Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MATEMATIKA EKONOMI

PAJAK DAN SUBSIDI

Disusun Oleh:

Gita Sefira Danty 2244000192


Putri Resi Hanna Sitompul 2244000202
Muhammad Yuanda 2244000198
Aprilian Nugroho 2244000186
Yunisa Azlaini Damanik 2244000208

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas


rahmat dankarunia-Nya tugas ini dapat diselesaikan dengan waktu
yang telah ditentukan.
Kerjasama Tim (kelompok) dalam penyelesaian tugas ini
tentunya jugasangat berperan penting. Mulai dari pencarian bahan
sampai denganpenyusunan tugas ini pun diselesaikan dengan
kerjasama Tim.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat bagi semua
pihakterutama bagi kami sebagai penyusun, juga bagi pembaca.
Semoga adamanfaat dan pelajaran yang bias diambil dari isi tugas ini.
Kami sebagai Tim penyusun tugas ini tentunya masih
banyakkesalahan dalam penyusunan tugas ini dan perlu belajar lagi
untukmendapatkan hasil yang lebih baik. Untuk itu, kritik dan saran
dari Dosenmaupun pembaca lainnya tentu sangat kami harapkan.

i
Daftar isi
Kata Pengantar………………………………………………………...i
Daftar isi………………………………………………………………ii
BAB I…………………………………………………………………1
PENDAHULUAN …………………………………………………...1
A. Latar Belakang ……………………………………………...1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….1
BAB II ……………………………………………………………….1
PEMBAHASAN …………………………………………………….1
A. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI …………………………...1
1. Konsep Pajak ……………………………………………….1
2. Konsep Subsidi……………………………………………...1
B. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI SECARA MATEMATIS .1
1. Konsep Pajak Secara Matematis ……………………………1
2. Konsep Subsidi Secara Matematis ………………………….1
C. Aplikasi Pajak Dan Subsidi…………………………………...1
1. Aplikasi Pajak ………………………………………………1
2. Aplikasi Subsidi …………………………………………….1
BAB III ………………………………………………………………1
PENUTUPAN ……………………………………………………….1
A. Kesimpulan …………………………………………………...1
B. Saran ………………………………………………………….1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ceteris paribus (faktor-faktor yang dianggap tetap) dalam
fungsipenawaran adalah teknologi, pajak dan subsidi. Apa yang terjadi
kalaupemerintah mengenakan pajak atau subsidi? Pajak (Tx) dan
subsidi (S) yangdikenakan pada suatu barang akan dapat
mempengaruhi keseimbanganpasar barang tersebut. Pajak dan subsidi
dikenakan oleh pemerintah. Bilafaktor-faktor yang dianggap tetap itu
berubah, maka fungsi penawaran akanberpindah tempat atau bergeser.
Dengan adanya pajak maka posisikeseimbangan menjadi berubah
karena produsen menawarkan harga jualyang lebih tinggi. Akibatnya
harga keseimbangan yang tercipta menjadi lebihtinggi dari harga
keseimbangan sebelum ada pajak dan jumlahkeseimbangannya pun
menjadi lebih sedikit.
Untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan
ekonomitersebut diperlukan matematika ekonomi sebagai alat untuk
membantupembahasan atau penyelesaian masalah ekonomi tersebut.
Utamanya dalampembahasan nanti akan digunakan aplikasi fungsi
linear.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep pajak dan subsidi?
2. Bagaimana konsep pajak dan subsidi secara matematis?
3. Bagainana aplikasi pajak dan susidi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI


1. Konsep Pajak
Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib
pajak (baik orang atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya
balas jasa (kontraprestasi) secara langsung. Pajak yang dipungut
(ditarik) olehpemerintah tersebut dapat bersifat pajak langsung dan
tidak langsung. Pajak langsung artinya bahwa pajak tersebut ditarik
secara langsung dari wajib pajak yaitu antara lain adalah pajak,
penghasilan, pajak perseroan, dan pajak kekayaan. Sedangkan pajak
tidak langsung merupakan pajakyang ditarik dari wajib pajak secara
tidak langsung seperti pajak penjualan, pajak tontonan, pajak
penambahan nilai dan sebagainya.
System perpajakan yang dikenakan pemerintah terhadap suatu
barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu pajak tetap (lump-sum
tax) dan pajak propotional (propotional tax). System perpajakan yang
tetap (lump-sum tax) adalah pemerintahan mengenakan pajak sebesar
tertentu atas satu unit barang tanpa menghiraukan tingkat harga jual
barang tersebut, sedangkan system perpajakan yang propotional
adalah pemerintah mengenakan pajak atas suatu barang dasar
persentase tertentu terhadap harga jual barang tersebut. Pajak yang
dikenakan oleh pemerintah terhadap suatu barang akan mempengaruhi
sisi penawaran dari barang tersebut dan tidak mempengaruhi sisi
permintaannya. Dengan demikian apabila suatu barang terkena pajak,
maka akan mengubah kesediaan produsen dalam menawarkan barang.
Perubahan kesedihan produsen dalam menawarkan barangnya
tercermin dari perubahan posisi kurva penawaran terhadap barang
tersebut, sedang posisi kurva permintaannya tetap. Akibat
dariperubahan posisi kurva penawaran, adalah terjadinya perubahan
keadaan keseimbangan pasar atas barang tersebut. Suatu barang yang
terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan mengakibatkan pergeseran ke

2
kiri atas dari kurva penawaran dalam arah yang sejajar, sedangkan
suatu barang yang terkena pajak proporsional (proportional tax) akan
mengakibatkan berputarnya kurva penawaran kekiri atas.
2. Konsep Subsidi
Berbeda dengan pajak yang merupakan iuran wajib masyarakat
(produsen) terhadap pemerintah, maka subsidi merupakan bantuan
yangdiberikan oleh pemerintah kepada masyarakat (dalam hal ini
produsen) terhadap produk yang dihasilkan atau di tawarkannya.
Subsidi merupakan kebalikan pajak dan menyebakan harga
jualbarang tersebut menjadi lebih murah karena biaya produksi
menjadi lebih ringan.
Pengaruh subsidi, subsidi yang diberikan atas produksi /
penjualan sesuatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut
menjadi lebih rendah. Dengan adanya subsidi, produsen merasa
ongkos produk sinyamenjadi lebih kecil sehingga ia bersedia menjual
lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar
lebih rendah dari pada harga keseimbangan menjadi lebih banyak.
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen, subsid
produksiyang diberikan oleh pemerintah menyebabkan ongkos
produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih sedikit dari
pada ongkos sesungguhnya menghasilkan barang barang tersebut.
Perbedaan antara ongkos produksi nyata dan ongkos produksi yang
dikeluarkan merupakan bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen.
Karena ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produksi lebih kecil, ia
bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah, sehingga sebagian
dari subsidi tadi dinikmati pulaoleh konsumen.

3
B. KONSEP PAJAK DAN SUBSIDI SECARA MATEMATIS
1. Konsep Pajak Secara Matematis
Pajak menyebabkan harga jual menjadi tinggi. Hal ini
disebabkan prdusen berusaha untuk menggeser beban pajak ke
konsumen. Sebenarnya produsen menginginkan agar seluruh beban
pajak ditanggung oleh konsumen. Akan tetapi dalam kenyataannya
konsumen tidak menanggung seluruh beban pajak. Ini berarti ada
sebagian pajakyang masih di tanggung oleh produsen. Beban pajak
yang di tanggung oleh konsumen besarnya merupakan selisih antara
harga keseimbangan setelah ada pajak dengan harga keseimbangan
sebelum ada pajak. Sisa pajak (yaitu selisih antara besar pajak yang
dikenakan dengan bagian pajak yang di tanggung oleh konsumen),
menjadi tanggungan produsen. Pajak yang dikenakan pemerintah pada
setiap unit barang yang dijual diterima oleh pemerintah. Jumlah pajak
yang diterima oleh pemerintah dapat dihitung dengan megalikan
jumlah unit barang yangdikenakan untuk setiap unitnya. Pajak yang
dikenakan oleh pemerintah pada warganya bersifat duamacam.
Pertama adalah pajak yang jumlahnya tertentu, tidak di kaitkan
dengan tingkat pendapatan. Secara matematik, T = To; kurva
pajaknyaberupa sebuah garis lurus sejajar sumbu pendapatan. Kedua
ialah pajakyang penetapanya dikaitkan dengan tingkat pendapatan,
besarnyamerupakan proporsi atau presentase tertentu dari pendapatan.
Secara matematik, T = t Y; kurva pajaknya berupa garis lurus
berlereng positifdan bermula dari titik pangkal.
Secara keseluruhan, besarnya pajak yang di terima
olehpemerintah adalah T = T0 + t Y; kurva pajaknya berupa garis
lurusberlereng positif dan bermula dari penggal T0

4
Apabila pengaruh pajak ini kita perhitungkan dalam fungsi
penawaran, maka fungsi penawaran tersebut akan bertambah sebesar t.
Sehingga jika fungsi penawaran sebelum pajak adalah P = f(Q), maka
fungsi penawaran setelah pajak menjadi:
P = f (Q) + t  atau P – t = f (Q)  atau Q = f (P – t), dimana P =
variable harga per unit, Q = variable jumlah (kuantitas), dan t =
tingkat pajak per unit.
Dengan adanya pajak per unit ini, maka fungsi penawaran akan
bergeser ke atas atau ke kiri sejauh pajak per unit tersebut. Untuk
memperjelas keterangan di atas dapat dilihat pada grafik perubahan
fungsi penawaran akibat adanya pajak per unit berikut ini.

5
Pada grafik di atas terlihat bahwa harga penawaran sebelum
pajak pada tingkat kuantitas Q2 adalah sebesar P2, sedangkan setelah
adanya pajak per unit sebesar t maka pada tingkat kuantitas Q2
tersebut harganya menjadi P3 = (P2 + t). Dengan adanya pajak per
unit juga akan menggeser keseimbangan pasar, yaitu dari titik E
(sebelum pajak) menjadi E1 setelah pajak.
Telah dijelaskan di muka bahwa pengenaan pajak terhadap
produsen (pajak penjualan) pembebanannya sebagian akan dialihkan
kepada konsumen dengan cara menaikkan harga jual barang yang
dimaksud, sehingga pajak tersebut akan ditanggung 6 sebagian oleh
konsumen dan sebagian lagi oleh produsen (penjual). Besarnya beban
pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk) untuk setiap unit barang
yang dibeli adalah sebesar selisih antara harga keseimbangan setelah
pajak (P1) dengan harga keseimbangan sebelum pajak (P0).
Sedangkan besarnya pajak yang ditanggng oleh produsen atau penjual
(tp) untuk setiap unit barang adalah sebesar selisih antara besarnya
pajak yang dikenakan per unit (t) dengan bagian pajak yang
ditanggung oleh konsumen (tk). Adapun pajak yang diterima oleh
pemerintah (tg) adalah sebesar jumlah barang yang terjual dikalikan
dengan besarnya pajak per unit barang yang bersangkutan.
Jadi untuk setiap unitnya, maka:
Pajak yang ditanggung konsumen (tk) = (P1 – P0) Pajak yang
ditanggung produsen (tp) =(t–tk) atau (tp) = t–(P1–P0) Pajak yang
diterima pemerintah (tg) = (t. Q1)
Dimana:
tk = pajak yang ditanggung oleh konsumen
tp = pajak yang ditanggung oleh produsen
tg = pajak yang diterima pemerintah
t = besarnya pajak per unit
P1 = harga keseimbangan setelah pajak
P0 = harga keseimbangan sebelum pajak

6
Q1 = kuantitas/jumlah keseimbangan setelah pajak
Sedangkan jumlah pjak yang ditanggung oleh konsumen
ataupun produsen adalah besarnya pajak per unit yang ditanggung
oleh konsumen atau produsen dikalikan dengan kuantitas
keseimbangan setelah pajak. Sehingga:
Jumlah pajak yang ditanggung konsumen adalah: tk = tk/u x Q1
Jumlah pajak yang ditanggung produsen adalah: tp = tp/u x Q1
 Pajak Proporsional / Persentase
Disamping dikenakan terhadap setiap barang yang dihasilkan
(dijual), pengenaan pajak juga dapat dikenakan dengan cara
menentukan sebesar persentase tertentu dari semua barang yang dijual.
Misalnya besarnya pajak yang dikenakan pada suatu barang adalah
sebesar r persen (r %) dari barang yang terjual, maka harga barang
yang terjual akan naik sebesar r% untuk setiapunit barang yang
ditawarkan (dijual). Apabila harga jual sebelum pajak sebesar P0
sedangkan pajaknya sebesar r%, maka harga jual setelah pajak (P1) =
P0 + rP0 atau P1 = P0 (1 + r).
Pengaruh pajak persentase ini dapat dilihat pada perubahan
fungsi penawaran yang akan bergeser ke atas (ke kiri) sejauh r% untuk
setiap kuantitas yang ditawarkan (dijual). Dalam bentuk fungsi
penawaran, perubahan tersebut terlihat sebagai berikut:
Fungsi penawaan sebelum pajak (Qs): P = f(Q), Sedangkan fungsi
penawaran setelah pajak (Qs’): P1 = f (Q) (1 + r) atau P1 = P (1 +r).
Apabila fungsi peawaran diformulasikan dalam bentuk umum fungsi
penawaran yang lain dimana harga sebagai variable bebasnya yaitu Q
= f(P), maka fungsi penawaran setelah pajak diperoleh sebagai
berikut:
Fungsi penawaran sebelum pajak (Qs): P = f(Q)
Fungsi penawaran setelah pajak (Qs’): P1 = f(Q) (1 + r)  P1 = P (1 +
r), maka: P = P1/ (1 + r)

7
Bila dimasukkan dalam bentuk umum fungsi penawaran Q = f(P),
maka fungsi penawaran setelah pajak (Qs’) adalah:
Q = f(P)  Q = f {(P1 / (1 + r))}  FUngsi penawaran setelah pajak
dengan pajak r%. Sehingga jumlah pajak per unit (t) adalah:
t = r. P = r. f(Q) = (r. P1) / (1 + r) dimana:
P = variable harga per unit
Q = variable kuantitas
r = pajak dalam persentase
Pengaruh pajak persentase terhadap keseimbangan pasar secara grafis
dapat dilihat pada grafik berikut:

2. Konsep Subsidi Secara Matematis


Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sua tu barang
menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Jika
produk dikenakan subsidi s per unit, maka akan terjadi penurunan
harga produk sehingga keseimbangan pasar atas produk tersebut juga
akan bergeser. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P = a +
bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ – s

8
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen:
sk = Pe – Pe’ Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen
sp = s – sk Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah
S = s x Qe’ Subsidi per unit
Subsidi yang berfungsi sebagai pengurang biaya produksi akan
membuat harga barang menjadi lebih murah. Hal itu akan
mengakibatkan ungsi penawran bergeser ke kanan bawah, sehingga
dengan jumlah barang yang sama produsen mampu mengenakan harga
baru yang lebih rendah dari sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat
diformulasikan ke dalam bentuk matematis menjadi:

Ps: harga penawaran produsen sesudah ada subsidi


P: harga penawaran sebelum subsidi
s: besarnya subsidi per unit barang
Akibat adanya subsidi bagi keseimbangan pasar adalah bahwa
keseimbangan harga akan menjadi lebih rendah, sedang jumlah barang
keseimbangan menjadi lebih banyak. Pada kebijaksanaan pemberian
subsidi ini akan menyagkut kepentingan konsumen, produsen dan
pemerintah, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

9
Dari gambar tersebut bahwa besarnya total subsidi yang akan
dinikmati oleh konsumen adalah:

Disamping itu perhitungan juga dapat dilakukan pada selisih


subsidi yang dibayar pemerintah dengan subsidi yang telah dinikmati
produsen, yaitu:

Sedangkan total subsidi yang dinikmati oleh produsen adalah


sebesar sisa dari seluruh subsidi yang tidak dinikmati oleh konsumen
(subsidi produsen per unit) dikalikan dengan jumlah barang dalam
eseimbangan baru, yaitu:

Subsidi produsen juga dapat dihitung dari selisih harga dari


fungsi penawaran pada jumlah keseimbangan barang sesudah subsidi
(Ps. Qs) dengan harga keseimbangan sebelum subsidi, dikalikan
dengan jumlah keseimbangan barang yang baru, sehingga menjadi:

10
Disamping itu dapat pula dihitung dari selisih subsidi yang
dibayar pemerintah dengan yang telah dinikmati konsumen, yaitu:

Adapun total jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah


adalah sebesar jumlah subsidi per unit dikalikan dengan jumlah
barang dalam keseimbangan baru, yaitu:

Atau melalui cara perhitungan sederhana, yaitu:

Jika fungsi penawaran sebelum adanya subsidi proporsional


diidentifikasikan sebagai P = aQ + b, maka sesudah adanya subsidi
fungsi penawaran akan berubah menjadi sebagai berikut;

Rumus tersebut untuk menunjukkan bahwa dengan adanya


subsidi proporsional, maka harga bersangkutan akan menjadi lebih
murah sebesar proporsi subsidi yang diberikan. Selanjutnya dengan
menggunakan rumusan diatas dan kemudian dilakukan manipulasi
matematis, maka dapat dilakukan perhitungan untuk memperoleh
11
keseimbangan pasar barang dengan jumlah yang lebih banyak, yaitu
seperti yang ditunjukkan dengan menggunakan rumus berikut:
P = (1 - s) (aQ + b)
P = aQ + b (1 – s) P b
Qs = (1 - s) a
Sedangkan pengaruh subsidi proporsional bagi pemerintah,
konsumen produsen dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

subsidi yang dibayarkan pemerintah = Spem


Spem = (s. (Ps. Qs): (1 - s)
Spem = s. (Ps. Qs) Qs
Spem = (Ps. Qs - Ps) Qs
Spem = Skons + Sprod
subsidi yang akan dinikmati konsumen = Skons
Skons = (P - Ps) Qs
Skons = Spem – Sprod
subsidi yang akan dinikmati oleh produsen =Sprod
Sprod = (Ps. Qs- P) Qs
Sprod = Spem – Skons

C. Aplikasi Pajak dan Subsidi


1. Aplikasi pajak
Fungsi permintaan suatu barang diformulasikan dalam
persamaan linier P = -Q + 10, sedangkan fungsi penawarannya P =
1/2Q + 4. Pajak penjualan atas barang tersebut adalah Rp 3; per unit.
ditanyakan:

12
a. keseimbangan pasar sebelum pajak
b. keseimbangan pasar setelah pajak
c. besarnya pajak yang ditanggung oleh konsumen maupun produsen
d. besarnya pajak yang diterima pemerintah
e. gambarlah grafiknya!

jawab:
a. keseimbangan pasar sebelum pajak adalah:
fungsi permintaan (Qd):
P = -Q + 10  Q = -P + 10
fungsi penawarannya (Qs):
P = ½ Q + 4  Q = 2P - 8
keseimbangan pasar
Qd = Qs  – P + 10 = 2P – 8 -3P = -18  P = 6
untuk P = 6  Q = -P + 10  Q = -6 + 10  Q = 4
Jadi keseimbangan pasar sebelum pajak adalah titik E (4,6)
b. keseimbangan pasar setelah pajak adalah:
fungsi permintaan (Qd’):
Q1 = -P + 10
fungsi penawaran (Qs’):
P1 = ½ Q1 + 4 + 3 P1 = ½ Q1 + 7  Q1 = 2P1 - 14
Keseimbangan pasar setelah pajak
Qd’ = Qs’ - P1+10 = 2P1-14 - 3P1= -24  P1 = 8

13
Untuk P1 = 8  Q1 = -8+10  Q1 = -8+10->Q1=2
Jadi keseimbangan pasar setelah pajak adalah titik E1(2,8)
c. besarnya pajak yang ditanggung konsumen (tk) dan produsen (tp):
tk = (P1 - P0) Q1 = (8 - 6) 2 = 4  pajak yang ditanggung
konsumen
tp = (t-tk). Q1= {t -(P1-P0)}.Q1
tp = {3 - (8 - 6)}.2 = 1.2 = 2  pajak yang ditanggung produsen
d. besarnya pajak yang diterima pemerintah (tg)
tg = t. Q1= 3x2=6  pajak yang diterima pemerintah

e. gambar grafiknya adalah

Diketahui fungsi permintaan suatu barang adalah P = 8 - 1/2x dan


fungsi penawaran barang tersebut adalah P = 2 + 2x, dimana x adalah
variable kuantitas dan p adalah variable harga dari barang tersebut.
Bila terhadap barang ini dikenakan pajak sebesar r=20% maka carilah:
a. Titik keseimbangan pasar sebelum pajak
b. Titik keseimbangan pasar sesudah pajak
c. Gambarkan grafik fungsi permintaan dan penawaran sebelum dan
sesudah pajak
Jawab:
a. Titik keseimbangan pasar sebelum pajak dapat diperoleh dengan
mencari titik perpotongan yang memenuhi persyaratan curve-curve
permintaan dan penawaran yaitu:
D: P = 8 - 1/2x 8 – 1/2x = 2 + 2x
14
S: P = 2 + 2x 5/2 x = 6 x = 2,4 maka P = 6,
Jadi, titik keseimbangan pasar sebelum pajak adalah E (2,4;6,8)
b. Titik keseimbangan pasar sesudah pajak dapat diperoleh
dengan mencari titik perpotongan yang memenuhi persyaratan
curve-curve permintaan dan penawaran sesudah pajak yaitu
D: P = 8 - 1/2x 8 - 1/2x = 2,4 + 2,4x
S1: P = (2 + 2x)6/5 = 2,4 + 2,4x 2,9x = 5,6 x = 1,93 dan P = 7,03
Jadi titik keseimbangan pasar sesudah pajak adalah pada E
(1,93;7,03)
c. Untuk menggambarkan grafik fungsi atau curve permintaan dan
penawaran dapat dilkukan dengan bantuan titik-titik potong fungsi-
fungsi tersebut dengan sumbu x dan P. titk potong fungsi
permintaan dengan sumbu x adalah bila x = 0 maka x = 16 jadi
titiknya (16,0). Sedangkan titik potong fungsi ini dengan sumbu p
adalah bila x = 0 maka P = 8 jadi titiknya (0,8). Titik potong fungsi
penawaran sebelum pajak dengan sumbu x adalah bila P = 0 maka
x = -1 jadi titiknya (-1,0) dan titik potong fungsi ini dengan sumbu
p adalah bila x = 0 maka P = 2 jadi titiknya (0,2). Sedangkan titik
potong fungsi penawaran sesudah pajak dengan sumbu x adalah
bila P = 0 maka x = -1 jadi titiknya (-1;0), dan titik potong fungsi
ini dengan sumbu P adalah bila x = 0, maka P = 2,4 jadi titiknya
(0;2,4)

2. Aplikasi Subsidi
Diketahui fungsi penawaran Q = 4P dan fungsi permintaan
barang yang sama Q = -2P + 300, pemerintah memberikan subsidi

15
sebesar Rp 37,50. Tentukan harga dan jumlah keseimbangan pasar
yang baru, subsi
di yang akan dinikmati konsumen dan produsen serta subsidi
yang harus diberikan oleh pemerintah.
Jawab:
- Fungsi penawaran sebelum subsidi:
Q = 4P Menjadi:
P = 0,25Q
- Fungsi penawaran sesudah subsidi:
P = 0,25Q – 37,5
- Fungsi permintaan:
Q = -2P + 300 Menjadi:
P = -0,5Q + 150
- Keseimbangan baru menjadi:
PD = -0,50Q + 150
Ps = 0,25Q – 37,50
Ps = -0,75Q + 187,5
Q = 250 P = 0,25Q – 37,5
Q = 0,25(250) – 37,5
P = 25
Jadi keseimbangan baru barang ‘X’ tercapai pada harga Rp 25; per
unit dan jumlah barang sebanyak 250 unit, atau (250,25). Apabila
hasil keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi tersebut di atas
digambarkan akan Nampak seperti gambar.

16
Gambar keseimbangan pasar sesudah subsidi Rp 37,50
Dari gambar tersebut, maka subsidi yang diterima konsumen dan
produsen, serta yang dibayar oleh pemerintah dapat dihitung sebagai
berikut:
- Subsidi dinikmati konsumen = Skons
Skons = (P – Ps)
Qs = (50 – 25)250
Skons = 6.250
Jadi, subsidi yang dinikmati konsumen sebesar Rp 6.250;

- Subsidi dinikmati produsen = Sprod


Sprod = {s – (P – Ps)}
Qs = {37,5 – (50 – 25)}250
Qs = (12,5)250
Sprod = 3.125
Atau:
Sprod = (Ps. Qs – P)
Qs = {0,25(250) – 50}250
Sprod = 3.125
Jadi subsidi yang dinikmati produsen sebear Rp 3.125;
- Subsidi dibayar pemerintah = Spem
Spem = s
Qs = 37,5 (250)
Spem = 9.375
Atau:
Spem = (Ps. Qs – Ps)
Qs = {0,25(250) – 25}250
Spem = 9.375
Atau:
Spem = Sprod + Skons
Spem = 3.125 + 6.250

17
Spem = 9.375
Jadi, subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 9.375;
Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan barang P =
0,50Q + 150, pemerintah akan memberikan subsidi terhadap barang
tersebut sebesar 60% dari harga barang yang ditawarkan produsen ke
pasar.
Dari data tersebut, hitunglah:
a. Keseimbangan baru (sesudah subsidi)
b. Subsidi yang dibayarkan pemerintah
c. Subsidi yang dinikmati oleh produsen dan konsumen
Jawab:
a. Keseimbangan baru (sesudah subsidi)
- Fungsi penawaran sebelum subsidi P = 0,25Q
- Fungsi penawaran sesudah subsidi
Ps = (1- 60%)0,25Q
Ps = 0,10Q
Keseimbangan baru menjadi:
Ps = 0,10Q
P = -0,50Q + 150
0 = 0,60Q – 150  Q = 250
Pada Q = 250, Ps = 0,10
Q = 0,10(250)  Ps = 25
Jadi keseimbangan pasar yang baru terjadi pada (250, 25)
b. Subsidi yang dibayar pemerintah yaitu:
- Subsidi pemerintah = Spem
Spem = (s. PsQs): (1 - s)
Spem = 60 % (25) (250): (1 – 60%)
Spem = 9.375
Atau:
Spem = s(PsQs)
18
Qs = 60 % {(0,25) (250)}250
Spem = 9.375
Atau juga:
Spem = (PsQs – Ps)
Qs = {0,25(250) – 25}250  Spem = 9.375
Jadi, subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp 9.375;
c. Besarnya subsidi yang akan diterima konsumen dan produsen
adalah:
- Subsidi konsumen = Skons
Skons = (P – Ps)
Qs = (50 – 25)250  Skons = 6.250
Jadi, subsidi yang diterima konsumen sebesar Rp 6.250;
- Subsidi produsen = Sprod
Sprod = (PsQs – P)
Qs = {0,25(250) – 50}250
Sprod = 3.125
Atau
Sprod = Spem – Skons
Sprod = 9.375 – 6.250
Sprod = 3.125
Jadi, subsidi yang diterima produsen sebesar Rp 3.125;

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak
(baik orang atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya
balas jasa (kontraprestasi) secara langsung. System perpajakan
yang dikenakan pemerintah terhadap suatu barang dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pajak tetap (lump-sum tax) dan pajak
proporsional (proportional tax).
2. Suatu barang yang terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan
mengakibatkan pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam
arah yang sejajar, sedangkan suatu barang yang terkena pajak
proporsional (proportional tax) akan mengakibatkan berputarnya
kurva penawaran ke kiri atas.
3. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang
dihasilkan atau di tawarkannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Albari. 2003. Matematika untuk Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta:


Ekonisia.
Algifari, dan Rudy Badrudin. 1992. Matematika Ekonomi.
Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Assauri, Sofjan. 1986. Matematika Ekonomi. Edisi 2. Jakarta: CV
Rajawali.
Harjito, Agus. 2000. Matematika untuk Ekonomi & Bisnis.
Yogyakarta: Ekonisia.
Widayat, Wahyu. 1988. Matematika Ekonomi. Yogyakarta: PEMOZA
& AA –YKP.
https://setyonugroho09.wordpress.com/category/matematika-bisnis-
materikuliah/ Tanggal 10 Oktober 2014, Pukul 12.41.

Anda mungkin juga menyukai