Anda di halaman 1dari 16

PERPAJAKAN

“PAJAK PENGHASILAN PASAL 22”

DISUSUN OLEH:

1. IDA AYU MADE LISTIA DEWI (2202612011013)


2. IDA BAGUS GEDE RADITA PUTRA KENITEN (2202612011019)
3. DEWA GEDE NOVAL (2202612011025)
4. NI PUTU WINA FEBRIANTI (2202612011031)
5. NI LUH INTAN ARI YULIANTI (2202612011032)
6. I DEWA AYU VIRGIA HTP (2202612010157)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2023/2024

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dansayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan
kepada penyusunsehingga mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini ditulis sebagai tugasmata kuliah Pajak Penghasilan. Penyusun
menyadari, dalam penulisan makalah ini masih adakemungkinan kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun. Untuk itu,masukan yang
bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk
semakinmemperbaiki kekurangannya. Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan
kepada dosenpembimbing mata kuliah ini untuk teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu,kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat berguna
sebagai karya dari kita danuntuk kita semua.

Gianayar,21 February 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
2.1 Mendefinisikan & Mendeskripsikan Pajak Penghasilan Pasal 22 2
2.1.1 Pengertian PPh Pasal 22.................................................. 2
2.1.2 Dasar Hukum PPh Pasal 22……………………………. 2
2.1.3 Pemungut Dan Objek PPh Pasal 22................................ 3
2.1.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22......................... 4
2.1.5 Saat Terutang Dan Pelunasan / Pemungutan PPh
Pasal 22............................................................................ 5
2.1.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan PPh
Pasal 22............................................................................ 6
2.2 Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 22.................................. 6
2.2.1 Tarif PPh Pasal 22........................................................... 6
2.2.2 Contoh Perhitungan PPh Pasal 22................................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan............................................................................... 10
3.2 Saran. ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sektor penerimaan Negara yang sangat penting
guna pembangunan Negara. Hampir keseluruhan dari kegiatan jual beli
barang dan pemberian jasa dikenakan pajak, sehingga tidak heran jika
penerimaan dari sektor perpajakan sangat penting bagi aktivitas negara. Oleh
karena itu, pemerintah saat ini sedang melakukan pengoptimalan dalam
penerimaan dan pemungutan pajak.
Dari berbagai macam jenis pajak yang ada di Indonesia, Pajak Penghasilan
Pasal 22 merupakan salah satu jenis pajak yang dipungut langsung oleh
bendaharawan pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah maupun instansi lain yang berkaitan dalam bidang impor atau
kegiatan yang lainnya. Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dibayarkan dalam
tahun berjalan melalui pemotongan atau pemungutan dari pihak-pihak
tertentu. Subjek pajak pada PPh Pasal 22 salah satunya adalah importir. PPh
Pasal 22 atas impor terutang pada saat pembayaran Bea Masuk, jika terdapat
berupa fasilitas penundaan atau pembebasan Bea Masuk, maka terutang
pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Mendefinisikan PPh Pasal 22?
2. Dapat Menyebutkan PPh Pasal 22?
3. Bagaimana Mendeskripsikan PPh Pasal 22?
4. Bagaimana Cara Menghitung PPh 22?
1.3 Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan selain itu untuk & Untuk
lebih memahami secara mendalam mengenai PPh Pasal 22

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mendefinisikan & Mendeskripsikan PPh 22

Menurut Soemitro, (dalam Mardiasmo, 2011:1), Pajak adalah iuran rakyatkepada


kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat kontraprestasi (mendapat jasa timbal balik) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2.1.1 Pengertian PPh 22

Pajak Penghasilan Pasal 22, atau yang bisa disingkat menjadi PPh Pasal 22
merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Menurut UUD Pajak
Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal
22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak
terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Pemungutan PPh 22 juga ada yang bersifat final dan tidak final.

Pada umumnya, PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang


dianggap “menguntungkan”, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat
menerima keuntungan dari perdagangan tersebut. Karena itulah, PPh Pasal 22
dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian.

2.1.2 Dasar Hukum PPh 22

 UU PPh No. 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

 PMK 34/PMK.010/2017 Tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22


Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan Di
Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain

2
 PMK 90/PMK.03/2015 Tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai
Pemungut Pajak Penghasilan Dari Pembeli Atas Penjualan Barang yang
Tergolong Sangat Mewah

2.1.3 Pemungut Dan Objek PPh 22


1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atas impor
barang.
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Bendahara Pemerintah
Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran, atas pembelian barang;

3. BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang


bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD),
kecuali badan-badan tersebut pada angka 4.

4. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan Urusan


Logistik (BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT.
Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukan
pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun dari
non APBN.

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok,
industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam
negeri.

6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas
penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.

7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,


pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari
pedagang pengumpul.

8. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong


sangat mewah.

3
2.1.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh, dinyatakan dengan
Surat Keterangan Bebas (SKB).
2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak
Pertambahan Nilai; dilaksanakan oleh DJBC.

3. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk


diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.

4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya


yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air


minum/PDAM, benda-benda pos.

6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan


dari emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.

7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor


Perbendaharaan dan Kas Negara.

8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang


yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian
yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.

9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

2.1.5 Saat Terutang Dan Pelunasan / Pemungutan Pasal 22


1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau

4
dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
2. Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3,
dan 4 ) terutang dan dipungut pada saat pembayaran.

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22


butir 5) terutang dan dipungut pada saat penjualan.

4. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22


butir 6) dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang
(Delivery Order).

5. Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22


butir 7) terutang dan dipungut pada saat pembelian.

2.1.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan PPh Pasal 22


1. PPh Pasal 22 atas impor barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 1) disetor oleh importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran
Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yang
dipungut oleh DJBC harus disetor ke bank devisa, atau bank persepsi, atau
bendahara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam jangka waktu 1 (satu)
hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara mingguan
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan,
PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean impor. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20
setelah masa pajak berakhir.

3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal
22 butir 2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak rekanan
ke bank persepsi atau Kantor Pos pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan
rangkap tiga, yaitu :

a. lembar pertama untuk pembeli;


5
b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor
Pelayanan Pajak;

c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan


dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah
masa pajak berakhir.

4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal
22 butir 3) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual
ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan ke KPP paling lambat
tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal
22 butir 4 ) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual
ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan
takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP dan menyampaikan
SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak
berakhir.

6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek


PPh Pasal 22 butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah
(Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 8) disetor oleh pemungut atas
nama wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP.
Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah masa pajak berakhir.

7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek


PPh Pasal 22 butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor
Pos paling lama tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir. Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22
rangkap 3 yaitu:

a. lembar pertama untuk pembeli;

6
b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor
Pelayanan Pajak;

c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP


setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

2.2. Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 22

2.2.1 Tarif PPh Pasal 22


1. Atas impor :
a. yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5% (dua
setengah persen) dari nilai impor;

b. yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari


nilai impor;

c. yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual
lelang.

2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,


BUMN/BUMD (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3, dan 4)
sebesar 1,5% (satu setengah persen) dari harga pembelian tidak termasuk
PPN dan tidak final.

3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22


butir 5) ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:

a. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)

7
b. Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)

c. Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)

d. Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari


pedagang pengumpul (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7)
ditetapkan sebesar 2,5 % dari harga pembelian tidak termasuk PPN.

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang
menggunakan API sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sebesar
0,5% (setengah persen) dari nilai impor.

7. Atas Penjualan

a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari


Rp20.000.000.000,00

b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari


Rp10.000.000.000,00

c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga


pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan luas bangunan
lebih dari 500 m2.

d. Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau


pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas
bangunan lebih dari 400 m2.

e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari


10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi
purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual
lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan

8
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual
tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh
Pasal 22.

2.2.2 Contoh Perhitungan PPh Pasal 22

1. Bendahara membeli 5 printer dari PT ABCD dengan harga beli Rp


22.000.000 (harga termasuk PPN).
Besarnya pemungutan pajak atas pembelian printer tersebut adalah:
Harga pembelian = Rp. 22.000.000
Dasar pengenaan pajak = Rp. 20.000.000
(100/110 x Rp.22.000.000)
Maka penghitungan PPh pasal 22 yakni 1,5% x Rp. 20.000.000 = Rp.
300.000
2. PT DFG selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas,
menyerahkan bahan bakar minyak senilai 700.000.000 (tidak termasuk
PPN) kepada PT JCM yang merupakan bukan perusahaan SPBU. Maka
PPh pasal 22 yang dipungut adalah:
Pajak penghasilan pasal 22 atas penyerahan hasil produksi migas x nilai
jual yakni 0,3% x Rp. 700.000.000 = Rp. 2.100.000

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh:
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha
dibidang lainnya.

10
c. Wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
3.2 Saran
Setelah penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan PPh pasal 22,
penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan
pembayaran pajak guna membantu meningkatkan APBN dan APBD
khususnya pada PPh pasal 22.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajak.com/pajak/pph-pasal-22-definisi-tarif-cara-menghitung/amp/
https://www.softwarepajak.net/news/142-seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-22/
httphttps://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/akuntansi-manajemen/
pph-pasal-22-pph/10363626s://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pph-
pajak-penghasilan-pasal-22

11
12

Anda mungkin juga menyukai