Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PAJAK PETRAMBAHAN NILAI ATAS BARANG MEWAH(PPNBM)

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERPAJAKAN III (PPN dan PPNBM)

Dosen Pengampu:

Dini paryanti,S.E., M.AK

DI SUSUN OLEH:

1. YULIANA RITNA BARA/ 21100028


2. NOVENDI LEJAU/ 21100026
3. MARSELIN/ 21000

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS


POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG
2022
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Pajak Pertambahan Nilai dengan
baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh Dosen yang mengampu mata kuliah Perpajakan 3 yaitu Ibu Dini Paryanti,
S.E.,M.M

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman


pembaca terhadap Pajak Pertambahan Nilai. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini.

Makalah ini disajikan dalam Bahasa yang sederhana dan tidak berbelit-belit supaya
mudah dipahami oleh pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca .
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik dibutuhkan agar kami bisa
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas mendatang.

Bandung, 20 september 2022


KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1..............................................................................................................

PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................
1.3. Maksud dan Tujuan.................................................................................................
BAB II............................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................
2.2. Mekanisme PPNBM...............................................................................................
2.3. Pengelompokan Barang Mewah..............................................................................
2.4. Pengecualian Kendaraan Bermotor Dari Pengenaan Ppnbm.................................
2.5. Mekanisme Pemugutan Ppnbm Kendaran Bermotor..............................................
BAB III..........................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................
3.1...............................................................................................................Kesi
mpulan..................................................................................................
3.2...............................................................................................................Daft
ar Pustaka.............................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (UU No. 28 tahun 2007 tentang KUP). Berdasarkan sifatnya, pajak
dapat dikelompokkan menjadi pajak subjektif dan pajak objektif.
Seperti yang sudah Anda ketahui, PPN memiliki dampak regresif. Jadi,
semakin tinggi kemampuan konsumen, akan semakin ringan beban pajak
yang dipikul. Nah, untuk mengurangi regresivitas tersebut, bagi
konsumen yang mengonsumsi BKP yang tergolong mewah, akan
dikenakan beban pajak tambahan yakni PPnBM.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mekanisme PPNBM
2. Pengelompokan Barang Mewah
3. Pengecualian Kendaraan Bermotor Dari Pengenaan PPNBM
4. Mekanisme Pemugutan PPNBM Kendaran Bermotor

1.3Maksud Dan Tujuan


Untuk mengetahui lebih banyak tentang PPNBM

BAB II
PEMBAHASAN

A. MEKANISME PPNBM
PPnBM adalah jenis pajak yang dikenakan pada suatu transaksi barang dengan
kriteria barang yang tergolong mewah. Yang mana transaksi tersebut dilakukan oleh
seorang produsen atau pengusaha, dengan tujuan untuk menghasilkan atau
mengimpor barang mewah tersebut dalam kegiatan usahanya.

Pengenaan PPnBM memiliki peran yang penting dalam penerapan pajak di Indonesia.
Beberapa pertimbangan mengapa PPnBM penting diterapkan di Indonesia yaitu:

 Demi terciptanya keseimbangan pembebanan pajak, yakni antara konsumen


dengan penghasilan rendah dan konsumen dengan penghasilan yang tinggi.
 Untuk mengendalikan pola konsumsi atas Barang Kena Pajak (BKP) yang
tergolong dalam kategori barang mewah.
 Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional yang ada di Indonesia.
 Mengamankan penerimaan negara.

Dalam prinsip pemungutannya, PPnBM atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah
akan dilakukan satu kali saja. Yaitu pada saat terjadinya penyerahan yang dilakukan
oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak (BKP) yang mewah tersebut. Dan
pada saat impor Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong dalam kategori barang
mewah tersebut. Untuk membantu anda memahami peraturan pajak dan
melaksanakan kewajiban pajak dengan tepat, konsultan pajak Serpong adalah pilihan
terbaik.

Perlu diketahui, dalam pemungutan PPnBM tidak memperhatikan subjek pajaknya.


Karena PPnBM termasuk dalam salah satu jenis pajak objektif, yang mana pengenaan
pajaknya didasarkan pada objek pajaknya. Jadi, nilai pajak didasarkan pada nilai
barang yang tergolong mewah tersebut. Lebih lanjut barang tergolong mewah
menurut Undang-Undang, meliputi:

 Barang tersebut tidak termasuk dalam jenis barang yang menjadi bahan kebutuhan
pokok.
 Barang tersebut hanya dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu.
 Barang tersebut dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status sosial dan kekayaan
semata.
 Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat dengan pendapatan tinggi.

Wajib pajak (WP) tidak hanya perlu mempelajari jenis pajak, tapi juga
penghitungannya. Ini termasuk dengan PPnBM atau Pajak Penjualan atas Barang
Mewah. Peran konsultan pajak Serpong untuk membantu WP mengurus pajak
sangatlah penting. Untuk bisa menghitung besaran PPnBM, maka dibutuhkan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP). Dimana DPP yang dimaksud tersebut bisa meliputi:

 Harga jual yaitu nilai termasuk semua biaya yang diminta penjual
 Biaya penggantian yaitu nilai termasuk semua biaya penyerahan dan tidak
termasuk dalam PPN.
 Nilai impor

Dalam mekanisme pengenaan atas PPnBM sedikit berbeda dengan mekanisme


pemungutan PPN. Mekanisme pemungutan PPnBM dilakukan dengan faktur pajak
sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam pemungutan PPN. Hanya saja, dalam
pemungutan PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan. Sehingga, dalam PPnBM
juga tidak dikenal sistem pengkreditan. Sedangkan pengenaan tarif Barang Kena
Pajak (BKP) tergolong mewah bisa digolongkan dalam kategori berikut:

 Tarif pajak 10% berlaku untuk kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah
tangga, alat pendingin, hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
 Tarif pajak 20% berlaku untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, alat
fotografi, berbagai jenis permadani, peralatan olahraga impor, dan barang.
 Tarif pajak 25% berlaku untuk kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar
solar.
 Tarif pajak 35% berlaku untuk minuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit
impor, batu kristal, bus, dan barang pecah belah.

Berbicara tentang pajak tentu tidak terlepas dari pelaporan pajak. Untuk pelaporan
PPnBM wajib pajak (WP) perlu menggunakan formulir SPT Masa PPN 1111. Dimana
dalam pelaporannya, PPnBM atas barang yang tergolong mewah tersebut bisa
dilaporkan bersama dengan PPN dan PPN Impor. Jangka waktu pelaporannya paling
lama pada akhir bulan berikutnya setelah tanggal faktur pajak dibuat. Jasa konsultan
pajak Serpong akan mempermudah urusan perpajakan termasuk pelaporan pajak anda.

B. PENGELOLAHAN BARANG MEWAH


Pajak yang ditangguhkan pada transaksi barang mewah ini, adalah salah satu aturan pajak
yang berlaku di Indonesia.

Dimana Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) ini, akan dibebankan pada barang mewah
yang dimiliki dan dikenai pada saat kegiatan pengadaan barang mewah tersebut.

Pajak barang mewah sendiri hanya berlaku untuk 1 kali pemungutan, yaitu saat penyerahan
barang mewah tersebut.

Pemungutan pajak ini dilakukan oleh wajib pajak yaitu produsen atau pengusaha guna upaya
pengadaan barang seperti menghasilkan barang atau impor barang mewah tersebut.

Ada beberapa alasan yang mendasari pajak ini ditetapkan seperti upaya pemerataan pajak,
pengendalian pola konsumtif pada barang mewah, dan perlindungan untuk produsen kecil.

Pada umumnya pajak barang mewah, hanya dikenai pada barang yang memiliki kriteria
khusus. Seperti beberapa kriteria barang di bawah ini:

 Barang mewah yang yang tidak termasuk kebutuhan pokok.


 Barang mewah yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
 Barang mewah yang bisa dimiliki oleh masyarakat dengan penghasilan diatas rata rata.
 Barang mewah yang digunakan untuk menunjukkan status sosialnya.

Adapun beberapa contoh barang yang memenuhi kriteria di atas adalah:

 Device canggih maupun gadget terbaru dengan spek dewa.


 Emas atau perhiasan.
 Batu mulia (giok, berlian, rubi).
 Kendaraan mewah (mobil sport, motor gede, mobil clasic).
 Senjata api (khusus untuk kepolisian, tentara, atau seseorang dengan izin resmi) dan masih
banyak lagi.

Menurut Undang Undang yang berlaku tarif yang dikenakan pada jual beli barang mewah,
serendah-rendahnya 10% dan paling tinggi 200%.

Pajak ini dikenakan pada barang mewah dalam negeri. Dengan begitu barang mewah yang
dikonsumsi luar negeri (ekspor) tidak dipungut biaya pajak.

Pembayaran jenis pajak pribadi juga dapat dengan mudah dilakukan dengan aplikasi eBilling
online.

Tarif PPnBM dibedakan berdasarkan golongan barang mewah, seperti jenis golongan
dibawah ini:

1. Golongan Barang dengan Tarif 10%


Jenis golongan pertama adalah jenis golongan yang memiliki tarif terendah, yaitu sebesar
10%.
Barang mewah yang termasuk jenis golongan ini adalah beberapa kategori kendaraan umum,
alat rumah tangga, alat pendingin, hunian mewah, TV, dan produk minuman non alkohol.

2. Golongan Barang dengan Tarif 20%


Golongan pertama adalah hunian mewah seperti apartemen, kondominium, town house dan
masih banyak lagi.

Ketentuan golongan pertama ini adalah hunian berbentuk rumah – non strata title dengan
harga jual minimum adalah 20 miliar.

Ataupun jenis hunian apartemen dengan jenis strata title yang memiliki nilai jual minimum
sebesar 10 milyar.

Contoh barang lain seperti beberapa kategori kendaraan bermotor, alat fotografi, beberapa
jenis permadani, peralatan fitness dan lain sebagainya.

3. Golongan Barang dengan Tarif 25%


Selanjutnya ada jenis golongan dengan tarif sebesar 25% dimana golongan ini lebih mengacu
pada kendaraan berat berbahan bakar solar.

Seperti halnya combi, mobil van, pickup, minibus, truk muatan kecil dan lain sebagainya.

4. Golongan Barang dengan Tarif 35%


Berikutnya adalah golongan barang dengan tarif 35%, barang jenis ini banyak digunakan
kalangan tertentu dengan penghasilan yang cukup tinggi.

Seperti contohnya adalah minuman bebas alkohol, tas mewah maupun barang lain dengan
bahan kulit impor, kristal, dan barang pecah belah.

5. Golongan Barang dengan Tarif 40%


Kemudian ada jenis golongan yang dikenai tarif 40%, dimana barang yang masuk golongan
ini adalah barang mewah yang dikonsumsi kalangan tertentu dengan penghasilan yang cukup
tinggi.

Contoh barang golongan ini adalah balon udara atau jenis pesawat tanpa tenaga penggerak,
peluru senjata api milik pribadi (selain kebutuhan negara).

6. Golongan Barang dengan Tarif 50%


Ada banyak jenis barang dari golongan ini, seperti beberapa barang dibawah ini:

 Pesawat udara dengan tenaga penggerak (kecuali kebutuhan armada negara)


 Helikopter
 Jet Pribadi
 Senjata api milik pribadi
 Revolver dan pistol dan lain lain

7. Golongan Barang dengan Tarif 75%


Kategori barang dengan golongan ini adalah jenis barang mewah milik pribadi, dimana
beberapa jenis barang dibuat untuk transportasi laut.

Contoh golongan ini adalah kapal feri, kapal pesiar, yacht dan lain sebagainya.

Adapun beberapa jenis golongan lain tertera secara tersirat dan butuh penghitungan tersendiri
untuk menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan.

Cara Menghitung PPnBM

Dalam Undang Undang yang berlaku, PPnBM ada beberapa dasar perhitungan yang menjadi
penentu besaran pemungutan pajak.

Maka akan dibutuhkan dasar pengenaan pajak (DPP) dimana mencakup beberapa hal
dibawah ini:

1. Harga Jual
Yang dimaksud dengan harga jual disini, adalah total deal harga yang telah disepakati antara
kedua belah pihak

2. Biaya Penggantian
Berupa total uang dari beberapa biaya seperti biaya penyerahan, biaya ekspor jasa, dan biaya
operasional lainnya.

3. Kebutuhan Impor
Selanjutnya ada kebutuhan impor, dimana biaya ini adalah segala jenis pengurusan impor
seperti bea masuk, cukai impor, biaya pajak tambahan dan beberapa pungutan lainnya.

4. Nilai lainnya
Termasuk nilai biaya yang dipungut pihak eksportir dan uang yang ditetapkan DPP sesuai
keputusan menteri keuangan yang berlaku.

Untuk menghitung pajak ini, anda bisa menggunakan rumus ini :

“PPN = Tarif PPN * (Harga Barang – Golongan Tarif PPnBM)”

Untuk lebih jelasnya anda bisa melihat contoh kasus dibawah ini
Bapak R adalah artis ternama, belakangan ini dia membeli sebuah mobil idaman dengan
harga yang cukup fantastis, yaitu Rp 5 miliar.
Dari penjelasan diatas anda bisa menghitung barang tersebut masuk dalam golongan barang
dengan tarif pajak 40%.

Maka cara hitung biaya yang harus dikeluarkan Bapak R adalah seperti dibawah ini:

PPN = Tarif PPN * (Harga Barang – Golongan Tarif PPnBM)


PPN = 10% * (5.000.000.000 – (5.000.000.000*40%))
PPN = 10% * (5.000.000.000 – 2.000.000.000)
PPN = 10% * 3.000.000.000
PPN= 300.000.000
Jadi dari sini anda tahu PPN yang harus dibayarkan sebesar 300.000.000 dan PPnBM sebesar
2.000.000.000, maka uang yang harus dibayarkan Bapak R adalah:
Total Bayar = Harga mobil + PPN + PPnBM
Total Bayar = 5.000.000.000 + 300.000.000 + 2.000.000.000
Total Bayar = 7.300.000.000
Proses pengelolaan pajak mulai dari hitung hingga bayar juga dapat dilakukan melalui
software pajak yang resmi sehingga menjadi lebih mudah dan aman.
C. PENGECUALIAN KENDARAAN BERMOTOR DARI PENGENAAN PPNBM

Pengecualian pengenaan PPnBM yang semula hanya terbatas pada kendaraan


bermotor yang digunakan untuk angkutan umum, untuk kendaraan dinas
ABRI/POLRI serta untuk tujuan protokoler kenegaraan, diperluas sehingga meliputi
juga semua jenis kendaraan angkutan barang, kendaraan ambulan, kendaraan
jenazah, kendaraan pemadam

Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor : 641/KMK.04/1994, tanggal 29 Desember 1994, tentang Macam dan Jenis
Kendaraan Bermotor Yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
menggantikan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 647/KMK.04/1993 tanggal
10 Juni 1993, bersama ini disampaikan petunjuk dan penjelasan sebagai berikut :

1. Kendaraan bermotor beroda dua

1.1. Atas impor dalam keadaan terpasang (CBU) semua jenis kendaraan bermotor
beroda dua dengan motor penggerak yang isi silindernya 250 cc atau kurang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20% (dua puluh
persen). Sedangkan atas penyerahan kendaraan bermotor beroda dua yang dibuat
di dalam negeri dengan motor penggerak yang isi silindernya 250 cc atau kurang
tidak dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
1.2. Atas impor dalam keadaan terpasang (CBU) semua jenis kendaraan bermotor
beroda dua dengan motor penggerak yang isi silindernya lebih dari 250 cc dan
atas penyerahan kendaraan bermotor beroda dua yang dibuat di dalam negeri
dengan motor penggerak yang isi silindernya lebih dari 250 cc, dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen).

2. Kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon, mobil balap serta caravan

2.1. Atas penyerahan kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon, dengan
motor penggerak yang isi silindernya 1600 cc atau kurang, yang dibuat di dalam
negeri dengan kandungan lokal lebih dari 60% (enam puluh persen), dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20% (dua puluh persen).
2.2. Atas penyerahan kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon, yang dibuat
di dalam negeri dengan kandungan lokal kurang dari 60% (enam puluh persen)
berapapun juga isi silindernya, dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen).
2.3. Atas penyerahan kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagon, yang dibuat
di dalam negeri dengan motor penggerak yang isi silindernya lebih dari 1600 cc
berapapun juga kandungan lokalnya, dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen).
2.4. Atas impor dalam keadaan terpasang (CBU) kendaraan bermotor jenis station
wagon, mobil balap, dan caravan serta atas penyerahan mobil balap dan caravan
yang dibuat di dalam negeri, dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen).
2.5. Atas impor kendaraan jenis sedan dalam keadaan terpasang (CBU) maupun
dalam keadaan tidak terpasang (CKD), dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen). PPn BM yang telah dibayar
pada saat impor CKD sedan dapat diperhitungkan dengan PPn BM yang terutang
atas penyerahan dalam negeri kendaraan sedan hasil rakitannya melalui proses
Pemindahbukuan (Pbk) sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-23/PJ.51/1994 tanggal 31 Oktober 1994.

3. Kendaraan Bermotor Jenis Jip

3.1. Atas penyerahan kendaraan bermotor jenis jip yang dibuat di dalam negeri
dengan kandungan lokal lebih dari 60% (enam puluh persen), dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20% (dua puluh persen).
3.2. Atas impor dalam keadaan terpasang (CBU) kendaraan bermotor jenis jip dan
atas penyerahan kendaraan bermotor jenis jip yang dibuat di dalam negeri yang
kandungan lokalnya tidak melebihi 60% (enam puluh persen), dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen).
3.3. Yang dimaksud kendaraan bermotor jenis jip adalah kendaraan bermotor beroda
empat serba guna, bergardan ganda, dengan chasis, massa total 5 (lima) ton atau
kurang, dan kapasitas penumpang kurang dari 10 (sepuluh) orang.

4. Kendaraan bermotor jenis kombi, minibus, van, dan pick up

4.1. Atas impor dalam keadaan terpasang (CBU) dan atas penyerahan kendaraan
bermotor yang dibuat di dalam negeri jenis kombi, minibus, van, dan pick up
yang menggunakan bahan bakar bensin dikenakan PPn BM dengan tarif 20%
(dua puluh persen), sedangkan yang menggunakan bahan bakar solar dikenakan
PPn BM dengan tarif 25% (dua puluh lima persen).
4.2. Dalam hal Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) menyerahkan chasis
minibus atau chasis pick up yang akan diubah menjadi minibus, van, dan kombi,
maka ATPM diperlakukan sebagai Pabrikan dan harus mengenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20% (dua puluh persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak untuk yang menggunakan bahan bakar bensin, dan 25% (dua
puluh lima persen) dari Dasar Pengenaan Pajak untuk yang menggunakan bahan
bakar solar. Dasar Pengenaan Pajak untuk menghitung Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana dimaksud di atas adalah sebesar harga jual chasis
minibus atau chasis pick up dari ATPM ditambah 25% (dua puluh lima persen)
dari harga jual chasis. Tambahan tersebut adalah angka perkiraan biaya karoseri.

5. Kendaraan bermotor jenis bus


Atas impor dalam keadaan terpasang (CBU) kendaraan bermotor jenis bus
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 35% (tiga puluh lima
persen), sedangkan atas penyerahan kendaraan bermotor jenis bus yang dibuat di
dalam negeri tidak dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
6. Dikecualikan dari pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

6.1 Atas impor dan atas penyerahan kendaraan bermotor yang dibuat di dalam negeri
. untuk jenis-jenis sebagaimana dimaksud pada butir 1 sampai dengan 5 di atas,
dikecualikan dari pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dalam hal-hal
sebagai berikut :
6.1.1.Digunakan untuk kendaraan dinas ABRI/POLRI sepanjang dananya berasal
dari APBN yang pembiayaannya dilaksanakan melalui bendaharawan
ABRI/POLRI dan dengan mempergunakan nomor identitas kendaraan
nomor ABRI/POLRI, demikian pula halnya kendaraan untuk tujuan
protokoler kenegaraan sepanjang dananya berasal dari APBN/APBD dari
instansi yang bersangkutan.
6.1.2.Kendaraan bermotor jenis kombi, minibus, van, pick up, bus, station wagon,
sedan dan jip, yang digunakan untuk kendaraan ambulance, kendaraan
tahanan, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan jenazah, atau kendaraan
angkutan umum. Yang dimaksud dengan kendaraan angkutan umum adalah
kendaraan angkutan umum dalam trayek dan kendaraan angkutan umum
tidak dalam trayek sepanjang menggunakan plat dasar nomor Polisi dengan
warna kuning.
6.1.3.Kendaraan bermotor jenis van dan pick up, yang digunakan untuk kendaraan
angkutan barang.
6.2 Pelaksanaan pengecualian pengenaan PPn BM dilakukan dengan cara sebagai
. berikut:
6.2.1.Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPn BM
a. Untuk kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan dinas
ABRI/POLRI, dan untuk tujuan protokoler kenegaraan, kendaraan
ambulance, kendaraan tahanan kendaraan pemadam kebakaran, dan
kendaraan jenazah, dapat diajukan permohonan pembebasan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah oleh instansi yang bersangkutan
kepada Direktur Jenderal Pajak cq. Direktur Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, dengan dilengkapi dokumen-
dokumen yang menyatakan :

a.1. tujuan penggunaan kendaraan dimaksud,


a.2. asal dana yang digunakan untuk pengadaan kendaraan dimaksud
bagi kendaraan dinas ABRI/POLRI dan kendaraan untuk tujuan
protokoler kenegaraan (foto copy DIK/SKO),
a.3. kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK) untuk pengadaan
kendaraan bermotor dimaksud.
b. Atas penyerahan kendaraan bermotor dari ATPM atau Pabrikan
kepada Distributor atau Dealer atau Agen atau Penyalur kendaraan
bermotor, terlebih dahulu tetap dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
c. Selanjutnya, Distributor atau Dealer atau Agen atau Penyalur
tersebut pada huruf b mengajukan permohonan restitusi kepada
Kantor Pelayanan Pajak tempat yang bersangkutan dikukuhkan
sebagai PKP, dengan syarat bahwa PPn BM yang tercantum dalam
Faktur Pajak yang dibuat oleh ATPM atau Pabrikan telah dibayar
oleh Distributor atau Dealer atau Agen atau Penyalur.

6.2.2.Restitusi
Pelaksanaan restitusi PPn BM dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Untuk kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan dinas


6.2.2.1 ABRI/POLRI, dan untuk tujuan protokoler kenegaraan, kendaraan
. ambulance, kendaraan tahanan, kendaraan pemadam kebakaran, dan
kendaraan jenazah yang memperoleh SKB PPn BM, permohonan
restitusi diajukan kepada Kepala KPP di tempat Distributor atau
Dealer atau Agen atau Penyalur dikukuhkan, dengan dilengkapi
dokumen-dokumen sebagai berikut :
d. Foto copy kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan/atau
foto copy pengukuhan sebagai PKP;
e. Foto copy Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pabrikan atau
ATPM kepada Distributor atau Dealer atau Agen atau
Penyalur;
f. Asli bukti pungutan PPn BM;
g. Bukti SKB PPn BM atas nama pembeli kendaraan bermotor
dimaksud;
h. Kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK) untuk pengadaan
kendaraan bermotor dimaksud.

6.2.2.2 Untuk kendaraan bermotor jenis van dan pick up yang digunakan
. untuk kendaraan angkutan barang dan kendaraan yang digunakan
untuk angkutan umum, permohonan restitusi diajukan oleh pembeli
kendaraan kepada Kepala KPP di tempat pemilik kendaraan
berdomisili, dengan dilengkapi dokumen-dokumen sebagai berikut :
i. Foto copy kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan/atau
foto copy pengukuhan sebagai PKP;
j. Foto copy Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pabrikan atau
ATPM kepada Distributor atau Dealer atau Agen atau
Penyalur;
k. Foto copy STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) yang
menyatakan kendaraan bermotor tersebut untuk angkutan
umum (plat dasar warna kuning) dan/atau Surat Tanda Uji
Kendaraan dari DLLAJR yang menyatakan kendaraan
bermotor tersebut untuk angkutan barang;
l. Asli faktur penjualan dari Dealer atau Distributor atau Agen
atau Penyalur yang di dalamnya dicantumkan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang telah dikenakan oleh
ATPM atau Pabrikan kepada Dealer atau Distributor atau
Agen atau Penyalur dan kemudian dilimpahkan kepada
pembeli;
m. Asli bukti pungutan PPn BM;
n. Izin Usaha dan Ijin Trayek yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang untuk kendaraan angkutan umum;
o. Surat pernyataan yang menyatakan bahwa kendaraan
dimaksud tidak akan diubah penggunaannya dan apabila
ternyata diubah bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

6.2.2.3 Untuk menghindari hal-hal yang merugikan Wajib Pajak, restitusi


. PPn BM tersebut hanya dapat dilayani apabila diurus sendiri oleh
pemilik kendaraan atau dikuasakan pengurusannya kepada Konsulen
Pajak terdaftar. Bagi KPP yang wilayah kerjanya tidak terdapat
Konsulen Pajak terdaftar, restitusi PPn BM hanya dapat dilayani
apabila diurus sendiri oleh pemilik kendaraan.
6.2.3.Pengajuan permohonan pengembalian atau restitusi PPn BM
tersebut pada butir 6.2.2, harus dilakukan dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan setelah bulan terjadinya penyerahan
kendaraan kepada pembeli.
6.2.4.Untuk memperoleh kepastian bahwa PPn BM yang dipungut
oleh Pabrikan atau ATPM kepada Dealer atau Distributor atau
Agen atau Penyalur telah disetor ke Kas Negara, maka KPP
yang memproses permohonan restitusi harus melakukan
konfirmasi ke KPP di tempat ATPM dikukuhkan sebagai PKP
sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor
SE-35/PJ.5/1989 tanggal 6 Juli 1989.

7. Dasar Pengenaan Pajak dan Hubungan Istimewa


Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPn BM untuk penyerahan di dalam Daerah
Pabean adalah Harga Jual yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pabrikan
atau ATPM atas penyerahan kendaraan bermotor dimaksud.

Dalam hal impor, Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN BM adalah Nilai Impor yang
dipakai sebagai dasar penghitungan besarnya Bea Masuk, ditambah Bea masuk, Bea
Masuk Tambahan, dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
perundang-undangan Pabean yang berlaku.

Dalam hal terdapat hubungan istimewa antara Pabrikan atau ATPM dengan Dealer
atau Distributor atau Agen atau Penyalur, yang menyebabkan Harga Jual dari
Pabrikan atau Importir menjadi lebih rendah dari Harga Jual yang seharusnya, maka
DPP ditetapkan sebesar Harga Jual dari Dealer atau Distributor atau Agen atau
Penyalur kepada pihak lain. Harga Jual dianggap dipengaruhi hubungan istimewa
apabila perbedaan antara Harga Jual dari Pabrikan atau ATPM kepada Dealer atau
Distributor atau Agen atau Penyalur melebihi suatu prosentase tertentu yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan ini, prosentase tersebut


ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Sepanjang selisih Harga Jual tidak melebihi
10%, DPP PPn BM dari Pabrikan atau ATPM tidak perlu dilakukan koreksi,
sedangkan apabila selisihnya melebihi 10%, maka Harga Jual Dealer atau Distributor
atau Agen atau Penyalur ditetapkan sebagai koreksi DPP untuk pengenaan PPn BM
atas Pabrikan atau ATPM yang bersangkutan.

Contoh:
Pabrikan "A" menjual kendaraan bermotor kepada Distributor "B" seharga Rp
100.000.000,-. Kendaraan tersebut dijual oleh Distributor "B" seharga Rp
115.000.000,- kepada pembeli. Selisih Rp 115.000.000,- - Rp 100.000.000,- = Rp
15.000.000,- atau 15/100 x 100% = 15%. Oleh karena melebihi 10% maka dilakukan
koreksi DPP. Dengan demikian DPP untuk pengenaan PPn BM untuk pabrikan A
ditetapkan sebesar Harga Jual kendaraan bermotor oleh Distributor "B"kepada pihak
lain sebesar Rp 115.000.000,-.

Untuk meneliti adanya kemungkinan hubungan istimewa antara Pabrikan atau ATPM
dengan Dealer atau Distributor atau Agen atau Penyalur yang menyebabkan
terjadinya pergeseran Harga Jual menjadi lebih rendah, dapat dilakukan dengan cara
cross check, tukar menukar informasi antar KPP atau antar Kantor Wilayah apabila
Dealer atau Distributor atau Agen atau Penyalur dengan Pabrikan atau ATPM tidak
berada dalam satu wilayah wewenang KPP atau Kantor Wilayah.
8. Kandungan lokal

Seperti telah disebutkan pada butir 2.1 dan butir 3.1 di atas, besarnya tarif Pajak
Penjualan atas Barang Mewah 20% (dua puluh persen) untuk kendaraan bermotor
jenis sedan, station wagon, dan jip yang dibuat di dalam negeri tergantung pada
prosentase kandungan lokalnya. Informasi tentang besarnya kandungan lokal tersebut
ditetapkan oleh Departemen Perindustrian untuk tiap-tiap jenis, type dan merk
kendaraan bermotor.

Apabila Informasi tentang besarnya kandungan lokal suatu kendaraan tidak atau
belum diterbitkan oleh Departemen Perindustrian, maka kendaraan tersebut
dimasukkan dalam kelompok kendaraan bermotor yang kandungan lokalnya 60%
(enam puluh persen) atau kurang, sehingga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dengan tarif 35% (tiga puluh lima persen). Jadi insentif tarif Pajak Penjualan
atas Barang Mewah baru diberikan, setelah ada penetapan dari Departemen
Perindustrian bahwa kandungan lokal dari kendaraan bermotor yang bersangkutan
lebih dari 60% (enam puluh persen).

D. MEKANISME PEMUNGUTAN PPNBM


Secara umum, mekanisme pemungutan PPnBM terbagi menjadi dua:
1. Mekanisme pemungutan PPnBM oleh PKP penjual kepada PKP pembeli
2. Mekanisme pemungutan PPnBM oleh pemungut PPN/PPnBM

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mekanisme pemungutan PPnBM adalah sama


dengan PPN, dimana PKP penjual yang menyerahkan BKP yang tergolong mewah
menerbitkan faktur pajak kepada PKP pembeli dan melaporkan pungutan PPN dan
PPnBM yang dilakukan dalam SPT masa pajak. Faktur pajak yang digunakan untuk
transaksi ini adalah faktur pajak dengan kode 01.

Sementara, mekanisme pemungutan PPnBM oleh pemungut PPN/PPnBM, yakni


bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
oleh PKP atas penyerahan BKP kepada pemungut PPN/PPnBM, terdiri atas tiga
yakni:

1. Mekanisme pemungutan PPN oleh bendaharawan pemerintah dan Kantor Pelayanan


Perbendaharaan Negara (KPPN).
2. Mekanisme pemungutan PPN oleh pemegang kuasa/izin atau kontraktor.
3. Mekanisme pemungutan PPN oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Mekanisme Pemungutan PPnBM oleh Bendaharawan


Pemerintah dan KPPN
Mekanisme pemungutan PPnBM oleh bendaharawan pemerintah dan KPPN adalah
sebagai berikut:

1. PKP rekanan pemerintah membuat faktur pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP) pada saat
menyampaikan tagihan kepada bendaharawan Pemerintah atau KPKN baik untuk sebagian
maupun seluruh pembayaran.
2. Rekanan menerbitkan faktur pajak dengan kode transaksi 02.
3. Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan BKP, faktur
pajak wajib diterbitkan pada saat pembayaran diterima.
4. PKP rekanan mencantumkan jumlah PPnBM yang terutang pada faktur pajak.

Faktur pajak yang diterbitkan oleh oleh bendaharawan pemerintah dan KPPN ini
dibuat dalam tiga rangkap, masing-masing untuk bendahara, untuk arsip PKP
rekanan dan untuk KPP melalui bendahara pemerintah.

PKP rekanan kemudian mengisi SSP dengan membubuhkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan identitas PKP rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi
penandatanganan SSP dilakukan oleh bendaharawan pemerintah atau KPKN
sebagai penyetor atas nama PKP rekanan pemerintah.

Pada lembar faktur pajak oleh bendaharawan pemerintah yang melakukan


pemungut wajib dibubuhi cap yang menunjukan tanggal penyetoran PPnBM dan
ditandatangani bendaharawan pemerintah.
Sementara, apabila pemungutan oleh bendaharawan Pemerintah, SSP dibuat
dalam rangka 5. Setelah PPnBM disetor di bank persepsi atau kantor pos, lembar-
lembar SSP tersebut diperuntukkan sebagai berikut:

o Lembar ke-1, untuk PKP rekanan


o Lembar ke-2, untuk KPP melalui KPPN
o Lembar ke-3, untuk PKP rekanan guna dilampirkan pada SPT masa pajak
o Lembar ke-4, untuk bank persepsi atau kantor pos atau pertinggal untuk KPPN
o Lembar ke-5, untuk arsip bendahara

Apabila pemungutan oleh KPKN, SSP dibuat 4 rangkap yang masing-masing


diperuntukkan sebagai berikut:

o Lembar ke-1 untuk PKP rekanan pemerintah.


o Lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui KPKN.
o Lembar ke-3 untuk PKP rekanan pemerintah dilampirkan pada SPT masa pajak.
o Lembar ke-4 untuk KPKN.

KPPN kemudian membubuhkan cap “TELAH DIBUKUKAN” pada SSP lembar


ke-1 dan lembar ke-2. Selain itu, KPPN yang melakukan pemungutan harus
mencantumkan nomor dan tanggal advis SPM pada setiap lembar Faktur Pajak
dan SSP. Untuk pengisian SSP, menggunakan kode akun pajak 411211 dengan
kode jenis setoran 910.

Mekanisme Pemungutan PPnBM oleh Kontraktor Kontrak


Kerja Sama
Mekanisme pemungutan PPnBM oleh kontraktor kontrak kerja sama adalah
sebagai berikut:

1. Rekanan membuat faktur pajak pada saat pemungutan


2. Rekanan membuat faktur pajak dengan kode faktur 030
3. Faktur pajak dibuat dalam tiga rangkap, masing-masing untuk kontraktor atau pemegang
kuasa, untuk rekanan dan untuk kontraktor atau pemegang kuasa yang akan dilampirkan
dalam SPT masa pajak.

Pada faktur pajak tersebut, kontraktor atau pemegang kuasa yang melakukan
pemungutan wajib membubuhkan cap yang menunjukan tanggal penyetoran PPnBM
dan kemudian menandatangani.

Sementara, untuk SSP diisi dengan membubuhkan NPWP dan identitas rekanan,
namun yang menandatangani SSP adalah kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang
izin selaku penyetor PPN/PPnBM atas nama rekanan.
SSP-nya sendiri dibuat lima rangkap dengan peruntukan sebagai berikut:

 Lembar kesatu untuk rekanan.


 Lembar kedua untuk KPPN melalui bank persepsi atau kantor pos
 Lembar ketiga untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT masa pajak.
 Lembar keempat untuk bank persepsi atau kantor pos.
 Lembar kelima untuk kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin yang dilampirkan
pada SPT masa pajak bagi pemungut PPN/PPnBM.

Mekanisme Pemungutan PPnBM oleh BUMN


Rekanan BUMN membuat faktur pajak dan SSP saat penyerahan BKP yang tergolong
mewah kepada BUMN. Faktur pajak yang dibuat oleh rekanan BUMN menggunakan
kode faktur 03.

Ketentuan mengenai faktur pajak terkait mekanisme pemungutan PPnBM oleh


BUMN adalah sebagai berikut:

1. Faktur pajak dibuat saat penyerahan.


2. Faktur pajak dibuat dua rangkap, untuk BUMN dan rekanan BUMN.
3. Pada faktur pajak yang dibuat, dibubuhi cap yang menunjukan tanggal penyetoran dan
ditandatangani oleh BUMN.

Sementara, ketentuan mengenai SSP adalah sebagai berikut:

1. Rekanan mengisi SSP dengan membubuhkan NPWP serta identitas rekanan BUMN, tetapi
penandatanganan SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama rekanan
2. SSP dibuat 4 rangkap, masing-masing untuk:

o Rekanan BUMN
o Untuk KPPN melalui bank persepsi atau kantor pos.
o Untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT masa pajak.
o Untuk bank persepsi atau kantor pos.

SSP yang dibuat oleh rekanan BUMN ini menggunakan kode akun pajak diisi 411211 dan kode
jenis setoran 900.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebijakan pembebasan PPnBM terhadap beberapa barang mewah
termasuk tas mewah merupakan kebijakan yang tidak
memperhatikan keseimbangan beban pajak antara masyarakat yang
berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berpenghasilan
rendah dikarenakan dengan adanya pembebasan PPnBM, beban
pajak bagi konsumen yang mengkonsumsi barang-barang mewah
yang pada umumnya masyarakat menengah ke atas menjadi
semakin ringan sehingga menimbulkan dampak regresif dalam
pemungutan pajak.
Kebijakan pembebasan PPnBM juga bertentangan dengan maksud
adanya penganaan PPnBM yaitu dalam rangka mengendalikan pola
konsumsi terhadap barang-barang mewah dalam hal ini tas mewah,
dengan membebaskan PPnBM terhadap tas mewah dan barang
mewah lainnya maka pemerintah tidak berusaha untuk
mengendalikan konsumsi barang mewah melainkan merangsang
konsumen untuk mengkonsumsi tas mewah.
Kebijakan pembebasan PPnBM terhadap beberapa barang mewah
termasuk tas mewah juga terbukti tidak dapat melindugi produsen
kecil karena pada faktanya jumlah impor tas-tas yang terbuat dari
kulit maupun kulit tiruan semakin bertambah yang mengakibatkan

DAFTAR PUSTAKA

https://flazztax.com/2022/02/02/penting-mekanisme-pemungutan-ppnbm-yang-harus-anda-tahu/

https://mekari.com/blog/pajak-barang-mewah/

https://datacenter.ortax.org/ortax/aturan/show/2648

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/mekanisme-pemungutan-ppnbm

Anda mungkin juga menyukai