Disusun Oleh :
Fatmawati
Gilang Nursandi
Andyo Rendra
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sumber dana menurut asalnya dan berdasar atas
jangka waktu.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika kita menggunakan
jenis sumber dana yang akan dipilih dalam suatu kebutuhan dana.
1.3 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan detail
mengenai sumber dana menurut asalnya terutama berdasar atas jangka waktu,
serta memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika kita
menggunakan jenis sumber dana yang akan dipilih dalam suatu kebutuhan dana.
Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat mengaplikasikan di dalam perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.3.3 Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin
dengan aktiva tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang
obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur umum. Dalam Obligasi, akan
mencantumkan :
a. Nilai pelunasan atau face value
b. Jangka waktu pelunasan
c. Bunga yang dibayarkan (coupon rate)
d. Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan
Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik bagi pemilik
maupun penerbit obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku
bunga. Artinya, apabila suku bunga naik maka harga obligasi akan turun (dalam
kondisi ini pemilik obligasi akan rugi). Akan tetapi apabila tingkat suku bunga
turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan (dalam kondisi yang
demikian ini penerbit obligasi akan rugi). Dalam rangka untuk meminimalisir
kerugian yang dialami oleh perusahaan penerbit obligasi yang disebabkan karena
menurunnya tingkat suku bunga, penerbit obligasi kemudian menawarkan :
a) Obligasi dengan suku bunga mengambang ( floating rate ). Misalnya, suku
bunga obligasi ditentukan sebesar sama dengan suku bunga rata-rata deposito
jangka waktu 6 bulan pada bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.
b) Mencantumkan call price.
Call price menunjukkan harga yang akan dibayar oleh penerbit obligasi, pada
saat hak untuk membeli kembali obligasi tersebut dilaksanakan oleh penerbit
obligasi. Misalkan : call price sebesar 110. Artinya Penerbit obligasi dapat
meminta obligasi yang dimiliki oleh pemodal dengan membayarnya sebesar
Rp. 1.100.000,- pada saat harga obligasi di pasar sebesar Rp. 1.100.000,- bagi
pemilik obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000,-. Pada saat
obligasi dilunasi oleh penerbit, maka penerbit kemudian akan mengganti
dengan obligasi baru dengan coupon rate yang lebih rendah. Misalkan :
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan coupon rate 17% per tahun. Karena
menurunnya suku bunga, obligasi yang ekuivalen dapat dijual sesuai dengan
nilai nominal dengan coupon rate hanya 14% per tahun. Saat ini obligasi
tersebut masih mempunyai usia 9 tahun lagi. Kondisi ini menyebabkan
perusahaan ingin memanggil obligasi lama. Apabila call price sebesar 105 dan
diperlukan waktu 3 bulan overlap sebelum obligasi baru dipergunakan untuk
melunasi obligasi lama. Berapakah keuntungan daripada penggantian obligasi
tersebut kalau nilai nominalnya sebesar Rp. 1.000.000,- ? Pelunasan obligasi
lama = 105 x Rp. 1.000.000,- = Rp. 1.050.000,- Kas masuk obligasi baru = Rp.
1.000.000,- Selisih Rp. 50.000,- Bunga selama periode overlap = 0,25 x 17% x
Rp. 1 juta = Rp. 42.500,- Kas keluar pada awal periode Rp. 92.500,-
Penghematan pembayaran bunga ( 17% - 14% ) x Rp. 1.000.000,- = Rp.
30.000,- Dengan menggunakan tingkat bunga 14% maka Present Value (PV)
penghematan selama 9 tahun sebesar = 4,946 x Rp. 30.000,- = Rp. 148.380,-
Dengan demikian keuntungan bagi penerbit obligasi sebesar = Rp. 148.380,- -
Rp. 92.500,- = Rp. 55.880,- Untuk melunasi obligasi, perusahaan sering
menyisihkan dana khusus yang sering disebut sebagai “ Sinking Fund “,
dimana dana tersebut biasanya ditempatkan pada bank setelah mencapai usia
tertentu.
Jenis-jenis obligasi :
1. Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu ( unsecured bond ) atau
disebut juga dengan “ debenture “.
2. Subordinate debenture, merupakan obligasi yang pelunasannya akan
dilakukan oleh perusahaan setelah debenture terselesaikan pada saat terjadi
likuidasi perusahaan.
3. Income Bonds, merupakan jenis obligasi yang hanya membayarkan bunga
saja kepada pemiliknya, apabila perusahaan memperoleh keuntungan
4. Zero Coupon Bonds, merupakan jenis obligasi yang tidak membayarkan
bunga kepada pemiliknya, dan perusahaan dalam menjual obligasi jenis ini
dengan memberikan discount. Penerbitan jenis obligasi semacam ini sering
didasarkan atas maksud untuk memperoleh keuntungan karena present value
pembayaran pajak. Dalam penerbitan obligasi, perusahaan kadang-kadang
menyertakan “ warrant “, yang merupakan hak untuk membeli saham
dengan harga tertentu dan digunakan sebagai semacam penarik minat agar
orang mau membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.
Contoh :
Misalkan Perusahaan Mandiri mau menerbitkan obligasi dengan
nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000,- dengan coupon rate sebesar 13% dan
jangka waktu 5 tahun, dimana obligasi tersebut ditawarkan sebesar nilai
nominalnya. Andaikan saat ini coupon rate yang umum berlaku untuk
obligasi yang ekuivalen dengan obligasi yang mau ditawarkan sebesar 15%.
Perusahaan Mandiri dalam menawarkan obligasi ini disertai dengan warrant,
yang menyatakan bahwa pembeli obligasi ini berhak membeli 100 lembar
saham biasa dengan harga Rp. 8.000,- per lembar saham pada lima tahun
yang akan datang, dimana harga saham saat ini sebesar Rp. 6.000,-. Apabila
para pemodal memperkirakan bahwa lima tahun yang akan datang harga
saham perusahaan Mandiri sebesar Rp. 11.000,-, maka warrant tersebut
akan cukup menarik investor untuk membeli obligasi yang ditawarkan oleh
Perusahaan Mandiri. Mengapa demikian ? Jawabannya cukup sederhana,
karena dengan harga saham sebesar Rp. 11.000,- maka investor akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.000,- per lembar saham.
Dengan demikian total keuntungan yang didapatkan dari warrant
dalam bentuk saham ini menjadi = 100 x Rp. 3.000,- = Rp. 300.000,- Pola
arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut
dapat dilihat dalam ilustrasi perhitungan berikut ini. Tahun Arus Kas 0
(1.000.000 ) 1 130.000 2 130.000 3 130.000 4 130.000 5 130.000 1.000.000
300.000. Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan
yang diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut adalah 5 130 1.000
130 1.000 = + + t = 1 (1+i )t (1+i)5 (1+i)5
Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25% Dari
contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di
bawah Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 17,25%
dan apabila harga saham lebih besar dari Rp. 11.000,- maka tingkat
keuntungan akan lebih besar dari 17,25%. Dalam hal ini para pemegang
saham akan menerima keuntungan minimal sebesar 13% ( sebesar coupon
rate-nya ). Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan
konsep teori opsi dari Black and Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti
nampak dalam ilustrasi perhitungan berikut ini. Diasumsikan bahwa deviasi
standar perubahan harga ( a ) saham sebesar 0,20 dan tingkat bunga bebas
resiko sebesar 10% per tahun.
Langkah 1 : Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar
dari jangka waktu opsi jatuh tempo : 0,20 x √ 5 = 0,45
Langkah 2 : Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi PV harga
exercise = 8.000 / ( 1 + 0,1 )5 = Rp. 4.967,- Rasio = 6.000 : 4.967 = 1,20
Langkah 3 : Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar
25,94 persen ( lihat sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,20 ) dari
harga saham saat ini atau sebesar 25,94% x Rp. 6.000,- = Rp. 1.554,-
Langkah 4 : Kalikan nilai call tersebut dengan 100, karena warrant tersebut
memberikan hak untuk membeli saham Nilai warrant = 100 x Rp. 1.554,- =
Rp. 155.400,- Apakah warrant tersebut menarik untuk dibeli oleh calon
investor ? Jawabannya adalah ya ! Perhatikan ilustrasi perhitungan dibawah
ini : Nilai obligasi seandainya tanpa warrant sebesar : 5 130.000 130.000 Po
= + = Rp. 932.960,- t = 1 (1+0,15 )1 (1+0,15)5 Dari ilustrasi perhitungan
diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa warrant akan sebesar
Rp. 67.040,- berasal dari ( Rp. 1.000.000,- - Rp. 932.960,- ). Dan apabila
dibandingkan dengan harga obligasi yang menggunakan warrant akan lebih
menguntungkan, karena disini calon investor akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 155.400,- > Rp. 67.040,-. Dengan demikian warrant tersebut
akan tetap menarik dimata calon investor. Penambahan jumlah lembar
saham yang tanpa disertai dengan pemasukan modal sesuai dengan harga
saham yang berlaku saat itu, akan mengakibatkan penurunan harga saham
dan sebagai akibatnya nilai call dan juga warrant juga akan turun. Fenomena
ini disebut sebagai “ dilusi “. 2.3.4 Obligasi Konversi Obligasi konversi
( Convertible Bonds / CB ) merupakan obligasi yang dapat dikonversikan
( dirubah ) menjadi saham biasa. Pemilik obligasi konversi akan memiliki
obligasi dan opsi call atas saham perusahaan. Misalkan : Perusahaan
Mandiri diatas menerbitkan obligasi konversi dengan nilai nominal Rp.
1.000.000,- per lembar dan membayarkan coupon rate 14% per tahun, yang
dapat dikonversikan menjadi saham biasa pada lima tahun yang akan
datang. Setiap lembar obligasi konversi dapat dikonversikan menjadi 100
lembar saham biasa. Andaikan pada akhir tahun kelima, harga per lembar
saham biasa mencapai lebih dari Rp. 10.000,- maka para pemegang obligasi
akan mengkonversikannya menjadi saham biasa. Akan tetapi apabila harga
saham di bawah Rp. 10.000,- mereka mungkin akan memilih untuk
menguangkan obligasi tersebut. Dari contoh diatas, ratio konversi sebesar
100, dan harga konversi sebesar Rp. 10.000,-. Apabila harga saham saat
sekarang ini sebesar Rp. 8.000,- per lembar, maka nilai konversi akan
menjadi sebesar 100 x Rp. 8.000,- = Rp. 800.000,- Apabila jangka waktu
pelunasan obligasi adalah 5 tahun, sedangkan obligasi yang ekuivalen
dengan obligasi tersebut memberikan coupon rate sebesar 15%, maka nilai
obligasi akanh menjadi : 5 140.000 1.000.000 Nilai Obligasi = [ ] + = Rp.
966.520,- t = 1 (1+0,15 )t (1+0,15)5 Andaikan harga pasar obligasi sebesar
Rp. 980.000,-, maka premi konversi adalah sebesar Rp. 980.000,- - Rp.
966.480,- = Rp. 13.520,- Permasalahan yang kemudian muncul adalah
Bagaimana cara menilai menarik tidaknya tawaran obligasi konversi
tersebut di mata calon investor? Jawabannya adalah sangat sederhana, yakni
dengan menggunakan teori opsi call. Misalkan : harga saham Perusahaan
Mandiri Rp. 7.000,- per lembar, dan obligasi dapat ditukar dengan 100
lembar saham. Nilai nominal ( pelunasan ) obligasi sebesar Rp. 1.000.000,-.
Dengan demikian exercise price-nya sebesar Rp. 10.000,- ( Rp. 1.000.000,- :
100 ). Andaikan deviasi standar ( ) perubahan harga saham ditaksir sebesar
o,20 dan risk free rate sebesar 10% per tahun Dengan menggunakan model
Black and Scholes, maka kita dapat menaksir nilai opsi call sebagai berikut :
Langkah 1 : Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar
dari jangka waktu opsi jatuh tempo : 0,20 x √ 5 = 0,45
Langkah 2 : Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi PV harga
exercise = 10.000 / ( 1 + 0,1 )5 = Rp. 6.209,- Rasio = 7.000 : 6.209 = 1,12
Langkah 3 : Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar
22,7 persen ( lihat sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,12 ) dari
harga saham saat ini atau sebesar 22,7% x Rp. 7.000,- = Rp. 1.589,-
Langkah 4 : Konversikan nilai call tersebut sesuai dengan rasio konversinya,
karena obligasi tersebut dapat dikonversikan menjadi 100 saham, maka nilai
call 100 saham adalah: Nilai call = 100 x Rp. 1.589,- = Rp. 158.900,- Dari
ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa
konversi akan sebesar Rp. 33.520,- berasal dari (Rp. 1.000.000,- - Rp.
966.480,-). Dan apabila dibandingkan dengan harga obligasi yang
menggunakan konversi akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan
obligasi yang tanpa konversi. Hal ini disebabkan karena obligasi yang setara
menawarkan coupon rate 15%, dan nilai obligasi ( dengan coupon rate
hanya 14% ). Artinya terlampau mahal sebesar Rp. 33.520,- apabila tidak
mempunyai hak konversi. Dengan demikian tawaran obligasi konversi
tersebut cukup menarik bagi calon investor karena nilai hak sebesar Rp.
158.900,- > Rp. 33.520,- nilai cost yang harus dibayar. 2.3.5 Saham
Preferen Saham preferen adalah saham yang memberikan deviden yang
tetap besarnya. Besarnya deviden yang diterima oleh pemegang saham
preferen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dalam
hal ini deviden saham preferen dilakukan terhadap laba setelah pajak.
Misalnya nilai nominal saham sebesar Rp. 1.000,- dengan memberikan
deviden rate sebesar 16%, maka pemegang saham prederen akan
memperoleh deviden sebesar Rp. 160,- Pemegang saham preferen
adakalanya tidak menerima pembagian deviden setiap tahun. Artinya,
apabila perusahaan mengalami kerugihan pada tahun lalu, maka pembagian
deviden oleh perusahaan sementara waktu akan ditunda dan akan diberikan
manakala perusahaan mengalami keuntungan pada periode tahun
berikutnya. Dalam kondisi yang demikian ini, maka perusahaan akan
memberikan deviden secara kumulatif. Dalam hal diadakannya Rapat
Umum Pemegang Saham ( RUPS ), pemegang saham preferen ini tidak
berhak memberikan suara.
1. Saham Biasa Dan Right Saham menunjukkan bukti kepemilikan,
sedangkan obligasi merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang
diterbitkan oleh perusahaan. Para pemegang saham mempunyai hak
untuk memilih direksi perusahaan. Yang umumnya berlaku adalah “ one
share one vote “. Artinya satu saham memiliki satu suara. Penerbitan
rights ( rights issue ) saham baru akan dilakukan oleh perusahaan apabila:
a. Perusahaan memerlukan tambahan dana untuk keperluan ekspansi.
b. Perusahaan dapat menerbitkan saham baru dan menawarkan kepada
publik umum atau kepada pemegang saham lama
c. Apabila perusahaan menawarkan saham baru ke publik umum, maka
perusahaan harus menggunakan jasa lembaga penjamin ( yang akan
menjamin bahwa penerbitan tersebut akan laku terjual semua ) atau
menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga
saham saat ini kepada para pemegang saham lama.
Contoh :
Misalkan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10 juta
lembar dan ditawarkan dengan harga Rp. 5.000,- per lembar kepada para
pemegang saham lama. Dengan demikian, maka setiap pemilik satu
lembar saham lama diberi hak membeli satu lembar saham baru dan
kepada mereka diberikan bukti rights sesuai dengan jumlah saham yang
mereka miliki. Bagi mereka yang tidak ingin membeli saham baru dapat
menjual bukti rights. Penawaran semacam ini disebut sebagai “ Penawaran
Terbatas “, karena hanya dibatasi kepada para pemegang saham lama.
Mengapa perusahaan menerbitkan rights ? Alasan utama perusahaan
menrbitkan rights adalah untuk menghemat biaya emisi dan menambah
jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Dengan penambahan jumlah
lembar saham yang diperdagangkan di pasar bursa, maka diharapkan akan
dapat meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut
( meningkatkan likuiditas saham ).
2. Penerbitan Sekuritas Di Pasar Modal Apablia perusahaan akan
menerbitkan saham di pasar modal, berbagai pihak perlu dihubungi,
sebelum memperoleh ijin dan persetujuan dari Badan Pengawas Pasar
Modal ( BAPEPAM ). Pihak-pihak tersebut antara lain :
a. Akuntan Publik yang akan menyatakan bahwa laporan keuangan
perusahaan telah diaudit dan dinyatakan wajar tanpa syarat ( WTS ).
b. Notaris, yang akan meyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) memang telah memutuskan bahwa perusahaan untuk go
public.
c. Konsultan Hukum, yang menyatakan bahwa perusahaan memang
sedang tidak berada dalam sengketa hukum dengan pihak manapun
juga.
d. Appraisal ( perusahaan penilai ), yang akan membuat pernyataan
tentang nilai wajar dari berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan saat
ini.
e. Underwriter ( perusahaan penjamin ), yang akan menjamin bahwa
keseluruhan saham yang ditawarkan oleh perusahaan akan laku
terjual, dan apabila ada sebagian besar saham yang tidak laku terjual,
maka underwriter inilah yang nantinya akan membeli secara
keseluruhan terhadap saham-saham yang belum laku terjual.
Sedangkan persyaratan-persyaratan lain yang menyangkut kondisi intern
perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di pasar modal, antara lain :
a. Perusahaan adalah merupakan perusahaan yang baik (telah lama
beroperasi, dan selama dua tahun terakhir menghasilkan
keuntungan).
b. Besar ( jumlah saham yang diterbitkan minimal satu juta lembar
saham dengan nilai nominal Rp. 1.000,- ).
DAFTAR PUSTAKA