MATERI VII
Mata kuliah: Ekonomi Manajerial
Dosen Pengasuh: Dr. Frans gana, M.Si & Theddy Baskara, S.AB, M.Sc
Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna,yaitu kemampuan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia.Produksi dalam hal ini mencakup pengertian yang luas yaitu
meliputi semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa-jasa. Proses penciptaan ini pada
umumnya membutuhkan berbagai jenis faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah
dan kualitas tertentu. Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan produksi”, karena
Teori produksi terdiri dari beberapa analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang
pengusaha dalam tingkat teknologi tertentu, mampu mengkombinasikan berbagai macam faktor
produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan seefisien mungkin. Jadi,
penekanan proses produksi dalam teori produksi adalah suatu aktivitas ekonomi yang
(output). Dalam proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah atau guna.
Dalam persamaan tersebut, Q mewakili output atau jumlah hasil produksi pada
periode tertentu, dan X mewakili faktor- faktor produksi atau input dalam proses produksi
tersebut. Dalam suatu proses produksi, terdapat proses produksi yang terjadi dalam kurun
waktu tertentu yang terbagi menjadi dua yaitu :
2.1.1 Produksi Dalam Jangka Pendek
Jangka pendek merupakan kurun waktu yang terjadi ketika salah satu atau lebih
faktor produksi yang tidak bisa diubah atau tetap. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah
disebut juga fixed input atau masukan tetap. Fixed input dalam jangka waktu ini umumnya
adalah capital atau modal. Modal bersifat tetap karena jumlahnya tetap dan tidak akan
berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi. Sedangkan tenaga kerja bersifat variabel
karena penggunaannya berubah sesuai dengan banyaknya hasil produksi. Misalnya saat
produsen A ingin meningkatkan banyaknya hasil produksi perusahaannya dalam jangka
pendek, maka yang bisa ia lakukan adalah menambah jumlah tenaga kerjanya. Ia tidak bisa
menambah alat-alat seperti mesin, karena ini hanya dalam jangka pendek atau tidak akan
selamanya.
1. Produksi Dengan Satu Input Variabel
a) Produksi Total
Produk total merupakan jumlah total dari semua hasil produksi dalam periode
tertentu. Produk total akan berubah sesuai dengan banyaknya faktor produksi variabel yang
digunakan. Kurva yang menunjukkan hubungan antara produksi total dengan satu faktor
produksi variabel sedangkan faktor lainnya dianggap tetap adalah Kurva Produksi atau Total
Product (TP). Kurva tersebut dinotasikan sebagai berikut :
𝑇𝑃 = 𝑓(𝑋)
Dimana TP merupakan output total atau jumlah produksi total, dan X merupakan
jumlah input variabel yang digunakan. Misalnya jika hanya terdapat satu macam input
variabel yang digunakan yaitu tenaga kerja atau Labour maka dituliskan sebagai berikut :
𝑄 = 𝑓(𝐿)
Dimana Q merupakan tingkat output dan L merupakan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Sehingga dari fungsi diatas dapat digambarkan kurva produksi sebagai berikut :
Q = f (L)
L
b) Produksi Rata-Rata
Produksi rata-rata atau Average Product (AP) adalah jumlah total produksi yang
dibagi dengan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi. Produksi rata-rata
dinotasikan dengan fungsi sebagai berikut :
𝑄
𝐴𝑃 =
𝐿
Q merupakan output total atau jumlah hasil produksi sedangkan L merupakan jumlah
Labour atau jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sehingga Produksi rata-rata merupakan
jumlah rata-rata produksi oleh setiap tenaga kerja.
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 ∆𝑄
MP = =
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 ∆𝐿
𝑄 = 𝑓(𝐿, 𝐶)
Dengan Q sebagai output atau jumlah hasil produksi, L sebagai Labour atau tenaga
kerja, dan C sebagai Capital atau modal ataupun peralatan yang mana kedua ini merupakan
input variabel.
Dalam teori ini,terdapat kurva isoquant yang menunjukkan hasil produksi sama dan
garis isoqost yang menunjukkan biaya untuk proses produksi sama.
a. Isoquant (Kurva Produksi Sama)
Isoquant merupakan kurva yang mengkombinasikan antara dua input variabel yang
digunakan untuk menghasilkan output atau hasil produksi yang sama. Isoquant dapat
berbentuk seperti kurva indifference dan tidak berupa garis lurus,vertikal maupun horizontal.
Kurva ini memiliki beberapa ciri diantaranya adalah memiliki slope negatif
dan cembung ke titik origin, kurva ini juga tidak dapat saling memotong satu
sama lain, serta garis kurva yang lebih tinggi atau yang terluar lebih banyak
disukai daripada yang dekat dengan titik origin karena tingkat produksinya lebih
banyak sehingga Q₁ < Q₂.
b. Isoqost (Garis Ongkos Sama)
Kurva ini menggambarkan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh produsen selama
proses produksi dalam kurun waktu tertentu.
C
Kurva ini bersifat slope negatif. Sehingga apabila ketika akan meningkatkan output, maka
harus meninggalkan input variabelnya. Sebaliknya jika input variabelnya yang ditambah,
maka output yang dihasilkan akan berkurang.
2.1.2 Produksi Dalam Jangka Panjang
Jangka Panjang suatu proses produksi tidak dapat diperkirakan akan berjalan 10 tahun,
25 tahun, atau bahkan sampai 50 tahun. Sehingga dalam kurun waktu ini semua faktor
produksi yang digunakan bersifat variabel atau tidak ada faktor produksi tetap.
Jangka Panjang merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat semua input
Q = f (X1,X2,...Xn)
dimana :
Q = output,
Sumber daya (input) tetap dalam jangka panjang tidak ada, karena semua input dalam
jangka panjang adalah variabel, sehingga untuk merubah output membutuhkan waktu yang
lama. Lamanya waktu jangka panjang ini berbeda-beda antar industri. Hal ini karena sifat dari
masing-masing proses produksi juga berbeda-beda. Jangka panjang tidak hanya sekedar
gabungan dari beberapa jangka pendek, tetap sebaiknya diartikan pula sebagai masa
perencanaan. Pilihan kombinasi input dalam jangka panjang adalah fleksibel, dan fleksibelitas
ini berlaku bagi perusahaan yang belum melaksanakan rencananya.
Gambar 7
Kurva Biaya Produksi dalam Jangka Panjang
Total Cost (TC) jangka panjang merupakan gabungan dari beberapa biaya total jangka
pendek (STC = Short-run Total Cost). Untuk semua tingkat output selain Q1, STC (K1) > TC.
Hal yang sama juga berlaku untuk K2 dan K3 dimana tingkat output yang maksimum terletak
pada Q2 dan Q3.
Garis Perluasan Produksi
Garis perluasan produksi merupakan isocline atau kurva yang menghubungkan titik-titik
yang besar tingkat batas penggantiannya secara teknis sama yang menunjukkan output yang
dihasilkan jika harga produksi tetap. Jadi garis ini menunjukkan bagaimana faktor produksi
(input) tersebut berubah jika besarnya biaya dari proses produksi (output) tidak berubah dan
harga produksinya tetap.
Sehingga, jika ada produsen yang melakukan kegiatan produksinya dalam rangka untuk
mencapai tujuan akhirnya yaitu memaksimalkan keuntungan yang di dapat maka ia harus
menggordinasikaproduksinya seefektif mungkin dengan menentukan beberapa keputusan
yaitu menentukan berapa jumlah output yang harus ia produksi dan menentukan berapa
jumlah dan kombinasi seperti apa input ini digunakan.
Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut
sebagai fungsi produksi. Seperti yang sudah disebutkan diatas, bahwa fungsi produksi
merupakan suatu persamaan atau fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat output
Y = f (X1, X2,....Xn)
Fungsi produksi linier biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi produksi linier
sederhana dan fungsi produksi linier berganda. Perbedaan ini terletak pada jumlah variabel X
yang digunakan dalam model. Fungsi produksi linier sederhana dengan jumlah variabel yang
digunakan dalam model hanya satu variabel X, maka dapat ditulis persamaannya sebagai
berikut :
Y = a + bX
Sedangkan fungsi produksi linier berganda memiliki jumlah variabel lebih dari satu, dan
dapat ditulis sebagai berikut :
Fungsi produksi seperti ini ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini, yang
mana disepanjang setiap isoquan yang berbentuk lurus ini, Return to scale (RTS)-nya konstan
(σ =~).
Gambar 8
Isoquant Fungsi Produksi Linier
Bentuk isoquant seperti ini jarang sekali ditemui, karena K dan T merupakan substitusi
murni (perfect subsitution) antara satu dengan yang lainnya. Suatu usaha dengan fungsi
produksi seperti ini bisa menggunakan K saja atau T saja dalam proses produksinya.
Y = a + bX + cX
Berbeda dengan fungsi produksi linier (sederhana dan berganda) yang tidak mempunyai
nilai maksimum, maka fungsi produksi kuadratik mempunyai nilai maksimum yang akan
tercapai apabila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol. Fungsi produksi
kuadratik juga disebut sebagai fungsi produksi polinomia kuadratik dan fungsi produksi dengan
proporsi input yang tetap (fixed proportions production function). Isoquant untuk fungsi
produksi ini berbentuk huruf “L”. Suatu usaha yang memiliki fungsi produksi seperti ini akan
selalu beroperasi disebelah “sudut” isoquant, yang mana pada sudut ini rasio K/T tetap sebesar
b/a. Diluar ini, perusahaan akan berjalan tidak efisien, sebab output yang sama bisa
dihasilkan dengan menggunakan input yang lebih sedikit (yaitu dengan bergerak ke sebelah
Gambar 9
Isoquant Fungsi Produksi Kuadratik (σ = ~)
2.2.3 Fungsi Produksi COBB-DOUGLASS
sebagai fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi ini berbeda satu dengan yang lain,
tergantung pada ciri data yang ada dan digunakan, tetapi umumnya ditulis dengan :
Y=a
Fungsi produksi eksponensial atau Cobb-Douglas ini sudah banyak digunakan dalam
studi-studi tentang fungsi produksi secara empiris. Fungsi atau persamaan ini melibatkan dua
variabel atau lebih, yang mana variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen atau
yang dijelaskan (dependent variable), dan yang lain disebut sebagai variabel independen.
Secara matematis, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagaiberikut :
Y=α
dimana :
Y = output
T,Tk,K = faktor-faktor produksi
β1, β2,β3 = parameter yang ditaksir nilainya.
Kemudahan dalam estimasi atau pendugaan terhadap persamaan diatas dapat dilakukan
dengan mengubah bentuk linier berganda dengan cara menjadikan bentuk linier berganda
dengan cara menjadikan bentuk logaritma, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
Bentuk kurva isoquant fungsi produksi Cobb-Douglas biasanya berbentuk cekung “normal”
(normal convex )
Gambar 10
Kurva Isoquant Fungsi Produksi Cobb-Douglas (σ = 1)
2.3 Skala Hasil (Return to Scale)
Return to Scale didefinisikan sebagai derajat perubahan output apabila semua inputnya
diubah dalam proporsi yang sama. Skala hasil perlu dihitung untuk mengetahui apakah
kegiatan dari suatu usaha mengikuti kaidah increasing, decreasing, atau constant return to
Yo = α
dan jika semua input ditambah dengan kelipatan yang sama sebesar k kali, maka output akan
menjadi :
Y =α
Y =α
= Yo
Ini terjadi jika proporsi perubahan output lebih besar dari proporsiperubahan input,
Terjadi bila proporsi perubahan output sama dengan proporsi perubahan input, yaitu
β1 +β2 + β3 = 1. Pada tahap ini, besarnya operasi produksi usaha tidak akan
mempengaruhi produktivitas dari faktor-faktor produksinya.
3. Decreasing Return to Scale
Jika proporsi perubahan output lebih kecil dari proporsi perubahan input yaitu β1 +
berskala besar dengan manajemen yang lebih rumit dan struktur organisasi yang lebih
kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
http://e-journal.uajy.ac.id/4850/3/2EP15717.pdf