Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR BISNIS

(EMA 117M)

RANGKUMAN MATERI KULIAH (RMK)

Fungsi Produksi

Oleh:

Kelompok 8

1. Pande Putu Intan Amelia – 2207521166


2. Anugrah Agung Budi Setiawan – 2207521167

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
I. PENDAHULUAN

Produksi sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup masyarakat. Kegiatan


produksi merupakan rantai dari konsumsi hingga distribusi. Kegiatan produksilah yang
menghasilkan barang dan jasa, yang kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa
kegiatan produksi, maka perekonomian akan berhenti. Untuk menghasilkan barang dan jasa
kegiatan produksi melibatkan berbagai fungsi produksi. Fungsi produksi menggambarkan
hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam suatu periode
tertentu. Dalam teori produksi, diberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam
memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksi. Oleh karena itu,
penulis akan membahas berbagai upaya dalam mengoptimalkan fungsi produksi.
II. PEMBAHASAN

A. Hakikat Fungsi Produksi

Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan fisik antara variabel input dan
output, atau dengan kata lain, variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan
(X). Dengan variabel yang dijelaskan merupakan output atau produksi sedangkan variabel
yang menjelaskan merupakan variabel input atau faktor produksi. Dalam beberapa
pembahasan ekonomi, fungsi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena :
1. Dengan adanya fungsi produksi, para peneliti akan mengetahui hubungan antara faktor
produksi dan produksi secara langsung.
2. Dengan adanya faktor produksi, para peneliti akan mudah mengetahui hubungan antara
variabel yang dijelaskan (dependent variable) dan variabel yang menjelaskan
(independent variable).
Hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang tercipta
dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam sebuah rumur, yakni
sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)
Dengan K merupakan jumlah stok modal, L merupakan jumlah tenaga kerja , R
merupakan kekayaan alam, dan T merupakan teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah
jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbaga faktor produksi yang secara bersamaan
digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Persamaan
tersebut adalah suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya menjelaskan bahwa tangkat
prosduksi suatu barang bergantung pada jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan
tingkat teknologi yang digunakan. Setiap produk yang diciptakan memiliki jumlah yang
berbeda-beda sehingga akan memerlukan jumlah faktor-faktor produksi yang berbeda pula
dalam setiap produknya.
Secara singkat, fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan
output. Input atau faktor produksi biasanya diklasifikasikan sebagai tanah, tenaga kerja, atau
modal. Tanah dan tenaga kerja dikatakan sebagai input yang tidak diproduksi untuk
kemudian dijadikan input dalam produksi berikutnya. Sedangkan modal merupakan suatu
output dari proses produksi yang kemudian akan menjadi input untuk produksi berikutnya,
Tentu saja dalam mengoprasikan sebuah perusahaan, fungsi-fungsi yang telah
disebutkan diatas harus bersinergi antara satu dengan yang lainnya, sehingga secara bersama-
sama agar mampu memberikan manfaat yang optimal. Interaksi fungsi tersebut dapat
dikatakan sebagai sebuah sistem.

B. Perencanaan Luas Produksi

Luas produksi memiliki definisi sebagai besanya jumlah dan ragam produk yang
dihasilkan untuk suatu periode tertentu. Selain itu, luas produksi juga dapat diartikan sebagai
kapasitas yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Besarnya sebuah
produksi dapat berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu. Luas perusahaan ini dapat
diukur berdasarkan:

a) Penyerapan bahan baku baik dalam hal jumlah maupun macam.


b) Produk yang dihasilkan baik dalam hal jumlah maupun ragam.
c) Peralatan dan mesin yang digunakan.
d) Jumlah karyawan yang dipekerjakan.

Adapun beberapa faktor yang memengaruhi luas produksi atau junlah dan ragam
produk yang akan diproduksi oleh sebuah perusahaan, yakni sebagai berikut :

1. Ketersediaan bahan baku


2. Ketersediaan kapasitas produksi
3. Ketersediaan kapasitas tenaga kerja
4. Jumlah permintaan yang ada
5. Modal
6. Dan sumber-sumber lain

Setidaknya terdapat tiga cara menentukan luas produksi, antara lain :

1. Metode Linier Programming

Ada dua teknik dalam Metode Linier Programming yang dapat digunakan untuk
menentukan Luas Produksi, yaitu:

 Metode Grafik, yang hanya dapat digunakan untuk menentukan luas produksi optimal
dengan kombinasi produk tidak lebih dari dua macam.
 Metode Simplek, metode penentuan luas produksi optimal yang dapat digunakan
untuk kombinasi produk dua macam atau lebih.

Asumsi dasar yang digunakan dalam metode Linier Programming adalah


a) Divisibility, yakni bahwa besaran volume kegiatan yang menjadi variabel keputusan
dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal atau dapat dibagi dalam satuan
yang berbentuk desimal atau pecahan.
b) Linierity, yakni bahwa fungsi tujuan dan fungsi kendala merupakan fungsi matematis
yang bersifat linier.
c) Additivity, yakni adanya kemungkinan penambahan volume kegiatan.
d) Proportionality, yakni setiap perubahan volume kegiatan tertentu dimana volume
kegiatan yang lain tetap akan menyebabkan perubahan yang proporsional pada nilai
fungsi tujuan.
e) Deterministic, yakni bahwa setiap nilai besaran dalam fungsi tujuan dan kendala
merupakan nilai besaran tertentu dan pasti

2. Analisis Break Even Point (BEP)

Analisis Break-Even sering disebut juga analisis Cost-Profit-Volume. Pengertian


Break-Even yaitu suatu keadaan dimana penerimaan atau penghasilan (Total Revenue) dari
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya total (Total Cost). Dengan demikian Break-
Even menunjukkan keadaan dimana tidak terjadi surplus penerimaan terhadap biaya atau laba
sama dengan NOL.

Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis Break-Even adalah sebagai berikut:

 Biaya pada berbagai tingkat volume kegiatan dapat diperkirakan secara tepat, dan
setiap perubahan volume kegiatan dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
 Biaya-biaya yang terjadi atau diperkirakan terjadi dapat dipisahkan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel.
 Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi
 Harga jual, biaya variabel dan biaya tetap dianggap tidak berubah selama periode
analisis.
 Perusahaan dianggap hanya menjual satu macam barang dan bila dalam kenyataannya
lebih dari satu macam maka sales mix dianggap tetap.

Ada tiga cara atau pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat Break Even,
yakni:
a. Pendekatan Tabularis, yaitu dengan cara menghitung penghasilan dan biaya pada
berbagai tingkat volume penjualan/produksi.
b. Pendekatan Grafis, yaitu dengan menggambar kurva Penghasilan (TR), biaya tetap
(FC), biaya variabel (VC), dan biaya total (TC) pada berbagai tingkat
penjualan/produksi.
c. Pendekatan Aritmatik, yaitu dengan menggunakan rumus-rumus matematik sebagai
berikut:(1) BE dalam satuan unit moneter  (2) Break Even dalam satuan unit barang

3. Motode Forecasting

Dalam konteks Manajemen Operasi/Produksi forecasting didefinisikan sebagai proses


meramalkan permintaan produk yang harus diproduksi di masa yang akan dating, baik dalam
hal kuantitas, kualitas, timing maupun lokasi untuk periode tertentu. Forecasting diperlukan
untuk planning decision bagi top management dan semua fungsi dalam organisasi. Sistem
forecasting terdiri dari enam komponen utama, yaitu:

1. Output dari sistem peramalan


2. Input dari sistem peramalan
3. Kendala peramalan
4. Keputusan dalam sistem peramalan
5. Kriteria Kinerja peramalan
6. Metode Peramalan
7. Pengawasan Peramalan

C. Perencanaan Lokasi Pabrik

Lokasi termasuk salah satu komponen yang penting dalam sebuah perusahaan
karena akan memengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan itu sendiri kedepannya.
Perencanaan lokasi merupakan suatu kegiatan strategis yang bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungan bagi sebuah perusahaan, yang dimana diharapkan pemilihan lokasi pabrik yang
tepat akan memperlancar dalam pengoprasian sebuah perusahaan. Terdapat hal penting yang
menjadi dasar pemilihan lokasi sebuah perusahaan, yakni komitmen jangka panjang yang
akan berpengaruh terhadap biaya operasi dan pendapatan sebuah perusahaan. Perusahaan
pada umunya berada disebuah lokasi dalam waktu yang tak tebilang singkat. Jika kemudian
hari disadari terhdapat sebuah kesalahan yakni pemilihan lokasi yang tidak tepat, maka akan
sulit bagi perusahaan untuk memperbaiki tanpa adanya resiko tentang kerugian imvestasi
yang cukup besar. Semua hal yang terpengaruh jika terjadi kesalahan pemilihan lokasi pada
akhirnya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan operasi.

Adapun faktor-faktor sebagai penentuan dalam perencanaan lokas pabrik, diantaranya :

1. Lokasi pasar (market location)


2. Lokasi sumber bahan baku (raw material location)
3. Alat angkutan (transportation)
4. Masyarakat sekotar
5. Tenaga kerja
6. Listrik, air, dan telepon
7. Sarana dan prasarana yang mendukung

Disamping itu, terdapat beberapa metode perencanaan lokasi pabrik, antara lain :

1. Metode beban skor


Metode ini merupakan penentuan lokasi pabrik secara kualitatif. Metode ini sangat mudah
digunakan tetapi penilaiannya sangat subjektif sehingga jarang digunakan. Adapun
klangkah-langkah metode beban skor, antara lain ;
1) Menentukan faktor-faktor yang akan dinilai
2) Memberikan skor untuk setiap faktor yang akan dinilai
3) Memberikan bobot berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing faktor
4) Mengalikan skor x bobot setiap faktor
5) Menentukan lokasi dengan mendasarkan pada nilai beban skor tertinggi
2. Metode perbandingan biaya
Metode ini dilakukan dengan membandingkan totak biaya masing-masing alternative
lokasi.
3. Metode Break even point
BEP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisa alternative
pemilihan lokasi pabrik yang optimum. BEP adalah titik dimana total pendapatan sama
dengan total biaya yang dikeluarkan
4. Metode pusat graffiti
Metode ini digunakan untuk menentukan lokasi usaha dengan memanfaatkan lokasi
geografis dari pasar yang dimiliki. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan metode
ini, diantaranya :
- Tentukan pasar yang akan dilayani dan tentukan nilai kebutuhan masing-masing
- Carilah koordinat pasar yang akan dilayani tersebut pada peta geografis
- Masukkan data kebutuhan dan koordinat pasar tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya dalam formulasi untuk mendapatkan koordinat lokasi usaha.
5. Metode transportasi
Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi
dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat yang dibutuhkan
secara optimal. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menggunakan metode
transportasi adalah :
1) Kapasitas pabrik sebagai sumber
2) Kapasitas permintaan di wilayah pemasaran atau gudang sebagai tujuan
3) Biaya produksi dari masing-masing pabrik
4) Biaya distribusi dari tempat asal ke tempat tujuan.

D. Perencanaan Layout Pabrik

Layout pabrik adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi guna


memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien. Fasilitas pabrik dapat berupa mesin-
mesin, alat-alat produksi, alat pengangkutan bahan, dan peralatan pengawasan. Didasarkan
oleh segi biaya, tujuan dalam tata letak pabrik adalah untuk meminimalkan total biaya yang
menyangkut elemen-elemen sebagai berikut :
1. Biaya konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi
lainnya
2. Biaya pemindahan bahan. Biaya produksi, maintence, safety, dan produk setengah jadi
Adapun tujuan utama dari layout pabrik ini yakni mengatur area kerja dan segala
fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk produksi aman dan nyaman sehingga akan
dapat menaikkan moral kerja dan performance karyawan. Beberapa langkah yang perlu
dilaksanakan dalam perencanaan layout adalah:
a. Perencanaan produk berupa spesifikasi mengenai produk, seperti manfaat, fungsi, bentuk,
ukuran, kualitas dan proses pembuatan, bahan yang diperlukan dll. Menyusun urutan
pekerjaan dalam proses produksi (routing)
b. Menetapkan perlengkapan yang diperlukan dan memilih mesin-mesinnya
Untuk melaksanakan langkah-langkah ini, maka faktor efisiensi dan faktor
cadangan kerusakan harus diperhitungkan untuk masing-masing jenis operasi. Penggunaan
faktor efisiensi dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kemungkinan bahwa pabrik tidak
beroperasi pada kapasitas penuh, sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dalam schedulling.
Semakin rendah faktor efisiensi maka semakin tinggi kebutuhan kapasitas.

Layout pabrik sendiri terbagi menjadi empat bagian, yaitu :

1. Layout Proses atau Layout Fungsional atau Functional Layout atau Process Layout
Dalam layout ini mesin-mesin dan peralatan-peralatan yang memiliki kesamaan fungsi
dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat atau ruang tertentu. layout semacam
ini biasanya dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang berproduksi dalam rangka
memenuhi pesanan dimana terdapat banyak pesanan yang berbeda baik dalam bentuk,
kualitas, maupun jumlahnya.
2. Layout Produk atau Layout Garis Atau Product Layout atau Line Layout
Di dalam layout jenis ini mesin-mesin dan perlengkapan pabrik disusun berdasarkan
urutan opersi proses produksi yang diperlukan untuk membuat suatu produk.
3. Layout Kelompok atau Group Layout
Pada layout ini, mesin-mesin dan perlengkapan yang digunakan untuk membuat atau
memproses komponen yang sama
4. Layout Posisi Tetap
Layout ini merupakan susunan letak mesin dan fasilitas produksi yang diatur di dekat
tempat proses produksi dengan posisi tetap.
Keempat macam layout tersebut pada dasarnya dapat dipergunakan baik untuk
produksi untuk pesanan maupun produksi untuk pasar. Akan tetapi secara umum biasanya
penggunaan layout proses bagi produksi untuk pesanan dan layout produk bagi produksi
untuk pasar.
E. Perencanaan Bahan Baku

Bahan baku adalah merupakan input dari proses transformasi dari produk jadi.
untuk membedakan apakah bahan baku termasuk bahan penolong adalah dengan cara
mengadakan penelusuran terhadap bahan-bahan atau elemen-elemen kedalam produk jadi.
Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, misalnya serat diolah
menjadi benang.. Bahan baku tidak bisa tersedia setiap saat, karenanya perusahaan perlu
mengadakan persediaan bahan baku (Nasution, 2003).
Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode untuk merencanakan
bahan baku, agar di perusahaan tidak mengalami kekurangan bahan baku dan kelebihan
bahan baku. Selain itu, metode ini berguna untuk memastikan persediaan berjumlah sedikit.
Menurut Senator Nur Bahagia, tiga masukan utama yang diperlukan dalam mekanisme kerja
MRP, yaitu:
a. Jadwal Induk Produksi (JIP), adalah suatu rencana produksi yang menggambarkan
hubungan antara jenis dan kuantitas setiap jenis produk akhir dengan waktu
penyediaannya.
b. Status Inventory, yang menggambarkan keadaan setiap bahan atau komponen yang
terdapat dalam sistem inventory. Sistem inventory dalam MRP berkaitan dengan
informasi tentang: Jumlah inventory yang ada digudang pada setiap periode (inventory on
hand), jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut datang (inventory
on order), waktu ancang-ancang (lead time) setiap komponennya.
c. Struktur Produk, adalah kaitan antara produk dengan komponen-komponen penyusunnya
mulai dari bahan baku sampai produk jadi. Kelengkapan informasi untuk setiap
komponen ini meliputi: jenis komponen, jumlah yang dibutuhkan dan tingkat
penyusunannya.

F. Perencanaan Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah lingkungan yang mempengaruhi pembentukan perilaku


seseorang dalam bekerja. Lingkungan kerja tersebut dapat di bagi 2 yaitu lingkungan fisik
seperti bangunan dan fasilitas yang di sediakan serta letak gedung dan prasarananya.
Sedangkan lingkungan non fisik adalah rasa aman dari bahaya, aman dari pemutusan kerja,
loyalitas baik kepada atasan maupun sesame rekan kerja dan adanya rasa kepuasan kerja di
kalangan pegawai. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik adapun hal-hal yang perlu
di perhatikan adalah :

a. Bangunan tempat kerja


b. Ruang kerja yang lega
c. Ventilasi untuk pertukaran udara
d. Tersedianya peralatan kerja yang memadai
e. Tersedianya tempat-tempat untuk melakukan ibadah keagamaan
f. Tersedianya tempat untuk melepas Lelah
g. Tersedianya sarana angkutan khusus maupun umum untuk karyawan yang nyaman dan
mudah di peroleh.

Dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik di perusahaan maka akan dapat
mendukung suasana kerja yang baik pula di mana ini akan menimbulkan motivasi kerja yang
tinggi serta dapat membangkitkan semangat dan kegairahan kerja para karyawan guna
mencapai tingkat produktivitas perusahaan

G. Pengendalian Produksi

Tujuan pengendalian produksi ialah menjaga kelancaran pekerjaan dari bahan


baku sampai barang jadi, sehingga dapat diselesaikan dalam tempo sesingkat mungkin dan
biaya serendah mungkin. Ada 4 macam langkah dalam pengendalian produksi, yaitu:

1. Planning
Proses produksi akan berjalan lancar jika direncanakan secara matang dan teliti
terlebih dahulu. Pekerjaan planning tidak hanya meletakkan prosedur dan tujuan
proses, tetapi lebih terperinci.
2. Routing
Pengawasan atas tingkat pekerjaan tertentu dinamakan routing. Routing (jalan) yang
harus ditempuh dalam perusahaan oleh bahan atau barang produksi harus rasional dan
efisien.
3. Scheduling
Tujuan scheduling ialah menjaga kelancaran pekerjaan, menghindarkan konflik dan
kelalaian dalam menggunakan mesin, dari membuat table waktu kapan bahan mentah
diperlukan sampai kapan waktu hasil jadi harus siap. Dengan demikian, waktu
pekerjaan dapat diawasi seminimal dan setepat mungkin.
4. Dispatching
Dispatching didefinisikan sebagai perintah kerja untuk masing-masing pekerjaan.
Dispatching sangat penting digunakan agar planning dapat dilaksanakan, routing
dapat diatur, dan scheduling dapat terjaga.

H. Pengendalian Biaya Produksi

Pengendalian biaya produksi yaitu pengendalian terhadap proses produksi agar


pelaksanaan kerja sesuai dengan yang telah ditetapkan dan mengadakan tindakan perbaikan
terhadap kegiatan produksi yang menyimpang dari perencanaan dengan cara membandingkan
biaya produksi pada kapasitas standardengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi
setelah proses produksi untuk mengetahui efisiensi biaya produksi. Pengendalian biaya
produksi terdiri dari :

1. Pengendalian Biaya Bahan Baku Langsung


Pengendalian biaya bahan baku langsung tergantung sejauh mana pemakaian bahan
baku tersebut telah dijalankan secara efektif. Bila pemakaian bahan tersebut dapat
dipakai dengan efektif maka biaya pun juga dapat terkendali. Dalam fase yang luas
pengendalian bahan baku adalah menyediakan bahan baku dengan kualitas dan
kuantitas yang diisyaratkan pada waktu dan tempat yang diperlukan dalam proses
produksi hal ini mengandung pengertian bahwa bahan yang diperoleh tidak boleh
berlebihan jumlahnya dan seharusnya dipertanggungjawabkan secara penuh dalam
penggunaannya.
2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pengendalian tenaga kerja berkisar pada pengukuran prestasi pelaksanaan yang
sesungguhnya terhadap tolok ukur atas standar dan mengadakan tindak lanjut
terhadap alas an terjadinya penyimpangan dari standar ini. Berhasilnya proyek akan
bergantung pada suatu sistem upah yang layak dan standar-standar kuantitatif dan
kualitatif yang efektif, serta analisis biaya tenaga kerja langsung yang dilakukan untuk
mencari selisih tarif upah langsung dan selisih efisiensi upah langsung serta
pengambilan tindakan perbaikan .
3. Pengendalian biaya overhead pabrik
Pengendalian biaya overhead pabrik hampir serupa dengan pengendalian bahan baku
dan upah langsung. Pengendalian terhadap biaya penyusutan, penggunaan tenaga
listrik, perbaikan dan pemeliharaan mesin mendapat perhatian yang lebih besar dari
manajemen. Meskipun faktor-faktor ini agak menyulitkan, tapi cara pendekatan dasar
dari pengendalian ini pada pokoknya adalah sama pada yang telah diterapkan
terhadap biaya-biaya langsung, yaitu penetapan standar, pengukuran prestasi
sebenarnya terhadap standar, melakukan analisis biaya overhead pabrik untuk
mencari selisih yang terjadi pada anggaran, kapasitas, efisiensi total dan pengambilan
tindakan perbaikan.
III. PENUTUP

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Produksi


merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan. Dengan
pengelolaan produksi yang baik mulai dari langkah perencaan luas produksi, perencanaan
lokasi pabrik, perencanaan layout pabrik, perencanaan bahan baku, perencanaan lingkungan
kerja, pengendalian produksi, hingga pengendalian biaya produksi, maka suatu perusahaan
akan mencapai target produksi yang diinginkan. Sebaliknya, jika sebuah perusahaan
mengambil keputusan yang salah dalam menerapkan fungsi produksi, maka sebuah
perusahaan akan mengalami kemunduran, bahkan kebangkrutan.
DAFTAR PUSTAKA

Yogatama. (2019). Teori Produksi. teori produksi, 1(1), 6.


H. Buchari Alma, 2016, Pengantar Bisnis, Edisi sembilan belas, Alfabeta Bandung

Saputra, R.A., Kholidasari, I., Susanti, S., Setiawati, L., (2020). ANALISIS
PERENCANAAN BAHAN BAKU DI UD. AA DENGAN MENERAPKAN METODE
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP). Jurnal Logistik Indonesia.

Larasati, R. (n.d.). PERENCANAAN LOKASI PABRIK. Retrieved from academia.edu:


https://www.academia.edu/31833273/PERENCANAAN_LOKASI_PABRIK
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/layout-pabrik
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/luas-produksi

Anda mungkin juga menyukai