Disusun Oleh:
i
Daftar isi
Kata Pengantar………………………………………………………...i
Daftar isi………………………………………………………………ii
BAB I…………………………………………………………………1
PENDAHULUAN …………………………………………………...1
A. Latar Belakang ……………………………………………...1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….1
BAB II ……………………………………………………………….1
PEMBAHASAN …………………………………………………….1
A. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI …………………………...1
1. Konsep Pajak ……………………………………………….1
2. Konsep Subsidi……………………………………………...1
B. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI SECARA MATEMATIS .1
1. Konsep Pajak Secara Matematis ……………………………1
2. Konsep Subsidi Secara Matematis ………………………….1
C. Aplikasi Pajak Dan Subsidi…………………………………...1
1. Aplikasi Pajak ………………………………………………1
2. Aplikasi Subsidi …………………………………………….1
BAB III ………………………………………………………………1
PENUTUPAN ……………………………………………………….1
A. Kesimpulan …………………………………………………...1
B. Saran ………………………………………………………….1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ceteris paribus (faktor-faktor yang dianggap tetap) dalam
fungsipenawaran adalah teknologi, pajak dan subsidi. Apa yang terjadi
kalaupemerintah mengenakan pajak atau subsidi? Pajak (Tx) dan
subsidi (S) yangdikenakan pada suatu barang akan dapat
mempengaruhi keseimbanganpasar barang tersebut. Pajak dan subsidi
dikenakan oleh pemerintah. Bilafaktor-faktor yang dianggap tetap itu
berubah, maka fungsi penawaran akanberpindah tempat atau bergeser.
Dengan adanya pajak maka posisikeseimbangan menjadi berubah
karena produsen menawarkan harga jualyang lebih tinggi. Akibatnya
harga keseimbangan yang tercipta menjadi lebihtinggi dari harga
keseimbangan sebelum ada pajak dan jumlahkeseimbangannya pun
menjadi lebih sedikit.
Untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan
ekonomitersebut diperlukan matematika ekonomi sebagai alat untuk
membantupembahasan atau penyelesaian masalah ekonomi tersebut.
Utamanya dalampembahasan nanti akan digunakan aplikasi fungsi
linear.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep pajak dan subsidi?
2. Bagaimana konsep pajak dan subsidi secara matematis?
3. Bagainana aplikasi pajak dan susidi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kiri atas dari kurva penawaran dalam arah yang sejajar, sedangkan
suatu barang yang terkena pajak proporsional (proportional tax) akan
mengakibatkan berputarnya kurva penawaran kekiri atas.
2. Konsep Subsidi
Berbeda dengan pajak yang merupakan iuran wajib masyarakat
(produsen) terhadap pemerintah, maka subsidi merupakan bantuan
yangdiberikan oleh pemerintah kepada masyarakat (dalam hal ini
produsen) terhadap produk yang dihasilkan atau di tawarkannya.
Subsidi merupakan kebalikan pajak dan menyebakan harga
jualbarang tersebut menjadi lebih murah karena biaya produksi
menjadi lebih ringan.
Pengaruh subsidi, subsidi yang diberikan atas produksi /
penjualan sesuatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut
menjadi lebih rendah. Dengan adanya subsidi, produsen merasa
ongkos produk sinyamenjadi lebih kecil sehingga ia bersedia menjual
lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar
lebih rendah dari pada harga keseimbangan menjadi lebih banyak.
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen, subsid
produksiyang diberikan oleh pemerintah menyebabkan ongkos
produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih sedikit dari
pada ongkos sesungguhnya menghasilkan barang barang tersebut.
Perbedaan antara ongkos produksi nyata dan ongkos produksi yang
dikeluarkan merupakan bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen.
Karena ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produksi lebih kecil, ia
bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah, sehingga sebagian
dari subsidi tadi dinikmati pulaoleh konsumen.
3
B. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI SECARA MATEMATIS
1. Konsep Pajak Secara Matematis
Pajak menyebabkan harga jual menjadi tinggi. Hal ini
disebabkan prdusen berusaha untuk menggeser beban pajak ke
konsumen. Sebenarnya produsen menginginkan agar seluruh beban
pajak ditanggung oleh konsumen. Akan tetapi dalam kenyataannya
konsumen tidak menanggung seluruh beban pajak. Ini berarti ada
sebagian pajakyang masih di tanggung oleh produsen. Beban pajak
yang di tanggung oleh konsumen besarnya merupakan selisih antara
harga keseimbangan setelah ada pajak dengan harga keseimbangan
sebelum ada pajak. Sisa pajak (yaitu selisih antara besar pajak yang
dikenakan dengan bagian pajak yang di tanggung oleh konsumen),
menjadi tanggungan produsen. Pajak yang dikenakan pemerintah pada
setiap unit barang yang dijual diterima oleh pemerintah. Jumlah pajak
yang diterima oleh pemerintah dapat dihitung dengan megalikan
jumlah unit barang yangdikenakan untuk setiap unitnya. Pajak yang
dikenakan oleh pemerintah pada warganya bersifat duamacam.
Pertama adalah pajak yang jumlahnya tertentu, tidak di kaitkan
dengan tingkat pendapatan. Secara matematik, T = To; kurva
pajaknyaberupa sebuah garis lurus sejajar sumbu pendapatan. Kedua
ialah pajakyang penetapanya dikaitkan dengan tingkat pendapatan,
besarnyamerupakan proporsi atau presentase tertentu dari pendapatan.
Secara matematik, T = t Y; kurva pajaknya berupa garis lurus
berlereng positifdan bermula dari titik pangkal.
Secara keseluruhan, besarnya pajak yang di terima
olehpemerintah adalah T = T0 + t Y; kurva pajaknya berupa garis
lurusberlereng positif dan bermula dari penggal T0
4
Apabila pengaruh pajak ini kita perhitungkan dalam fungsi
penawaran, maka fungsi penawaran tersebut akan bertambah sebesar t.
Sehingga jika fungsi penawaran sebelum pajak adalah P = f(Q), maka
fungsi penawaran setelah pajak menjadi:
P = f (Q) + t atau P – t = f (Q) atau Q = f (P – t), dimana P =
variable harga per unit, Q = variable jumlah (kuantitas), dan t =
tingkat pajak per unit.
Dengan adanya pajak per unit ini, maka fungsi penawaran akan
bergeser ke atas atau ke kiri sejauh pajak per unit tersebut. Untuk
memperjelas keterangan di atas dapat dilihat pada grafik perubahan
fungsi penawaran akibat adanya pajak per unit berikut ini.
5
Pada grafik di atas terlihat bahwa harga penawaran sebelum
pajak pada tingkat kuantitas Q2 adalah sebesar P2, sedangkan setelah
adanya pajak per unit sebesar t maka pada tingkat kuantitas Q2
tersebut harganya menjadi P3 = (P2 + t). Dengan adanya pajak per
unit juga akan menggeser keseimbangan pasar, yaitu dari titik E
(sebelum pajak) menjadi E1 setelah pajak.
Telah dijelaskan di muka bahwa pengenaan pajak terhadap
produsen (pajak penjualan) pembebanannya sebagian akan dialihkan
kepada konsumen dengan cara menaikkan harga jual barang yang
dimaksud, sehingga pajak tersebut akan ditanggung 6 sebagian oleh
konsumen dan sebagian lagi oleh produsen (penjual). Besarnya beban
pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk) untuk setiap unit barang
yang dibeli adalah sebesar selisih antara harga keseimbangan setelah
pajak (P1) dengan harga keseimbangan sebelum pajak (P0).
Sedangkan besarnya pajak yang ditanggng oleh produsen atau penjual
(tp) untuk setiap unit barang adalah sebesar selisih antara besarnya
pajak yang dikenakan per unit (t) dengan bagian pajak yang
ditanggung oleh konsumen (tk). Adapun pajak yang diterima oleh
pemerintah (tg) adalah sebesar jumlah barang yang terjual dikalikan
dengan besarnya pajak per unit barang yang bersangkutan.
Jadi untuk setiap unitnya, maka:
Pajak yang ditanggung konsumen (tk) = (P1 – P0) Pajak yang
ditanggung produsen (tp) =(t–tk) atau (tp) = t–(P1–P0) Pajak yang
diterima pemerintah (tg) = (t. Q1)
Dimana:
tk = pajak yang ditanggung oleh konsumen
tp = pajak yang ditanggung oleh produsen
tg = pajak yang diterima pemerintah
t = besarnya pajak per unit
P1 = harga keseimbangan setelah pajak
P0 = harga keseimbangan sebelum pajak
6
Q1 = kuantitas/jumlah keseimbangan setelah pajak
Sedangkan jumlah pjak yang ditanggung oleh konsumen
ataupun produsen adalah besarnya pajak per unit yang ditanggung
oleh konsumen atau produsen dikalikan dengan kuantitas
keseimbangan setelah pajak. Sehingga:
Jumlah pajak yang ditanggung konsumen adalah: tk = tk/u x Q1
Jumlah pajak yang ditanggung produsen adalah: tp = tp/u x Q1
Pajak Proporsional / Persentase
Disamping dikenakan terhadap setiap barang yang dihasilkan
(dijual), pengenaan pajak juga dapat dikenakan dengan cara
menentukan sebesar persentase tertentu dari semua barang yang dijual.
Misalnya besarnya pajak yang dikenakan pada suatu barang adalah
sebesar r persen (r %) dari barang yang terjual, maka harga barang
yang terjual akan naik sebesar r% untuk setiapunit barang yang
ditawarkan (dijual). Apabila harga jual sebelum pajak sebesar P0
sedangkan pajaknya sebesar r%, maka harga jual setelah pajak (P1) =
P0 + rP0 atau P1 = P0 (1 + r).
Pengaruh pajak persentase ini dapat dilihat pada perubahan
fungsi penawaran yang akan bergeser ke atas (ke kiri) sejauh r% untuk
setiap kuantitas yang ditawarkan (dijual). Dalam bentuk fungsi
penawaran, perubahan tersebut terlihat sebagai berikut:
Fungsi penawaan sebelum pajak (Qs): P = f(Q), Sedangkan fungsi
penawaran setelah pajak (Qs’): P1 = f (Q) (1 + r) atau P1 = P (1 +r).
Apabila fungsi peawaran diformulasikan dalam bentuk umum fungsi
penawaran yang lain dimana harga sebagai variable bebasnya yaitu Q
= f(P), maka fungsi penawaran setelah pajak diperoleh sebagai
berikut:
Fungsi penawaran sebelum pajak (Qs): P = f(Q)
Fungsi penawaran setelah pajak (Qs’): P1 = f(Q) (1 + r) P1 = P (1 +
r), maka: P = P1/ (1 + r)
7
Bila dimasukkan dalam bentuk umum fungsi penawaran Q = f(P),
maka fungsi penawaran setelah pajak (Qs’) adalah:
Q = f(P) Q = f {(P1 / (1 + r))} FUngsi penawaran setelah pajak
dengan pajak r%. Sehingga jumlah pajak per unit (t) adalah:
t = r. P = r. f(Q) = (r. P1) / (1 + r) dimana:
P = variable harga per unit
Q = variable kuantitas
r = pajak dalam persentase
Pengaruh pajak persentase terhadap keseimbangan pasar secara grafis
dapat dilihat pada grafik berikut:
8
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen:
sk = Pe – Pe’ Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen
sp = s – sk Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah
S = s x Qe’ Subsidi per unit
Subsidi yang berfungsi sebagai pengurang biaya produksi akan
membuat harga barang menjadi lebih murah. Hal itu akan
mengakibatkan ungsi penawran bergeser ke kanan bawah, sehingga
dengan jumlah barang yang sama produsen mampu mengenakan harga
baru yang lebih rendah dari sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat
diformulasikan ke dalam bentuk matematis menjadi:
9
Dari gambar tersebut bahwa besarnya total subsidi yang akan
dinikmati oleh konsumen adalah:
10
Disamping itu dapat pula dihitung dari selisih subsidi yang
dibayar pemerintah dengan yang telah dinikmati konsumen, yaitu:
12
a. keseimbangan pasar sebelum pajak
b. keseimbangan pasar setelah pajak
c. besarnya pajak yang ditanggung oleh konsumen maupun produsen
d. besarnya pajak yang diterima pemerintah
e. gambarlah grafiknya!
jawab:
a. keseimbangan pasar sebelum pajak adalah:
fungsi permintaan (Qd):
P = -Q + 10 Q = -P + 10
fungsi penawarannya (Qs):
P = ½ Q + 4 Q = 2P - 8
keseimbangan pasar
Qd = Qs – P + 10 = 2P – 8 -3P = -18 P = 6
untuk P = 6 Q = -P + 10 Q = -6 + 10 Q = 4
Jadi keseimbangan pasar sebelum pajak adalah titik E (4,6)
b. keseimbangan pasar setelah pajak adalah:
fungsi permintaan (Qd’):
Q1 = -P + 10
fungsi penawaran (Qs’):
P1 = ½ Q1 + 4 + 3 P1 = ½ Q1 + 7 Q1 = 2P1 - 14
Keseimbangan pasar setelah pajak
Qd’ = Qs’ - P1+10 = 2P1-14 - 3P1= -24 P1 = 8
13
Untuk P1 = 8 Q1 = -8+10 Q1 = -8+10->Q1=2
Jadi keseimbangan pasar setelah pajak adalah titik E1(2,8)
c. besarnya pajak yang ditanggung konsumen (tk) dan produsen (tp):
tk = (P1 - P0) Q1 = (8 - 6) 2 = 4 pajak yang ditanggung
konsumen
tp = (t-tk). Q1= {t -(P1-P0)}.Q1
tp = {3 - (8 - 6)}.2 = 1.2 = 2 pajak yang ditanggung produsen
d. besarnya pajak yang diterima pemerintah (tg)
tg = t. Q1= 3x2=6 pajak yang diterima pemerintah
2. Aplikasi Subsidi
Diketahui fungsi penawaran Q = 4P dan fungsi permintaan
barang yang sama Q = -2P + 300, pemerintah memberikan subsidi
15
sebesar Rp 37,50. Tentukan harga dan jumlah keseimbangan pasar
yang baru, subsi
di yang akan dinikmati konsumen dan produsen serta subsidi
yang harus diberikan oleh pemerintah.
Jawab:
- Fungsi penawaran sebelum subsidi:
Q = 4P Menjadi:
P = 0,25Q
- Fungsi penawaran sesudah subsidi:
P = 0,25Q – 37,5
- Fungsi permintaan:
Q = -2P + 300 Menjadi:
P = -0,5Q + 150
- Keseimbangan baru menjadi:
PD = -0,50Q + 150
Ps = 0,25Q – 37,50
Ps = -0,75Q + 187,5
Q = 250 P = 0,25Q – 37,5
Q = 0,25(250) – 37,5
P = 25
Jadi keseimbangan baru barang ‘X’ tercapai pada harga Rp 25; per
unit dan jumlah barang sebanyak 250 unit, atau (250,25). Apabila
hasil keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi tersebut di atas
digambarkan akan Nampak seperti gambar.
16
Gambar keseimbangan pasar sesudah subsidi Rp 37,50
Dari gambar tersebut, maka subsidi yang diterima konsumen dan
produsen, serta yang dibayar oleh pemerintah dapat dihitung sebagai
berikut:
- Subsidi dinikmati konsumen = Skons
Skons = (P – Ps)
Qs = (50 – 25)250
Skons = 6.250
Jadi, subsidi yang dinikmati konsumen sebesar Rp 6.250;
17
Spem = 9.375
Jadi, subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 9.375;
Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan barang P =
0,50Q + 150, pemerintah akan memberikan subsidi terhadap barang
tersebut sebesar 60% dari harga barang yang ditawarkan produsen ke
pasar.
Dari data tersebut, hitunglah:
a. Keseimbangan baru (sesudah subsidi)
b. Subsidi yang dibayarkan pemerintah
c. Subsidi yang dinikmati oleh produsen dan konsumen
Jawab:
a. Keseimbangan baru (sesudah subsidi)
- Fungsi penawaran sebelum subsidi P = 0,25Q
- Fungsi penawaran sesudah subsidi
Ps = (1- 60%)0,25Q
Ps = 0,10Q
Keseimbangan baru menjadi:
Ps = 0,10Q
P = -0,50Q + 150
0 = 0,60Q – 150 Q = 250
Pada Q = 250, Ps = 0,10
Q = 0,10(250) Ps = 25
Jadi keseimbangan pasar yang baru terjadi pada (250, 25)
b. Subsidi yang dibayar pemerintah yaitu:
- Subsidi pemerintah = Spem
Spem = (s. PsQs): (1 - s)
Spem = 60 % (25) (250): (1 – 60%)
Spem = 9.375
Atau:
Spem = s(PsQs)
18
Qs = 60 % {(0,25) (250)}250
Spem = 9.375
Atau juga:
Spem = (PsQs – Ps)
Qs = {0,25(250) – 25}250 Spem = 9.375
Jadi, subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp 9.375;
c. Besarnya subsidi yang akan diterima konsumen dan produsen
adalah:
- Subsidi konsumen = Skons
Skons = (P – Ps)
Qs = (50 – 25)250 Skons = 6.250
Jadi, subsidi yang diterima konsumen sebesar Rp 6.250;
- Subsidi produsen = Sprod
Sprod = (PsQs – P)
Qs = {0,25(250) – 50}250
Sprod = 3.125
Atau
Sprod = Spem – Skons
Sprod = 9.375 – 6.250
Sprod = 3.125
Jadi, subsidi yang diterima produsen sebesar Rp 3.125;
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak
(baik orang atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya
balas jasa (kontraprestasi) secara langsung. System perpajakan
yang dikenakan pemerintah terhadap suatu barang dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pajak tetap (lump-sum tax) dan pajak
proporsional (proportional tax).
2. Suatu barang yang terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan
mengakibatkan pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam
arah yang sejajar, sedangkan suatu barang yang terkena pajak
proporsional (proportional tax) akan mengakibatkan berputarnya
kurva penawaran ke kiri atas.
3. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang
dihasilkan atau di tawarkannya.
20
DAFTAR PUSTAKA