Anda di halaman 1dari 10

KESIMPULAN MATERI WARALABA DAN LISESNSI

Lisensi merupakan bentuk pemberian izin oleh pemilik lisensi kepada penerima lisensi
untuk memanfaatkan atau menggunakan (bukan mengalihkan hak) suatu kekayaan intelektual
yang dipunyai pemilik lisensi berdasarkan syarat-syarat tertentu dalam jangka waktu tertentu
yang umumnya disertai dengan imbalan berupa royalty.

Waralaba berarti hak untuk menjalankan usaha/bisnis didaerah yang telah ditentukan.
Secara historis, waralaba didefinisikan sebagai penjualan khusus suatu prosuk disuatu daerah
tertentu dimana produsen memberikan latihan kepada perwakilan penjualan dan menyediakan
produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan yang menjual produk didaerah
yang telah ditentukan.

Waralaba merupakan pilihan untuk berwirausaha dengan risiko paling kecil. Pada
awalnya waralaba dimulai dari keberhasilan usaha dari pemilik merek atau Franchisor. Melalui
bisnis waralaba Franchisor akan menularkan keberhasilan usahanya kepada Franchisee.
Franchisor sebelumnya telah melakukan dan membuat satu formulasi standart untuk sukses
sesuai dengan pengalamannya.

Dalam waralaba, ada dua pihak yang terlibat yaitu pemberi waralaba (franchisor) dan
juga penerima waralaba (franchisee). Pemberi waralaba yaitu pihak yang memberikan hak
kepada orang lain untuk bisa memanfaatkan kekayaan intelektualnya, atau menjual dan
menggunakan produk dan ciri khas usaha yang dimiliki. Sedangkan penerima waralaba yaitu
badan usaha atau perorangan yang berhak menggunakan kekayaan intelektual yang diberikan
oleh pemberi waralaba.

Saat akan mengembangkan usaha waralaba, penerima waralaba akan dibebani oleh dua
jenis biaya, yaitu ongkos awal dan ongkos royalti. Ongkos awal merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk membayarkan pembuatan tempat usaha dan pembelian modal bahan baku
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Lalu ongkos royalti yaitu biaya yang dibayarkan
oleh penerima waralaba ke pemberi waralaba, biasanya diambil dari penghasilan kotor usaha dan
dibayarkan setiap bulannya. Umumnya, ongkos royalti sebesar 5 hingga 15 persen dari
penghasilan kotor penerima waralaba. Dalam proses kerjasama antara pemberi dan penerima
waralaba, pemberi waralaba dapat memberikan arahan dan bimbingan yang diperlukan kepada
penerima waralaba. Arahan ini bisa berupa teknis usaha, cara membuat produk, bentuk
pemasaran, dan cara menggunakan desain yang telah ditentukan. Penerima waralaba juga selain
harus membayarkan ongkos royalti, ia juga harus mematuhi dan menghormati konsep,
spesifikasi, atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba.

Franchise sebagai pranata sosial di bidang perdagangan tidaklah bebas dari


kelemahankelemahan. Namun demikian sistem franchise ini sedikit banyaknya tetap mempunyai
keunggulan. Jika dibandingkan dengan sistem perdagangan yang konvensional. Berikut ini akan
di identifikasi keunggulan dan kelemahan yang dimungkinkan dalam bisnis ini. Hal ini penting
oleh karena dengan mengetahui keunggulan dan kelemahannya maka kita dapat menentukan
langkah-langkah, khususnya langkah antisipasi jika hendak terjun ke dalam sistem bisnis
franchise ini.

1. Keunggulan Franchise

No. Bagi Pemilik Franchise (Franchisor) Bagi Pemegang Franchise (Franchisee)

1. Sistem usaha dapat berkembang cepat Kemungkinan berhasil lebih besar


dengan menggunakan modal dan dibandingkan jika memulai usaha
motivasi dari pemegang franchisee dengan tenaga sendiri serta nama/merek
(Franchisor). dagang sendiri yang masih baru.

2. Suatu wilayah pasar atau suatu pasar Franchisee sebagai pemilik unit usaha
yang baru mudah dikembangkan bersangkutan bebas berkarya dalam
karena nama dan citra pemilik lingkungan yang telah rapi dan stabil.
franchise (Franchisor) dapat meluas
dengan cepat melalui unit-unit usaha
franchise.

3. Modal untuk memperluas usaha lebih Franchisee memiliki kemudahan dalam


kecil karena sebagian besar biaya membeli sediaan sebagai anggota dari
untuk mendirikan unit usaha baru kelompok yang besar.
dipikul oleh pemegang franchise.
4. Unit usaha yang dikelola oleh Franchisee dapat memanfaatkan produk
pemiliknya sendiri jelas akan memiliki baru yang dikembangkan oleh bagian
motivasi yang kuat untuk memberikan penelitian dari pihak franchisor.
pelayanan yang baik pada pelanggan.
5. Franchisor tidak banyak membutuhkan Franchisee dapat memanfaatkan
karyawan, kantor pusat jauh lebih pelayanan berupa petunjuk di bidang
ramping daripada kantor pusat suatu keuangan dan manajemen dari pihak
perusahaan yang memiliki jaringan franchisor serta bantuan dalam
cabang-cabang milik sendiri. pengambilan keputusan.
6. Daya beli kelompok usaha secara Franchisee turut menikmati reputasi,
keseluruhan meningkat , setiap kali kekuatan dan keharuman nama
dibuka satu unit usaha franchise yang dagang/merek dari franchisor.
baru.
7. Kehadiran kelompok usaha dalam Franchisee dapat memanfaatkan paket-
pasar terasa, setiap kali dibuka unit paket keuangan yang mungkin
usaha franchise yang baru, selain itu disediakan oleh franchisor dalam sistem
banyak dana dapat dihemat karena perbankan .
promosi dan periklanan dapat
dilakukan sebagai satu kelompok.
8. Hasil belum terlihat satu dua tahun Franchisee menikmati pelatihan-
pertama karena pengeluaran masih pelatihan yang diperlukan dari pihak
besar, tetapi dalam tahun ketiga atau franchisor.
keempat dan selanjutnya
pemgembalian investasi akan cukup
tinggi.

9. Franchisee dapat bekerja dengan


menggunakan sistem yang sudah
mantap, prosedur dan pedoman operasi
yang sudah standar, sehingga dengan
demikian tidak perlu bersusah payah
menciptakan suatu strategi pemasaran
baru atau sistem manajemen baru yang
sama sekali belum teruji kehandalannya
dalam praktek perdagangan barang atau
jasa.

2. Kelemahan Franchise
Sistem bisnis franchise sebagai pranata ekonomi tidak bebas dari kelemahan-kelemahan.
Kelemahan sistem ini dapat dikemukakan dengan mengindentifikasi kemungkinan-
kemungkinan yang dapat timbul sebagai sesuatu yang tidak diharapkan oleh pihak
franchisor dan pihak franchisee ketika menggunakan sistem ini. Adapun kelemahan-
kelemahan sistem franchise ini diantaranya sebagai berikut :

NO. Bagi Pemilik Franchise (Franchisor) Bagi Pemegang Franchise (Franchisee)


1. Franchisor tidak dapat mendikte Adanya keterikatan pada franchisor,
franchisee, dimana jika ia ingin dimana jenis produk yang dapat
mengadakan perubahan, ia harus ditawarkan oleh pihak franchisee biasanya
berusaha memotivasi franchisee agar terbatas dan sangat bergantung pada
mau menerima perubahan prestasi franchisor.
bersangkutan.
2. Harapan franchisee sering terlalu Biaya yang harus dikeluarkan untuk
tinggi mengharapkan cepat mendapat menjadi pemegang franchise (Franchisee)
untung yang besar sehingga tidak sedikit karena harus membayar uang
franchisor harus berusaha keras untuk pangkal dan royalti, sehingga dapat
menurunkan harapan yang tinggi mengakibatkan hutang dari pihak
tersebut. franchisee kepada pihak franchisor.
3.. Franchisor tidak dapat mengadakan Franchisee adalah bagian dari lingkungan
perubahan dengan cepat terutama jika tertentu sehingga ia tidak bebas lagi dalam
melibatkan tambahan biaya. menjalankan usaha, ia harus memenuhi
Perubahan biasanya baru dilakukan segala peraturan yang telah ditetapkan oleh
melalui musyawarah dengan pihak franchisor. Franchisee kadang-kadang
franchisee. diwajibkan untuk mencapai tingkat prestasi
tertentu, misalnya tingkat penjualan
tertentu yang biasanya cukup tinggi.
4 Jika pemegang franchise (franchisee)
yang dipilih tidak tepat maka akan
dapat menghancurkan reputasi dari
franchisor.
5. Sistem franchise adalah suatu ikatan
jangka panjang sehingga franchisor
tidak dapat begitu saja mengakhiri
kegiatan franchise secara sepihak
tanpa alasan yang sah.

Manfaat berbisnis waralaba (franchise) menurut buku Cara Aman Memulai Bisnis,
Karangan Bije Widjajanto adalah :

1. Terbukti menguntungkan
Setiap investor tentu berharap modal yang ditanam kembali dalam jangka waktu
tertentu mendapatkan keuntungan. Adapun syarat sebuah bisnis layak di-franchise-kan
adalah, bisnis itu harus menguntungkan atau sudah membukukan laba selama periode
waktu tertentu. Membangun gerai franchise sendiri berarti membangun bisnis dengan
model dan format yang sudah terbukti mampu menghasilkan keuntungan. Dengan
demikian, peluang bisnis berhasil akan jauh lebih tinggi.
2. Sistem operasi bisnis efektif
Salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan bisnis adalah adanya
sistem operasional. Apabila sistem operasionalnya baik, bisnis dapat berjalan dengan
baik. Demikian pula sebaliknya. Sayangnya, sistem operasi bisnis merupakan
sekumpulan prosedur, alur kerja, arus informasi, dan tata administrasi sebuah perusahaan
yang bisa dibentuk secara instan. Perlu perjalanan yang panjang, perbaikan, perubahan,
penambahan, seiring berjalannya waktu. Dalam bisnis franchise, efektivitas sistem ini
mutlak diperlukan. Apabila sistem bisnis tidak efektif, maka dapat dipastikan akan terjadi
banyak masalah ketika franchisee (orang yang membeli franchise) menjalankan gerai
franchisenya. Pada franchise yang sistem operasi bisnisnya sudah terbukti efektif, semua
franchisee dapat mengoptimalkan organisasinya. Pasalnya, mereka sudah bisa
menjalankan tugas-tugas operasional rutinnya dengan baik dan masalah-masalah
operasional dapat ditekan pada tingkat minimal.
3. Brand awareness lebih tinggi
Bisnis bisa lebih mudah berjalan apabila produk atau jasa yang ditawarkan sudah
dikenal oleh target pasar yang dituju. Identitas produk yang dikenal oleh pasar inilah
yang disebut dengan brand. Saat produk yang memiliki brand awareness ditawarkan pada
pasar, pasar sudah mengetahui fungsi dan manfaatnya. Dalam franchise, brand awareness
produk relatif sudah lebih tinggi karena pada tempat lain, sudah berjalan gerai franchise
atau prototipenya dalam waktu yang cukup. Dengan brand awareness yang tinggi, sebuah
bisnis franchise dapat memangkas waktu dan biaya yang diperlukan untuk membuat
produk-produknya dikenal masyarakat.
4. Jaringan bisnis lebih luas
Dewasa ini, pola perpindahan masyarakat modern yang cepat dan jauh ini
membuat bisnis yang memiliki jaringan lebih luas berpeluang sukses lebih tinggi. Di
tempat baru, ketika membutuhkan sesuatu dan hendak membeli sesuatu, meski belum
pernah bertransaksi di gerai tersebut, orang cenderung mencari gerai bisnis yang sudah
dikenalnya. Karena penyebaran produk-produk franchise secara umum lebih cepat, maka
jaringan bisnis franchise pun pada umumnya relatif sudah luas. Bahkan, produk franchise
bisa meluaskan jaringan gerainya di beberapa kota dalam jangka waktu yang singkat.
Para investor yang memilih berinvestasi dengan membuka gerai franchise dengan kata
lain menggabungkan diri dengan jaringan yang lebih luas. Karena jaringannya lebih luas,
peluang untuk sukses pun lebih besar.
5. Dukungan manajemen
Bisnis yang memiliki brand awareness tinggi, sistem bisnis yang andal, serta
jaringan yang luas tidak menjamin bisnis tersebut akan sukses. Kelancaran operasional
dan penyesalan masalah-masalah bisnis yang terjadi memegang peran yang sangat
penting terhadap keberhasilan sebuah bisnis. Kemampuan mengatasi berbagai masalah
operasional yang terjadi menjadi penentu akhir keberhasilan bisnis. Sistem franchise
yang baik melengkapi dirinya dengan dukungan manajemen, yaitu berbagai bentuk
dukungan franchisor kepada franchisee dalam menjalankan kegiatan operasional bisnis di
gerai franchisenya. Tujuannya, agar para franchisee dapa tmengatasi masalah-masalahnya
dan akhirnya bisa mencapai sasaran-sasaran bisnis yang ditentukan bersama.

Berdasarkan pembahasan dan diskusi kelompok 2 mengenai waralaba dan lisensi, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberi waralaba (franchisor) wajib mendaftarkan prospektus penawaran waralaba


sebelum membuat perjanjian waralaba dengan penerima waralaba (franchisee). Namun
di sisi lain, penerima waralaba juga wajib mendaftarkan perjanjian waralaba. Kedua hal
ini dilakukan untuk mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.  Apabila prosedur
wajib tersebut tidak dipenuhi, perjanjian waralaba menjadi batal demi hukum. Pemberi
waralaba berkewajiban untuk mengembalikan nominal investasi yang telah diberikan
oleh penerima waralaba. Adapun tuduhan penipuan lebih terkait pada ada tidaknya
jaminan nilai keuntungan tertentu yang dijanjikan pemberi waralaba kepada penerima
waralaba.
Masalah Hukum Waralaba yang Belum Terdaftar
Jika pemberi waralaba dan penerima waralaba melanggar kewajiban pendaftaran
prospektus penawaran dan perjanjian waralaba, maka Menteri Perdagangan, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya masing-masing dapat mengenakan sanksi
administratif berupa :

a. peringatan tertulis
b. denda
c. pencabutan STPW.
Patut dicatat, sanksi administratif berupa peringatan tertulis terhadap pelanggaran
pendaftaran dapat diberikan paling banyak tiga kali dalam tenggang waktu dua minggu
sejak tanggal surat peringatan sebelumnya diterbitkan. Sanksi administratif
berupa denda paling banyak Rp100 juta kemudian dikenakan setelah diterbitkannya surat
peringatan tertulis ketiga. Perjanjian yang sudah ditetapkan suatu formalitas atau bentuk
cara tertentu dinamakan perjanjian formal. Apabila perjanjian yang demikian itu tidak
memenuhi formalitas yang ditetapkan oleh undang-undang, maka ia batal demi hukum.
Batal demi hukum artinya dari semula dianggap tidak pernah dilahirkan suatu
perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Dengan demikian, pemberi waralaba
berkewajiban untuk mengembalikan nominal investasi yang telah diberikan oleh
penerima waralaba.
Terkait tuduhan penipuan, dapat dijerat atas tindak pidana ini apabila terdapat
jaminan nilai keuntungan tertentu yang di janjikan kepada penerima waralaba. Pasal
378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berbunyi:
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan
piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.”
Dasar Hukum :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan


Waralaba.

2. Dalam kegiatan bisnis, dalam hal ini franchise terdapat perjanjian yang dapat dijadikan
sebagai dasar hukum. Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum dikenal sebagai suatu asa
yang disebut sebagai asa “Kebebasan Berkontrak”. artinya para pihak bebas melakukan
kontrak apa pun sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasaan,
kesopanan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum. Bahkan, diakui
oleh undang-undang bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mempunyai kekuatan
berlaku seperti kekuatan berlakunya suatu undang-undang. Lihat Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata. Karena itu pula, suatu perjanjian franchise yang dibuat oleh para pihak
(yaitu franchisor dan franchiser) berlaku sebagai undang-undang pula bagi mereka.
apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi maka sanksi yang diberikan sesuai
dengan isi perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.
Misalnya di dalam perjanjian tertulis apabila pihak penerima waralaba/franchisee
melakukan wanprestasi dengan tidak mebayar fee , maka pihak penerima
waralaba/franchisee diwajibkan membayar royalty fee yang belum dibayarkan kepada
pihak pemberi waralaba/franchisor, selambat-lambatnya satu bulan setelah pemutusan
perjanjian waralaba. Maka pihak franchisee wajib melakukan kewajibannya sesuai
dengan perjanjian tersebut.
3. Dalam menyelenggarakan waralaba di Indonesia diatur dalam Peraturan menteri
Perdagangan Nomer 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Waralaba (Permendag
71/2019). Dalam ketentuan tersebut waralaba mempunyai kriteria dalam memenuhi
kriteria dalam berwaralaba, kriteria tersebut antara lain:
a) Memiliki ciri khas usaha
b) Terbukti dengan adanya keuntungan
c) Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang daat ditawarkan
yang dibuat secara tertulis
d) Mudah di implementasikan/diajarkan dan aplikasikan
e) Adanyan dukungan yang berkesinambungan
f) Kekayaan intelektual yang sudah terdaftar.

Oleh karena itu, peraturan menteri perdagangan yang mempunyai wewenang


dalam mengatur penyelenggaran waralaba. Adapun para pihak dalam waralaba adalah,
anatar lain:

a. Pemberian waralaba, Orang perseoraangan/badan usaha yang memberikan hak


untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada
penerima waralaba.
b. Penerima Waralaba, Orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak
oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba
yang dimiliki pemberi waralaba.
c. Pemberi Waralaba Lanjutan, Penerima Waralaba yang diberi hak oleh pemberi
waralaba untuk menunjuk penerima waralaba lanjutan.
d. Penerima Waralaba Lanjutan,  Orang perseorangan atau badan usaha yang
menerima hak dari pemberi waralaba lanjutan untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan waralaba.
4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Waralaba adalah sebagai berikut, bukan dalam format asli:
“ Peraturan menteri perdagangan tentang penyelenggaraan waralaba bab i ketentuan
umum” terdapat pada pasal 1, pasal 2, dan pasal 3.

Anda mungkin juga menyukai