Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melihat seluk beluk kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan

menawarkan barangnya diperlukan analis keatas berbagai aspek kegiatan memproduksinya.

Pertama-tama dianalisis sampai mana factor-faktor produksi akan dignakan untuk

menghasilkan barang yang akan diproduksikan. Setelah itu perlu dilihat biaya produksi untuk

menghasilkan barang-barang tersebut. Dan pada akhirnya perludianalisis bagaimana seorang

pengusaha akan membandingkan hasil penjualan produksinya dengan biaya produksi yang

dikeluarkannya. Untuk menentukan tingkat produksi yang akan memberikan keuntungkan

yang maksimum kepadanya.

Produksi dan biaya produksi bagaikan keeping uang mata logam berisi dua. Jika

produksi berbicara tentang nilai fisik penggunaan factor produksi, biaya mengukurnya

dengan nilai uang. Dalam ekonomi yang sudah modern, di mana peranan uang amat penting,

maka ukuran efisiensi yang paling baik (walaupun bukan paling lengkap) addalah uang.

Sesuatu yang efisien secara teknis, belum tentu secara finan-sial dan ekonomi

menguntungkan.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dimensi jangka pendek dan jangka panjang dalam teori produksi?

2. Bagaimana produksi dengan satu factor produksi variable?

3. Bagaimana produksi dengan dua factor produksi variable?

4. Bagaimana konsep biaya?

5. Bagaimana keterkaitan antara produksi, produktivitas, dan biaya?

6. Bagaimana biaya produksi dalam jangka pendek?

7. Bagaimana biaya produksi dalam jangka panjang?


2

I.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui jangka pendek dan jangka panjang dalam teori produksi

2. Mengetahui produksi dengan satu factor produksi variable

3. Mengetahui produksi dengan dua factor produksi variable

4. Mengetahui konsep biaya

5. Mengetahui keterkaitan antara produksi, produktivitas, dan biaya

6. Mengetahui biaya produksi dalam jangka pendek

7. Mengetahui biaya produksi dalam jangka panjang


3

BAB II

PEMBAHASAN

2.I Teori Produksi

Teori perilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori perilaku

konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumen, produsen

mengalokasikan dananya untuk menggunakan faktor produksi atau yang akan di proses

menjadi output. Karena itu bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya

habis untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis

terpakai untuk membeli faktor produksi. Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law of

Diminishing Marginal Utility (LDMU), sedangkan dalam penggunaa faktor produksi berlaku

The Law of Diminishing Return (LDR). Produsen juga memililki pengetahuan yang lengkap

(perfect knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya, bila konsumen berupaya

mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi

maksimum. Pemahaman kita mengenai perilaku konsumen akan memudahkan pemahaman

mengenai perilaku produsen

A. Dimensi Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan) mengubah berbagai faktor

produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor

produksi di bedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel

(variable input).

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak

tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi

itu harus tetap tersedia. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tigkat

produksinya. Makin besar tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak
4

faktor produksi variabel yang di gunakan. Begitu pula sebaliknya. Pengertian faktor produksi

tetap dan faktor produksi variabel terkait erat dengan waktu yang di butuhkan untuk

menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut.

Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor

produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi mesin produksi.

Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan dengan

ukuran waktu kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan

tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau

beberapa faktor produksi. Sedangkan periode jangka panjang adalah periode produksi dimana

semua faktor produksi menjadi faktor produksi variabel.

B. Model Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel

Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variable adalah pengertian analisis

jangka pendek, di mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Hubungan matematis

penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi,

seperti dibawah ini.

Q = f(K, L)

Di mana : Q = tingkat output

K = barang modal

L = tenaga kerja
5

1. Produksi total, produksi marjinal, dan produksi rata-rata

Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari

penggunan total faktor produksi.

TP = f(K

Di mana: TP= produksi total

K= barang modal (yang dianggap konstan)

L= tenaga kerja/buruh

Produksi marjinal (marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan

penggunaan satu unit faktor produksi.

MP = TP’ =

Di mana: MP = Produksi marjinal

AP = TP

Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yangdihasilkan per unit faktor

produksi.

Di mana: AP = Produksi rata-rata


6

2. Tiga tahap produksi

Diagram 1.2 di bawah ini menunjukan ada tiga tahap penting dari gerakan perubahan

nilai TP. Yang pertama, pada saat MP maksimum (titik 1 dan 4). Kedua, pada saat AP

maksimum (titik 2 dan 5). Ketiga, pada saat MP = 0 atau TP maksimum (titik 3 dan 6).

Selanjutnya diagram tersebut dapat kita bagi menjadi tiga tahap produksi (the three stages of

production):

1) Tahap I (stage I) sampai pada saat kondisi AP maksimum

2) Tahap II (stage II) antara AP maksimum sampai MP sama dengan nol.

3) Tahap III (stage III) saat MP sudah benilai <nol (negatif).

Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun

produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar

dari tambahan upah yang harus dibayarkan.Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap

ini (slope kurva TP meningkat tajam). Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi

marjinal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan.Namun demikian nilai keduanya

masih positif. Penambahan tenaga kerja akan menambah produksi total sampai mencapai

nilai maksimum (slope kurva TP datar sejajar dengan sumbu horizontal). Dan Pada tahap

III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan tenaga kerja justru

menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP negative).

Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduki ditahap II, karena secara

matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan biaya

(marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal

revenue) yang diterima. Jika tambahan biaya masih tambah kecil dari tambahan pendapatan,

perusahaan akan menambah tenaga kerja. Begitu sebaliknya, tambahan biaya dalam hal ini

adalah upah (wage) tenaga kerja.Tambahan pendapatan adalah prodksi marjinal dikalikan

harga jual barang.


7

3. Perkembangan teknologi

Kemajuan teknologi dapat membuat tingkat produktivitas meningkat secara gra-fis

dapat digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva TP. Pada Diagram

1.3,akibat kemajuan teknologi,luas kurva TP3 >TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang

dihasilkan per unit faktor produksisemakin besar.

Bila nilai AP meningkat karena mesinnya semakin modern, belum berarti efisiensi

meningkat. Studi empiris yang dilakukan duapuluh tahun terahir ini menunjukan bahwa ada

yang lebih penting dari sekedar memodernisasi mesin. Yaitu memodernisasi sumber daya

manusia (SDM), teruutama dengan mengubah cara berpikir dan sikap hidup. Dengan

modernisasi SDM, kemajuan teknologi akan meresap ke dalam diri manusia (embodied

technology) dan mendorong peningkatan efisiensi.

C. Model produksi dengan dua faktor produksi variabel

Definisi dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik

barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat

bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam

kenyataan, faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua

maca. Dalam model produksi dua faktor produksi variabel ini, analisis cukup menggunakan

penjelasan grafis matematika sederhana.

a. Isokuan (Isoquant)

Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi

penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi,

yang menghasilkan tingkat produksi yang sama. Misalnya, kasus usaha tekstil tradisional di

muka kita pelonggar asumsinya dengan menyatakan bahwa mesin dapat ditambah.
8

Tabel 1.1

Produksi Total Usaha Tekstil Tradisional

(Dua Faktor Produksi)

Mesin Tenaga Kerja

1 2 3 4 5

1 5 20 45 80 105

2 30 45 105 150 135

3 80 105 150 180 150

4 105 135 180 240 210

Catatan: Angka-angka pada kolom 1 s.d 5 adalah produksi total (bal).

Kita melihat bahwa tingkat produksi 105 bal tekstil dapat dicapai dengan beberapa

kombinasi factor produksi, yaitu 1 mesin dengan 5 tenaga kerja, 2 mesin dengan 3 tenaga

kerja dan seterusnya. Selanjutnya kita dapat menurunkan kurva isokan seperti berikut ini.

Adapun Ciri-ciri isokuan adalah sebagai berikut :

 Mempunyai kemiringan negative

 Semakin ke kanan kedudukan isokuan menunjukkan semakin tinggi jumlah output

 Isokuan tidak pernah berpotongan dengan isokuan yang lainnya

 Isokuan cembung ke titik origin


9

Diagram 1.4

Isakuan(isaquant)

Mesin

1 Isokuan=105 unit

1 2 3 4 5 Tenaga kerja

Asumsi-asumsi Isokuan :

1) Asumsi konveksitas(Convexity)

Asumsi konveksitas (convexity) analogi dengan asumsi pada pembahasan perilaku

konsumen,yaitu kurva indiferensi yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah (down ward

sloping). Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor

produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap.


10

Diagram 1.5

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Y = Barang modal

Isokian

0 x = Tenaga Kerja

Jika produsen ingin mengubah kombinasi factor produksi dari titik A ke titik B, maka

tambahan outputkarena menambah 1 unit L adalah sama dengan produksi marjinal L (MPL)

dikali dengan perubahan L atau ( MPL. ). Pengurangan output karena penguranan factor

produksi K adalah sama dengan produksi marjinal K ( ) di kali perubahan K atau ( . ). Karena

bergerak pada isokuan yang sama, maka pertambahan output sama dengan nol )

2) Penurunan nilai MRTS (Dimishing of MRTS)

Sama halnya dengan konsumen, produsen menganggap makin mahal factor produksi

yang semakin langka.Itulah sebabnya mengapa nilai MRTS makin menurun (hokum
11

LDR).Dalam kasus-kasus tertentu, nilai MRTS akan konstan atau nol. MRTS konstan bila

kedua faktor produksi bersifat substitusi sempurna (perfect substitution). Seperti pada

Diagram 1.6.a. MRTS adalah nol bila kedua faktor produksi mempunyai hubungan

proporsional tetap (fixed proportion production function). Lihat diagram 1.6.b

Diagram 1.6

MRTS Kasus Khusus

Mesin Mesin

C Q3

Q3 M2 Q2

Q2 M1 Q1

Q1

0 Tenaga kerja K1 K2 Tenaga kerja

(a) (b)

Faktor produksi substitusi sempurna Faktor produksi proporsiona


12

3) Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun (The Law Of Diminishing

Return)

Dimuka telah diuraikan bahwa dalam penggunaan dua macam faktor produksi juga

berlaku hukum LDR Pada Diagram1.7,Q60,Q80,Q90 adalah isokuan dengan tingkat produksi

masing masing 60.80,dan 90 unit.

Diagram 1.7

Himpunan Isokuan

Mesin

Q90

Q80

Q60

0 M Tenaga kerja

Penurunan hasil tenaga kerja (L) dapat dilihat dengan menarik garis ABC.Jika kita

berproduksi dengan factor produksi mesin (K) sebanyak G unit, penambahan L sebanyak AB

unit menambah output sebanyak 20 unit. Tetapi penambahan berikutnya dengan jumlah yang

sama (BC=AB) hanya menambah output sebanyak 10 unit. Penurunan hasil K dapat dilihat

misalnya pada saat jumlah L=M unit (perhatikan gris DBE). Awalnya untuk menambah 20

unit output cukup menambah unit DB unit K. tetapi ketika akan menambah output 10 unit
13

lagi (Iq80 ke Iq90), jumlah unit mesin yang ditambah jauh lebih besar, yaitu BE unit (lebih

banyak dari DB unit).

4) Daerah Ekonomi Yang Ekonomis (Relavance Range of Production)

Pada saat membahas model produksi satu faktor produksi variabel ,telah disimpulkan

bahwa daerah produksi ekonomis perusahaan adalah daerah tahap II. Prinsip yang sama

berlaku untuk model produksi dua faktor produksi. Diagram 1.8 menggambarkan bahwa

batas antara A dan B adalah batas daerah produksi yang ekonomis (Relafance range of

production)atau tahap II. Jika perusahaan berproduksi di luar batas areal itu(A ke C atau ke B

)penambahan paktor produksi tidak meningkatkan produksi. Garis AB merupakan daerah

tahap II. DIAGRAM 1.8 Menggambarkan jika perusahaan ingin melakukan ekspansi

produksi ,batas gerak ruang ekonomis adalah daerah yang diapit garis lengkung M dan N.

Diagram 1.8

Daerah Produksi yang Ekonomis

Mesin Mesin

Batas produksi ekonomis ( tahap Ii )

D M

0 (a) Tenaga kerja 0 (b) Tenaga kerja


14

b. Perubahan Output Karena Perubahan Skala Penggunaan Produksi (Return to Scale)

Perubahan Output karena perubahan Skala Penggunaan Faktor Produksi (Return to

Scale) Adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah

faktor produksi dilipatgandakan (doubling).

1) Skala hasil menaik (increasing return to scale)

Jika penambahan faktor produksi sebanyak unit menyebabkan output meningkat

lebih dari satu unit ,fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil manaik (increasing retun

to scale).

Diagram 1.9

Skala Hasil Menaik (Increasing Return to Scale)

Mesin

K3 Q220

K2 Q150

K1 Q60

Q50

0 L1 L2 L3 Tenaga kerja

2) Skala hasil konstan (constant return to scale)

Jika pelipatgandaan faktor produksi menambah output sebanyak dua kali lipat juga

,pungsi produksi memiliki karakter skala hasil constant.


15

Diagram 1.10

Skala hasil konstan (konstant return to scale)

Mesin

K3 ,

K2 Q80 Q90

K1 Q70

Q60

0 L1 L2 L3 Tenaga kerja

3) Skala Hasil Menurun (Decreasing Return to Scale)

Jika menambah 1 unit faktor produksi menyebabkan produksi output bertambah

kurang dari 1 unit ,fungsi produksi memiliki skala hasil menurun(decreasing retunt to scale

)seperti ditunjukan pada diagram

Diagram 1.11

Skala hasil menurun (decreasing return to scale)

Mesin

K3 ,

K2 Q115

K1 Q110

Q100
16

0 L1 L2 L3 Tenaga kerja

c. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi.

Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor sproduksibyang lebih

sedikit,

Diagram 1.12

Mesin Kemajuan tekhnologi

Q90 (periode 1)

Q90 (periode 2)

0 Tenaga kerja

4. Kurva Anggaran Produksi (isocost)

Adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam

faktor produksi yang memerlukan biaya yang sama.jika harga actor produksi tenaga adalah

upah(w)dan harga faktor produksi barang modal adalah sewa (r) maka kurva isocost (I)

adalah : I = rK + wL Sudut kemiringan kura isocost adalah rasio harga kedua faktor

produksi.jika terjadi perubahan hargafaktor produksi,kurva 1 berotasi.jika yang berubah

adalah kemampuan anggaran,kurva isocost bergeser sejajar.


17

Diagram 1.13

Kurva anggaran produksi(isocost)

Mesin Mesin

I1 I2 I3 I1 I2 I3

0 (a) Tenaga kerja 0 (b) Tenaga kerja

5. Keseimbangan Produsen

Terjadi ketika kurva 1 bersinggungan dengan kurva Q, dititik persinggungan itu

kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan memberikan hasil output yang

maksimum.keseimbangan dapat berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun

harga faktor produksi.analisis perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis

perilaku konsumen.
18

Diagram 1.14

Prinsip Efisiensi

Mesin Mesin

K1

Q3 K1

Q1 Q2 I1I2 I3 Q

0 (L1 (a) Tenaga kerja 0 L1 (b) Tenaga kerja

Mekansme output Mekanisme biaya

6. Pola Jalur Ekspansi (ekspantion path)

Tujuan perusaahan adalah maksimalisasi laba.untuk mencapai tujuan itu dalam jangka

pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan

efisiensinya.biasanya perusahaan menetapkan target yang akan dicapai setiap tahunnya,yang

harus dicapai dengan biaya minimum.dalam jangka panjang perusahaan memiliki tingkat

fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan factor produksi titik-titik keseimbangan

tercapai pada tingkat MRTS yang konstan dan membentuk garis isokin (isoclin).jika titik-titik

keseimbangan tersebut dihubungkan,akan terbentuk garis isolokin OS. Garis isolokin OS

tidak membentuk garis lurus,karena seperti telah dinyatakan,dalam jangka panjang

perusahaan memiliki kemampuan mengubah kombinasi faktor produksi agar alokasi

anggaran lebih efisien.untuk fungus produksi skala hasi konstan atau constant return to scale
19

(CRS)isolokin berbentuk garis lurus OR.hal ini karena dalam fungsi produksi CRS,rasio actor

produksi tidak berubah (konstan). f. Pola Jalur Ekspansi (Expantion Path)

Diagram 1.15

Garis Isoklin

Mesin

A Q4

Q1 Q2 Q3

I1 I2 I3 I4 Tenaga kerja

2.2 Teori Biaya Produksi

A. Konsep Biaya

Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini tetap

dipakai dalam analisis teori biaya produksi. Berkaitan dengan konsep tersebut, kita mengenal

biaya eksplisif (explicit cost) dan biaya implisit (implicit cost). Biaya eksplisit adalah biaya-

biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan. Biaya listrik, telepon

dan air, demikian juga pembayaran upah buruh dan gaji karyawan merupakan biaya eksplisit.
20

Kita dapat melihatnya dalam lapsoran keuangan. Biaya implisit adalah biaya kesempatan

(opportunity cost).

a) Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan tenaga

kerja per orang per satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upahnya (per jam atau per hari).

Bagi ekonomi upah pekerja adalah biaya eksplisit, dengan asumsi upah yang dibayarkan

adalah sama besar dengan upah yang diterima tenaga kerja bila bekerja di tempat yang lain.

Asumsi ini terpenuhi di pasar tenaga kerja persaingan sempurna.

b) Biaya barang modal

Ada perbedaan konsep antara ekonomi dan akuntan dalam perhitungan biaya barang

modal. Akuntan menggunakan konsep biaya historis (historical cost). Itu sebabnya dalam

laporan akuntansi ,nilai barang modal harus disusutkan (depreciation cost). Ekonomi melihat

biaya barang modal sebagai biaya implisit. Biaya ekonomi penggunaan barang modal

bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya, melainkan

berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan kepada pengusaha lain.

c) Biaya kewirausahaan

Wirausahawan (pengusaha) adalah orang yang mengombinasikan berbagai faktor

produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa barang dan jasa. Dalam upaya tersebut,

dia harus menanggung resiko kegagalan. Atas keberanian menanggung resiko, pengusaha

mendapat balas jasa berupa laba. Makin besar (tinggi) resikonya, laba yang diharapkan harus

makin besar. Begitu juga sebaliknya. Pengertian laba yang digunakan ekonomi adalah laba

ekonomi (economic profit), yaitu kelebihan pendapatan yang diperoleh dibanding jika

memilih alternatif lain.


21

B. Produksi, Produktifitas dan Biaya

Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktifitas factor-

faktor produksi yang digunakan. Di bab 5 (Teori Produksi) kita melihat bahwa produktifitas

yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat di capai dengan biaya yang lebih

rendah. Dengan kata lain, produktifitas dan biaya mempunyai hubungan terbalik jika

produktifitas makin tinggi, biaya produksi akan makin rendah. Begitu juga sebaliknya.

Prilaku biaya juga berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada

factor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya

tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua factor produksi

adalah variabel, biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat disesuaikan

dengan tingkat produksi.

Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktifitas

dibandingkan jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya

produksi, sehingga setiap tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola pergerakan biaya

rata-rata ini berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka panjang.

C. Biaya Produksi Jangka Pendek

1. Biaya Total, Biaya Tetap, Biaya Variabel

TC = FC + VC

Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya

variable. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah

produksi, contohnya biaya barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor.

Bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q=0), biaya tetap harus dikeluarkan dalam

jumlah sama. Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada

tingkat produksi, contohnya biaya bahan baku, dan upah buruh.


22

Dimana: TC = biaya total jangka pendek

FC = biaya tetap jangka pendek

VC = biaya variable jangka pendek

Persamaan tersebut dapat di lihat dalam bentuk diagram

Diagram 2.1

Kurva-kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya TC

VC

FC

0 Kuantitas

Kurva FC mendatar menunjukan bahwa besarnya biaya tetap tidak tergantung kepada

jumlah produksi. Kurva FC membentuk huruf S terbalik, menunjukan bahwa hubungan

terbalik Antara tingkat produktifitas dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC

menunjukan bahwa dalam jangka pendek, perubahan biaya total semata-mata ditentukan oleh

perubahan biaya variable.

2. Biaya Rata-rata

Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit

output.Besarnya biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam
23

jangka pendek TC= FC + VC, maka biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya tetap

rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variable rata-rata (average variable cost).

TC/Q = FC/Q + VC/Q

AC = AFC + AVC

atau

Dimana : AC = biaya rata-rata jangka pendek

AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek

AVC = biaya variable rata-rata jangka pendek

Persamaantersebut dapat di lihat dalam bentuk diagram 6.2

Diagram 2.2

Kurva Biaya Rata-rata

Biaya

AC

AVC

AFC

Kuantitas

Kurva AFC terus menurun, menunjukan bahwa AFC makin menurun bila produksi

ditambah. Tetapi kurva AFC tidak pernah meyuntuh sumbu horizontal (asimptot). Artinya
24

nilai AFC tidak pernah negative. Kurva AC mula-mula menurun lalu naik, sepola dengan

pergerakan kurva AVC pola ini bekaitan dengan hokum LDR (law of diminishing return).

Kurva AVC mula-mula menurun lalu naik dan terus mendekati kurva AC, dengan AC karena

makin mengecilnya AFC.pergerakan kurva AVC berkaitan dengan pergerakan kurva

AP(average product). Bila harga per unit tenaga kerja adalah P, maka AVC= P/AP. Dari

persamaan ini terlihat pada saat nilai AP meningkat, nilai AVC menurun, dan begitu

sebaliknya.

3. Biaya Marjinal

MC = əTC/əQ

Biaya Marjinal (marginal cost) adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak

satu unit output. jika biaya marjinal jangka pendek dinotasikan MC dan perubahan output

adalah AQ maka

MC = əVC/əQ

Dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan perubahan biaya variable.

əVC = P. əV

Jika harga per unit tenaga kerja adalah P dan perubahan tenaga kerja adalah AV, maka

MC = P(1/MP)

MC = P.( əV/əQ); karena MP adalah əQ/əV, maka

MC = P(1/MP)
25

Persamaan tersebut dapat di lihat dalam bentuk diagram 2.3

Diagram 2.3

Biaya Kurva Biaya Marjinal

MC

0 Qa Qb Qc Qd Qe Kuantitas

Diagram 2.3. menggambarkan bahwa garis singgung a, b, c dan nilai seterusnya

menunjukan besarnya MC makin mengecil, begitu sebaliknya.

4. Hubungan Antar Kurva-kurva Biaya

Diagram 2.4 memberikan gambaran tentang hubungan antar kurva-kurva biaya.

Diagram 2.4

Kurva-kurva Biaya

Biaya MC

1 AC

4 AVC 5

6 2 AFC

0 kuantitas

1. Kurva AFC terus menurun berbentuk garis asimplot pada sumbu vertical dan horizontal (titik

1 dan 2), tapi tidak sampai menyinggung atau memotong sumbu horizontal
26

2. Kurva AVC mula-mula menurun sampai mencapai minimum (titik 3) pada saat AP

maksimum, kemudian menaik mendekati kurva AC namun tidak pernah bersentuhan (titik 5),

karena AFC terus menurun.

3. Kurva AC awalnya menurun sampai mencapai minimumdi titik 4, setelah it uterus menaik.

4. Kurva MC juga pada awalnya menurun hingga mencapai minimum di titik 6. Selanjutnya

kurva MC menaik dan memotong kurva AVC dan AC pada saat keduanya minimum (titik 3

dan 4).setelah titik itu nilai MC lebih besar dari nilai AC dan AV

D. Biaya Produksi Jangka Panjang

Dalam jangka panjang semua biaya adalah variable. Karena itu biaya yang relefan

dalam jangka panjang adalah biaya total, variable, rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan

biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variable dan sama dengan biaya marjinal

LTC = LVC

Biaya total (jangka panjang) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi

seluruh output dan semuanya bersifat variable.

Dimana : LTC = biaya total jangka panjang

LVC = biaya variabel jangka panjang

LMC = əLTC/əQ

Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit

. perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel

Dimana : LMC = biaya marjinal jangka panjang

əLMC = perubahan biaya total jangka panjang

əQ = perubaha output

LAC = LTC/əQ
27

Biaya raya-rata adalah biaya total dibagi jumlah output

Dimana : LAC = biaya rata-rata jangka panjang

əQ = jumlah output

1. Kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang

Teorima Amplop (Emplope Theorem)

Untuk memahami prilaku biaya dalam jangka panjang, kita harus memahami

keterkaitan biaya jangka pendek dengan jangka panjang. Agar dapat memahaminya kita

mulai dengan kasus sederhana seperti:

1) Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil, yang dalam jangka pendek mempunyai kurva

biaya rata-rata SAC1,

2) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang, yang dalam jangka pendek mempunyai kurva

biaya rata-rata SAC2, atau

3) Memproduksi dengan pabrik ukuran besar, yang dalam jangka pendek mempunyai kurva

biaya rata-rata SAC3.

Situasi diatas digambarkan dalam digram 2.5

Diagram 2.5

Teorima Amplop (Envelope Theorem)

Biaya

Q1 SAC1 SAC3

Q2 SAC2 LAC

0 X1 X2 X3 kuantitas
28

Jika produsen brpandangan bahwa tingkat output yang memberikan laba maksimum

adalah X1, maka dalam jangka pendek dia memilih berproduksi dengan pabrik ukuran kecil.

Tetapi jika menurutnya tingkat produksi yang memberi laba adalah X3, maka dalam jangka

pendek pabrik yang dipilih adalah yang berskla sedang. Sebenarnya dia bisa saja

memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi biaya produksi rata-ratanya

menjadi lebih besar (0C1 > 0C2).

Keputusan yang diambil menjadi sulit bila tingkat produksi yang memberikan lab

maksimum adalah X2. Bila pengusaha memprediksi pasar akan terus membesar dia akan

memilih pabrik skla menengah. Sebaliknya bila pengusaha memprediksi pasar makin kecil,

dia memilih pabrik skla kecil.

Dalam jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja untuk

berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang pengusaha dapat menambah atau mengrangi

jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut

memungkinkan perusahaan beroprasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai

tingkat produksi. Kurva yang menunjukan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai

tigkat produksi disebut kurva amplop (envelove curve) . kurva ini merupakan kurva biaya

rata-rata jangka panjang (long run average cost) kurva LAC. Dari penjelasan tersebut

dapat disimpulkan bahwa kurva LAC adalah kurva yang menunjukan biaya produksi per unit

minimum pada berbagai tingkat produksi.


29

2. Kurva Biaya Marjinal Jangka Panjang

Teknik penurunan kurva biaya marjinal jangka panjang (kurva LMC) dapat dipahami

dengan mengikuti penjelasan diagram 2.6

Diagram 2.6

Kurva Biaya Marjinal Jangka Panjang

Biaya

SMC1

A SAC1 SMC2

C SAC2

LAC

0 X1 X2 X3 X4 Kuantitas

Diagram ini menunjukan bahwa tingkat produksi dibawah 0X, unit akan

menghasilkan SAC yang lebih bersar dari LAC, sehingga LTC lebih besar dari STC. Kita

dapat menyimpulkan bahwa biaya marjinak jangka pendek (SMC) lebih kecil dari biaya

marjinal jagka panjang (LMC). Ketika exspansi produksi dilanjutkan sampai0X2, SAC

samadengan LAC (titik B). ekspansi lanjutan ke 0 X3 menyebabkan SAC lebih besar dari

LAC atau STC lebih besar dari LTC. Karena itu SMC lebih kecil dari LMC. Sampai disini

kita dapat menyipulkan bahwa jika produksi lebih besar dari 0x2, LMC lebih besar dari SMC.

Tetapi jika produksi lebih besar dari 0X2, LMC lebih kecil dari SMC.
30

Selanjutnya yang harus kita ingat adalah LMC akan memotong LAC pada saat LAC

minimum. Hal itu terjadi jika ekspansi produksi sampai ke0X4 (titik C). karena itu kurva

LMC harus menelusuri titik-titik B dan C (Perhatikan garis putus-putus LMC)

3. Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis

Skala produksi ekonomis (economies of scale) adalah interval tingkat produksi

dimana penambah output akan menurunkan biaya produksi jangka panjang per unit.

Sebaliknya, skala produksi tidak ekonomis (diseconomies of sclale) adalah interval tingkat

produksi justru menaikan biaya produksi jangka panjang per unit.

Diagram 2.7

Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis

Biaya

MC

LMC

LAC

0 Kuantitas

Pada diagram diatas kurva LAC mencapai minimum di titik A, kemudian naik lagi.

Gerak menurun sampai titik A disebabkan efisien skala produksi. Sebaliknya, setelah titik A

efisiensi skala produksi tidak terjadi lagi.


31

Ada beberapa factor penyebab terjadinya efisiensi dari inefisiensi jangka panjang,

yaitu:

1) Teknologi Produksi

Dalam jangka panjang salah satu sumber peningkatan efisiensi adalah kemajuan

teknologi.bahkan dalam jangka panjang terjadi percepatan teknologi. Ini mempercepat

penuruna LAC. Tetapi percepatan kemajuan teknologi dapat meningkatkan biaya rata-rata

jangka panjang per unit, jika perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan

teknologi baik karena kendala menejemen maupun sumber daya manusia (SDM).

2) Manajemen

Peningkatan kemampuan menejemen meningkatkan teknologi yang sudah ada lebih di

efesien kan penggunanya, sehingga kurva LAC. Tetapi jika kemampuan menejerial tidak

mengikuti percepatan kemajuan teknologi akan terjadi inefisiensi..

3) Sumber Daya MAnusia (SDM)

Masalah yang berkaitan dengan SDM adalah jumlah dan mutu SDM. pada awalnya

penggunaan teknologi tinggi dapat meningkatkan efisien, karena jumlah dan mutu SDM

cukup tersedia. Tetapi pada saat skala produksi di perluas, yang terjadi justru inefisiensi

karena jumlah dan mutu SDM tidak dapat disediakan dengan cepat. Apalagi bila teknologi

yang digunakan adalah teknologi yang di impor.

4. Sudut Kemiringan Kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang (Kurva LAC)

Ada tiga kemungkinan sudut kemiringan kurva LAC (LAC shape), dua diantaranya

ditunjukan dalam diagram 2.8


32

Diagram 2.8

Kemiringan Kurva LAC

Biaya

MC

LAC

0 X1 Kuantitas

Diagram 6.8.a menunjukan sudut kemiringan LAC mengarah kekanan atas. Ini terjadi

karena terlalu cepat terjadinya hokum LDR, sehingga setelah titik X1 perusahaan mengalami

skala produksi tidak ekonomis. Kurva LAC seperti ini bisa terjadi pada perusahaan yang

memiliki fungsi produksi skala hasil menurun (DRS). Diagram 6.8.b menunjukan sudut

kemiringan LAC ke kiri bawah. Pada kurva LAC ini tersirat juga terjadinya hukum LDR,

tetapi terjadinya sangat lambat.perusahaan mengalami inefisiensi, sehingga skala produksi

tidak ekonomis lagi saat jumlah produksi sudah sangat besar (0X2). Kurva LAC seperti ini

terjadi bila fugsi produksi perusahaan memiliki karakter skala hasil menaik (IRS).

Kasus fungsi produksi Skala Hasil Konstan (CRS)

Perusahaan yang memiliki fungsi produksi skala hasil konstan (constant return to

scale atau CRS) memiliki kurva LAC garis lurus sejajar sumbu horizontal, karena kurva-
33

kurva SAC sama dan sebangun. Kurva LAC sama dengan kurva LMC karena kurva SMC

sejajr dan sebangun.


34

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori perilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori perilaku

konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumen, produsen

mengalokasikan dananya untuk menggunakan faktor produksi atau yang akan di proses

menjadi output. Karena itu bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya

habis untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis

terpakai untuk membeli faktor produksi.

Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law of Diminishing Marginal Utility

(LDMU), sedangkan dalam penggunaa faktor produksi berlaku The Law of Diminishing

Return (LDR). Produsen juga memililki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas

faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya, bila konsumen berupaya mencapai kepuasan

maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi maksimum.

Produksi dan biaya produksi bagaikan keping uang mata logam berisi dua. Jika

produksi berbicara tentang nilai fisik penggunaan factor produksi, biaya mengukurnya

dengan nilai uang. Dalam ekonomi yang sudah modern, di mana peranan uang amat penting,

maka ukuran efisiensi yang paling baik (walaupun bukan paling lengkap) addalah uang.

Sesuatu yang efisien secara teknis, belum tentu secara finan-sial dan ekonomi

menguntungkan

3.2 Saran

Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermaanfaat yang kemudian dapat

diamalkan dalam kehidupan. Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini

masih jauh dengan kesempurnaan dan begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar
35

harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan

makalah-makalah kami di lain waktu.

Anda mungkin juga menyukai