Disusun oleh :
Kelompok 10
1. Annisa Septia Harahap (7203342003)
2. Muhammad Ryan Adyatma (7202142004)
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.
Penyusun
Perpajakan Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian PPN dan PPnBM......................................................................................................3
B. Subjek PPN dan PPnBM dan yang Dikecualikan.........................................................................3
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) dan yang
dikecualikan.....................................................................................................................................10
D. Tarif PPN dan PPnBM...............................................................................................................15
E. Dasar Hukum Pengenaan PPN dan PPnBM..............................................................................16
F. Contoh dan Kasus Soal Perhitungan PPN dan PPnBM.............................................................17
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................................................23
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................24
Perpajakan Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
kemakmuran rakyat. Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang ditimbulnya kewajiban
pajaknya sangat ditentukan oleh objek pajak. Keadaan subjek pajak tidak menjadi
Dikenakan setiap rantai distribusi (multi stage tax). Sepanjang suatu transaksi
memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam angka 2, maka pihak PKP penjual
berkewajiban memungut PPN atas transaksi yang terjadi dan kemudian menyetorkan ke
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Service Tax (GST). PPN
termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain
(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan suatu paket dalam undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai. Mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda
dengan PPN.
Perpajakan Page 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan masalah-masalah yang menjadi batasan masalah, yang akan kami coba
C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah sebagai bentuk konkret dari subbagian
kegiatan pengajaran pada matakuliah Perpajakan, sebagai salah satu bentuk penjabaran
kegiatan perkuliahan yang biasa disebut sebagai tugas yang sudah menjadi salah satu
kewajiban mahasiswa yang mengontrak matakuliah tersebut. Makalah ini pun disusun
1. Mengumpulkan teori-teori serta PPN dan PPn-BM pada pustaka yang kami lakukan;
3. Untuk lebih mempelajari dan memahami dari kajian yang penulis paparkan;
Perpajakan Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak, dan
Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang
“Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.”Pengertian orang pribadi dirasa
cukup jelas, sedangkan pengertian badan dalam pasal 1 angka13 UU PPN adalah
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha daerah dengan nama dandalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
Untuk memperjelas ruang lingkup dari arti pengusaha maka perhatikan ilustrasi ini:
Dika seorang mahasiswa mendapatkan kiriman DVD Player dari saudaranya yang
tetapi berdasarkan pasal 1 ayat 14 Dika bukan seorang pengusaha di bidang impor
karena kegiatan yang dilakukan tidak berhubungan dengan pekerjaan atau usahanya.
Arry, Seorang pengusaha di bidang jual beli barang elektronik. Ia mengimpor televisi
secara berkala dari Cina. Berdasarkan uraian tersebut Arry bisa dikatakan seorang
usahanya.
Dengan demikian, Pengusaha Kena Pajak bisa terdiri dari Orang Pribadi atau Badan.
baik yangmelakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Negara atau Badan Usaha\ Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Perpajakan Page 4
organisasi massa, organisasi sosial politik, organisasi lainnya, lembaga dan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
Nomor 42 Tahun 2009. Dengan kata lain PKP adalah Pengusaha yang usahanya
adalah memperdagangkan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak. Apabila
tidak kena pajak atau jasa yang tidak kena pajak, maka Pengusaha tersebut adalah
bukan Pengusaha Kena Pajak. Yang dimaksud penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang
ini adalah penyerahan Barang dan/atau Jasa sesuai pasal 4 UU PPN. Termasuk dalam
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf f UU PPN, serta bentuk kerjasama
operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
143 tahun 2000. Lebih rinci lagi, penyerahan BKP dan/atau JKP dimaksud meliputi :
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
b. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
dan
Perpajakan Page 5
Pengertian PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 15 UU PPN itu
kemudian disempurnakan lagi di dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
143 tahun 2000, yaitu termasuk di dalam pengertian PKP adalah Pengusaha yang
sejak semula bermaksud mengadakan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP atau
ekspor BKP.
Terdapat pengecualian untuk pengusaha kecil sesuai dengan pasal 3A ayat 1 UU PPN
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang.” Sehingga kepada pengusaha kecil diberikan
kebebasan memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak atau tidak. Jika
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang memenuhi kriteria sesuai dengan yang diatur
Pertambahan Nilai.
Subjek PPN yang bukan PKP adalah orang atau badan yang mengimpor
BKP, memanfaatkan jasa atau BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean, dan yang
usaha dimaksud dalam Pasal 4 huruf b (mengimpor Barang Kena Pajak), huruf d
Perpajakan Page 6
tak berwujud), dan huruf e (memanfaatkan Jasa Kena Pajak) dalam UU PPN tidak
D. Pengusaha Kecil
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah
(empat miliar delapan ratus juta rupiah), sebagaimana diatur dalam PMK NOMOR
jumlah keseluruhan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh pengusaha dalam rangka kegiatan usahanya. Bagi pengusaha orang
tahun buku adalah tahun kalender. Pengusaha kecil tidak wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tidak wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukannya. Namun, apabila pengusaha kecil
memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka pengusaha kecil
Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukannya.
Apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto
ratus juta rupiah) maka Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
Perpajakan Page 7
sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau surat tagihan pajak untuk Masa
Pajak, terhitung sejak saat jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya
yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut, menyetor,
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukannya. Dalam hal pengusaha telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan jumlah peredaran bruto dan/atau
(empat miliar delapan ratus juta rupiah), Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan
E. Joint Operation
Pasal 2 ayat 2 PP 143/2000 secara tersirat menetapkan bahwa bentuk usaha Joint
Operation setelah 1 Januari 1995, perlakuan terhadap konsorsium, joint operation, dan
joint venture ditegaskan dalam Surat Edaran nomor S-349/PJ.321/1990 dan nomor S-
263/PJ.42/1991 yang intinya bahwa pengusaha dengan bentuk usaha semacam itu
Perpajakan Page 8
a. Apabila dalam transaksi dengan pihak lain, secara nyata dilakukan atas nama JO,
maka JO harus dikukuhkan sebagai PKP. Untuk itu JO harus mendaftarkan diri
sebagai PKP.
b. Apabila seluruh transaksi dengan pihak lain tersebut secara nyata dilakukan
masing-masing anggota JO, maka yang dikukuhkan sebagai PKP hanyalah anggota
JO tersebut saja.
c. Dalam hal JO menunjuk ‘leader’, maka apabila atas jasa yang diberikan oleh
‘leader’ kepada anggota diterima pembayaran, maka atas pembayaran itu terutang
PPN.
C. Objek Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn
BM) dan yang dikecualikan
1) Objek Pajak Pertambahan Nilai
Syarat-syaratnya adalah:
berwujud
b. Impor BKP
Perpajakan Page 9
c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan dari luar Daerah Pabean di dalam
daerah Pabean
h. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
pihak lain.
i. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semual tidak untuk
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah
Maka atas penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP
yang tergolong mewah, disamping dikenakan Pajak Pertambhan Nilai (PPN) juga
Perpajakan Page 10
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM).Batasan suatu termasuk
berpenghasilan tinggi
satu kali pada waktu penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pengusaha yang
b. Gas bumi.
c. Panas bumi.
Perpajakan Page 11
f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
banyak, yaitu:
a. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah,
Digiling.
Beras pecah.
dalam bentuk:
bentuk butiran.
Empulur sagu.
Perpajakan Page 12
d. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai
Garam meja.
c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan
fisioterapi.
F. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi.
kursus
I. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan.
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
Perpajakan Page 14
M. Jasa di bidang perhotelan;
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol
persen).
c. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh
b. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang tetap
2. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Perpajakan Page 15
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang
3. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
4. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
5. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari
Perpajakan Page 16
Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan pergudangan
Mengimpor barang elektronik dari amerika seharga US$ 100.000; Asuransi US$
1.000; ongkos angkut ke Makassar US$ 2.000. bea masuk sebesar 10% dari CIF
dan bea masuk tambahan sebesar 4% dari CIF (belum memiliki API dan barang
elektronik tersebut termasuk barang mewah dengan tarif 30%; diasumsikan kurs
Membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga Rp. 220.000.000 dan
sebuah mobil sedan untuk direktur sebesar Rp. 330.000.000 (harga kedua
Diminta :
Pembahasan :
= Rp. 400.000.000
Perpajakan Page 17
PPN = 10% x 400.000.000
= Rp. 3.600.000
= Rp. 70.000.000
Perpajakan Page 18
Nilai Impor (CIF+bea masuk+bea tambahan) = Rp. 845.424.000
= 10% x 845.424.000
= 30% x 845.424.000
= Rp. 253.627.200
Perpajakan Page 19
pembelian mobil sedan untuk direktur tidak boleh dibebankan/dihitung dalam
= Rp. 187.360.000
= Rp. 104.542.400
Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut PPN kurang bayar. Namun, jika PPN
= Rp. 82.817.600
Jadi, PPN yang harus disetor oleh PT. Munirah adalah Rp. 82.817.600
Untuk bisa menghapus sejumlah barang sebagai objek PPnBM, pemerintah telah
Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, menjadi PMK Nomor 106/PMK.010/2015 seperti yang
Perpajakan Page 20
Aturan yang diteken Bambang pada 8 Juni 2015 tersebut telah mendapat pengesahan
dan tercatat di lembar negara oleh Kementerian Hukum dan HAM pada 9 Juni 2015 lalu.
Dalam peraturan itu, disebutkan peraturan pembebasan 33 objek barang mewah dari
pajak barang mewah (PPnBM) berlaku setelah 30 hari peraturan tersebut diundangkan.
Namun pemerintah masih tetap mengenakan pajak penjualan untuk barang yang
tergolong mewah selain kendaraan bermotor, berikut daftar barang yang tergolong mewah
Tarif 20 persen:
2. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan luas bangunan 350 meter
3. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, clan senisnya dengan
Tarif 40 persen:
1. Barang sejenis balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara
2. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya (kecuali untuk keperluan negara)
Tarif 50 persen:
1. Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam Lampiran II, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan udara niaga: Helikopter, pesawat udara dan
2. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara:
Perpajakan Page 21
a. Senjata artileri
c. Senjata api (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu
Tarif 75 persen:
1. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum:
Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk
pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau
angkutan umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Service Tax (GST). PPN
termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain
(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan suatu paket dalam undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai. Mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda
dengan PPN.
Perpajakan Page 22
Daftar Pustaka
Perpajakan Page 23
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-penjualan-atas-barang-mewah-ppnbm
Perpajakan Page 24