Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEUANGAN

1. Konsep Dasar Manajemen Keuangan


Keuangan (finance) adalah fungsi bisnis yang bertanggung
jawab untuk mendapatkan dana, mengelola dana dan
merencanakan penggunaan dana. Tugas ini secara
organisasional dibebankan pada manajer keuangan. Aktivitas
yang dijalankan manajer keuangan antara lain adalah
perencanaan keuangan, penganggaran dana, mendapatkan
dana, mengendalikan dana, pemeriksaan, pengelolaan pajak dan
memberi nasihat atau saran kepada manajemen puncak
mengenai masalah keuangan.
Agar dapat mengambil keputusan keuangan yang tepat
maka seorang manajer keuangan wajib mengetahui tujuan yang
ingin dicapai. Secara normatif tujuan keputusan keuangan
perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai perusahaan adalah
harga yang sanggup dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Apabila perusahaan sudah go public
artinya menjual sahamnya di bursa maka nilai perusahaan akan
tercermin lewat harga saham. Semakin tinggi nilai perusahaan
maka semakin besar pula kemakmuran yang diterima oleh
pemilik perusahaan (bagi perusahaan publik berarti investor).
Perlu dipahami di sini bahwa memaksimumkan nilai perusahan
tidak sama dengan memaksimumkan laba per lembar saham
(earning per share/ EPS) karena dengan hanya
memaksimumkan laba saat ini berarti mengabaikan konsep nilai
waktu uang dan faktor risiko. Selain itu apabila dipersamakan
dengan laba dalam konsep laba akuntansi (dalam laporan
rugi/laba) juga kurang tepat. Konsep yang lebih mendekati
adalah laba dalam pengertian ekonomi yaitu sejumlah kekayaan
yang dapat dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan
tersebut menjadi miskin.
Keputusan penting yang harus diambil oleh manajer
keuangan meliputi tiga hal yaitu memperoleh dana (keputusan
pendanaan), penggunaan dana (keputusan investasi) dan
pembagian laba (kebijakan dividen). Keputusan investasi akan
tercermin dalam sisi aktiva perusahaan sebaliknya keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin dalam sisi
pasiva perusahaan. Keputusan investasi akan mengakibatkan
perusahaan memiliki aktiva riil seperti tanah, gedung, mesin,
merek dagang dan sebagainya, keputusan pendanaan akan
mengakibatkan perusahaan menerbitkan aktiva finansial berupa
surat berharga yaitu selembar kertas yang memiliki nilai pasar
karena memiliki hak untuk mendapatkan penghasilan seperti
saham dan obligasi. Sementara yang terakhir, kebijakan dividen
merujuk pada keputusan perusahaan terhadap laba yang
diperoleh, apakah sebaiknya dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen ataukah sebaiknya diinvestasikan kembali
dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai keperluan investasi
perusahaan.

Neraca

Aktiva Pasiva
Penggunaan Dana Sumber Dana
Aktiva lancar (modal Hutang (modal
kerja) asing)
Aktiva tetap Modal sendiri

Keputusan Investasi Keputusan Pendanaan

Gambar 1. Aktivitas Manajemen Keuangan yang Tercermin dalam Neraca


2. Lingkungan Keuangan
Guna memenuhi kebutuhan dananya, perusahaan dapat
memanfaatkan jasa lembaga keuangan. Pemilihan lembaga
keuangan hendaknya memperhatikan masalah biaya dan
jangka waktu sehingga efisiensi pendanaan perusahaan dapat
tercapai. Berikut ini adalah pasar finansial dan lembaga
keuangan yang ada di Indonesia sebagai sumber penyedia
dana yang dapat dipilih perusahaan:
a) Pasar finansial yang merupakan ertemuan antara
permintaan dan penawaran terhadap aset finansial, yaitu
selembar kertas yang mempunyai nilai karena memberikan
klaim kepada pemiliknya atas penghasilan atau asset yang
dimiliki oleh pihak yang menerbitkan asset finansial tersebut,
misalnya: saham, obligasi, opsi, kontrak futures dan
sebagainya. Keberadaan pasar ini berfungsi untuk
mengalokasikan dana dari pihak yang kelebihan dana
kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam pasar finansial
diperjualbelikan sumber dana jangka pendek dan sumber
dana jangka panjang. Sumber dana jangka pendek akan
diperdagangkan di pasar uang (money market), misalnya
adalah Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang
dan sebagainya. Sedangkan sumber dana jangka panjang
akan diperjualbelikan di pasar modal (capital
market),misalnya saham, obligasi dan sebagainya.
b) Bank, terdiri dari:
 Otoritas moneter (Bank Sentral/ Bank Indonesia)
 Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
lalu lintas pembayaran.
 Bank Perkreditan Rakyat yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
c) Lembaga pembiayaan. Lembaga penghubung keuangan
yang memberi pinjaman kepada individu dan bisnis. Tidak
seperti lembaga simpanan, perusahaan pembiayaan tidak
menerima simpanan tetapi pembiayan untuk hutang jangka
pendek dan jangka panjang.
 Perusahaan sewa guna (leasing)
 Pegadaian
 Perusahaan anjak piutang

3. Keputusan Pendanaan Perusahaan


Dalam menjalankan operasionalnya setiap perusahan
berskala besar maupun kecil pasti memerlukan dana dengan
berbagai alasan, antara lain:
1. Pembiayaan operasional sehari-hari misalnya membayar gaji
pegawai, membayar sewa, membayar bunga, pajak dan
kewajiban lain yang telah jatuh tempo.
2. Pembiayaan penjualan kredit. Banyak perusahaan
menggunakan penjualan kredit sebagai strategi untuk
menghadapi tingkat persaingan yang semakin ketat dengan
perusahaan lainnya. Pada sistem penjualan kredit,
pengeluaran uang (cash outflow) akan mendahului
penerimaan uang (cash inflow) dan semakin lama periode
pembayaran maka gap antara cash outflow dengan cash
inflow semakin besar. Selama menunggu masa pembayaran
penjualan kredit tentunya perusahaan harus tetap beroperasi.
Oleh karena itulah maka diperlukan sumber dana lain, bukan
cash inflow dari penjualan produk. Semakin besar penjualan
kredit maka dana yang disediakan juga semakin besar.

3. Pembiayaan persediaan. Ketersediaan produk pada saat


yang dibutuhkan merupakan salah satu cara perusahaan
dalam memenuhi kepuasan pelanggan. Konsekuensi dari hal
ini adalah perusahaan harus memiliki dana yang memadai
untuk membeli atau memproduksi dan memelihara
persediaan. Semakin besar persediaan maka semakin besar
pula dana yang diperlukan, sehingga perusahaan perlu
mengetahui tingkat persediaan yang optimal. Salah satu
caranya adalah melalui penerapan konsep Just In Time (JIT).
4. Pembelian aset pendukung operasional yang penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan, misalnya gedung, tanah,
peralatan. Pembelian ini biasanya bersifat jangka panjang
dan memerlukan dana relatif besar sehingga harus
diperhitungkan dengan cermat oleh perusahaan.
Guna memenuhi kebutuhan dananya, perusahaan dapat
mempunyai berbagai alternatif sumber dana dan metode.
Berdasarkan metodenya perusahaan dapat memperoleh
dana dengan penyetoran dari dalam perusahaan/ pihak
internal maupun meminjam dari pihak lain/ pihak eksternal.
Sedangkan berdasar sumbernya maka sumber pendanaan
perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi sumber dana
jangka pendek, biasanya berjangka waktu kurang dari satu
tahun dan jangka panjang yang berjangka waktu lebih dari
satu tahun. Sumber dana jangka pendek di antaranya adalah
kredit dagang, pinjaman bank, commercial paper, anjak
piutang, sedangkan sumber dana jangka panjang meliputi
laba ditahan, saham baru, dan penerbitan obligasi.

4. Analisis Keuangan Perusahaan


Dalam pengambilan keputusan keuangan, manajer akan
selalu dihadapkan pada berbagai alternatif. Misalnya keputusan
penentuan lokasi pabrik baru di mana biaya untuk masing-
masing alternatif lokasi berbeda satu dengan yang lainnya,
keputusan perencanaan pembelanjaan proyek, penentuan
komposisi rasio utang dan modal sendiri yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan dan sebagainya. Agar dapat
mengambil keputusan dengan tepat maka manajer memerlukan
berbagai informasi guna mendukung proses pengambilan
keputusan tersebut. Informasi yang dimaksud adalah informasi
yang diperoleh baik dari internal maupun eksternal perusahaan.
Informasi internal dapat diolah melalui analisis laporan keuangan
dan perencanaan finansial perusahaan.
Agar dapat mengambil keputusan keuangan dengan tepat
maka seorang manajer keuangan membutuhkan beberapa
informasi yang akurat terkait dengan kondisi perusahaan itu
sendiri. Informasi tersebut dapat bersifat internal ataupun
eksternal perusahaan. Informasi internal antara lain dapat diolah
dari laporan keuangan perusahaan dan proyeksi atau
perencanaan di masa yang akan datang. Perencanaan finansial
meliputi analisis aliran uang/ kas dari dan ke perusahaan secara
menyeluruh baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan
dari aktivitas ini adalah mengoptimalkan laba dan menciptakan
penggunaan dana yang baik. Tahapan dalam perencanaan
finansial ini adalah pertama, peramalan kebutuhan dana, baik
jangka pendek maupun jangka panjang; kedua, penyusunan
anggaran untuk memenuhi kebutuhan dana dan ketiga,
penetapan sistem pengendalian finansial guna menjamin segala
sesuatunya telah dilaksanakan sesuai perencanaan.
Langkah yang pertama dalam perencanaan finansial adalah
peramalan kebutuhan finansial yaitu prediksi aliran kas masuk
dan kas keluar pada periode waktu tertentu. Macam-macam
peramalan ini ada tiga. Pertama adalah peramalan jangka
pendek adalah prediksi penerimaan, biaya dan pengeluaran
dalam periode waktu kurang dari satu tahun. Kedua, peramalan
aliran kas adalah prediksi aliran kas masuk dan kas keluar pada
periode waktu yang akan datang, umumnya bulanan atau
kuartalan. Ketiga, peramalan jangka panjang adalah prediksi
penerimaan, biaya dan pengeluaran untuk periode lebih dari satu
tahun, umumbya berjangka lima sampai sepuluh tahun.
Tahap kedua setelah peramalan finansial adalah
penyusunan anggaran, yaitu rencana finansial sebagai pedoman
pengalokasian sumber daya keuangan berdasarkan perkiraan
pendapatan. Berbagai jenis anggaran yang dimiliki perusahaan di
antaranya adalah anggaran operasi (operating budget) adalah
proyeksi pengalokasian uang untuk membiayai berbagai biaya
dan pengeluaran yang diperlukan untuk mengoperasikan
perusahaan, sebatas penerimaan yang telah diproyeksikan.
Sebagai contohnya, anggaran untuk iklan, sewa kantor dan gaji
karyawan, anggaran modal (capital budget) yaitu rencana
pengeluaran untuk membeli kekayaan atau aset yang
diperkirakan dapat mendatangkan tingkat pengembalian tertentu
untuk periode yang tertentu pula, umumnya lebih dari satu tahun.
Anggaran lainnya adalah anggaran kas (cash budget) yaitu
perkiraan neraca kas pada akhir periode tertentu (bulanan,
kuartalan, dan sebagainya) dan anggaran pokok (master budget)
yaitu rencana komprehensif yang meliputi ringkasan anggaran
operasi, modal dan kas.
Pengendalian finansial merupakan tahap terakhir dalam
perencanaan finansial. Proses ini didefinisikan sebagai proses
yang digunakan secara periodik untuk membandingkan realisasi
penerimaan, biaya, dan pengeluaran dengan proyeksi. Di sini
pengendalian memiliki fungsi strategis karena dipakai untuk
menghindari terjadinya penyimpangan, menemukan
penyimpangan dan melaksanakan langkah koreksi apabila
terjadi penyimpangan.

5. Keuangan Perusahaan dan Agency Theory


Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas
(terutama untuk yang telah menerbitkan saham di pasar modal),
seringkali terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan
(pihak manajemen yang dipimpin oleh Direksi, disebut sebagai
agent) dengan pemilik perusahaan (atau pemegang saham,
disebut sebagai principal). Di samping itu, bentuk Perseroan
Terbatas, tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal
yang disetorkan.Artinya, apabila perusahaan dinyatakan
bangkrutmakamodal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh
pemilik mungkin sekali akan hilang, tetapi kekayaan pribadi
pemilik tidak akan diikutsertakan untuk memenuhi kewajiban
yang belum dipenuhi (perkecualian bisa terjadi kalau dapat
dibuktikan bahwa pemilikmelanggar undang-undang sehingga
menimbulkan kebangkrutan perusahaan). Situasi tersebut
memungkinkan munculnya masalah-masalah keagenan
(agency problems). Masalah keagenan (agency problem), pada
awalnya,muncul dalam 2bentuk, yaitu antara pemilik
perusahaan (principal) dengan pihak manajemen (agent), dan
antara pemilik (yang diwakili oleh manajemen) dengan kreditor.
Tujuan normatif keputusan-keputusan keuangan adalah untuk
memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.
Masalahnya adalah mungkin saja keputusan yang diambil oleh
pihak manajemen tidak selalu untuk kepentingan pemilik
perusahaan,tetapi untuk kepentingan pihak manajemen.Secara
teoretis mestinya pemilik perusahaan (para pemegang saham
untuk perusahaan yang berbentukPerseroan Terbatas) bisa
mengganti manajemen (Direksi) dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) kalau para Direksi dinilai tidak bekerja dengan
baik. Sayangnya tidak semua pemegang saham hadir dalam
RUPS tersebut dan banyak juga pemegang saham yang tidak
terlalu peduli (terutama untuk pemegang saham kecil-kecil)
dengan susunan Direksi. Situasi ini menguntungkan
manajemen yang telah ada untuk mempertahankan kedudukan
mereka. Goldberg and Idson (1995) menemukan bahwa
perusahaan dengan kepemilikan yang menyebar membayarkan
remunerasi yang lebih besar kepada pihak manajemen
dibandingkan dengan perusahaan yang kepemilikannya lebih
terkonsentrasi. Hal tersebut disebabkan karena kekuatan tawar
pihak manajemen lebih kuat sewaktu kepemilikan menyebar
dibandingkan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi).
Manajemen membuat rugipemegang saham dengan
berbagai keputusan yang tidak baik, seperti mengambil
investasi yang tidak menguntungkan (Voght,1994 menemukan
bahwa perusahaan-perusahaan besar yang banyak menahan
laba melakukan investasi yang berlebihan), menggunakan
utangterlalu banyak atau terlalu sedikit, menciptakan
mekanisme yang mempersulit pengambilan perusahaan oleh
perusahaan lain (takeover), mengakuisisi perusahaan lain yang
ternyata tidak menguntungkan, dan sebagainya. Contoh akuisisi
yang dilakukan oleh Eastman Kodakterhadap Sterling
Drugs(artinya Eastman Kodakmembeli Sterling Drugs) pada
Januari 1988 menunjukkan bahwa pemegang saham Eastman
Kodakdirugikankarenasetelah akuisisi hargasaham Eastman
Kodakturun sebesar 15% (Damodaran, 1997).Contoh-contoh
tersebut bukanlah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
pihak manajemen akan selalu berupaya untuk menguntungkan
diri mereka sendiri dengan merugikan pihak pemilik
perusahaan, tetapi hanya untuk menunjukkan kemungkinan hal-
hal tersebut bisa terjadi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
cara untuk memonitor (yang menimbulkan tambahan biaya)
keputusan-keputusan yang diambil pihak
manajemen.Keputusan keuangan juga dapat diambil untuk
kepentingan pemilik (pemegang saham),tetapi atas
pengorbanan kreditor(pemegang obligasi). Keputusan untuk
menambah utangdalam jumlah yang sangat besar dapat
mengakibatkan penurunan harga obligasi pada obligasi yang
sudah diterbitkan karena para investor akan menilai bahwa
risiko perusahaan meningkat. Sebagai akibatnya,pemegang
obligasi lama mengalami kerugian. Kasus pembelian
perusahaan RJR Nabiscooleh pihak manajemen
mengilustrasikan hal tersebut. Pada bulan Oktober 1988 pihak
manajemen RJR Nabiscomemutuskan untuk membeli
perusahaan dari pemegang saham publik, dan setelah itu
Nabiscotidak lagi terdaftar di bursa. Untuk membiayai
pembelian tersebut pihak manajemen Nabiscomenerbitkan
obligasi baru yang sangat besar jumlahnya. Akibatnya, obligasi
lama yang telah diterbitkan jatuh harganya sebesar 20%
sebagai akibat makin berisikonya Nabisco(Damodaran, 1997:
19). Dengan kata lain,pemegang obligasi lama dirugikan
sebesar 20% dari keputusan tersebut.Akhirnya, masalah
keagenan juga bisa terjadi antara pemegangsaham pengendali
dengan pemegang saham minoritas. Kasus ini sering terjadi di
pasar modal,dimana perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
bursa masih dikuasai oleh pemegang saham pengendali
(biasanya keluarga pendiri perusahaan),sedangkan pemegang
sahampublik hanya memiliki sejumlah kecil saham (minoritas).
Situasi ini banyak terjadi di Indonesia dan Korea, misalnya.
Keputusan untuk membeli perusahaan dalam satu grup (dan
perusahaan tersebut bukan perusahaan terbuka)ataudikenal
sebagai akuisisi internal, dapat merugikan pemegang saham
minoritas apabila harga yang dibayarkan terlalu mahal. Oleh
karena itulah,pihak pengawas pasar modal mengatur transaksi-
transaksi yang diklasifikasikan sebagai memungkinkan
terjadinya benturan kepentingan agar meminimumkan kerugian
pihak minoritas.Masalah keagenan tersebut menunjukkan
bahwa tujuan normatif perlu diberi catatan. Pertama, perlu
diciptakan mekanisme monitoring agar pihak agent memang
melaksanakan keputusan-keputusan untuk mencapai tujuan
normatif tersebut.Kedua, pihak kreditorakan meminta
persyaratan-persyaratan agar kepentingan mereka terlindungi,
dan pengawas pasar modal perlu mencegah penyalahgunaan
wewenang yang akan merugikan pihak lain.
6. Perkembanganb Manajemen Keuangan.
Secara ringkas disiplin keuangan mengalami
perkembangan dari disiplin yang deskriptif menjadi makin
analitis dan teoretis. Dari yang lebih menitikberatkan dari sudut
pandang pihak luar, menjadi berorientasi pengambilan
keputusan bagi manajemen. Sumbangan para ekonom sangat
besar dalam perumusan teori-teori keuangan. Berbagai konsep,
model dan teori,seperti capital budgeting, portfolio theory,
capital asset pricing model, arbitrage pricing theory, option
pricing theorymenunjukkan perkembangan pemikiran dalam
bidang keuangan. Bahkanpada akhir dasawarsa delapan
puluhan mulai muncul pemikiran (yang didominasi di bidang
investasi pasar modal) tentang perlunya diperhatikan aspek
perilaku (behavior) di bidang keuangan. Pendekatan ini yang
dikenal sebagai behavioral finance.Meskipun demikian, tetap
dijumpai berbagai pertanyaan dan perdebatan dalam bidang
teori keuangan. Seperti masalah kebijakan dividen, struktur
modal, efisiensi pasar modal merupakan beberapa masalah
yang masih mengundang perdebatan panjang. Bahkan model
yang tampaknya telah diterima oleh kalangan bisnis, seperti
capital asset pricing model, berkali-kali dipertanyakan oleh
beberapa kalangan akademis.Dengan demikian, dalam
mempelajari manajemen keuangan kita perlu bersikap terbuka
(open mind), tidak begitu saja apriori kalau menghadapi
pendapat yang berbeda. Bagaimanapun juga teori selalu
mengalami perkembangan, dan kita perlu bersikap terbuka
terhadap perkembangan tersebut.

7. Lingkungan Perusahaan
Perusahaan bekerja pada suatu lingkungan tertentu. Bagi
manajer keuanganpenting untuk memahami lingkungan
keuangan yang dihadapinya. Lingkungan keuanganmerupakan
faktor-faktor eksternal keuanganyang mempengaruhi
keputusan-keputusan keuangan yang akan diambil. Lingkungan
keuangan tersebut terdiri dari sistem keuangan (financial
system) tempat perusahaan beroperasi. Dalam sistem
keuangan tersebut dijumpai berbagai lembaga keuangan,
berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar
keuangan.Pemahaman tersebut penting karena lingkungan
keuangan tersebut akan mempengaruhi keputusan-keputusan
keuangan yang diambil oleh perusahaan. Secara
umum,lingkungan keuangan tersebut berpengaruh pada
keputusan pendanaan perusahaan dan keputusan investasi
(biasanya untuk investasi jangka pendek).

8. Mengapa Pasar Finansial Terbentuk


Pasar finansial menunjukkan pertemuan antara
permintaan dan penawaran akan aktiva finansial (financial
assets) atau yang sering juga disebut sebagai sekuritas. Aktiva
finansial menunjukkan secarik kertas (surat) yang mempunyai
nilai pasar karena surat tersebut menunjukkan klaim atas aktiva
riil perusahaan (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku,
barang dagangan, bahkan termasuk merek dagang). Contoh
aktiva finansial adalah saham, obligasi, utangbank, kewajiban
sewa guna, dan sebagainya. Dalam suatu perekonomian, aktiva
finansial ada karena tabungan dari berbagai individu,
perusahaan, dan pemerintah, pada suatu periode waktu
berbeda dengan rencana investasi mereka pada aktiva riil. Oleh
karena itu, pasar finansial ada karena pasar tersebut bertujuan
untuk mengalokasikan tabungan-tabungan secara efisien
kepada pemakai (pihak yang memerlukan) tabungan tersebut di
dalam suatu perekonomian. Pihak yang memerlukan tabungan
tersebut adalah pihak yang melakukan investasi pada aktiva riil
yang lebih besar dari tabungan yang mereka bisa lakukan.
Pihak-pihak tersebut biasanya adalah perusahaan-perusahaan
bukan keuangan (nonfinancial corporations), sedangkanpihak
yang mempunyai tabungan yang lebih besar dari investasinya
biasanya adalah rumah tangga. Kalau pasar finansial bisa
mempertemukan pihak yang mempunyai tabungan dengan
pihak yang memerlukan tabungan tersebut untuk membiayai
investasi mereka dengan biaya yang semurah mungkin
dan/atau kemudahan yang setinggi mungkinmakapasar
finansial tersebut dikatakan efisien.Dalam proses pengalokasian
tabungan ke pihak yang melakukan investasi, sering diperlukan
adanya perantara (meskipun mungkin juga dilakukan langsung
tanpa perantara). Proses intermediasi (intermediation process)
tersebut memberikan dua fungsi yang penting dan mendasar.
Pertama, memberikan kesempatan bagi para penabung untuk
menabung kelebihan penghasilan mereka dan memperoleh
imbalan. Dengan demikian, proses ini membantu memobilisasi
dana yang, seandainya tanpa proses intermediasi, mungkin
akan menganggur. Kedua, proses tersebut akan memindahkan
risiko dari penabung ke perantara keuangan, dan/atau ke
pemakai dana. Disamping itu, lembaga-lembaga keuangan
(yang mungkin berfungsi sebagai perantara keuangan) juga
akan menjalankan fungsi yang amat penting, yaitu transformasi
jangka waktu (maturity transformation). Proses ini berarti bahwa
lembaga keuangan mengubah suatu instrumen keuangan
jangka pendek menjadi jangka panjang. Sebagai misal, bank
mungkin banyak menerima deposito jangka pendek (yaitu
jangka waktusatu tahun atau kurang),tetapi bisa memberikan
kredit jangka panjang (5 -10 tahun). Bank bisa melakukan hal
tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, bahwa para
pemodal percaya bahwa mereka bisa mengambil tabungan
mereka sewaktu mereka memerlukannya. Oleh karena itu,
mereka justru tidak segera mengambilnya. Kedua, adanya
hukum yang dikenal sebagai the law of large numbers. Apabila
suatu lembaga keuangan mempunyai sejumlah besar penabung
(depositors) maka kemungkinan terjadipenarikan besar-besaran
pada waktu yang sama akan makin kecil.
9. Alokasi Lewat Tingkat Keuntungan
Alokasi tabungan-tabungan yang terjadi dalam suatu
perekonomian terjadi terutama berdasarkan atas “harga”, yang
dinyatakan dalam tingkat keuntungan yang diharapkan. Satuan-
satuan yang memerlukan dana (tabungan) tersebut harus
menawarkan harga yang lebih menarik (yaitu menawarkan
tingkat keuntungan yang lebih tinggi) untuk bisa memperoleh
dana yang mereka perlukan. Apabila risiko kita anggap
samamakasatuan ekonomi yang bisa menawarkan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi yang akan bisa menggunakan
dana tersebut. Sebagai akibatnya, tabungan-tabungan akan
cenderung dialokasikan untuk pemakaian yang paling
efisien.Dengan demikian, perlu pula disadari bahwa proses
alokasi tersebut bukan hanya didasarkan atas tingkat
keuntungan yang diharapkan, tetapi juga oleh risiko. Berbagai
instrumen keuangan (seperti saham, sertifikat deposito,
obligasi, dan sebagainya) mempunyai tingkat risiko yang
berbeda. Oleh karena itu, instrumen-instrumen tersebut harus
menawarkan tingkat keuntungan (atau yield) yang berbeda.
Semakin tinggi risiko yang dirasa oleh pemodal, semakin tinggi
pula tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari
instrumen keuangan tersebut. Ini merupakan konsep pokok
dalam investasi.Disamping faktor risiko, faktor-faktor seperti
mudah tidaknya instrumen keuangan diperjualbelikan
(marketability) dan jangka waktu jatuh tempo (maturity), juga
akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan oleh
para pemodal. Marketability suatu instrumen keuangan diartikan
sebagai kemampuan menjual dalam jumlah besar, dalam waktu
singkat, tanpa harus memberikan konsensi harga yang terlalu
besar. Semakin rendah marketability pemodal akan cenderung
menuntut tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Manajer
keuangan perlu memahami hal ini sewaktu mereka akan
menerbitkan sekuritas guna memperoleh dana yang diperlukan
oleh perusahaan. Berapa harga sekuritas tersebut akan
ditawarkan di pasar finansial merupakan masalah pelik yang
perlu dimengerti oleh manajer keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Attner, Straub. (2001). Introduction to Business. International Thomson


Publishing Brigham.

Eugene F. dan Joel F. Houston. (2008). Fundamentals of Financial


Management. 12th edition. Thomson-South Western Learning.

Dessler, Gary. (2000). Human Resource Management. 8th Edition. New


Jersey: Prentice Hall, Inc.

Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. (2009). Pengantar Bisnis. Jakarta:


Prenhallindo.

Hartono, J. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE


Yogyakarta.
Yogyakarta

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. (2002). Dasar-dasar Manajemen


Keuangan.
Edisi Keempat.Yogyakarta:UPP AMP YKPN.

Kismono, Gugup. (2005). Bisnis Pengantar. Edisi ertama. Yogyakarta:


Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Kotler, Philip. (2008). Dasar-Dasar Pemasaran Jilid I. Jakarta:


Prenhallindo.

. (2008). Dasar-Dasar Pemasaran Jilid II. Jakarta: Prenhallindo.

Krietner, Robert dan Kinicki, Angelo. (2004). Organizational ehavior. 6th


edition. New York: McGrawHIll Companies, Inc.

Simamora, Henry. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta:STIE YKPN.

Stoner, James A., Freeman, Edward R., Gilbert Jr, Daniel R. (2006).
Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo

Anda mungkin juga menyukai