Anda di halaman 1dari 11

MEMAHAMI DAN MENGUASAI KONSEP TEORI

PERILAKU PRODUSEN

KELOMPOK VII :

1. Ida Bagus Gede Arisa Wiprastanika (2202612011010)


2. Dewa Gede Noval (2202612011025)
3. Ni Luh Intan Ari Yulianti (2202612011032)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2023/2024
BAB I
PEMBAHASAN

2.1 Perusahaan Ditinjau Dari Sudut Ekonomi


Dalam teori ekonomi, analisis yang dibuat tidak membedakan apakah
perusahaan ini perusahaan pemerintah atau swasta dan apakah perusahaan
swasta itu berbentuk perusahaan perseorangan atau perkongsian atau peseroan
terbatas. Begitu pula tidak dilakukan pembedaan diantara perusahaan kecil
dan perusahaan raksasa dan perusahaan pertanian, industri atau perdagangan
dalam teori ekonomi,berbagai jenis perusahaan dipandang sebagau unit-unit
badan usaha yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu “mencapai keuntungan
yang maksimum”. Untuk tujuan itu, ia menjalankan usaha yang bersamaan,
yaitu mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan cara yang seefisien
mungkin sehingga “usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan
cara yang dari sudut ekonomi dipandang sebagai cara paling efisien”.

2.1.1 Tujuan Perusahaan Memaksimumkan Keuntungan


Dalam teori ekonomi, permisalan terpenting dalam menganalisis
kegiatan perusahaan adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi
sampai kepada tingkat di mana keuntungan mereka mencapai jumlah
yang maksimum”. Dalam praktek, pemaksimuman keuntungan bukanlah satu
satunya tujuan perusahaan. Ada perusahaan yang menekankan kepada volume
penjualan dan ada pula yang memasukan pertimbangan politik dalam
menentukan tingkat produksi yang akan dicapai. Ada pula perusahaan yang
lebih menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepentingan masyarakat dan
kurang memperhatikan tujuan mencari keuntungan yang maksimum. Memang
beberapa tujuan yang ditemui dalam praktek tersebut memberikan suatu alasan
untuk meragukan kesesuaian dari pada kemisalan keuntungan dalam
menganalisis kegiatan perusahaan. Tetapi di samping menyadari kenyataan
tersebut perlu juga di ingat bahwa pada sebagian besar perusahaan tujuan
memaksimumkan keuntungan merupakan keuntungan yang paling penting.
Telah terbukti bahwa analisis terhadap kegiatan perusahaan yang didasarkan
1
pada tujuan memaksimumkan keuntungan memperoleh kesimpulan yang
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

2.1.2 Cara Mencapai Tujuan Memaksimumkan Keuntungan


Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan
dan biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi
dari biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang
dari biaya produksi. Keuntungan yang maksimum akan dicapai apabila
perbedaan diantara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang
paling besar. Dalam memecahkan persoalan ini dua aspek harus dipikirkan
yaitu :
1. Komposisi faktor produksi yang bagaimana perlu digunakan untuk
menciptakan tingkat produksi yang tinggi.
2. Komposisi faktor produksi yang bagaimana akan meminimumkan
biaya produksi yang dikeluarkan untuk mencapai satu tingkat
produksi yang tertentu.

2.2 Menjelaskan Konsep Fungsi Produksi


Fungsi produksi merupakan konsep kunci memahami Teori Perilaku
Produsen. Menurut Samuelson fungsi produksi merupakan hubungan
teknologi yang menjelaskan jumlah output yang dapat diproduksi oleh
sekelompok input tertentu. Perubahan jumlah output banyak ditentukan oleh
kondisi perubahan teknologi.
Pada dasarnya, fungsi produksi digunakan untuk menentukan beberapa hal,
antara lain :
 Jumlah maksimum barang dan jasa yang dapat dihasilkan
berdasarkan jumlah faktor produksi yang sudah ditentukan.
Misalnya, perusahaan periklanan dengan 5 desainer grafis dan
modal Rp.150 juta menghitung berapa jumlah maksimum desain
iklan yang bisa dihasilkan selama setahun.
 Jumlah minimum faktor produksi yang digunakan berikut
kombinasinya, untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang
sudah ditentukan.

2
Misalnya, pengusaha industri sepatu menghitung berapa modal dan
jumlah karyawan paling efisien untuk menghasilkan total 23.000
pasang sepatu perbulannya.
 Produktifitas tiap faktor produksi, sehingga dapat diketahui
kombinasi faktor produktif yang paling efisien.
Misalnya; perusahaan garmen memutuskan bahwa peningkatan
jumlah produk pakaian jadi lebih banyak ditentukan oleh
pendidikan dan pelatihan, tanpa harus menambah jumlah karyawan
dan mesin.
 Rumus Fungsi Produksi
Q = f (LB, K, L, M, T)

Keterangan :
Q (quantity) = jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
F (function) = simbol persamaan fungsional
LB (land building) = tanah dan bangunan
K (capital) = modal
L (labour) = tenaga kerja
M (raw material) = bahan baku
T (technology) = teknologi
Biasanya para ekonomi menganggap bahwa modal dan tenaga kerja adalah
satu-satunya input produksi. Kenyataannya penerapan fungsi produksi bisa
berbeda untuk tiap produsen, tergantung faktor produksi yang digunakan.
Sebagai contoh; produsen yang menggunakan tanah bangunan, modal, dan
tenaga kerja saja maka fungsi produksinya adalah Q = f (LB, K, L). Dalam
hal ini minimum produsen menggunakan dua variabel faktor produksi yakni
modal dan tenaga kerja : Q = f (K, L).
Faktor lainnya dikeluarkan karena dianggap tetap (konstan), atau dimasukan
sebagai modal. Pengusaha sering menganggap pembelian tanah dan
pembangunan gedung cabang baru sebagai bagian dari investasi.

3
2.3 Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan
diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.
Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainya
adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak
mengalami perubahan. Juga teknologi di anggap tidak mengalami perubahan.
Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga
kerja.
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabilla
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya ( tenaga kerja ) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produkksi total akan semakin
banyak pertambahanya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu
produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan
produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang
maksimum dan kemudian menurun.
 Hukum ini memberikan kesimpulan bahwa hubungan diantara tingkat
produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam
3 tahap, yaitu :
Tahap Pertama : produksi total mengalami pertambahan yang
semakin kuat.
Tahap Kedua : produksi total pertambahannya semakin lambat.
Tahap Ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang.

Penjelasan dari masing-masing tahap, untuk tahap pertama bahwa produksi


total akan bertambah semakin cepat apabila tenaga kerja nya ditambah dari 1
menjadi 2, dan 2 menjadi 3. Dalam tahap ini, setiap tambahan tenaga kerja
menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar dari yang dicapai pekerja
sebelumnya. Dalam analisis ekonomi keadaan itu dinamakan produksi
marginal pekerja yang semakin bertambah. Sedangkan penjelasan dari tahap
kedua adalah keadaan dimana produksi marginal semakin

4
berkurang,maksudnya setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan
tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumya.
Untuk tahap ketiga, pertambaha tenaga kerja tidak akan menambah produksi total ,
yaitu produksi total berkurang.
 Dari pengertian dan penjelasan ketiga tahap produksi tersebut, maka untuk
menghitung ketiga tahap produksi adalah dengan melalui 2 cara, yaitu :
 Produksi marginal, yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh
pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.
 Produksi rata-rata, yaitu secara rata-rata di hasilkan oleh setipa
pekerja.
Analisis yang baru saja dibuat menggambarkan bagaimana tingkat produksi
akan mengalami perubahan apabila dimisalkan satu faktor produksi , yaitu
tenaga kerja, terus menerus ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainya
dianggap tetap jumlahnya, yaitu tidak dapat di ubah lagi.

2.4 Menjelaskan Konsep Skala Produksi


Skala produksi atau skala hasil produksi merupakan perubahan skala
output (hasil produksi) akibat dari penggandaan input/faktor produksi yang
digunakan. Ingat bahwa, skala produksi dari sisi produksi disini masih
berhubungan dengan pembahasan teori produksi. Disini akan melihat kondisi
dimana perusahaan ingin menambah input/faktor produksi baik itu menambah
tenaga kerja dan mesin. Skala produksi melihat akibat perubahan skala
penambahan input tersebut akan menghasilkan berapa output.
Ada tiga kemungkinan hasil produksi (output) yang terjadi akibat
penggandaan input. Kemungkinan tersebut yaitu skala hasil konstan, skala
hasil menurun, dan skala hasil meningkat. Uraian ringkas mengenai ketiga hal
tersebut sebagai berikut:
1. Skala hasil konstan (constant return to scale)

Skala hasil produksi konstan (constant return to scale) yaitu kondisi


dimana penggandaan input yang dilakukan perusahaan akan memberikan
penggandaan output (hasil produksi) yang sama. Contoh kondisi ini seperti
yang telah di contohkan diatas. Pada perusahaan roti inputnya
dilipatgandakan menjadi dua kali lipat. Dan outputnya juga meningkat
5
tepat dua kali lipat. Penggandaan input sama dengan penggandaan output
yang dihasilkan.
2. Skala hasil menurun (decrease return to scala)

Skala hasil menurun (decrease return to scale) yaitu dimana


perusahaan menggandakan input yang digunakan, namun skala output
yang dihasilkan lebih kecil dari skala penggandaan input. Bila pada contoh
perusahaan roti yang menggandakan input menjadi dua kali lipat diatas,
skala hasil menurun akan terjadi bila skala outputnya kurang dari dua kali
lipatnya. Output awalnya 250 roti, setelah input digandakan dua kali lipat,
ternyata hasilnya kurang dari 500 roti. Artinya skala penggandaan output
nya kurang dari skala penggandaan input.
3. Skala hasil meningkat (increase return to scale)

Skala hasil meningkat (increase return to scale yaitu kondisi


dimana skala penggandaan input mengakibatkan perubahan skala
penggandaan output yang lebih besar. Misalkan input yang digunakan
ditambah menjadi dua kali lipat, ternyata outputnya bertambah menjadi
tiga kali lipat atau empat kali lipat. Bila menggunakan contoh ilustrasi
diatas, penggandaan input dua kali lipat mengakibatkan skala penambahan
output lebih dari dua kali lipat atau lebih dari 500 roti yang dihasilkan
(bisa sebanyak 510 roti, 550 roti atau bahkan lebih). Skala penambahan
outpunya disitu lebih besar dari skala penambahan input.

2.5 Menjelaskan Konsep Skala Ekonomi


Skala ekonomi atau yang biasa disebut dengan economies
scale adalah suatu penghematan biaya saat perusahaan meningkatkan skala
produksinya. Peningkatan output ini memungkinkan pihak perusahaan untuk
bisa mendapatkan biaya produksi rata-rata yang menurun. Sehingga, produksi
akan menjadi lebih efisien, karena pihak perusahaan bisa lebih
mendistribusikan total biaya tetap pada sejumlah besar output.
Kondisi sebaliknya adalah skala disekonomi, yakni suatu kondisi dimana
peningkatan output mampu menghasilkan peningkatan biaya rata-rata. Di
dalam suatu grafik, titik balik sebelum biaya rata-rata menuju skala ekonomi

6
atau kuarter satu yang kita sebut sebagai skala efisien minimum
atau minimum efficient scale.
Semakin besar jumlah output yang bisa dihasilkan, maka akan semakin
rendah juga biaya tetap per unit. Selain itu,  perusahaan juga akan
mendapatkan penghematan biaya lain saat operasional perusahaan semakin
besar.

2.5.1 Penyebab Terjadinya Skala Ekonomi

Beberapa alasan kenapa perusahaan menghasilkan biaya per unit yang


lebih murah adalah sebagai berikut:

1. Spesialisasi tenaga kerja dan teknologi yang lebih terintegrasi


mampu meningkatkan jumlah dan juga volume produksi.
Sehingga, keduanya mampu meningkatkan produktivitas
sehingga pihak perusahaan bisa menghasilkan output yang lebih
banyak dengan menggunakan input yang sama.
2. Biaya per unit yang lebih rendah bisa berasal dari pesanan yang
banyak dari pihak pemasok atau supplier, pembelian iklan yang
lebih besar, ataupun biaya yang lebih murah.

3. Pihak perusahaan bisa menyebarkan  biaya fungsi bisnis pada


lebih banyak output, serta menghasilkan biaya per unit yang
lebih murah.

2.5.2 Penghematan Biaya dari Pembelian Input


Perusahaan mampu memperoleh manfaat saat membeli suatu input
seperti bahan baku dalam jumlah yang sangat besar. Hal tersebut tentunya
hanya mungkin dilakukan bila perusahaan tersebut meningkatkan output.
Pembelian bahan baku yang lebih besar ini sangat menarik pihak pemasok.
Mereka biasanya akan  menawarkan harga spesial kepada pihak perusahaan.
Potongan harga tersebut pada akhirnya akan mengurangi biaya input per
unit outputnya.

7
Jadi, bila sebelumnya perusahaan membeli bahan baku sebanyak 100 ton
dengan harga 300 rupiah, untuk bisa mendapatkan produk sebanyak 50 ton.
Jadi, harga bahan baku adalah harga sebanyak 3 rupiah per ton. Sedangkan
biaya bahan baku per unit output adalah sebesar 6 rupiah per ton. Saat ini,
perusahaan sudah meningkatkan produksi sebanyak 100 ton dan
memerlukan bahan baku sebanyak 200 ton, untuk itu asumsikanlah sebagai
harga tetap. Karena, membeli dengan jumlah yang lebih banyak, maka
perusahaan bisa memperoleh potongan sebanyak 50 rupiah untuk pembelian
tersebut.  Jadi,  setelah disesuaikan dengan potongan tersebut, maka
perusahaan harus membayar Rp 550 hasil dari 200 x Rp3 – Rp50 ke pihak
supplier. Bila kita konversikan pada unit output, maka biaya bahan baku
tersebut adalah seharga 5,5 rupiah hasil dari Rp 550:100, lebih rendah
daripada sebelum perusahaan memperoleh harga diskon. Konsep seperti ini
juga bisa diterapkan pada biaya input lainnya, seperti iklan. Saat
memberikan kontrak yang besar pada suatu agen iklan, kemungkinan besar
suatu perusahaan juga akan mendapatkan potongan biaya atau diskon.

2.5.3 Penyebaran Biaya Fungsi Bisnis


Penerapan biaya rata-rata juga berasal dari penyebaran  biaya fungsi
bisnis pada lebih banyak output. Fungsi non-produksi ini seperti keuangan
dan sumber daya manusia pada umumnya memberikan sumbangan biaya
yang tetap untuk perusahaan. Walaupun output meningkat, maka total biaya
untuk berbagai fungsi –fungsi tersebut tidak akan berubah. Jadi, saat Anda
membagi seluruh total biaya tersebut pada lebih banyak output, maka hal
tersebut akan melahirkan biaya per unit output yang lebih murah.
Pengurangan biaya dalam biaya unit rata-rata ini bisa berlanjut hingga
perusahaan menjadi semakin maju atau berkembang. Setelah mencapai titik
pada skala efisien minimum, maka peningkatan output akan menghadirkan
masalah baru. Beban kerja meningkat, membuat beberapa staf akan
kehilangan motivasi dan juga produktivitas.

8
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Produksi merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan benda atau
jasa untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru
sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Untuk itu teori
produksi berperan penting dalam menjelaskan hubungan antara tingkat
produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan output
nya.
3.2 Saran
Untuk dapat mencapai titik maksimum dalam suatu produksi dan bisa
mengupayakan ke arah yang lebih luas, maka perlu adanya pengetahuan dan
teori tentang produksi. Semoga makalah ini dapat membantu pihak-pihak
yang membutuhkan informasi untuk pengembangan pengetahuan diri sendiri
ataupun perusahaan.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/416262728/PERUSAHAAN-DITINJAU-DARI-SUDUT-
TEORI-EKONOMI-Taufik-nur-hidayat-docx
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-10/fungsi-produksi-dan-cara-
menghitungnya-17902/amp/
https://www.depokpos.com/2018/05/teori-produksi-dalam-dunia-ekonomi/
https://studiekonomi.com/ekonomi/mikro/skala-hasil-produksi-return-to-scale/
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/economies-scale-adalah/

10

Anda mungkin juga menyukai