Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

PERILAKU PRODUSEN

1. Fungsi – Fungsi Produksi


Perilaku Produsen adalah sikap yang akan diambil oleh seseorang produsen guna
menjalankan kegiatan produksinya. Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan
kegunaan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan, produksi juga sangat berkaitan dengan nilai
guna suatu barang. Di dalam produksi terdapat proses produksi tertentu yang harus dijalani
sehingga bisa menghasilkan barang yang berguna, secara sederhana proses itu digambarkan
dibawah ini :

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku produsen adalah :


1. Perencanaan,
2. Pengorganisasi
3. Pengarahan
4. Pengendalian
Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai
tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1) berapa output yang harus diproduksikan, dan
2) berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut
fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan
hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan
jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga
faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat
dinyatakan:
q = f ( K, L, M,..)

Dimana q adalah output barang – barang tertentu selama tertentu, K (mesin yaitu modal),
L (input jam tenaga kerja), dan M (bahan mentah yang digunakan). Fungsi produksi ini
menghasilkan kesimpulan tentang apa yang diketahui perusahaan mengenai bauran input untuk
menghasilkan output.
Penyederhanaan fungsi produksi dengan mengasumsikan bahwa produksi perusahaan
hanya tergantung pada dua input yaitu Modal (K) dan Tenaga kerja (L), maka fungsi produksi
disederhakan menjadi :
q = f ( K, L)

Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang
disebut : The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini
menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain
tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus
ditambahkan.
Dari sifat-sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan
dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a. Produksi total dengan increasing returns,
b. Produksi total dengan decreasing returns, dan
c. Produksi total yang semakin menurun.

2. Produksi Jangka Panjang dan Jangka Pendek


1. Produksi Jangka Panjang
Dalam membahas teori produksi kita perlu membedakan pengertian jangka panjang dan
jangka pendek. Jangka pendek dan jangka panjang tidak terkait dengan lamanya waktu yang
digunakan dalam proses produksi. Produksi dalam jangka pendek bararti terdapat satu faktor
produksi yang bersifat tetap,sedangkan factor produksi yang lainnya bersifat variable (berubah-
ubah). Produksi dalam jangka panjang berarti semua faktor produksi yang digunakan bersifat
variable (berubah-ubah). perusahaan harus mempertimbangkan apakah input dapat divariasikan
atau tidak, dan kalaupun demikian, selama periode tertentu, penting untuk membedakan antara
jangka pendek dan jangka panjang ketika menganalisis produksi. Jangka pendek merujuk pada
periode di mana kuantitas satu faktor produksi atau lebih tidak bisa berubah. dengan kata lain,
dalam jangka pendek terdapat setidaknya satu faktor yang tidak bisa berubah; faktor demikian
disebut dengan input tetap. Jangka panjang adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
membuat seluruh input berubah (variabel).
Seperti yang dapat diduga, jenis keputusan yang dapat dibuat perusahaan sangat berbeda
dalam jangka pendek ketimbang dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, perusahaan
mengubah intensitas di mana mereka dapat mendayagunakan pabrik dan mesin yang ada; dalam
jangka panjang perusahaan mengubah kapasitas pabrik. Seluruh input tetap pada jangka pendek
mencerminkan hasil dari keputusan jangka pendek sebelumnya yang didasarkan pasa estimasi
berapa banyak yang dapat diproduksi dan dijual perusahaan agar menguntungkan.
Tidak ada periode spesifik, misalnya satu tahun, yang membedakan antara jangka
pendek dan jangka panjang. Justru, kita harus membedakan keduanya berdasarkan kasus. Kita
akan melihat bahwa dalam jangka panjang perusahaan dapat mengubah jumlah seluruh input
mereka untuk meminimalkan biaya produksi. Namun, sebelum membahas kasus umum seperti
ini, kita terlebih dahulu memulainya dengan analisis jangka pendek, di mana hanya satu input
dalam proses produksi yang dapat berubah. kita mengasumsikan modal sebagai input tetap, dan
tenaga kerja sebagai variabel.

2. Produksi jangka panjang


Sebagaimana telah dijelaskan, produksi dalam jangka panjang tidak terkait dengan jangka
waktu proses produksi, tetapi lebih kepada sifat faktor produksi yang digunakan . Dalam jangka
panjang semua faktor produksi yang digunakan bersifat variable atau berubah-ubah.untuk
mempelajari produksi dalam jangka panjang kiata akan mempelajari kurva isoquant dan jumlah
produk optimal.
A.) Isoquant atau Isoproduk
Kurva isokuant atau isoproduk adalah kurva tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan
kombinasi dua factor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.
B.) Produksi Optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga.
Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep
efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan
keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi
ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus
diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai
berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis :
p = PY.Y -Px.X,

Y = jumlah produk;
PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi.

3. Produktivitas Fisik Marginal


Pertanyaan pertama yang mungkin timbul berkenaan dengan hubungan antara input dan
output adalah berapa banyak tambahan output dapat dihasilkan melalui penambahan satu
atau lebih unit input pada proses produksinya. Produktivitas fisik marjinal (marginal
physical productivity) suatu input didefinisikan sebagai tambahan kuantitas output yang
dihasilkan dengan menambah satu unit input itu, dengan menganggap konstan seluruh input
lainnya. Pada input modal dan tenaga kerja, produktivitas fisik marjinal tenaga kerja (MP1)
adalah tambahan output yang diperoleh dengan menambahkan satu lagi unit tenaga kerja
dengan menganggap konstan tingkat peralatan modal. Sama halnya, produktivitas fisik
marjinal modal (MPK) adalah tambahan output yang diperoleh dari penambahan satu lagi
unit mesin dengan jumlah tenaga kerja konstan.

Produktivitas Fisik Marjinal yang Menurun


Kita bisa memperkirakan bahwa produktivitas fisik marjinal sebuah input akan
tergantung pada seberapa banyak input tersebut digunakan.misalnya, tenaga kerja tidak dapat
ditambahkan dalam jumlah yang tak terbatas untuk memanen jeruk (dengan menganggap
jumlah pohon, jumlah peralatan, pupuk, dan sebaginya konstan) tanpa mengakibatkan
produktivitas marjinal secara berangsur – angsur menurun. Kemungkinan ini diilustrasikan
pada gambar di bawah ini, bagian atas gambar tersebut menunjukan hubungan antara output
per minggu dengan input tenaga kerja per minggu dimana tingkat input modal dianggap
konstan. Pertama kali, tambahan tenaga kerja baru akan menyebabkan kenaikan output secara
signifikan. Tetapi, perolehan manfaat akan semakin menurun ketika semakin banyak tenaga
kerja yang ditambahkan dan jumlah modal yang tetap akan menjadi terlalu banyak digunakan
(Overutilized). Bentuk cekung kurva output total pada panel a mencerminkan prinsip
ekonomi mengenai produktivitas marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal
productivity).
Kurva Produktivitas Fisik Marjinal

Penafsiran geometris dari konsep produktivitas fisik marjinal yaitu slope kurva
produk total. Slope menurun pada kurva menunjukan produktivitas fisik marjinal yang
semakin menurun. Pada nilai input tenaga kerja yang lebih tinggi, kurva total hampir
berbentuk mendatar, tambahan lebih banyak tenaga kerja hanya meningkatkan output dalam
jumlah yang rendah.
Slope kurva produktivitas fisik marjinal tenaga kerja (MP L), pada awalnya nilai
MPL tinggi karena tambahan tenaga mengakibatkan kenaikan secara signifikan pada output.
Jika input tenaga kerja ditambahkan, akibatnya MPL akan turun. Pada titik L*, penambahan
tenaga kerja tidak akan menaikan output total secara keseluruhan.

Produktivitas Fisik Rata – rata


Produktivitas rata-rata adalah total produksi dibagi dengan jumlah faktor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Jadi, produksi rata-rata adalah
perbandingan output faktor produksi (output-input ratio) untuk setiap tingkat output dan
faktor produksi yang bersangkutan (Sudarman, 1997: 126). Untuk mendapatkan produksi
rata-rata rumusnya adalah
Q
AP=
L
AP = Produksi rata-rata
Q = Output yang Dihasilkan
L = Tenaga Kerja

Penilaian Konsep Produktivitas Fisik Marjinal


Konsep produktivitas fisik marjinal kadang – kadang sulit diterapkan karena
asumsi cateris paribus yang digunakan dalam definisinya. Baik tingkat input – input lain
maupun pengetahuan teknologi perusahaan diasumsikan konstan. Dalam pandangan yang
lebih luas, penambahan tenaga kerja mungkin akan disertai dengan peluasan lahan dan
penggunaan metode produksi yang lebih baik. Dengan demikian, asumsi cateris paribus akan
dimasukan dalam ke dalam definisi tingkat output dan tingkat input tenaga kerja akan
terletak pada berbagai kurva produksi total yang berbeda. Kurva – kurva produktivitas fisik
marjinal juga akan bergeser, mungkin dengan cara – cara yang rumit. Karena alasan inilah
maka pada umumnya menggunakan konsep fisik produktivitas fisik marjinal untuk
membantu memahami fungsi secara keseluruhan.
4. Tahapan Produksi Jangka Pendek

Ada tiga tahap dalam fungsi produksi yaitu tahap I, II, III yang masing – masing
memiliki sifat yang khusus. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut (Sudarman,1997: 138) :
a. Tahap I
Pada tahap ini : APP input variabel meningkat
MPP input variabel meningkat
Ini berarti input tetap digunakan relatif terlalu banyak dibandingkan
dengan penggunaan input variabel. Oleh karena itu tahap ini bukan merupakan tahap
produksi yang rasional bagi produsen, karena setiap tambahan satu unit input variabel
akan menambah tambahan output dengan jumlah yang lebih besar, sehingga produsen
yang rasional tidak akan berproduksi di tahap ini.
b. Tahap II
Pada tahap ini : APP input variabel menurun
MPP input variabel menurun.
Ini berarti baik penggunaan input tetap maupun input variabel sudah
rasional, karena pada tahap ini tambahan penggunaan input variabel sudah mulai
menurunkan APP maupun MPP. Jadi tahap ini adalah tahap rasional bagi produsen untuk
berproduksi.
c. Tahap III
Pada tahap ini : TPP input variabel menurun
MPP input variabel menurun
Ini berarti input variabel relatif terlalu banyak digunakan dibandingkan
dengan penggunaan input tetap, sehingga tidak rasional untuk berproduksi di daerah ini,
karena tambahan input variabel justru akan menurunkan tingkat total output.
BAB VII
Perilaku Produsen

5. Peta Isokuan
Salah satu cara untuk menggambarkan fungsi produksi tertentu dalam gambar dua
dimensi adalah dengan melihat peta isokuan (insoquant map),kita dapat kembali
menggunakan fungsi produksi berbentuk q = f(K,L) dengan menggunakan modal dan tenaga
kerja sebagai contoh dua input yang mungkin akan dipergunakan. Peta isokuan merupakan
peta kontur dari fungsi produksi suatu perusahaan. Isokuan adalah sebuah kurva yang
menunjukkan berbagai kombinasi input yang akan menghasilkan output dalam jumlah yang
sama. Untuk menunjukkan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja yang dapat
dipergunakan dalam memproduksi tingkat output tertentu, kita menggunakan isokuan
(isoquant) dari bahasa Yunani yang berarti "sama".

Isokuan berisi berbagai kombinasi alternatif input yang dapat digunakan untuk
menghasilkan output pada tingkat tertentu. Slope kurva ini menunjukan suatu tingkat dimana
L dapat digantikan oleh K dengan menganggap output konstan. Bentuk negatif dari slope ini
disebut tingkat (marjinal) substitusi teknik (rate technical substitution atau RTS). Pada
gambar ini, RTS bernilai positif dan akan menurun ketika terjadi kenaikan input tenaga kerja.
6. Marginal Rate of Technical Substitution
Slope sebuah isokuan menunjukkan bagaimana sebuah input dapat dipertukarkan
dengan input lainnya saat output dianggap konstan. Pengujian slope ini memberikan
beberapa infomasi tentang berbagai kemungkinan teknis substitusi tenaga kerja terhadap
modal—sebuah isu yang cukup penting bagi perusahaan. Slope isokuan (atau lebih tepatnya,
bernilai negatif) disebut tingkat subtitusi teknis marjinal (marginal rate of technical
substitutions [RTS]) tenaga kerja terhadap modal. Lebih tepatnya, RTS didefinisikan sebagai
sejumlah input modal yang dapat dikurangi dengan menganggap kuantitas produksi tetap
konstan ketika ditambahkan lagi satu unit tenaga kerja. Secara matematis,
Tingkat subtitusi teknis (RTS)
(tenaga kerja terhadap modal) = RTS (dari L terhadap K)
= - (Slope isokuan)
= Perubahan input modal [5.3]
Perubahan input tenaga kerja
di mana seluruh perubahan yang terkandung dalam rumus tersebut merujuk pada situasi
output (q) konstan. Niali tertentu dari pertukaran (trade off) tidak hanya tergantung pada
tingkat output namun modal dan tenaga juga digunakan. Nilai ini tergantung pada suatu titik
di petan isokuan dimana slopenya diukur.

RTS dan Produktivitas Marjinal


RTS seharusnya positif; yang berarti setiap isokuan seharusnya memiliki slope
negatif. Jika kuantitas tenaga kerja yang digunakan perusahaan meningkat, perusahaan
seharusnya dapat mengurangi input modal dan masih tetap mempertahankan outputnya
konstan. Jika tenaga kerja sebelumnya diasumsikan memiliki produktivitas marjinal positif,
perusahaan seharusnya dapat menggunakan input modal yang lebih sedikit ketika lebih
banyak tenaga kerja yang digunakan. Jika kenaikan jumlah tenaga kerja pada akhirnya
mengharuskan perusahaan untuk menggunakan lebih banyak modal, hal ini akan
memberikan implikasi bahwa produktivitas marjinal tenaga kerja (atau—pun modal) adalah
negatif, dan tidak aka nada perusahaan yang bersedia membayar suatu input yang
memberikan efek negatif pada output. Seluruh isokuan seharusnya memiliki slope negatif,
yang menunjukan bahwa terdapat pertukaran (trade-off) antara input modal dengan tenaga
kerja.

Penurunan RTS
Isokuan tidak hanya memiliki slope negatif, tetapi juga berupa kurva cembung.
Sepanjang kurva tersebut RTS mengalami penurunan. Ketika rasio K terhadap L besar, RTS
memiliki nilai besar yang berarti bahwa jumlah sejumlah besar modal dapat dikurangi jika
ditambahi satu unit tenaga kerja. Di lain pihak, jika sejumlah besar tenaga kerja telah
digunakan, maka RTS rendah. Hal ini menandakan bahwa hanya sejumlah kecil modal dapat
dipertukarkan untuk mendapatkan tambahan unit tenaga kerja jika output konstan. Bentuk
kurva ini secara intuisi cukup beralasan, semakin banyak tenaga kerja (relatif terhadap
modal) yang digunakan, semakin kecil kemampuan tenaga kerja yang menggantikan modal
dalam produksi. Penurunan RTS menunjukan penggunaan input tertentu lebih lanjut dapat
ditekan jumlahnya. Perusahaan tidak mungkin menggunakan “hanya tenaga kerja” atau
“hanya mesin” saja untuk memproduksi tingkat output tertentu. Perusahaan akan memilih
bauran input yang lebih seimbang yang menggunakan paling tidak sejumlah masing – masing
input.

7. Return to Scale
Bentuk dan sifat – sifat fungsi produksi perusahaan merupakan hal penting karena
berbagai alasan. Dengan menggunakan informasi tersebut, suatu perusahaan dapat
memutuskan bagaimana dana – dana penelitiannya dapat digunakan sebaik – baiknya untuk
tujuan pengembangan teknik. Atau, pembuat kebijakan publik dapat mempelajari bentuk
fungsi produksi untuk memberikan argumentasi bahwa hukum yang melarang perusahaan
dengan skala sangat besar akan mengganggu efisiensi ekonomi.
Para ekonom memerlukan definisi yang tepat tentang skala hasil (returns to
scale). Sebuah fungsi produksi dikatakan menunjukkan skala hasil konstan (constant returns
to scale) jika peningkatan seluruh input sebanyak dua kali lipat berakibat pada peningkatan
output sebanyak dua kali lipat pula. Jika penggandaan seluruh input menghasilkan output
yang kurang dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi tersebut dikatakan menunjukkan
skala hasil menurun (decreasing returns to scale). Jika penggandaan seluruh input
menghasilkan output lebih dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi mengalami skala
hasil meningkat (increasing returns to scale).
Tiga kemungkinan yang terjadi adalah :
a. Increasing Return to Scale
Ini terjadi jika proporsi perubahan output lebih besar dari proporsi perubahan input, yaitu
jika β1 + β2 + β3 > 1.
b. Constant Return to Scale
Terjadi bila proporsi perubahan output sama dengan proporsi perubahan input, yaitu β1 +
β2 + β3 = 1. Pada tahap ini, besarnya operasi produksi usaha tidak akan mempengaruhi
produktivitas dari faktor-faktor produksinya.
c. Decreasing Return to Scale
Jika proporsi perubahan output lebih kecil dari proporsi perubahan input yaitu β1 + β2 +
β3 < 1. Ini memungkinkan terjadi pada setiap perusahaan dengan operasi berskala besar
dengan manajemen yang lebih rumit dan struktur organisasi yang lebih kompleks.

8. Perubahan Teknologi

Fungsi produksi mencerminkan pengetahuan teknik perusahaan tentang


penggunaan input yang menghasilkan output. Ketika perusahaan memperbaiki teknik
produksinya, fungsi produksinya akan berubah. Jenis kemajuan teknik ini terjadi secara
konstan seperti halnya mesin-mesin tua yang digantikan dengan mesin baru. Efeknya para
pekerja akan lebih terdidik dan mempelajari keahlian – keahlian khusus untuk mengerjakan
pekerjaannya.

Titik isokuan q0 merupakan posisi awal daro pengetahuan teknik. Tingkat output
tersebut, dapat diproduksi dengan menggunakan (K 0, L0), atau sejumlah kombinasi input
lainnya. Kemajuan teknologi pada teknik produksi, isokuan q0 bergerser ke arah titik origin
dengan tingkat output yang sama dapat diproduksi dengan menggunakan kuantitas input
yang lebih sedikit. Contoh, isokuan q0 bergeser ke kiri q’0, memungkinkan untuk
memproduksi q0 dengan jumlah modal yang sama (K 0), tetapi dengan tenaga kerja yang lebih
sedikit (L1). Bahkan memungkinkan untuk memproduksi q0 dengan lebih sedikit modal dan
tenaga kerja, dengan memilih titik (misal titik A). Kemajuan teknis (Technical progress)
menunjukan penghematan secara riil pada input – input dan pengurangan biaya produksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://pepryan.blogspot.com/2016/01/teori-produsen-dan-fungsinya.html

http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/mikro-5-perilaku-produsen-nuhfil.pdf

https://www.academia.edu/4813852/teori_produksi_jangka_pendek_dan_jangka_panjang

Nicholson, W. 1990. Intermediate Microeconomics and Its Aplication The DrydenPress.


Terjemahan oleh A. Maulana. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya, Jilid
I. Edisi Kelima. Jakarta : Binarupa Aksara.
Teori Ekonomi Mikro I/Sudarman, Ari.-Cet. 3.-Jakarta: Universitas Terbuka,Dedkdipbud, 1999.
Pindyck, R. S. & Rubinfeld, D. L. 2014. Mikroekonomi. Edisi Kedelapan. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai