Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DAN PRINSIP PERILAKU PRODUSEN

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

Dosen Pengampu :

I Putu Hedi Sasrawan, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

I Putu Deni Sulaksana (4)

Dewa Agung Nanda Nugraha Seputra (17)

Ida Bagus Ageng Winanda (18)

I Komang Adi Pramana (24)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia beliau kami dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam
paper yang kami buat ini berisi tentang Konsep dan Perilaku Produsen.

Kami menyadari bahwa paper yang kami susun ini masih belum bahkan jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan materi dan pengalaman yang kami punya. Kami akan
menerima segala kritik dan saran yang anda berikan agar kami dapat menjadi yang lebih baik
kedepannya. Kritik dan saran tersebut sangat berguna bagi kami dan akan kami terima
dengan sebaik – baiknya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................

1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................

BAB 2 TEORI...............................................................................................................................

1.1 PERUSAHAAN DITINJAU DARI SUDUT EKONOMI................................................


...........................................................................................................................................
1.2 FUNGSI PRODUKSI.......................................................................................................
...........................................................................................................................................
1.3 PERUSAHAAN DITINJAU DENGAN SATU FAKTOR BERUBAH..........................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................

1.1 KESIMPULAN.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perilaku produsen adalah sikap yang akan diambil produsen dalam menjalankan kegiatan
produksi. Dikutip dari Buku Ajar Pengantar Ekonomi Mikro (2021) oleh Posma Sariguna
Johnson Kennedy, perilaku produsen merupakan kegiatan pengaturan produksi untuk
menghasilkan produk berkualitas tinggi. Dengan demikian, perilaku produsen bisa berupa
sikap maupun kegiatan produsen dalam menjalankan proses produksi. Perilaku produsen
merupakan tindakan yang dipicu oleh beberapa faktor alternatif produksi. Tindakan itu
dapat berupa alokasi dana maupun penggunaan faktor produksi untuk mengubah input
menjadi output. Berikut beberapa contoh perilaku produsen ; Seorang pedagang sayur
membayar biaya sewa kios tempatnya berdagang ; Penjual makanan lebih suka membeli
bahan di toko atau tempat yang murah ; Mencari keuntungan menggunakan modal
seminimal mungkin ; Mematok biaya produksi berdasarkan barang modal ; Penjual
pakaian memberi diskon besar kepada pembeli ; Produsen makanan menggunakan mesin
canggih dalam proses produksinya.
BAB 2

TEORI

1.1 PERUSAHAAN DITINJAU DARI SUDUT EKONOMI


a. Dalam teori ekonomi, analisis yang dibuat tidak membedakan apakah perusahaan itu
perusahaan pemerintah atau swasta dan apakah perusahaan swasta itu berbentuk
perusahaan perseorangan atau perkongsian atau perusahaan terbatas. Begitu pula
tidak dilakukan pembedaan di antara perusahaan kecil dan perusahaan raksasa dan
perusahaan pertanian, industri atau perdagangan. Dalam teori ekonomi, berbagai
jenis perusahaan dipandang sebagai unit-unit badan usaha yang mempunyai tujuan
yang sama yaitu mencapai keuntungan yang maksimum. Untuk tujuan itu, ia
menjalankan usaha yang bersamaan, yaitu mengatur penggunaan faktor-faktor
produksi dengan cara yang seefisien mungkin sehingga usaha memaksimumkan
keuntungan dapat dicapai dengan cara yang dari sudut ekonomi dipandang sebagai
cara yang paling efisien.
b. Tujuan Perusahaan: Memaksimumkan Keuntungan
Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahaan
adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada tingkat di
mana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”. Berdasarkan kepada
pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang
bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya.
Dalam praktek, pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan
perusahaan. Ada perusahaan yang menekankan pada volume penjualan dan ada pula
yang memasukkan pertimbangan politik dalam menentukan tingkat produksi yang
akan dicapai. Ada pula perusahaan yang lebih menekankan pada usaha untuk
mengabdi kepentingan masyarakat dan kurang memperhatikan tujuan mencari
keuntungan yang maksimum. Memang beberapa tujuan yang ditemui dalam praktek
tersebut memberikan suatu alas an untuk meragukan kesesuaian daripada pemisalan
keuntungan dalam menganalisis kegiatan perusahaan. Tetapi, di samping menyadari
kenyataan tersebut perlu juga diingat bahwa pada sebagian besar perusahaan, tujuan
memaksimumkan keuntungan tetap merupakan tujuan yang paling penting. Telah
terbuktu bahwa analisis terhadap kegiatan perusahaan yang didasarkan kepada
tujuan memaksimumkan keuntungan memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya.
c. Cara Mencapai Tujuan Memaksimumkan Keuntungan
Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya
produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya
produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya
produksi. Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan di antara hasil
penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar.
Dalam usahanya untuk memproduksikan barang-barang yang diperlukan
masyarakat, dan memperoleh keuntungan maksimum dari usaha tersebut, masalah
pokok yang harus dipecahkan produsen adalah: “Bagaimanakah komposisi dari
faktor-faktor produksi yang digunakan dan untuk masing-masing faktor produksi
tersebut berapakah jumlah yang akan digunakan?” Dalam memecahkan persoalan ini
dua aspek harus dipikirkan, yaitu :
 Komposisi faktor produksi yang bagaimana perlu digunakan untuk
menciptakan tingkat produksi yang tinggi?
 Komposisi faktor produksi yang bagaimana akan meminimumkan biaya
produksi yang dikeluarkan untuk mencapai satu tingkat produksi tertentu?
d. Hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya
dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat
golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Di dalam
teori ekonomi, di dalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa
tanah, modal dan keahlian keusahawanan adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga
kerja dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan
demikian, di dalam menggambarkan hubungan di antara faktor produksi yang
digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan adalah hubungan di
antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai.
e. Peminimuman Biaya Produksi
Didalam memikirkan aspek yang kedua, yaitu menentukan komposisi faktor
produksi yang akan meminimumkan biaya produksi, produsen perlu memperhatikan
besarnya pembayaran kepada faktor produksi tambahan yang akan digunakan dan
besarnya pertambahan hasil penjualan yang diwujudkan oleh faktor produksi yang
ditambah tersebut. Misalkan satu unit tambahan faktor produksi A memerlukan
biaya sebanyak Rp 10000 dan ia memberi hasil tambahan sebanyak Rp 25000.
Sedangkan satu unit tambahan faktor produksi B memerlukan biaya Rp 20000 dan
juga menghasilkan tambahan nilai sebanyak Rp 25000. Faktor produksi yang harus
ditambah sudah tentu faktor produksi A, karena biayanya lebih murah tetapi
tambahan hasil penjualan adalah sama dengan yang diciptakan faktor produksi B.
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa untuk meminimumkan biaya (atau
memaksimumkan hasil penjjualan), prinsip yang harus dipegang produsen adalah
mengambil unit tambahan faktor produksi yang biaya per rupiahnya akan
menghasilkan tambahan nilai penjualan yang paling maksimum.
f. Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Dalam menganalisis bagaimana perusahaan melakukan kegiatan produksi, teori
ekonomi membedakan jangka waktu analisis kepada dua jangka waktu : jangka
pendek dan jangka panjang. Analisis keatas kegiatan memproduksi perusahaan
dikatakan di dalam jangka pendek dan jangka panjang sebagian dari faktor produksi
dianggap tetap jumlahnya. Didalam masa tersebut perussahaan tidak dapat
menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap tersebut. Faktor produksi
yang dianggap tetap biasanya adalah faktor modal seperti mesin-mesin dan
peralatannya, alat - alat produksi lainnya, dan bangunan perusahaan. Sedangkan
faktor produksi yang dimisalkan dapat mengalami perubahan adalah tenaga kerja.
Waktu yang dipandang sebagai jangka pendek berbeda dari satu perusahaan ke
perusahaan lainnya. Bandingkan perusahaan roti dengan perusahaan pengangkutan
udara. Katakanlah masing - masing perusahaan tersebut mengalami pertambahan
permintaan dan untuk memenuhinya harus menambah kapasitasnya. Dalam
beberapa bulan saja perusahaan roti telah dapat memperoleh mesin baru dan
selanjutnya menambah produksi sesuai dengan permintaan yang bertambah.
Perusahaan penerbangan akan memerlukan waktu yang lama untuk menambah
kapasitasnya. Diperlukan waktu beberapa tahun untuk mendapatkan tambahan kapal
terbang yang baru. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami
perubaban. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat
ditambah jumlahnya kalau memang hal tersebut diperlukan. Di dalam jangka
panjang perusahaan dapat menyesuaikan dengan perubahan - perubahan yang
berlaku di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin dapat
dirombak dan dipertinggi efisiensinya, jenis - jenis barang baru dapat diproduksi,
dan teknologi produksi ditingkatkan.
g. Firma dan Industri
Satu hal penting lain yang perlu diterangkan sebelum membahas teori produksi dan
teori biaya adalah perbedaan di antara pengertian firma (perusahaan) dan industri.
Dalam teori ekonomi firma atau perusahaan adalah suatu badan usaha yang
menggunakan faktor - faktor produksi untuk menghasilkan barang - barang yang
dibutuhkan masyarakat. Pada umumnya dimisalkan itu menghasilkan satu jenis
barang saja. Di dalam teori produksi akan diterangkan bagaimana sifat hubungan
antara jumlah produksi barang tersebut dengan jumlah faktor produksi digunakan
untuk menghasilkannya. Selanjutnya dalam teori biaya produksi diterangkan
besarnya berbagai jenis biaya produksi (biaya produksi total, biaya produksi rata -
rata, dan berbagai jenis pengertian biaya lainnya) yang dikeluarkan untuk
menghasilkan berbagai jumlah produksi.
Pengertian industri dalam teori ekonomi sangat berbeda artinya dengan peustri yang
pada umumnya dimengerti orang. Dalam pengertian yang umum industri pada
hakikatnya berarti perusahaan yang menjalankan operasi dalam bidang kegiatan
ekonomi yang tergolong ke dalam sektor sekunder. Kegiatan seperti itu antara lain
ialah pabrik tekstil, pabrik perakit atau pembuat mobil, dan pabrik pembuat
minuman ringan. Dalam teori ekonomi industri diartikan sebagai kumpulan firma -
firma yang menghasilkan barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat
dalam suatu pasar. Sebagai contoh, kalau dikatakan industri mobil maka yang
dimaksudkan adalah berbagai perusahaan mobil yang ada dalam pasar yang sedang
dianalisis. Sedangkan kalau dikatakan industri beras maka yang dimaksudkan adalah
seluruh produsen beras yang ada dalam pasar.

1.2 FUNGSI PRODUKSI


Fungsi produksi telah dinyatakan sebelum ini bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat
hubungan faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor - faktor produksi
dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.
Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti yang berikut :

Q = f (K, L, R, T)

Dimana :
K : Jumlah stok modal
L : Jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian
keusahawanan
R : Kekayaan alam
T : Teknologi yang digunakan
Q : Jumah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi
tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang
dianalisis sifat produksinya.

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya


berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal,
jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.
Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai
faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda - beda juga. Di samping itu,
untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat pula digunakan gabungan faktor produksi
yang berbeda. Sebagai contoh, untuk memproduksi sejumlah hasil pertanian tertentu
perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan pupuk tidak
digunakan ; tetapi luas tanah dapat dikurangi apabila pupuk dan bibit unggul dan
teknik bercocok tanam modern digunakan. Dengan membandingkan berbagai
gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu
dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk
memproduksi sejumlah barang tersebut. Teori produksi dalam ilmu ekonomi
membedakan analisisnya kepada dua pendekatan berikut :
 Teori produksi dengan satu faktor berubah.
 Teori produksi dengan dua faktor berubah.

1.3 TEORI PRODUKSI DENGAN SATU FAKTOR BERUBAH


a. Teori produksi yang sederhana menggambarkan mengenai hubungan di antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.
b. Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang
Hukum ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi
karena menjelaskan sifat pokok dari hubungan antara tingkat produksi dan tenaga
kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang
semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya (TK) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi
total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi setelah mencapai suatu tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif. Dengan demikian, hukum ini dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu :

Tahap Pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat,


Tahap Kedua : Produksi total pertambahannya semakin lambat,
Tahap Ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang.

Dalam tahap ini, setiap tambahan tenaga kerja menghasilkan tambahan produksi
yang lebih besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam analisis ekonomi
keadaan itu dinamakan produksi marginal pekerja yang semakin bertambah.
Sedangkan penjelasan dari tahap kedua adalah keadaan dimana produksi marginal
semakin berkurang, maksudnya setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan
tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumya. Untuk
tahap ketiga, pertambaha tenaga kerja tidak akan menambah produksi total , yaitu
produksi total berkurang.
c. Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal
Nilai produksi marjinal, yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh
pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ∆L adalah pertambahan
tenaga kerja, ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP)
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
MP= ∆TP/ ∆ L
Besarnya produksi rata - rata, yaitu produksi yang secara rata - rata dihasilkan oleh
setiap pekerja. Apabila produksi total adal TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka
produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan per-samaan berikut :
AP= TP/ L

Hubungan-hubungan yang baru saja diterangkan di atas antara produksi total,


produksi rata-rata, dan produksi marjinal dapat digambarkan secara grafik yang
menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut.

Bentuk cekung ke atas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit (yaitu
apabila tenaga kerja kurang dari 3). Ini berarti tenaga kerja adalah masih kekurangan
kalau dibanding faktor produksi lain (dalam contoh faktor produksi lain tersebut
adalah tanah) yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan yang seperti itu
produksi marjinal bertambah tinggi, dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu
kurva produksi marjinal) yang menaik. Setelah menggunakan 4 tenaga kerja,
pertambahan tenaga kerja selanjutnya tidak akan menambah produksi total secepat
seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan olch (i) kurva produksi marjinal
(kurva MP) yang menurun, dan (il) kurva produksi total (kurva TP) yang mulai
berbentuk cembung ke atas.
Sebelum tenaga kerja yang digunakan melebihi 4, produksi marjinal adalah lebih
tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata, yaitu kurva AP,
akan bergerak ke atas atau horizontal. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi
rata-rata bertambah tinggi atau tetap. Pada waktu 4 tenaga Ikerja digunakan kurva
produksi marjinal memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan
tersebut kurva produksi rata - rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa
produksi rata-rata semakin merosot. Perpotongan di antara kurva MP dan kurva AP
menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata
mencapai tingkat yang paling tinggi. Tahap ketiga dimulai pada waktu 9 tenaga
kerja digunakan. Pada tingkat tersebut kurva MP memotong sumbu datar dan
sesudahnya kurva tersebut berada di bawah sumbu datar. Keadaan ini
menggambarkan bahwa produksi marjinal mencapai angka yang negatif. Kurva
produksi total (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa
produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja digunakan.
Keadaan dalam tahap ketiga ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan
adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
produksi tersebut secara efisien.
BAB III

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Perilaku produsen adalah sikap yang akan diambil produsen dalam menjalankan
kegiatan produksi. Selain itu perilaku produsen bisa berupa sikap maupun kegiatan
produsen dalam menjalankan proses produksi. Perilaku produsen merupakan
tindakan yang dipicu oleh beberapa faktor alternatif produksi. Tindakan itu dapat
berupa alokasi dana maupun penggunaan faktor produksi untuk mengubah input
menjadi output. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan faktor produksi dan
tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor - faktor produksi dikenal dengan istilah
input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Jumlah produksi yang
berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut
dalam jumlah yang berbeda - beda juga. Dengan membandingkan berbagai gabungan
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah
ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi
sejumlah barang tersebut. Teori produksi satu faktor berubah adalah teori produksi
yang menggambarkan mengenai hubungan di antara tingkat produksi suatu barang
dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat
produksi barang tersebut. Pada teori produksi ini terdapat hukum yang sangat
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari teori produksi karena menjelaskan sifat
pokok dari hubungan antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk
mewujudkan produksi tersebut. Pada teori produksi terdapat tambahan produksi yang
diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan, tambahan produksi
ini disebut Nilai Marjial Produksi
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, D., Panjaitan P.D., Pardede, A.F., Muhammadin, A.M., Weya, I., Basmar E.,
Arfandi, Purba, B., Nasruddin, W. 2021. Sistem Ekonomi Indonesia. Medan: Yayasan Kita
Munulis.

Sukirno, S. 2019. Mikroekonomi Teori Pengantar. Depok: Rajawali Pers.

Oleh Baharudin, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai