Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ”Perpajakan”

Dosen Pengampu : Maisarah, SE, MS, Ak.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

Fernando Pratama 1810530037

Muslimin 1810530038

Andi Hariyadi 1810530042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI JAMBI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan
karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami yang berjudul “Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 22” ini tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jambi, April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PPh Pasal 22........................................................................5
2.2 Objek dan Pemungut PPh Pasal 22 ......................................................5
2.3 Tarif PPh Pasal 22.................................................................................6
2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22..............................................7
2.5 Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22.....................8
2.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22........8
2.7 Cara Menghitung PPh Pasal 22.............................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya.
Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah untuk
melakukan perubahan di segala sector demi meningkatkan pendapatan atau kas Negara
guna membiayai pembangunan dan biaya-biaya negara. Dalam rangka menyelenggarakan
perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal
dari APBN dan APBD, dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam
hal ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan salah satu
sumber pendapatan negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluaran
untuk meningkatkan pembangunan.

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan


pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, badan-badan tertentu yang berkenaan dengan kegiatan dibidang
impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar hukum PPh pasal 22 adalah UU pajak
penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal 22. Untuk lebih memahami secara mendalam
dan kompherensif mengenai pajak penghasilan (PPh) pasal 22, maka yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah paparan mengenai PPh pasal 22

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 22?


2. Berapa tarif PPh Pasal 22?
3. Bagaimana cara menghitung PPh Pasal 22?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu PPh Pasal 22.


2. Untuk mengetahui berapa tarif PPh Pasal 22.
3. Untuk memahami bagaimana cara menghitung PPh Pasal 22.
4. Untuk memahami lebih dalam hal-hal terkait PPh Pasal 22

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan atas pembelian barang,
impor barang dan pembelian/penjualan barang di bidang usaha tertentu. Oleh karena itu
yang dikenakan pemungutan PPh pasal 22 adalah pemasok barang kepada pemerintah,
importer, dan pemasok/pembeli barang dari badan-badan tertentu. P Kegiatan utama bank
adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan kredit yang harus dilakukan dengan baik
dan benar. Manajemen sangat berperan penting dalam pengumpulan dana dan penyaluran
kredit untuk mendukung tercapainya tujuan.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:

 Bendahara pemerintah pusat/daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan


lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang;
 Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
 Wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.

2.2 Objek dan Pemungut PPh Pasal 22

Berikut merupakan objek dan pemungut PPh Pasal 22, antara lain:

No
Objek Pemungut
.
Pihak yang membayar/membeli:
Pembelian barang oleh bendaharawan
- Bendaharawan
1. pemerintah dan DJA (Direktorat
pemerintah
Jenderal Anggaran)
- DJA
Pembelian barang oleh BUMN/BUMD
2. yang bersumber dari dana APBN dan BUMN/D
atau APBD
Pembelian barang oleh badan tertentu
3. yang bersumber dari dana APBN Badan Tertentu
maupun non APBN
4. Impor barang: - Badan tertentu
- Dilakukan oleh - Direktorat Jenderal Bea

5
importer yang memiliki
API
- Dilakukan oleh
dan Cukai (DJBC)
importer yang tidak
- Bank Devisa
memiliki API
- Yang tidak dikuasai
(lelang)
Pembelian bahan untuk industri
Industri tertentu yang bergerak di bidang
5. tertentu atau eksportir dari pedagang
pertanian, perkebunan dan perikanan.
pengumpul.
Penjualan bahan bakar minyak, gas dan Produsen atau importer bahan bakar
6.
pelumas. minyak, gas dan pelumas
Penjualan barang yang tergolong Wajib pajak badan yang melakukan
7.
mewah penjualan tersebut
Penjualan hasil industri tertentu:
- Kertas
- Baja
8. Industri tertentu yang menjual
- Otomotif
- Semen
- Rokok

2.3 Tarif PPh Pasal 22

Berikut merupakan tarif PPh Pasal 22, antara lain:

No
Objek Tarif
.
Pembelian barang yang dilakukan oleh DPJB, bendahara
1. 1,5%
pemerintah, BUMN/D dan badan tertentu.
Impor Barang:
2,5%
- Yang menggunakan API
2. 7,5%
- Yang tidak menggunakan API
7,5%
- Yang tidak dikuasai (lelang)
Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri/ekspor
3. 2,5%
dari pedagang pengumpul
Penjualan oleh pertamina:
0,25%
4. - Premium, solar, premix, super TT
0,3%
- Minyak tanah, LPG, pelumas
Penjualan oleh selain pertamina:
0,3%
5. - Premium, solar, premix, super TT
0,3%
- Minyak tanah, LPG, pelumas
6. Penjualan hasil industri tertentu: 0,1%
- Kertas 0,3%

6
- Baja
0,45%
- Otomotif
0,25%
- Semen
0,15%
- Rokok

Selain tarif di atas, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tanggal 31


Desember 2008 juga mengatur tentang wajib pajak badan tertentu sebagai pemungut PPh pasal
22 atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah yaitu wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah, diantaranya:

1. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,00 (Dua Puluh
Miliar Rupiah)
2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (Sepuluh
Miliar Rupiah)
3. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500 m².
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp 10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah) dan/atau bangunan lebih dari 400 m².
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan,
Jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purposevehicle (MPV), minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah) dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan
PPnBM.

Selain tarif pajak yang tercantum di atas, terdapat tariff sebagai berikut:

 Impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importer yang menggunakan API sebesar
0,5%
 Untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP maka pajak dipungut 100% lebih tinggi
dari tarif PPh pasal 22

2.4 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

Berikut merupakan bukan objek PPh pasal 21, antara lain:

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang PPh, dinyatakan dengan Surat Keterangan
Bebas (SKB).

7
2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai;
dilaksanakan oleh DJBC.
3. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor
kembali, dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.
4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang
jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.
5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM,
benda-benda pos.
6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas
untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.
7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara.
8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah
diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi
syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

2.5 Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22 yaitu saat:

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh
Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan
Impor Barang (PIB);
2. Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2, 3 dan 4)
terutang dan dipungut pada saat pembayaran;
3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5)
terutang dan dipungut pada saat penjualan;
4. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 6)
dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);
5. Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7)
terutang dan dipungut pada saat pembelian.

2.6 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas impor barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 1)
disetor oleh importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak, Cukai
dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas impor barang yang dipungut oleh DJBC

8
harus disetor ke bank devisa, atau bank persepsi, atau bendahara Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan
pajak dan dilaporkan ke KPP secara mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
batas waktu penyetoran pajak berakhir.
2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal22 atas impor
harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor.
Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.
3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 2 disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak rekanan ke bank
persepsi atau kantor Pos pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas
penyerahan barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu :
a Lembar pertama untuk pembeli;
b Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak;
c Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan
dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah masa pajak
berakhir.
4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 3) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank
persepsi atau kantor pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa
pajak berakhir.
5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 4 disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank
persepsi atau kantor pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
dengan menggunakan formulir SSP dan menyampaikan SPT Masa ke KPP paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal
22 butir 5 dan 7) dan hasil penjualan barang sangat mewah (Lihat Pemungut dan
Objek PPh Pasal 22 butir 8 disetor oleh pemungut atas nama wajib pajak ke bank
persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
dengan menggunakan formulir SSP. Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal
22 butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau kantor pos paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pemungut
wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Pasal 22 rangkap 3 yaitu:
a Lembar pertama untuk pembeli;
b Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan
Pajak;
c Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
9
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir. Dalam hal jatuh
tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.

2.7 Cara Menghitung PPh Pasal 22

1) Cara menghitung PPh pasal 22 atas kegiatan Impor Barang


Besarnya PPh pasal 22 atas impor:
Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif pemungutannya sebesar
2,5% dari nilai impor.
PPh Pasal 22 = 2,5% x Nilai Importir
Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif pemungutannya
sebesar 7,5% dari nilai impor
PPh Pasal 22 = 7,5% x Nilai Importir
Yang tidak dikuasai, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
PPh Pasal 22 = 7,5% x Harga Jual Lelang
Catatan:
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang digunakan sebagai
dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebesar Cost Insurance Freight
(CIF) + Bea Masuk + Pungutan pabean lainnya.
Contoh 1:
PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer dari Amerika
Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)……………………US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) ………………………US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) …………………….US$ 4,000.00
Harga Pabean ……………………………..US$ 25,000.00
Pungutan:
- Bea Masuk 20% …………………………US$ 5,000.00
- Bea Masuk Tambahan 10% ……………US$ 2,500.00
NILAI IMPOR ………………………………US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:pemberitahuan impor barang)
nilai kurs US $ 1.00 = Rp 10.000,00 maka:
— Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00 = Rp
325.000.000,-
— PPh Pasal 22 yang harus dipungut: Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp 8.125.000,00
Contoh 2:
Seperti soal nomor diatas, tetapi PT ANGGARA tidak memiliki API, maka
perhitungan PPh Pasal 22 adalah:

10
Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00 = Rp325.000.000,-
PPh Pasal 22 yang harus dipungut: Rp 325.000.000,00 x 7,5% = Rp24.375.000,-
2) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang Yang Dibiayai dengan
APBN/APBD
PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Perolehan
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara atau belanja daerah
dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian.
Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah: Pembayaran
atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah) yang meliputi
jumlah kurang dari Rp 1.000.000,00.
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM,
dan benda-benda pos.
Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.
Contoh 3:
PT Jayadi Maju melakukan penjualan lemari arsip kepada Departemen Dalam Negeri
senilai Rp 220 juta. Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Depdagri. Dalam
kontrak penjualan dengan pemerintah yang didanai dari APBN/APBD, biasanya
harga jual sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
Diminta: Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi Maju
Jawab:
- Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/110 x Rp 220 juta) = Rp200.000.000,00.
- PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah dari transaksi
pembayaran: Rp 200.000.000,00 x 1,5% = Rp 3.000.000,00.
3) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri
Otomotif di Dalam Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua
atau lebih di dalam negeri adalah 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai.
PPh Pasal 22 = 0,45% x DPP PPN
Penjualan kendaraan bermotor yg dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas
industri otomotif ini adalah penjualan kendaraan bermotor kepada:
- Instansi pemerintah
- Korps diplomatic
- Bukan subjek pajak
4) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri Rokok
di dalam negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri rokok pada saat penjualan
rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari harga bandrol (pitacukai), dan bersifat final.
PPh Pasal 22 (Final)= 0,15% x Harga Bandrol

11
5) Cara Menhitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri Kertas di
Dalam Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri kertas pada saat penjualan
kertas di dalam negeri adalah 0,1% dari Dasar PengenaanPajak (DPP) Pajak
Pertambahan
PPh Pasal 22 = 0,1% x DPP PPN
6) Cara Menhitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri Semen di
Dalam Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri semen padasaat penjualan
semen di dalam negeri adalah 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai.
PPh Pasal 22 = 0,25% x DPP PPN
Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah penjualansemen dalam
negeri oleh PT Indocemen, PT Semen Cibinong dan PTSemen Nusantara kepada
Distributor utama/tunggalnya.
7) Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi Industri Baja di
Dalam Negeri.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industry baja pada saat penjualan
hasil produksinya di dalam negeri adalah 0.3% dari DasarPengenaan Pajak (DPP)
Pajak Pertambahan Nilai
PPh Pasal 22 = 0,3% x DPP PPN
8) Cara Menghitung PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan Badan Usaha
Selain Pertamina.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pertamina dan badan usaha lainnya
yang bergerak dibidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas
penjualan hasil produksinya adalah sbb:
a Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBUswastanisasi adalah
0,3% dari penjualan
PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan
b Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh SPBUPertamina adalah
0,25% dari penjualan
PPh Pasal 22 = 0,25% x Penjualan
c Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari penjualan.
PPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang dipungut oleh:

a) Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga


pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
b) Badan-badan tertentu, baik badan pemrintah maupun swasta berkenaandengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
c) Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolongsangat
mewah.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13585

http://armuhammad.wordpress.com/2012/06/19/pph-pasal-22-barang-mewah/

http://septikomariyah.blogspot.com/2012/11/makalah-perpajakan-tarif-pajak.html

http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-22

14

Anda mungkin juga menyukai