/POLRI
d. Kendaraan patroli TNI/POLRI.
Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak impor/
perolehannya dipindahtangankan , maka PPnBM yang terutang yang
dibebaskan wajib dibayar ke kas negara dalam jangka waktu 1 bulan
sejak kendaraan tersebut dipindahtangankan. Apabila dilanggar SKBKB
+ sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Orang Pribadi (OP) atau Badan yang melakukan impor atau yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari
pengenaan PPnBM sebagaimana dimaksud butir 2 di atas wajib memiliki
Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM yang diterbitkan oleh Dirjen
Pajak c.q. Kepala KPP tempat pemohon terdaftar, sebelum impor atau
penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.
4. Permohonan SKB PPn BM yang diajukan oleh OP atau Badan yang
melakukan impor atau yang menerima penyerahan kendaraan ambulan,
kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan,
dan kendaraan angkutan umum ke KPP dilengkapi dengan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
a. Surat Kuasa Khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan SKB
PPnBM.
b. Fotocopy kartu NPWP
c. Surat Keterangan atau dokumen lain yang menunjukkan pengunaan
kendaraan dimaksud
d. Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan dimaksud tidak
akan dipindahtangankan atau diubah peruntukannya dan apabila
ternyata dipindahtangankan atau diubah peruntukannya, bersedia
membayar kembali PPnBM yang dibebaskan ditambah sanksi dengan
ketentuan yang berlaku
e. Perjanjian jual-beli kendaraan bermotor yang memuat
keteranganketerangan antara lain :

PAGE \* MERGEFORMAT 3
1) Nama Penjual
2) Nama pembeli
3) Jenis dan spesifikasi kendaraan yang dibeli
f. Ijin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang (untuk kendaraan angkutan umum selain taksi) atau
Persetujuan (Ijin) Prinsip yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
setempat (untuk taksi)
g. Khusus untuk impor kendaraan bermotor, dilengkapi dengan
dokumen impor berupa :
1) Invoice
2) Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB)
3) Dokumen kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen
yang dapat dipersamakan; Dokumen pembayaran yang berupa
Letter of Credit (LlC) atau bukti transfer atau bukti lainnya
berkaitan dengan pembayaran tersebut

5. Permohonan SKB PPnBM dapat ditindak lanjuti dengan syarat bahwa OP


atau Badan tersebut tidak mempunyai tunggakan hutang pajak yang telah
jatuh tempo, kecuali yang telah mendapat izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak. KPP memberikan keputusan dalam jangka
waktu 10 hari kerja setelah surat permohonan diterima dengan lengkap.
6. Apabila kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan PPnBM
tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 tahun sejak impor atau
perolehannya dipindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga
tidak sesuai dengan tujuan semula, maka PPnBM terutang yang
dibebaskan tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu satu
bulan sejak kendaraan bermotor tersebut dipindahtangankan atau diubah
peruntukannya. Dan apabila dalam jangka waktu satu bulan dimaksud
PPnBM yang terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, KPP
menerbitkan SKPKB ditambah sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

PAGE \* MERGEFORMAT 3
G. Pelaporan PPnBM
Untuk membuat laporan PPnBM harus menggunakan formulir SPT
Masa PPN 1111. Selama masih berada dalam satu periode pajak yang sama,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tersebut dapat dilaporkan bersama
dengan PPN dan PPN Impor.
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dilakukan paling lambat :
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima
setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
b. Pada saat melakukan pembayaran dalam hal :
1) pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
2) pembayaran dilakukan sebelum penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak
3) pembayaran dilakukan pada saat yang sama dengan saat penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

H. Pengkreditan PPnBM
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah "tidak dapat di Kreditkan" sesuai
dgn UU No.18Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang PajakPertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan
Pajak Penjualan Barang Mewah. Berdasarkan"Pertimbangan dan Alasan"
sebagai berikut; Karakteristik PPnBM (Pasal 5, 8, dan 10 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000)
1. PPn BM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.
2. PPn BM hanya dikenakan satu kali (yaitu ; pada saat impor atau pada saat
penyerahan BKPMewah oleh Pengusaha Kena Pajak Pabrikan).

PAGE \* MERGEFORMAT 3
3. PPn BM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai biaya.
4. Dalam hal BKP Mewah diekspor, PPn BM yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dimintakembali/direstitusi

PAGE \* MERGEFORMAT 3
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) ialah pajak yang dibebankan
kepada produsen barang mewah atas kegiatan produksi atau impor barang
tersebut. PPnBM biasanya dimasukkan ke dalam harga jual produk dan
dibayarkan oleh konsumen atas transaksi pembelian produk.
Tarif PPnBM menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM). Pengenaan tarif PPnBM paling rendah adalah 10% dan maksimum
20%
Adanya perbedaan pengenaan tarif PPnBM didasarkan atas klasifikasi
barang tergolong mewah yang terkena PPnBM Berdasarkan konsultasi dengan
DPR Namun guna memacu transaksi ekspor produk dalam negeri, PPnBM bisa
bernilai 0% bila produsen mengekspor barang mewah tersebut
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan
pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas
nilai tambah yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi.
Namun sebelum barang atau jasa tersebut sampai pada tingkat konsumen, PPN
telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.
Meskipun demikian, pemungutan pajak secara bertingkat ini tidak
menimbulkan efek ganda karena adanya metode perolehan kembali pajak yang
telah dibayar (kredit bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase
beban pajak yang dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang
berlaku. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa panjang pendek jalur produksi
atau distribusi tidak mempengaruhi persentase beban pajak yang dipikul oleh
konsumen

PAGE \* MERGEFORMAT 3
B. Saran
Setelah penulis memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), penulis menyarankan kepada
pembaca untuk lebih taat melakukan pembayaran pajak guna membantu
meningkatkan APBN dan APBD khususnya pada Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).

PAGE \* MERGEFORMAT 3
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. (2019 – 2022). Mengenal Pajak


Penjualan Barang Mewah (PPnBM). https://fiskal.kemenkeu.go.id/.
Diakses Pada 14 Desember 2023

Center UNESA. (2021). Konsep Dasar PPN dan PPnBM.


https://taxcenterfeunesa.com/. Diakses Pada 14 Desember 2023

Mardiasmo, 2019. Perpajakan Edisi Terbaru 2019. Penerbit ANDI. Yogyakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2020 tentang Barang


Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang
Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Resmi, Siti. 2019. Perpajakan: Teori & Kasus Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta

PAGE \* MERGEFORMAT 3

Anda mungkin juga menyukai