Anda di halaman 1dari 20

Teori Produksi

Dosen Pengampu :
Hj. Dwi Oktarina Aryani,SE.M.Si
Heriawan,SE,MM
Tujuan Organisasi perusahaan
(unit produksi).
Pada dasarnya, kegiatan yang dijalankan perusahaan adalah
untuk mengubah input menjadi output (produksi barang
atau jasa).
Produksi adalah aktivitas untuk meningkatkan nilai tambah
dari bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi.
Tujuan perusahaan: maksimisasi sumber daya, output dan
growth serta minimalisasi biaya.
Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan
antara kuantitas produk dan faktor-faktor produksi yang
digunakan.
Faktor-faktor Produksi
• Faktor produksi tetap (fixed input) : yaitu input
faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat
dirubah dengan segera mengikuti perubahan
output. Contoh : Gedung, mesin, managerial, dll.
• Faktor produksi variabel (variabel input) : yaitu
input yang dapat mengikuti perubahan jumlah
output yang dihasilkan.
Analisis produksi dalam jangka panjang dan
jangka pendek.
• Produksi menjelaskan tentang kombinasi
penggunaan sumber daya ekonomi. Dalam
jangka pendek, produksi yg dihasilkan oleh
suatu perusahaan biasanya dipengaruhi oleh
pengaturan jumlah tenaga kerja, sedangkan
modal dianggap tidak perlu dilakukan.
Sebaliknya, dalam jangka panjang, produksi
tidak hanya dipengaruhi oleh pengaturan
tenaga kerja tapi juga modal.
Produksi dengan Satu Variabel Faktor
Produksi
a. Pendekatan Total Product
Produksi total (total product) adalah banyaknya
produksi yang dihasilkan dari penggunaan total
faktor produksi.
TP = f(K,L)
TP = total produksi
K = modal (capital) (dianggap konstant)
L = tenaga kerja (labor)
b. Marginal Product
MP = TP’ = ∆TP
∆L
Dimana MP adalah marginal product (produksi
marjinal).Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah
terjadinya Law of Diminishing Return.
c. Average Product
AP = TP
L
Dimana AP adalah average product (produksi rata-rata).
Siklus tahap-tahap Produksi
• Tahap I : sampai pada saat kondisi AP
maksimum.
Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan
produksi total maupun produksi rata-rata.
Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja
masih lebih besar dari tambahan upah yang
harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti
produksi ditahap ini.
• Tahap II : antara AP maksimum sampai saat
MP sama dengan nol.
Tahap II ini dimulai dari titik AP
maksimum sampai titik dimana MP=0, atau TP
maksimum. Karena berlakunya LDR, baik MP
maupun AP mengalami penurunan. Namun
demikian nilai keduanya masih positif.
Penambahan tenaga kerja akan tetap
menambah produksi total sampai mencapai nilai
maksimum.
• Tahap III: saat MP sudah bernilai negatif (MP < 0).
Perusahaan sudah tidak mungkin melanjutkan
produksi, karena penambahan tenaga kerja justru
menurunkan produksi total. Perusahaan akan
mengalami kerugian.
Level 1:
Kurang Efisien
Level 2 :
Efisien
Level 3 :
Tidak Efisien
Produksi dengan Dua Variabel Faktor
Produksi
a. ISOQUANT (Kurva Produksi Sama)
Suatu kurva yang menunjukan berbagai kombinasi
input faktor tenaga kerja (L) dan modal (K) yang
dapat menghasilkan sejumlah output yang sama.
Makin tinggi kurva isokuan menunjukan tingkat
output yang makin besar pula.
Sedangkan berbagai kumpulan (himpunan) kurva
isokuan yang mungkin dapat dicapai oleh produsen
disebut “peta kurva isokuan” (isoquant curve map).
Asumsi-asumsi Isoquant:
1. Konveksitas (convexity)
• Analogi dengan asumsi pada pembahasan
perilaku konsumen, yaitu kurva indeferensi
yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
• MRTS : kesedian produsen untuk
mengorbankan faktor produksi yang satu demi
yang menambah penggunaan factor produksi
yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada
isokuan.
• MTRSlk : bilangan yang menunjukan beberapa
faktor produksi L harus dikorbankan untuk
menambah 1 unit factor K pada tingkat
produksi yang sama.
• Dasar pertimbangan substitusi factor produksi
adalah perbandingan rasio produktivitas.
-L = MPL . ∆L (pertambahan 1 L)
-K = MPK. ∆K (pengurangan 1 K)
-MTRSlk = MPL/MPK = - ∆K/∆L
2.Penurunan nilai MRTS
• Ini terjadi apabila produsen menganggap
makin mahal factor produksi yang semakin
langka.
• MRTS konstan apabila dua factor produksi
bersifat substitusi sempurna.
• MRTS = nol apabila kedua factor produksi
mempunyai hubungan proporsional tetap 
3. Law of diminishing Return
Menyatakan bahwa jika tenaga kerja dipekerjakan secara
berlebihan maka tambahan produksi yang dihasilkan oleh
tenaga akerja tersebut akan berkurang bahkan bisa nol atau
negatif.
4.Daerah produksi yang ekonomis
• Batas daerah produksi ekonomis atau BPE merupakan
daerah Tahap II, apabila terjadi diluar batas areal tersebut
maka tidak akan meingkatkan produksi. Dimana
perusahaan hanya dapat melakukan ekspansi di batas BPE
saja. 
b. Return to Scale
Konsep yang menjelaskan seberapa besar output berubah bila
jumlah factor produksi dilipatgandakan. Digunakan sbg dasar
keputusan produksi.
1. Skala hasil naik (Increasing Return to Scale)
Apabila penambahan factor produksi sebanyak satu unit
menyebabkan output meningkat lebih dari satu unit. Output
meningkat dikarenakan kemampuan manajemen dalam
menangani produksi skala besar, ada sinergi antara mesin dan
tenaga kerja.
2. Skala hasil konstan (Constant Return To Scale)
-Jika pelipatgandaan factor produksi menambah
output sebanyak dua kali lipat juga.

3. Skala hasil menurun (decreasing return to


scale)
-Jika penambahan I unit factor produksi
menyebabkan output berkurang 1 unit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai