Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER PERPAJAKAN

Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah ”Perpajakan”

Dosen Pengampu : Maisarah, SE, MS, Ak.

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JESSICA LAWRENCIA F

NIM : 1810530035

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI JAMBI

TAHUN 2020
1) Artikel mengenai wacana RUU baru perihal perubahan bea materai di Indonesia

RUU Bea Meterai segera disahkan, ini dampaknya kepada


masyarakat
Senin, 28 Oktober 2019 / 19:16 WIB

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rancangan Undang-Undang Bea Meterai nampaknya


mendapatkan secerca harapan untuk dapat diundangkan. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR RI) optimistis pihaknya dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bisa sepakat
menetapkannya.

Anggota Komisi XI DPR RI periode 2019-2024 fraksi partai Gerindra Soepriyatno mengatakan
pembahasan RUU Bea Meterai tinggal 20%. Dia mengaku kemungkinan besar, RUU Bea
Meterai bakal dibahas dan diundangkan pada bulan depan.

RUU Bea Meterai menyatakan pelunasan bea meterai akan dibebankan kepada penerbit
dokumen. Head of Cards and Loans Citi Indonesia Herman Soesetyo mengatakan sejauh ini
beban bea meterai ditanggung oleh konsumen. Namun, hal tersebut kerap diabaikan oleh
pengguna kartu kredit, ketika membayar penuh (full payment) tagihan kartu kredit.

Selain itu, pada dasarnya seluruh transaksi atau layanan keuangan bank seperti cek, bilyet, giro
memang diharuskan menggunakan meterai sebesar Rp 3.000. Dengan demikian bila beleid ini
disahkan maka perbankan musti membayar tarif meterai sebesar Rp 10.000 dengan batasan nilai
dokumen lebih dari Rp 5 juta.

“Saat ini kami masih menunggu keputusan dari pemerintah dan DPR, dalam hal ini masih
dibebankan kepada custumers dalam administrasi kartu kredit. Karenanya, bea materai belum
menjadi beban operasional bank,” kata Herman kepada Kontan.co.id, Senin (27/10).

Sejalan, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk.Haryono Tjahrijadi mengatakan


bila beleid ini disahkan otomatis beban operasional perbankan akan semakin meningkat. Di
samping itu, nasabah harus mengeluarkan dana lebih banyak untuk tarif bea meterai yang tinggi.

“Dalam buku cek, nasabah harus bayar termasuk bea meterainya. Selebihnya harus tunggu
peraturan yang akan terbit seperti apa? Dokumen apa saja yang terkena bea meterai?” kata
Haryono kepada Kontan.co.id, Senin (27/10).

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis Yustinus Prastowo
mengatakan jika RUU Bea Meterai resmi diketok maka pemerintah perlu mensosialisasikannya
dengan masyarakat tentang substansi dari perubahan undang-undang terhadap kewajiban mereka
membayar meterai.

“Jadi jangan hanya kesannya meminta pungutan. Satu tarif materai sudah efektif dan memadai,
tapi pemerintah musti mengejar yang digitalnya juga,” kata Prastowo kepada Kontan.co.id, Senin
(27/10).

2
Sementara itu, Prastowo menilai tak hanya soal menggali potensi penerimaan, bea meterai digital
juga memberi kepastian hukum untuk transaksi, perjanjian, kerja sama, atau hal sejenis lainnya
yang semakin marak dilakukan lewat platform digital.

“Ini juga bicara soal efektivitas, makin banyak platform digital sekarang. Apalagi seperti
fintech, e-commerce, dan sebagainya yang banyak menggunakan dokumen atau transaksi
digital,” ujar Prastowo.

Kendati begitu, Prastowo mengingatkan agar pemerintah mempersiapkan aturan pengenaan bea
meterai digital ini secara jelas. Misalnya, mulai dari mengidentifikasi dan menjelaskan jenis-
jenis dokumen digital seperti apa saja yang dapat dikenakan bea meterai.

Asal tahu saja, RUU Bea Meterai sudah berada di meja Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR RI) periode 2019-2024, tapi dalam pembahasannya belum juga ada kepastian.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Kemenkeu Hestu Yoga Saksama mengatakan saat sebelum periode DPR kemarin berakhir, sudah
ada pembahasan yang cukup intens dan hasilnya positif, banyak substansi yang telah disepakati
bersama.

Namun, kesibukan para anggota DPR di saat-saat terakhir menyebabkan tertundanya


penyelesaian RUU tersebut.

“Jadi sudah diputuskan untuk di carry over ke DPR periode sekarang, kami menunggu DPR
untuk menjadwalkan kembali pembahasannya,” kata Yoga kepada Kontan.co.id, Senin (27/10).

Yoga menambahkan beberapa hal seperti sanksi untuk ketidakpatuhan dan pelanggaran terhadap
Undang-Undang Bea Meterai, serta ketentuan peralihan belum sempat dibahas.

Sementara itu, Soepriyatno yang juga sebagai anggota rapat Panja RUU Bea Meterai yakin bisa
mengundangkannya lantaran Menteri Keuangan periode 2019-2024 tetap dipimpin oleh Sri
Mulyani Indrawati. Sehingga, komunikasi dengan pemerintah tidak perlu mengulang hanya
tinggal dilanjutkan.

Di sisi lain, komposisi dalam Komisi XI DPR RI akan ditentukan besok atau lusa. Soepriyanto
menyampaikan Komisi XI akan diketuai oleh perwakilan fraksi Golkar dengan wakil dari fraksi
PDIP, Nasdem, dan PPP.

3
Tanggapan saya mengenai hal tersebut yaitu:

Seperti yang telah kita ketahui materai merupakan salah satu alat penting yang sangat
diperlukan untuk mengurus berbagai keperluan dokumen yang bersifat perdata untuk menjamin
pernyataan serta pernjanjian di dalamnya menjadi sah, sehingga rencana pemerintah melalui
kementrian keuangan mengenai wacana perubahan harga bea materai di Indonesia ini mendapat
banyak tanggapan pro ataupun kontra dari masyarakat Indonesia. Banyak warga yang akan
merasakan langsung dampaknya, beberapa menilai hal itu memberi beban bagi orang-orang yang
menggunakan materai dalam berbagai transaksi dokumen yang bersifat perdata. Saat ini tarif bea
materai yang berlaku di Indonesia memiliki dua tarif berbeda yaitu minimal Rp 3.000 dan
maksimal Rp 6.000 dan diusulkan perubahannya menjadi satu tarif tetap sebesar Rp 10.000.

Saya pribadi setuju mengenai kenaikan ini, walaupun bagi sebagian orang hal ini
memberi beban bagi mereka. Menurut saya tidak ada yang benar-benar dirugikan atas naiknya
tarif bea materai ini. Menaikkan tarif bea materai juga berguna untuk meningkatkan pemasukkan
negara yang nantinya juga akan terasa dampak positifnya bagi kesejahteraan kita semua sebagai
warga negara Indonesia. Dari beberapa sumber yang saya baca pun tarif bea materai belum
pernah mengalami kenaikan sejak tiga dekade, padahal pendapatan masyarakat per kapita telah
mengalami kenaikan. Penetapan tarif maksimal bea materai Rp 6.000 ini ditetapkan pada tahun
2000 yakni 19 tahun yang lalu. Tarif itu tidak bisa diubah lagi karena keterbatasan UU. Padahal
dalam kurun waktu 17 tahun, PDB per kapita Indonesia telah meningkat hampir 8 kali lipat. Pada
tahun 2000, PDB per kapita Indonesia sudah Rp 6,7 juta rupiah, sementara PDB per kapita tahun
2017 adalah Rp 51,9 juta rupiah.

Perubahan yang telah direncanakan oleh pemerintah ini juga pasti sudah dipikirkan dengan baik
dan sudah melalui beberapa pertimbangan, Tak hanya itu, di dalam RUU bea materai ini
diusulkan perluasan definisi dokumen menjadi termasuk dokumen digital, dan pihak pemerintah
tengah menyiapkan materai digital untuk dokumen digital pada revisi UU bea materai tersebut
karena saat ini yang menjadi objek bea materai baru hanya dokumen dalam bentuk kertas saja.
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi yang ditandai dengan meningkatnya kebiasaan
masyarakat untuk bertransaksi melalui jaringan internet maka banyak dokumen yang diproduksi
dalam bentuk digital. Nantinya jika tarif bea materai naik tentu juga akan ada perubahan-
perubahan baru yang lebih modern dan memudahkan urusan masyarakat mengingat teknologi
semakin berkembang pesat.

4
2) Artikel tentang kesadaran masyarakat membayar pajak kendaraan di kota Jambi

Ribuan Unit Kendaraan Nunggak Pajak


Kategori Metropolis - Senin, 18 November 2013 - 07:30:00 WIB | Dibaca: 1064

Pajak merupakan sumber pembiayaan pembangunan. Dari pajaklah, pemerintah bisa


mengimplementasikan beragam program pembangunan. Lantas bagaimana kesadaran pemda
membayar pajak ? Kesadaran Pemda dalam hal kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor
sangat memprihatinkan. Di provinsi Jambi ada ribuan kendaraan dinas nunggak pembayaran
pajak.

Misal data yang diperoleh media ini di Unit Pelaksana Teknis Samsat Kerinci sampai Oktober
2013, sebanyak 1.150 mobil dinas milik Pemkab Kerinci dan Kota Sungaipenuh yang membayar
pajak. Sedangkan yang tidak membayar pajak sekitar 400 mobil dinas. Terdiri dari 300 mobil
dinas milik Kabupaten Kerinci dan 100 mobil dinas milik Kota Sungaipenuh.

Informasi yang diperoleh media ini, mobil dinas yang sering nunggak pajak adalah mobil dinas
milik Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Selain itu mobil dinas Camat. "Seperti mobil
dinas Camat Keliling Danau sudah lama menunggak, sudah dua periode Camat. Karena sudah
lama, jadi berat membayarnya, padahal kalau mau bisa dianggarkan Pemerintah," ujar sumber.

Kabag Umum Setda Kota Sungaipenuh, Mashuri juga mengatakan, pihaknya selalu membayar
pajak mobil dinas dilingkup Setda Kota Sungaipenuh sesuai tanggal jatuh tempo di STNK.
"Setiap tahun selalu kita bayar," ujarnya.
Sementara itu, Kepala DPKAD Tanjab Timur, Agus Pirngadi melalui Sekdis, Mohammad Idris
menyebutkan, hingga saat ini Pemkab memiliki 926 unit kendaraan dinas. Dimana, mobil dinas
171 unit termasuk kendaraan bus besar dan sedang. Sedangkan jenis sepeda motor ada 755 unit
termasuk kendaraan roda tiga Samisake bantuan Pemprov.

Mengenai jumlah kendaraan dinas yang belum melunasi pajak kendaraan? Dia mengatakan
hanya 2 persen saja kendaraan dinas yang belum melunasi pajak. "98 persen kendaraan dinas
sudah membayar pajak," terangnya.

Dari Kabupaten Muarojambi dilaporkan bahwa sampai saat ini di lingkungan sekretariat Pemkab
Muarojambi terdapat sekitar 150 kendaraan dinas berupa 50 kendaraan roda 4 dan 100 buah roda
2. Pemkab mengklaim bahwa seluruh kendaraan dinas yang ada seluruhnya mematuhi aturan
pembayaran pajak maupun perpanjangan STNK secara berkala. "Seluruh kendaraan dinas di
lingkup Setda Muarojambi telah lunas pajak maupun telah perpanjang STNK bagi yang habis
periodenya,"terang Kabag Perlengkapan Muarojambi Bachyuni Deliansyah SH MH

Dari Tebo dilaporkan, Kasubag Tata Usaha (TU), Wahyu di Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap (Samsat Kabupaten Tebo mengatakan ada sebanyak 939 kendaraan roda dua dan 645
kendaraan roda empat nonggak bayar pajak, artinya ada sebanyak 1584 kendaraan yang nonggak
bayar pajak . “Semua kendaraan tersebut nonggak bayak pajak,” katanya Minggu (17/11)

sumber: jambi ekspres

5
Tanggapan saya mengenai hal tersebut yaitu:

Menurut saya kesadaran masyarakat kota Jambi mengenai pembayaran pajak kendaraan
masih tergolong rendah, mereka masih belum sadar akan pentingnya membayar pajak padahal
pajak merupakan sumber utama pendapatan negara. Oleh karenanya, pemerintah perlu memberi
edukasi kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Edukasi dan pemahaman
pentingnya pajak dan kesadaran membayar pajak juga berguna untuk meningkatkan pendapatan
negara yang akan kembali ke masyarakat juga. Di satu sisi, mungkin pajak juga dianggap beban
bagi sebagian orang karena angkanya mungkin terlalu besar. Di sisi lain, banyaknya kasus
hukum terkait penyelewengan pajak oleh aparat juga patut diperhatikan. Untuk membangun
kesadaran warga dalam membayar pajak, mungkin kejujuran petugas pajak juga perlu di-update,
jangan sampai masyarakat malas membayar pajak karena mereka tak percaya kepada
pengelolaan atas pajak yang mereka bayarkan.

Dilihat dari artikel yang saya lampirkan di atas saja masih banyak kendaraan-kendaraan
dinas yang tidak patuh dalam membayar pajak, bagaimana masyarakatnya akan patuh kalau
oknum dinasnya saja banyak yang tidak taat membayar pajak. menurut saya hal itu juga sangat
penting untuk diperhatikan pemerintah daerah, apalagi sekarang membayar pajak bukan lagi hal
yang sulit, selain datang langsung ke kantor samsat warga juga bisa membayar pajak melalui
e-Samsat. Jadi selain kesadaran diri masyarakat itu sendiri, peran pemerintah dalam
mengedukasi dan memberantas oknum-oknum nakal yang tidak patuh juga penting untuk
dilakukan agar masyarakat semakin yakin membayar pajak mereka kepada negara.

Saya yakin jika pemerintah cerdas dalam mengelola pajak dan efektif dalam
penggunaannya, rakyat juga akan membayar pajak dengan ikhlas dan penuh kesadaran. Maka
menjadi sangat penting untuk diterapkan pemerintah adalah memastikan petugas pajaknya bersih
dan jujur dan memberikan edukasi serta pelayanan yang cukup kepada masyarakat. Jika
petugasnya saja berperilaku buruk dan menjadikan pajak sebagai celah memperkaya diri sendiri,
membangun kesadaran masyarakat dalam membayar pajak akan sulit dilakukan.

6
3) Artikel tentang pemutihan pajak kendaraan bermotor di kota Jambi

2020 Bakal Ada Pemutihan Lagi


Tambah Pemasukan PAD
Rabu, 20 November 2019 - 09:51:13 WIB

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAMBI – Program pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor


(PKB) di Provinsi Jambi, kemungkinan akan kembali dilaksanakan pada 2020 mendatang.
Namun kepastiannya, baru akan didapat Desember nanti.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, setiap HUT Provinsi Jambi, akan ada program pemutihan
PKB di Provinsi Jambi. Ditambah lagi, dengan adanya pemutihan ini bisa menambah pemasukan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jambi dari sektor PKB.

Agus Pirngadi, Kepala Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Provinsi Jambi mengatakan, saat ini
timnya telah melakukan kajian. “Petugas lapangan kita termasuk Samsat sedang buat kajian
pendataan door to door mengenai potensi kendaraan mati pajak lebih dari tua tahun. Karena
wajib pajak harapkan pemutihan agar tercatat kembali,” jelasnya.

Dia mengatakan, hasil kajian ini pada akhir Desember nanti, akan jadi satu pertimbangan bagi
Bakeuda. Kemudian nantinya akan diusulkan kepada Gubernur Jambi untuk menetapkan
pemutihan total atau administrasi. “Ini juga nantinya sebagai hadiah ulang tahun Provinsi Jambi
kepada masyarakat Jambi,” katanya.

Untuk pemutihan di tahun 2019 yang telah berakhir september lalu, hasilnya pendapatan dari
sektor pajak kendaraan ini mencapai Rp 76 M, atau melebih target yang ditetapkan yakni Rp 50
M. Namun ternyata pendapatan ini belum optimal, karena masih banyak kendaraan yang mati
pajak dalam hitungan bulan di tahun 2019 ini atau mati bulan.

Agus juga mengatakan pihaknya memang telah melakukan pendataan seminggu sebelum
ditutupnya program pemutihan 2019 terhadap kendaraan yang mati bulan. “Setelah kita
inventalisir, ada potensi Rp 53 M yang bisa didapat dari pajak mati bulan ini,” katanya.

Untuk usaha ini, Agus menyebut telah meminta UPTD di daerah untuk mengejar ke rumah si
wajib pajak. Langkah ini untuk menghindari jika tak bayar pajak saat pemutihan, akan dikenakan
denda normal. “Nantinya kalau setelah ini yang mati bulan mau bayar pajak, akan dikenakan
denda 16 persen,” ujarnya.

Sementara itu, untuk langkah penghapusan database kendaraan bermotor bagi penunggak dengan
ketentuan waktu tertentu, Agus menyebut belum bisa dilakukan. Mengingat kebijakan dari
Kakorlantas Polri dan daerah lain belum menerapkan hal ini. “Jangan nantinya kita buat diskresi
(kebijakan) ini, daerah lain malah tak lakukan, kita tunggu komando pusat saja,” tandasnya.
(enn)

7
Tanggapan saya mengenai hal tersebut yaitu:

Menurut saya merupakan hal yang bagus sekali dengan diadakannya kembali pemutihan
pajak kendaraan bermotor di kota Jambi pada tahun 2020 ini. Sangat membantu meringankan
beban masyarakat yang sebelumnya menunggak sehingga mereka tidak perlu membayar denda
keterlambatan. Dengan adanya kebijakan pemutihan ini, masyarakat yang sebelumnya enggan
membayar pajak karena merasa denda keterlambatannya tinggi, pasti akan datang untuk
melunasi pajaknya di kala ada kesempatan seperti ini. Masyarakat juga dapat memanfaatkannya
dengan optimal sehingga apa yang menjadi kewajiban pun dapat tertunaikan dengan baik,
pemasukan PAD (Pendapatan Asli Daerah) pun akan bertambah sehingga dananya dapat
digunakan dengan efektif untuk memberikan fasilitas yang lebih baik lagi untuk masyarakat.

Tetapi saran dari saya sebaiknya pemerintah memeperbanyak sosialisasi dan edukasi
yang baik kepada masyarakat terkait pemutihan pajak ini, karena masih banyak masyarakat
awam yang kurang diedukasi dan tidak mengerti, menganggap bahwa pemutihan merupakan
penggratisan pajak dan ketika tahu bukan seperti itu kebenarannya mereka kecewa, padahal
dalam pemutihan pajak, pajak pokok tetap dipungut dan yang dibebaskan adalah biaya denda
keterlambatannya. Banyak pula warga yang tidak tahu kalau membayarnya bisa melalui uang
elektronik, sehingga mereka harus bolak-balik dari loket ke ATM untuk bayar tunai dan ketika
ditanya mereka bilang tidak ada petugas yang memberi tahu, mereka baru mengetahuinya ketika
sampai di lokasi pembayaran dan menurut saya hal ini membuat pengunjung repot. Ditakutkan
jika hal ini tidak di atasi masyarakat malah enggan mengikuti pemutihan pajak karena merasa
prosesnya ribet. Maka dari itu saya harap pemerintah dapat melakukan edukasi yang lebih luas
lagi kepada masyarakat agar mereka lebih mengerti dan tidak kebingungan lagi.

Anda mungkin juga menyukai