MANAJEMEN PPn/PPnBM
“Ekspor Barang Tidak Kena Pajak Berwujud dan Jasa Kena Pajak”
Anggota Kelompok:
Dinda Hafiziah Azzahara (19233024)
Farahaini Novely Putri (19233030)
Ghian Riffany (19233036)
Hudratul Hudani (19233042)
MANAJEMEN PAJAK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik serta
Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang Ekspor barang
tidak kena pajak berwujud dan jasa kena pajak
Makalah ini kami susun dari berbagai macam referensi dan bantuan dari berbagai pihak dan kami
juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak mengalami kekurangan. Oleh karena
itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dan kami terima untuk
perbaikan makalah selanjutnya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk, mauapun pedoman bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan khususnya untuk
meningkatkan motivasi semangat belajar terhadap Mata Kuliah Manajemen PPn/PPnBM.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................................6
A. Dasar Hukum........................................................................................................................6
B. BKP tidak Berwujud.............................................................................................................7
C. Ekspor Jasa Kena Pajak........................................................................................................8
D. Saat dan tempat pajak terhutang...........................................................................................9
E. Dasar pengenan pajak.........................................................................................................11
F. Dokumen ekspor pajak.......................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah salah satu sumber pemasukan Negara yang menjadi sumber dana anggaran
pendapatan dan belanja Negara. Walaupun selain pajak ada sumber lain yang menjadi sumber
APBN. Untuk itu, pemerintah cukup mengerahkan daya dan pikiran untuk menyelenggarakan
kegiatan perpajakan dengan efektif dan efisien.
Sejauh ini, terdapat beberapa jenis pajak yang diberlakukan, mulai dari pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan, BPHTB, dan PPN maupun PPnBM, dan bea meterai.
Dalam tulisan ini, kami akan mengerucutkan pembahasan pada pajak pertambahan nilai
masukan. Memang pajak pertambahan nilai ini cukup kompleks cakupan subjek maupun objek
yang kena pajak , khususnya usaha yang berorientasi pada perdagangan barang maupun jasa.
Kita mengetahui bahwa kegitan perdagangan saat ini telah melampaui batas teritorial sebuah
bangsa. Kegiatan perdagangan ke luar negeri yang mencakup eksport dan import sudah berlaku
lumrah di seluruh dunia, khusunya di Indonesia yang akan menjadi pembicaraan kita dalam
tulisan ini.
Pajak pertambahan nilai akan terjadi atau muncul ketika terjadi sebuah transaksi
perrtukaran barang atau jasa. Karena dalam setiap komponen barang terdapat porsi pajak
pertambahan nilai.Perputaran perdagangan berperan aktif dalam mengontribusikan pendapatan
Negara melaui sektor pertambahan nilai barang atau jasa ini.Berbagai sektor yang
mengontribusikan sebagian materinya dalam ikut serta membanguna Negara.Pada intinya
berbagai system perpajkan terutama pemungutan pajak pertambahan nilai dilakukan untuk
mendukung sektor perdagangan juga, waupun tidak secara langsung.Karena pengertian pajak
yang telah kita ketahui adalah kontribusi kekayaan pribadi kepada Negara tanpa adanya imbalan
secara langsung.
Orang yang dikenakan pajak pertambahan nilai adalah pejabat yang telah ditetapkan sebagai
pengusaha kena pajak. Apabila telah ditetapkan sebagai pengusaha kena pajak atau badan usaha
kena pajak maka setiap transaksi yang mengindikasikan pertukaran barang atau jasa akan
dihitung dalam perhitungan pajak pertambahan nilai selama periode berjalan. Khususnya PPN
masukan, di mana pengusaha membayar pajak saat mereka menerima barang maupun jasa dari
pemasok, di mana pajaknya akan dibebankan pada penjual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam makalah ini, sebagai berikut:
4
1. Apa Dasar Hukum Ekspor barang tidak kena pajak berwujud dan jasa kena pajak?
2. Apa itu BKP tidak Berwujud?
3. Bagaimana Ekspor Jasa Kena Pajak?
4. Bagimana saat dan tempat pajak terhutang?
5. Apa itu dasar pengenan pajak?
6. Apa itu dokumen ekspor pajak?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk:
1. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Ekspor barang tidak kena pajak berwujud dan jasa kena
pajak?
2. Untuk Mengetahui BKP tidak Berwujud
3. Untuk Mengetahui Ekspor Jasa Kena Pajak
4. Untuk Mengetahui saat dan tempat pajak terhutang
5. Untuk Mengetahui apa itu dasar pengenan pajak
6. Untuk Mengetahui apa itu dokumen ekspor pajak
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum
Kegiatan ekspor barang kena pajak tidak berwujud dan jasa kena pajak di dasari oleh :
a) Pasal 1 angka 28
Ekspor bkp tidak berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan bkp tidak berwujud dari
dalam daerah pabean di luar daerah pabean. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud
adalah setiap kegiatan pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari dalam daerah
pabean di luar daerah pabean.
2). Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis jasa kena pajak yang atas ekspornya
dikenai pajak pertambahan nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h diatur
dengan peraturan menteri keuangan.
Peraturan ini mengatur tentang batasan kegiatan dan jenis jasa kena pajak yang atas
ekspornya dikenai pajak pertambahan nilai. Pajak pertambahan nilai dikenakan atas ekspor jasa
6
kena pajak oleh pengusaha kena pajak (pasal 2 ayat 1). Kegiatan ekspor jasa kena pajak
merupakan kegiatan pelayanan di dalam daerah pabean yang menyebabkan suatu barang,
fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dimanfaatkan di luar daerah pabean. (pasal 3 ayat
1).
Barang kena pajak adalah benda yang menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
(UU PPN) dikenai pajak. Barang kena pajak terdiri atas barang kena pajak berwujud dan barang
kena pajak tidak berwujud. Beberapa barang yang termasuk dalam klasifikasi barang kena pajak
tidak berwujud di antaranya :
Hak cipta di bidang kesusastraan, karya ilmiah serta kesenian. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan desain atau rancangan, formula, merek dagang dan hak kekayaan
intelektual.
Peralatan komersial, ilmiah dan industrial.
Bantuan tambahan dan pelengkap sehubungan dengan penggunaan hak dalam bidang
komersial, ilmiah dan industrial.
Hak menggunakan gambar bergerak dan pita video untuk siaran televisi serta pita suara
untuk siaran radio.
Pelepasan sebagian/seluruhnya hak yang berhubungan dengan pemberian hak kekayaan
intelektual.
Semua penyerahan barang kena pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
harus dibuatkan faktur pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, meskipun
pembeli bukan termasuk dalam kategori PKP.
Ekspor barang kena pajak tidak berwujud dari dalam daerah pabean diatur dalam pasal 1
angka 28 UU nomor 42 tahun 2009. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud adalah semua
kegiatan penggunaan barang kena pajak tidak berwujud di luar daerah pabeannya. Contohnya.
ketika PT. A dari Indonesia menyerahkan hak cipta merek dagangnya kepada pemakai merek di
Hong Kong. Kegiatan penyerahan hak cipta kepada pemakai merek di Hong Kong merupakan
contoh ekspor barang kena pajak tidak berwujud.
Pengusaha yang dapat melakukan ekspor barang kena pajak tidak berwujud hanya pengusaha
yang telah dikukuhkan sebagai PKP. Selain itu, pengusaha bersangkutan harus memungut PPN,
menyetorkan PPN, dan melaporkan SPT Masa PPN. Kewajiban ini tidak berlaku untuk kategori
pengusaha kecil yang telah ditetapkan menteri keuangan.
7
Barang kena pajak, termasuk barang kena pajak tidak berwujud, menjadi salah satu objek
pajak yang dikenakan tarif PPN. Namun, khusus bagi pengusaha yang mengekspor barang dan
jasa kena pajak tidak berwujud tarifnya adalah sebesar 0% seperti yang tertulis dalam UU PPN
pasal 7 ayat 2.
Tujuan penerapan tarif PPN 0% atas barang kena pajak tidak berwujud:
Berdasarkan PMK 32/2019, ekspor JKP adalah setiap kegiatan penyerahan JKP yang
dihasilkan di dalam Daerah Pabean untuk dimanfaatkan oleh penerima ekspor JKP di luar
Daerah Pabean. Dengan kata lain, kegiatan ekspor merupakan kegiatan pelayanan di dalam
Daerah Pabean yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean.
Dalam PMK 32/2019, ada tiga jenis kegiatan ekspor jasa, yaitu (1) kegiatan yang melekat
pada barang bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean, (2) kegiatan
yang melekat pada barang tidak bergerak yang berada di luar Daerah Pabean, atau (3) kegiatan
selain kegiatan di atas yang hasilnya diserahkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean
dengan cara penyampaian langsung atau tidak langsung, antara lain melalui pos dan saluran
elektronik, atau berupa penyediaan hak untuk dipakai (akses) di luar Daerah Pabean.
8
pengusaha jasa maklon mengirim BKP yang merupakan hasil pekerjaannya ke luar
Daerah Pabean dengan menggunakan mekanisme ekspor barang.
Suatu kegiatan jasa yang dilakukan di Indonesia dan penerima manfaat atas jasa tersebut
berada di luar negeri, dapat dianggap ekspor jasa dan dikenai tarif PPN sebesar 0% apabila
memenuhi dua persyaratan berikut:
didasarkan atas perikatan atau perjanjian tertulis antara pengusaha kena pajak (PKP)
dengan penerima ekspor JKP yang mencantumkan dengan jelas: jenis, rincian kegiatan
yang dihasilkan di dalam daerah pabean untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean oleh
penerima ekspor JKP dan nilai penyerahan; dan
terdapat pembayaran disertai dengan bukti pembayaran yang sah dari penerima ekspor
JKP kepada PKP sehubungan denganekspor JKP.
Jika kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka dikenakan tarif PPN sebesar 10% karena
dianggap bukan ekspor jasa. Adapun JKP yang dihasilkan dan dimanfaatkan di luar Daerah
Pabean tidak dikenai PPN.
9
D. Saat dan Tempat Terutang Pajak
Pajak terutang merupakan sejumlah nilai dari kewajiban pajak yang harus dibayarkan
Wajib Pajak (WP), baik WP Badan maupun WP Orang Pribadi ke negara. Temukan penjelasan
pajak terutang ini mulai dari pengertian, contoh, perhitungan hingga cara bayarnya. Untuk
mengetahui kapan saat terutang, berapa besar pajak terutang yang harus disetorkan ke kas negara
atau bahkan bisa diminta pengembalian (restitusi) pajak dari kelebihan pembayaran pajaknya,
diatur dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Pajak Terutang adalah pajak yang harus dibayar pasa suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam Tahun Pajak, atau Bagian Tahun Pajak sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.
Masa Pajak adalah sama dengan satu bulan kalender
Tahun Pajak adalah sama dengan satu tahun kalender atau tahun takwin
Tahun Pajak bisa menggunakan jangka waktu Januari hingga Desember. Namun bisa
dikecualikan jika mengajukan izin untuk menggunakan jangka waktu lain.
1. PPh Terutang
Pajak Penghasilan (PPh) Terutang adalah pajak terutang yang dihitung dari Penghasilan
Kena Pajak.
a) Pajak Terutang PPh Pasal 21
Penghasilan pasal 21 terutang adalah pada saat dilakukan pembayaran atau pada
saat terutangnya pajak penghasilan yang bersangkutan dan PPh 21 terutang bagi
pemotong untuk setiap masa pajak.
10
e) Pajak Terutang PPh Pasal 25/29 Badan
PPh 25 Badan adalah pembayaran pajak penghasilan badan yang dilakukan secara
diangsur.
Sedangkan PPh 29 Badan adalah pajak yang harus dilunasi WP Badan sebagai
akibat PPh Terutang dalam SPT Tahunan PPh lebih besar daripada kredit pajak
yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain yang telah disetor.
Jadi, terutanya PPh Pasal 25/29 Badan ini terjadi pada saat adanya kekurangan
pajak badan yang terutang pada akhir tahun pajak.
Sedangkan untuk penghasilan dari usaha jada konstruksi, pengguna jasa wajib
memotong PPh terutang pada saat pembayaran.
2. PPN dan PPnBM Terutang
PPN dan PPnBM Terutang adalah pajak terutang dari Tarif Dasar Pengenaan Pajak
(DPP).
Saat Terutang
Sederhananya, Pajak Terutang ini timbul ketika adanya suatu transaksi perpajakan
yang dilakukan, apakah itu pemungutan/pemotongan/pembayaran Pajak Penghasilan
maupun Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur 3. pajak. Biaya tersebut antara lain biaya pengangkutan, biaya
asuransi, biaya bantuan teknik, biaya pemeliharaan, biaya pengiriman, dan biaya garansi.
3. Nilai Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan perundang-
12
undangan pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN.
4. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai Lain
Nilai lain adalah suatu nilai berupa uang yang digunakan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
untuk penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.
Pengenaan dengan menggunakan nilai lain diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
567/KMK.04/2000.
13
F. Dokumen Ekspor jasa kena pajak
Berdasarkan PMK 32/2019, ekspor JKP adalah setiap kegiatan penyerahan JKP yang
dihasilkan di dalam Daerah Pabean untuk dimanfaatkan oleh penerima ekspor JKP di luar
Daerah Pabean.
Dengan kata lain, kegiatan ekspor merupakan kegiatan pelayanan di dalam Daerah Pabean
yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dimanfaatkan di
luar Daerah Pabean. Kata kunci yang perlu diingat untuk ekspor jasa adalah kegiatan dan
manfaat., di mana kegiatan dilakukan di Indonesia, namun manfaatnya ada di luar negeri.
Tidak semua jasa dapat diekspor. Ada kriteria tertentu untuk menentukan jenis-jenis jasa
yang dapat diekspor. Dalam PMK 32/2019, ada tiga jenis kegiatan ekspor jasa, yaitu (1) kegiatan
yang melekat pada barang bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean,
(2) kegiatan yang melekat pada barang tidak bergerak yang berada di luar Daerah Pabean, atau
(3) kegiatan selain kegiatan di atas yang hasilnya diserahkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah
Pabean dengan cara penyampaian langsung atau tidak langsung, antara lain melalui pos dan
saluran elektronik, atau berupa penyediaan hak untuk dipakai (akses) di luar Daerah Pabean.
Dalam peraturan yang merupakan peraturan pelaksana dari UU No. 42/2009 tentang PpN itu,
pemerintah tetap memperhitungkan 9 dokumen lainnya sebagai dokumen yang bisa
dipersamakan dengan faktur pajak.
Kesembilan dokumen itu adalah pemberitahuan impor barang (PIB) yang dilampiri surat
setoran pajak, surat setoran pabean, cukai dan pasak (SSPCP), atau bukti pungutan pajak oleh
Ditjen Bea dan cukal yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut
untuk impor BKP, pemberitahuan ekspor barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor
oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan
invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut, dan Surat
Perintah Penyerahan Barang (SpPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh Bulog/Dolog untuk
penyaluran tepung terigu.
Selain itu, faktur nota bon penyerahan yang dikeluarkan oleh Pertamina untuk penyerahan
BBM dan atau bukan BBM, tanda pembayaran atau kultansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi, tanda pembayaran atau kultansi listrik, dan nota penjualan jasa yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan. Dokumen lainnya adalah tiket, tagihan
surat muatan udara (airway bill, atau delivery bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan
jasa angkutan udara dalam negeri; dan surat setoran pajak untuk pembayaran PPN atas
pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean.
Untuk bisa dipersamakan dengan faktur pajak, dokumen-dokumen tersebut harus paling
sedikit memuat yaitu nama, alamat, dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan, nama
pembeli BKP atau penerima JKp, jumlah satuan barang apabila ada, dasar pengenaan pajak, dan
14
jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor. Sementara bagi pengusaha kena pajak
yang membuat dokumen tertentu tapi tidak memenuhi persyaratan formal dapat dikenai sanksi
sesuai dengan peraturan UU tentang KUP.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar Hukum Kegiatan ekspor barang kena pajak tidak berwujud dan jasa kena pajak
adalah Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 32/PMK. 010/2019
Barang kena pajak adalah benda yang menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
(UU PPN) dikenai pajak. Barang kena pajak terdiri atas barang kena pajak berwujud dan barang
kena pajak tidak berwujud.
Dalam PMK 32/2019, ada tiga jenis kegiatan ekspor jasa, yaitu (1) kegiatan yang melekat
pada barang bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean, (2) kegiatan
yang melekat pada barang tidak bergerak yang berada di luar Daerah Pabean, atau (3) kegiatan
selain kegiatan di atas yang hasilnya diserahkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean
Berdasarkan PMK 32/2019, ekspor JKP adalah setiap kegiatan penyerahan JKP yang
dihasilkan di dalam Daerah Pabean untuk dimanfaatkan oleh penerima ekspor JKP di luar
Daerah Pabean. Dengan kata lain, kegiatan ekspor merupakan kegiatan pelayanan di dalam
Daerah Pabean yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean.
Pajak Terutang timbul ketika adanya suatu transaksi perpajakan yang dilakukan, apakah itu
pemungutan/pemotongan/pembayaran Pajak Penghasilan maupun Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai uang berupa jumlah harga jual, penggantian, nilai impor,
nilai ekspor, atau nilai lain yang dijadikan sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan Dasar Pengenaan Pajak.
Dalam peraturan yang merupakan peraturan pelaksana dari UU No. 42/2009 tentang PPn,
pemerintah tetap memperhitungkan 9 dokumen lainnya sebagai dokumen yang bisa
dipersamakan dengan faktur pajak. Untuk bisa dipersamakan dengan faktur pajak, dokumen-
dokumen tersebut harus paling sedikit memuat yaitu nama, alamat, dan NPWP yang melakukan
ekspor atau penyerahan, nama pembeli BKP atau penerima JKp, jumlah satuan barang apabila
ada, dasar pengenaan pajak, dan jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fitria. (2020, Oktober 18). Cara Menghitung DPP (Dasar Pengenaan Pajak) PPh dan PPn.
https://klikpajak.id/blog/perhitungan/cara-menghitung-dpp-dasar-pengenaan-pajak-pph-
dan-ppn/
Irwanto, Budi. (2019, Agustus 6). Saat Terutang dan Tempat Terutang PPn dan PPnBM.
https://www.thinktax.id/tax-flash/saat-terutang-dan-tempat-terutang-ppn-dan-ppnbm
Maulida, Rani. (2018, November 19). Memahami Saat Terutang PPn. https://www.online-
pajak.com/tentang-ppn-efaktur/saat-terutang-ppn
Mukarromah, Awwaliatul. (2019, Juni 13). Apa itu Ekspor Jasa Kena Pajak?.
https://news.ddtc.co.id/apa-itu-ekspor-jasa-kena-pajak-16116
Rafinska, Kezia. (2018, November 20). Mengenal PPN dan Dasar Hukum PPn.
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/dasar-hukum-ppn
Rafinska, Kezia. (2018, Oktober 25). PPn Atas Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/barang-kena-pajak-tidak-berwujud
17