Oleh:
Nurianda wulandari
210910163
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah
tentang "Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Efriyenti, S.E., M.AK
selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini dan semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapar beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Nurianda Wulandari
PAGE \* MERGEFORMAT 3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Bab I Pendahuluan
Daftar Pustaka
PAGE \* MERGEFORMAT 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28
tahun 2007 tentang KUP). Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dikelompokkan
menjadi pajak subjektif dan pajak objektif.Pajak subjektif yaitu pajak yang
didasarkan pada keadaan subjeknya, dengan memperhatikan keadaan diri
wajib pajak.
Pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam
masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu
berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai
tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup
masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup
masingmasing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari
individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya
hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara,
lembaga negara, dan seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya
merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara
kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,
membayar gaji pegawai dan lainlain. Bagi penduduk yang tidak melakukan
penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan
umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Penghasilan negara adalah
berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam
yang ada dalam negara itu. Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang
memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu
seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi,
PAGE \* MERGEFORMAT 3
dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak
adalah senyawa dengan kepentingan umum.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah merupakan jenis pajak yang
merupakan satu paket dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Namun demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan
Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UndangUndang PPN,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan terhadap; (1) penyerahan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah di dalam
Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. (2) impor Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah. Dengan demikian, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP mewah oleh
pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP mewah.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dikenakan lagi pada rantai
penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut Pajak Penjualan atas
Barang Mewah adalah pabrikan BKP mewah pada saat melakukan
penyerahan atau penjualan BKP mewah. Sementara itu, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir. Adapun alasan
dikenakan PPnBM adalah (1) perlu keseimbangan pembebanan pajak antara
konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang
berpenghasilan tinggi. (2) perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. (3) perlu adanya perlindungan
terhadap produsen kecil atau tradisional. (4) perlu untuk mengamankan
penerimaan negara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada karya tulis
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM)?
2. Apa saja karakteristik dan dasar pengenaan PPnBM ?
3. Apa jenis barang mewah yang dapat dikenakan PPnBM?
PAGE \* MERGEFORMAT 3
4. Bagaimana tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)?
5. Bagaimana cara perhitungan atas pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM)?
6. Bagaimana cara pelaporan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
dan pengkreditan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pajak penjualan atas barang mewah.
2. Mengetahui karakteristik dan dasar pengenaan ppnbm.
3. Mengetahui jenis barang mewah ppnbm.
4. Mengetahui tarif ppnbm.
5. Mengetahui cara menghitung PPnBM.
6. Mengetahui pelaporan ppnbm dan pengkreditan.
PAGE \* MERGEFORMAT 3
BAB II
LANDASAN TEORI
PAGE \* MERGEFORMAT 3
penghasilan yang akan digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi sehingga
akibat dari pemungutan pajak adalah berkurangnya daya beli masyarakat
secara individu. Oleh karena itupenelitian ini dianggap penting karena daya
beli adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam
membeli suatu barang dimana dalam hal ini kendaraan bermotor roda empat
B. Karakteristik dan Dasar Pengenalan PPnBM
Berbeda dengan PPN, berikut ini karakteristik yang dimiliki oleh PPnBM,
seperti:
1. PPnBM adalah pungutan tambahan yang dikenakan pada barang mewah
di samping pengenaan PPN.
2. PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu pada saat impor/penyerahan
BKP yang tergolong mewah yang dilakukan pabrikan yang menghasilkan
BKP yang tergolong mewah.
3. Tidak dapat dikreditkan, untuk dapat mewujudkan tujuan pemberian
beban pajak tambahan.
4. Apabila BKP mewah diekspor, maka PPnBM yang dibayar berkaitan
dengan perolehan BKP mewah yang berhubungan langsung dengan BKP,
dapat diminta kembali.
PAGE \* MERGEFORMAT 3
Hanya saja, bagi PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan, sehingga tidak
dikenal sistem pengkreditan seperti dalam PPN.
D. Tarif PPnBM
Tarif PPnBM berbeda-beda tergantung jenis barangnya alias tarif PPnBM
bersifat progresif. Besarnya persentase PPnBM yang harus dibayarkan bahkan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
PAGE \* MERGEFORMAT 3
Tarif PPnBM menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Pengenaan tarif PPnBM paling rendah adalah 10% dan
maksimum 20%.
Adanya perbedaan pengenaan tarif PPnBM didasarkan atas klasifikasi
barang tergolong mewah yang terkena PPnBM Berdasarkan konsultasi dengan
DPR Namun guna memacu transaksi ekspor produk dalam negeri, PPnBM
bisa bernilai 0% bila produsen mengekspor barang mewah tersebut.
Selain itu, tarif PPnBM mobil dan barang mewah lainnya diberlakukan
dengan cara mengalikan nilai dasar pengenaan pajak terhadap besaran tarif
PPnBM. Tarif yang dibebankan pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tentu jauh lebih besar dibanding tarif PPN Hal ini mengingat PPnBM memang
ditujukan untuk pengendalian konsumsi barang yang tergolong mewah.
Selain itu, penerapan PPnBM juga merupakan upaya pemerintah untuk
memberikan perlindungan terhadap produsen kecil dan tradisional. Dalam
Pasal 8 UU No. 18 Tahun 2000, rentang tarif PPnBM adalah 10% hingga
75%. Kemudian, pada 8 UU No. 42 Tahun 2009, tarif PPnBM paling tinggi
adalah mencapai 200%. Meski demikian, untuk kegiatan konsumsi barang
mewah di luar daerah pabean dikenai tarif 0%. Tarif 0% dikenakan pula pada
barang mewah yang diekspor. Wajib pajak bahkan dapat meminta kembali
pembayaran pajak atas barang mewah yang diekspor atau restitusi pajak
apabila PPnBM terlanjur dibayar.
PAGE \* MERGEFORMAT 3
yang dikenakan misalnya 15%. Sehingga diketahui apabila dasar pengenaan
PPnBM adalah Rp27.000.000 dengan tarif PPN 10%, maka:
PPN = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak PPN = 10% x Rp27.000.000
PPN = Rp2.700.000
Sedangkan cara menghitung PPnBM adalah:
PPnBM = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak PPnBM = 15% x
Rp27.000.000
PPnBM = Rp4.050.000
PAGE \* MERGEFORMAT 3
c. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15
orang termasuk pengemudi yang digunakan untuk kendaraan dinas
TNI/POLRI
d. Kendaraan patroli TNI/POLRI.
Apabila kendaraan diatas dalam jangka waktu 5 th sejak impor/
perolehannya dipindahtangankan , maka PPnBM yang terutang yang
dibebaskan wajib dibayar ke kas negara dalam jangka waktu 1 bulan
sejak kendaraan tersebut dipindahtangankan. Apabila dilanggar SKBKB
+ sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Orang Pribadi (OP) atau Badan yang melakukan impor atau yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor yang dibebaskan dari
pengenaan PPnBM sebagaimana dimaksud butir 2 di atas wajib memiliki
Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM yang diterbitkan oleh Dirjen
Pajak c.q. Kepala KPP tempat pemohon terdaftar, sebelum impor atau
penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.
4. Permohonan SKB PPn BM yang diajukan oleh OP atau Badan yang
melakukan impor atau yang menerima penyerahan kendaraan ambulan,
kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan,
dan kendaraan angkutan umum ke KPP dilengkapi dengan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
a. Surat Kuasa Khusus bila menunjuk pihak lain untuk pengurusan SKB
PPnBM.
b. Fotocopy kartu NPWP
c. Surat Keterangan atau dokumen lain yang menunjukkan pengunaan
kendaraan dimaksud
d. Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan dimaksud tidak
akan dipindahtangankan atau diubah peruntukannya dan apabila
ternyata dipindahtangankan atau diubah peruntukannya, bersedia
membayar kembali PPnBM yang dibebaskan ditambah sanksi dengan
ketentuan yang berlaku
e. Perjanjian jual-beli kendaraan bermotor yang memuat
keteranganketerangan antara lain :
PAGE \* MERGEFORMAT 3
1) Nama Penjual
2) Nama pembeli
3) Jenis dan spesifikasi kendaraan yang dibeli
f. Ijin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang (untuk kendaraan angkutan umum selain taksi) atau
Persetujuan (Ijin) Prinsip yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
setempat (untuk taksi)
g. Khusus untuk impor kendaraan bermotor, dilengkapi dengan
dokumen impor berupa :
1) Invoice
2) Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB)
3) Dokumen kontrak Pembelian yang bersangkutan atau dokumen
yang dapat dipersamakan; Dokumen pembayaran yang berupa
Letter of Credit (LlC) atau bukti transfer atau bukti lainnya
berkaitan dengan pembayaran tersebut
PAGE \* MERGEFORMAT 3
G. Pelaporan PPnBM
Untuk membuat laporan PPnBM harus menggunakan formulir SPT
Masa PPN 1111. Selama masih berada dalam satu periode pajak yang sama,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tersebut dapat dilaporkan bersama
dengan PPN dan PPN Impor.
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dilakukan paling lambat :
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima
setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
b. Pada saat melakukan pembayaran dalam hal :
1) pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
2) pembayaran dilakukan sebelum penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak
3) pembayaran dilakukan pada saat yang sama dengan saat penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
H. Pengkreditan PPnBM
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah "tidak dapat di Kreditkan" sesuai
dgn UU No.18Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang PajakPertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan
Pajak Penjualan Barang Mewah. Berdasarkan"Pertimbangan dan Alasan"
sebagai berikut; Karakteristik PPnBM (Pasal 5, 8, dan 10 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000)
1. PPn BM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.
2. PPn BM hanya dikenakan satu kali (yaitu ; pada saat impor atau pada saat
penyerahan BKPMewah oleh Pengusaha Kena Pajak Pabrikan).
PAGE \* MERGEFORMAT 3
3. PPn BM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai biaya.
4. Dalam hal BKP Mewah diekspor, PPn BM yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dimintakembali/direstitusi
PAGE \* MERGEFORMAT 3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) ialah pajak yang dibebankan
kepada produsen barang mewah atas kegiatan produksi atau impor barang
tersebut. PPnBM biasanya dimasukkan ke dalam harga jual produk dan
dibayarkan oleh konsumen atas transaksi pembelian produk.
Tarif PPnBM menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM). Pengenaan tarif PPnBM paling rendah adalah 10% dan maksimum
20%
Adanya perbedaan pengenaan tarif PPnBM didasarkan atas klasifikasi
barang tergolong mewah yang terkena PPnBM Berdasarkan konsultasi dengan
DPR Namun guna memacu transaksi ekspor produk dalam negeri, PPnBM bisa
bernilai 0% bila produsen mengekspor barang mewah tersebut
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan
pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas
nilai tambah yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi.
Namun sebelum barang atau jasa tersebut sampai pada tingkat konsumen, PPN
telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.
Meskipun demikian, pemungutan pajak secara bertingkat ini tidak
menimbulkan efek ganda karena adanya metode perolehan kembali pajak yang
telah dibayar (kredit bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase
beban pajak yang dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang
berlaku. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa panjang pendek jalur produksi
atau distribusi tidak mempengaruhi persentase beban pajak yang dipikul oleh
konsumen
PAGE \* MERGEFORMAT 3
B. Saran
Setelah penulis memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), penulis menyarankan kepada
pembaca untuk lebih taat melakukan pembayaran pajak guna membantu
meningkatkan APBN dan APBD khususnya pada Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
PAGE \* MERGEFORMAT 3
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan: Teori & Kasus Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta
PAGE \* MERGEFORMAT 3