Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

(PEMBIAYAAN JANGKA MENENGAH)

Disusun Oleh :
Des Rafly Ramadhan
181010505536

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu pasti memiliki manajemen dalam menjalankan

aktivitas hidupnya. Dengan adanya manajemen, maka diharapkan semua

aktivitas dapat dilakukan dengan sistematis atau berurutan, maksimal sehingga

mendapatkan hasil yang baik. Apa bila seorang individu saja membutuhkan

adanya manajemen untuk mengatur hidupnya, pastinya sebuah organisasi atau

pun perusahaan akan lebih membutuhkan adanya manajemen untuk mengatur

kinerja dari anggota agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan

mendapatkan hasil kerja yang baik, salah satu manajemen yang penting ialah

adanya manajemen keuangan dalam suatu organisasi atau pun perusahaan.

Pengertian manajemen keuangan mengalami perkembangan mulai dari

pengertian manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana

saja sampai yang mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana

serta pengelolaan terhadap aktiva. Khususnya penganalisisan sumber dana dan

penggunaannya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan

tersebut. Seorang manajemen keuangan harus memahami arus peredaran uang

baik eksternal maupun internal.

Namun, manajemen keuangan juga berkepentingan dengan penentuan

jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan
sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut. Untuk memperoleh

dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar

perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa

berbentuk hutang atau modal sendiri.

Agar suatu perusahaan dapat menjalankan kegiatan perekonomian

secara lancar, maka manajer keuangan harus dapat berfikir keras untuk mencari

dari mana sumber dana perusahaan didapat. Sebab aktivitas perusahaan mutlak

harus ditopangoleh dana yang mencukupi. Sumber dana itu sendiri merupakan

bentuk-bentuk dana yang dapat dimanfaatkan perusahaan berasal dari

perusahaan lain atau perusahaan sendiri dengan memberikan imbalan tertentu.

Sumber dana perusahaan secara umum dapat dikelompokkan menjadi sumber

dana jangka pendek, sumber dana jangka menengah,dan sumber dana jangka

panjang.

1.2 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari

penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian Sumber Dana Jangka Menengah

2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Pendanaan Jangka Menengah

3. Untuk mengetahui Biaya Efektif Term Loan

4. Untuk mengetahui Biaya Efektif Equipment Financing


1.3 Manfaat

Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan

detail mengenai sumber dana jangka menengah, serta memahami kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki ketika kita menggunakan jenis sumber dana jangka

yang akan dipilih dalam suatu kebutuhan dana. Dengan mengetahui hal

tersebut, kita dapat mengaplikasikan di dalam perusahaan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Dana Jangka Menengah

Dana yang digunakan oleh perusahaan dapat berasal dari sumber dana

jangka pendek, dana jangka menengah dan dana jangka panjang, jika dilihat

dari jangka waktu penggunaannya. Sumber dana jangka menengah pada

umumnya adalah sumber dana atau pendanaan yang mempunyai jangka waktu

lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan sumber dana

jangka menengah ini dirasakan perusahaan karena adanya kebutuhan yang tidak

dapat dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek di satu pihak dan juga sulit

dipenuhi dengan sumber dana jangka panjang di lain pihak.

2.2 Jenis Jenis Pendanaan Jangka Menengah

1. Term Loan

Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan

kurang dari sepuluh tahun. Term loan pada umumnya dibayar kembali dengan

angsuran tetap selama periode tertentu, misalnya setiap bulan, kuartal atau

setiap tahun. Term loan ini biasanya disediakan oleh bank komersial atau bank

dagang, perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan pemerintah,

dan suplier perlengkapan.

Di pandang dari biaya, term loan ini memiliki biaya yang lebih rendah

dari pada modal saham atau obligasi, karena tidak adanya biaya yang berkaitan
dengan penerbitan saham atau obligasi. Jika dibandingkan dengan hutang

jangka pendek, term loan lebih baik karena tidak segera jatuh tempo dan

peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodik yang mencakup

bunga dan pokok pinjaman. Bagi kreditur, jaminan atas pembayaran secara

periodik ini dapat diperjual belikan kepada pihak lain biasanya lembaga

pengumpul piutang.

Hal-hal yang dimasukkan dalam dokumen perjanjian pinjaman

berjangka adalah:

a. Jumlah dan jatuh tempo pinjaman

b. Tanggal pembayaran

c. Tingkat bunga

d. Ketentuan standar dan pembatas

e. Kolateral

f. Tujuan pinjaman

g. Tindakan yang diambil jika terjadi pelanggaran dalam perjanjian

h. Waran pembelian saham (stock purchase warrants)

Term loan mempunyai karakteristik: berusia lebih dari satu tahun,

diberikan atas dasar perjanjian formal. Kredit ini dilunasi secara berkala, baik

bulanan, triwulanan, tengah tahunan atau tahunan, dengan angsuran yang sama.

Kemampuan membayar kredit ini dihubungkan aliran kas sehingga tidak

membahayakan likuiditas perusahaan.


Term loan ini diberikan oleh Bank Dagang, perusahaan asuransi,

supplier atau manufacture. Term loan ini sering dimanfaatkan oleh perusahaan-

perusahaan yang relatif kecil untuk mengeluarkan surat berharga, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, sebagai salah satu sumber pembelanjaan.

Lembaga keuangan utama yang memberikan pinjaman berjangka

kepada perusahaan adalah:

a. Bank komersial

b. Perusahaan asuransi

c. Lembaga dana pensiun

d. Perusahaan pengembangan regional

e. Lembaga pembiayaan usaha kecil

f. Perusahaan investasi usaha kecil

g. Perusahaan keuangan komersial

Pinjaman berjangka adalah utang yang sebenarnya dijadwalkan untuk

dilunasi selama lebih dari satu tahun, namun umumnya kurang dari 10 tahun.

Bank Komersial adalah sumber utama dari pendanaan berjangka. Dua

fitur pinjaman berjangka (term loan) bank membedakannya dengan jenis

pinjaman bisnis lainnya. Pertama, pinjaman berjangka memiliki waktu jatuh

tempo akhir lebih dari 1 tahun. Kedua, pinjaman berjangka sering kali

menunjukkan kredit yang diperpanjang berdasarkan perjanjian pinjaman resmi.

Secara umum, pinjaman ini dibayar kembali dengan angsuran secara periodik,
setiap tiga bulan, setiap enam bulan, atau setiap tahun yang mencakup bunga

dan pokoknya.

Jadwal pembayaran pinjaman biasanya bergantung pada kemampuan

arus kas peminjam untuk membayar utang. Umumnya, jadwal pelunasan

memerlukan angsurna periodik dalam jumlah yang sama, namun ada juga yang

jumlahnya tidak sama atau dibayar sekaligus pada waktu jatuh tempo akhir.

Kadang-kadang pinjaman diamortisasi (dilunasi secara bertahap) dalam

angsuran periodik yang sama kecuali untuk pembayaran tertinggi (ballon

payment) akhir (pembayaran yang jumlahnya jauh lebih besar daripad angsuran

lainnya). Kebanyakan pinjaman berjangka bank diterbitkan dengan waktu jatuh

tempo awal selama 3 sampai 5 tahun.

2. Equipment Loan

Equipment loan adalah pendanaan atau pembiayaan yang

dipergunakan untuk pengadaan perlengkapan baru. Perlengkapan yang biasa

dibiayai dengan equipment loan adalah perlengkapan yang mudah

diperjualbelikan. Peminjam biasanya menanggung beban lebih tinggi dari harga

perlengkapan tersebut dan selisihnya antara harga perlengkapan dengan beban

total merupakan margin of safety bagi kreditur. Equipment loan ini biasanya

diberikan oleh bank komersial, penjual perlengkapan, perusahaan asuransi,

dana pensiun, dan lembaga pembiayaan lainnya.

Ada dua instrumen yang dapat dipergunakan untuk membiayai

equipment ini, yaitu melalui kontrak penjualan kondisional (conditional sales


contract) dan hipotik barang bergerak (chattel mortgage). Apabila perusahaan

menggunakan kontrak penjualan kondisional untuk membiayai pembelian

perlengkapan, maka penjual akan menahan sebagian perlengkapan sampai

pembeli melunasi keseluruhan pembayaran sesuai kontrak. Jadi pada saat

barang dikirim biasanya penjual menerima down payment (DP) dan pembeli

bersedia untuk melunasi secara periodik.

Pada saat pelunasan berakhir maka penjual akan menyerahkan

perlengkapan yang ditahan atau mungkin surat-surat perlengkapan tersebut.

Sedangkan jika digunakan hipotik barang bergerak, cara ini lebih umum

dipergunakan oleh bank komersial. Hipotik ini sama halnya dengan pemberian

gadai, di mana pemberi pinjaman memiliki atau menguasai hak atas suatu

perlengkapan dan peminjam akan melunasinya untuk jangka waktu tertentu.

Jika di kemudian hari peminjam gagal untuk membayar kembali pinjaman-nya,

maka pihak pemberi pinjaman akan menjual perlengkapan yang ditahan

tersebut.

3. Leasing

Leasing atau sewa guna usaha adalah persetujuan atas dasar kontrak di

mana pemilik dari aktiva atau pihak yang menyewakan aktiva (lessor)

menginginkan pihak lain atau penyewa (lessee) untuk menggunakan jasa dari

aktiva tersebut selama periode tertentu. Manfaat dari leasing antara lain, bahwa

lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki aktiva tersebut.

Hak milik atas aktiva tersebut tetap pada lessor, namun kadang-kadang lessee
juga diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. Sebagai kompensasi

manfaat yang dinikmati, maka lessee mempunyai kewajiban membayar secara

periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan. Sedangkan manfaat lainnya

adalah bahwa lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak, dan

asuransi.

Ada 3 (tiga) bentuk leasing yaitu:

a. Sale and leaseback Pada sale and leaseback,

perusahaan yang memiliki aktiva menjual aktiva tersebut kepada perusahaan

lain dan sekaligus dibuat perjanjian untuk menyewa kembali aktiva tersebut

untuk periode tertentu. Aktiva yang biasa disewagunakan antara lain: tanah,

bangunan, dan peralatan pabrik. Sedangkan perusahaan yang biasanya

sebagai pembeli adalah bank, perusahaan asuransi, perusahaan leasing,

pegadaian, atau investor individu. Manfaat dari sale and leaseback ini adalah

bahwa penyewa atau lessee menerima pembayaran segera sebagai tambahan

dana yang dapat diinvestasikan ke-investasi lain, dan bersamaan dengan itu

lessee masih dapat menggunakan aktiva yang dijualnya selama jangka waktu

perjanjian leasing. Lessee mempunyai kewajiban membayar secara periodik

sebesar harga jual ditambah dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan

lessor

b. Operating Lease

Operating lease atau service lease memberikan service atau pelayanan baik

mengenai bidang finansial maupun mengenai pemeliharaannya. Jadi pihak


lessor menyediakan pendanaan sekaligus biaya perawatan yang

keseluruhannya tercakup dalam pembayaran leasing. Aktiva yang sering

digunakan adalah komputer, mobil, dan truk. Dalam leasing jenis ini

biasanya terdapat klausul yang memberikan hak kepada lessee untuk

membatalkan perjanjian leasing dan mengembalikan peralatan itu kepada

lessor sebelum habis waktu berlakunya. Hal ini merupakan syarat yang

penting bagi lessee, karena ini berarti bahwa lessee dapat mengembalikan

perlengkapan (equipment) tersebut apabila ada perkembangan teknologi baru

yang menyebabkan perlengkapan itu menjadi usang (absolete).

c. Financial Lease

Financial lease atau capital lease berbeda dengan operating lease, yaitu

lessor tidak menanggung biaya perawatan, perjanjian kontrak leasing tidak

dapat dibatalkan (not cancelable), dan leasing diangsur secara penuh.

Dengan demikian lessor menerima pembayaran sebesar harga perolehan

aktiva plus tingkat keuntungan yang disyaratkan. Pada umumnya lessee juga

harus membayar pajak dan asuransi aktiva obyek leasing tersebut. Perbedaan

utama antara financial leases dengan operating leases adalah bahwa

perusahaan memperoleh aktiva baru bukan yang selama ini telah

dipergunakan. Lessor pada umumnya adalah dari pihak perusahaan asuransi

atau bank komersial.


Seperti halnya dalam penentuan jumlah pembayaran tahunan dalam

term loan, besarnya pembayaran sewa setiap tahunnya juga dapat ditentukan

dengan menggunakan tabel anuitas dan tabel PV (present value).

Contoh : PT. “A” sebagai lessor, mengadakan perjanjian kontrak

leasing dengan PT. “B”. Dalam kontrak tersebut PT. “A” sepakat membeli

sebuah mesin seharga Rp. 100.000.000,- dan menyewakan kembali kepada PT.

“B” untuk waktu 5 tahun. Nilai sisa (salvage value) mesin pada akhir tahun

kontrak adalah sebesar Rp. 10.000.000,-. Jika PT. “A” (lessor) menginginkan

pendapatan sebesar 10% dari leasing tersebut, berapa lessee (PT. B) harus

mengangsur pembayaran aktiva tersebut kepada lessor?

Dari soal di atas, misalnya sewa tahunan = X, maka: Harga beli = PV

dari sewa 4 - PV dari nilai sisa Harga beli = (I.F) X + PV dari nilai sisa I.F

adalah interest factor dari investasi yang bersangkutan. Istilah interest factor

sama dengan istilah discount rate. Nilai interest factor ini terdapat dalam tabel

PV dari anuitas. Dari contoh PT “A” di atas maka I.F untuk bunga 10% sampai

tahun ke-5 adalah 3,7908 (dibulatkan menjadi 3,791). Sedangkan untuk PV dari

nilai sisa digunakan tabel PV untuk bunga 10% pada tahun ke-5 = 0,621,

sehingga pembayaran tahunan (X), yaitu: Harga beli = (I.F) X + PV dari nilai

sisa 100.000.000 = 3,79 IX + (0,621) ( 10.000.000) 3,791 X = Rp.

100.000.000 - Rp 6.210.000 X = Rp. 93.790.000 / 3,791 X = Rp.

24.740.174,09 (dibulatkan menjadi Rp. 24.740.174,-) Jadi angsuran per tahun

yang dilakukan lessee kepada lessor sebesar Rp. 24.740.174,-


4. Biaya Efektif Equipment Finance

Equipment Financing adalah pendanaan atau pembiayaan yang

dipergunakan untuk pengadaan peralatan baru yang mudah diperjualbelikan.

Peminjam biasanya menanggung beban lebih tinggi dari harga perlengkapan

tersebut dan selisih antara harga peralatan dengan beban total merupakan

margin of safety bagi kreditur.

Equipment Financing biasanya diberikan oleh bank komersial, penjual

peralatan, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan lainnya.

Ada dua instrumen yang dapat dipergunakan untuk membiayai equipment loan,

yaitu melalui kontrak penjualan kondisional (conditional sales contract) dan

hipotik barang bergerak (chatell mortgage). Apabila perusahaan menggunakan

kontrak penjualan kondisional untuk membiayai pembelian peralatan, maka

penjual akan menahan sebagian peralatan sampai pembeli melunasi keseluruhan

pembayaran sesuai kontrak. Jadi pada saat barang dikirim biasanya penjual

menerima uang muka down payment dan pembeli bersedia untuk melunasi

secara priodik.

Pada saat pelunasan terakhir, penjual akan menyerahkan peralatan

yang ditahan atau mungkin surat-surat peralatan tersebut. Bisa juga digunakan

cara hipotik barang bergerak yang biasanya dipergunakan oleh bank komersial.

Jika dipergunakan hipotik barang bergerak, maka sama dengan pemberian

gadai, dimana pemberi pinjaman memiliki atau menguasai hak atas suatu

peralatan dan peminjam akan melunasinya untuk jangka waktu tertentu. Jika
dikekmudian hari peminjam gagal membayar pinjamannya, maka pihak

pemberi pinjaman akan menjual peralatan yang ditahan tersebut.

Pada perusahaan transportasi, misalnya dalam membeli mobil-mobil

untuk taksi dilakukan dengan kredit, hal ini dapat digolongkan bahwa

perusahaan transportasi tersebut menggunakan pembelanjaan jangka menengah

dengan aktiva yang dibeli tersebut sebagai jaminannya. Hal ini berarti selama

kredit tersebut belum lunas, hak pemilikan perusahaan masih berada pada si

pemberi kredit dan akan berpindah hak kalau sudah lunas.


DAFTAR PUSTAKA

Basori, Ahmad. (2016, Februari 18). Pembiayaan Jangka Menengah. Retrieved from

Prezi:https://prezi.com/nbm4clgmtgaz/pembiayan-jangka-menengah/?

frame=f1c7d3f9ca097bd9a3f8cb2ce0ea8d2a8e31d1df

Harjito, Agus & Martono. (2011). Manajemen Keuangan Edisi ke 2. Yogyakarta:

Ekonisia.

Sandi, Faisal Arif. (2014, November 16). Jenis-Jenis Modal. Retrieved from

WordPress.Com: https://faisalarifsandi.wordpress.com/2014/11/16/jenis-jenis-

modal-3/

Anda mungkin juga menyukai