Anda di halaman 1dari 21

PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PERPAJAKAN

Disusun Oleh :

Kelompok 3 / 6 PS.A

1. Anisa Ayu Safitri (402200011)


2. Asep Nuruddin Hidayat (402200012)

Dosen Pengampu :

Suad Firiawan, SE.M.A.

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ,kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keindahan dan


inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PPh
22 dan PPh 23 .Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perpajakan .Selain itu ,penulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan lebih jauh lagi bagi para jurnalis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Suad Firiawan ,SE.,M.A. sebagai


pembimbing pada mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan kewajibannya
sehingga dapat menambah informasi dan pemahaman sesuai bidang studi yang
kami ikuti .Selain itu kami ucapkan terima kasih kepada setiap individu yang telah
berbagi wawasan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami memahami bahwa makalah yang kami susun belum sepenuhnya


sempurna .Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun dari pembaca.

Ponorogo ,2 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
KAJIAN TEORI ............................................................................................................... 3
A. PPh Pasal 22 .............................................................................................................. 3
1.Pengertian PPh Pasal 22.............................................................................................. 3
2.Objek dan Pemungut PPh Pasal 22 ............................................................................. 3
3.Tarif PPh Pasal 22 ....................................................................................................... 4
4.Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 .................................................................... 5
5. Sifat Pemungutan ........................................................................................................ 6
6.Saat Terutang dan Saat Pemungutan .......................................................................... 6
7.Tatacara Pemungutan ,Penyetoran ,dan Pelaporan PPh 22 ......................................... 7
8.Cara Menghitung PPh Pasal 22................................................................................... 8
B. PPh Pasal 23 ............................................................................................................ 10
1.Pengertian PPh Pasal 23............................................................................................ 10
2. Pemotong PPh Pasal 23 ............................................................................................ 11
3. Objek dan Tarif Pemotongan PPh Pasal 23 .............................................................. 11
4. Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 23 ....................................................... 12
6. Cara Menghitung PPh Pasal 23 ................................................................................ 14
BAB III............................................................................................................................. 17
PENUTUP ........................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
perubahan keempat atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Ayat berbunyi
pajak kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang ,dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara .1Jenis-jenis pajak yang dipotong dan dipungut di Indonesia salah
satunya Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh) .Pajak
Penghasilan sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang Pajak Nomor 10 tahun 1994 selanjutnya diubah kembali
dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 dan terakhir diubah dengan
Undang-Undang Pajak Nomor 36 tahun 2008 terdiri dari PPh pasal
21,22,23,24,25,26.

Pajak Penghasilan yang ditetapkan salah satunya adalah PPh Pasal


22 dan 23 .PPh 22 merupakan merupakan pajak yang dipungut sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan barang dari badan-badan, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya, baik di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lainnya dengan tarif yang berbeda-beda
sesuai dengan jenis penghasilannya di mana yang memungut pajak tersebut
langsung disesuaikan dengan objek pajaknya .2

Sedangkan PPh 23 menurut Purwono (2012), menyatakan bahwa


PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
Wajip Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal,

1
Mardiasmo, PERPAJAKAN, ed. Dian Arum, Edisi 2019. (Yogyakarta: Andi, 2019).
2
Lyviani A. Taroreh, Jenny Morasa, and Lidia M. Mawikere, “Evaluasi Perhitungan, Penyetoran
Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 Pada RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,” Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 9, no. 2 (2021): 378–386.

1
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, yang dibayarkan atau terutang
oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggaraan
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya .3

B. Rumusan Masalah
1. Bagimana PPh Pasal 22 ?
2. Bagimana PPh Pasal 23 ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui PPh Pasal 22 .
2. Untuk mengetahui PPh Pasal23 .

3
Patric Walandouw, “Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pph Pasal 23 Dan Pph Pasal 25,” Emba
1, no. 3 (2013): 1689–1699.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PPh Pasal 22
1. Pengertian PPh Pasal 22
Definisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah pajak yang
dipungut oleh bendaharawan pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah ,instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga -lembaga negara
lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
badan badan tertentu dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan
lainnya .4

2. Objek dan Pemungut PPh Pasal 22


Berikut merupakan objek dan pemungut PPh 22 :5

No. Objek Pajak Pemungut


1. Pembelian barang oleh Bendahara pemerintah ,Pejabat
bendaharawan pemerintah Penerbit Surat Perintah
Membayar dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)
2. Pembelian barang oleh Badan tertentu dan BUMN
badan usaha tertentu
3. Penjualan hasil produksi Badan usaha yang bergerak
industry tertentu dalam bidang usaha industry
(semen,kertas,baja,dll) semen,industry kertas,industry
baja,industry otomotif,dll
4. Penjualan bahan bakar Produsen atau importir bahan
minya,bahan bakar gas,dan bakar minyak,bahan bakar
pelumas gas,dan pelumas
5. Penjualan kendaraan Agen Tunggal Pemegang Merk
bermotor (ATPM) ,Agen Pemegang Merk
(APM) ,dan Importir umum
kendaraan umum.
6. Pembelian bahan bahan Badan usaha industry atau
untuk keperluan industry eksportir
atau ekspor
4
AWANG MAULANA, “IMPLEMENTASI INSENTIF PAJAK TERHADAP PEMUNGUTAN
PPH 22 ATAS IMPOR DI ‘PT. INTI DHARMA GLOBAL INDO’” (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Jakarta, 2022).
5
Mardiasmo, PERPAJAKAN.

3
7. Pembelian Komoditas Badan usaha yang melakukan
Tambang pemebelian komoditas tambang
8. Penjualan Emas Badan usaha yang melakukan
penjualan emas Batangan di
dalam negeri
9. Penjualan barang yang Wajib Pajak badan yang
tergolong sangat mewah melakukan penjualan barang
(peswat pribadi,helicopter yang tergolong sangat mewah.
pribadi,kapal pesiar,rumah
beserta tanahnya,apartemen
kendaraan )

3. Tarif PPh Pasal 22


Berikut tarif PPh Pasal 22 :6

No. Objek Pajak Tarif


1. Pembelian barang oleh 1,5 % dari harga pembelian
bendaharawan pemerintah tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai
2. Pembelian barang oleh 1,5 % dari harga pembelian
badan usaha tertentu tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai
3. Penjualan hasil produksi • Penjualan semua jenis
industry tertentu semen sebesar 0,25%
(semen,kertas,baja,dll) • Penjualan kertas sebesar
0,1%
• Penjualan baja sebesar 0,3%
• Penjualan semua jenis
kendaraan bermotor roda
dua atau lebih,tidak
termasuk alat berat sebesar
0,45%
• Penjualan semua jenis obat
sebesar 0,3%
Dari dasar pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai
4. Penjualan bahan bakar • Bahan bakar minya sebesar
minya,bahan bakar gas,dan 0,25% dan 0,3%
pelumas • Bahan bakar gas sebesar
0,3% dari penjualan tidak
termasuk PPN

6
Ibid,279-287.

4
• Pelumas sebesar 0,3% dari
penjualan tidak termasuk
PPN
5. Penjualan kendaraan PPh pasal 22 sebesar 0,45%
bermotor dari dasr pengenaan PPN
6. Pembelian bahan bahan PPh pasal 22 sebesar 0,25%
untuk keperluan industry dari harga pembelian tidak
atau ekspor termasuk PPN
7. Pembelian Komoditas PPh pasal 22 sebesar 1,5% dari
Tambang harga pembelian tidak termasuk
PPN
8. Penjualan Emas PPh pasal 22 sebesar 0,45%
dari harga jual emas batangan
9. Penjualan barang yang PPh pasal 22 sebesar 1% dan
tergolong sangat mewah 5%
(peswat pribadi,helicopter
pribadi,kapal pesiar,rumah
beserta tanahnya,apartemen
kendaraan )

4. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22


Dikecualikan dari pemungutan Pajak PPh Pasal 22 yaitu :

a) Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan


peraturan perundang – undangan tidak terutang Pajak Penghasilan .7
b) Impor barang yang dibebaskan bea masuk da/atau PPN .8
c) Dalam impor sementara jika waktu impornya nyata dimaksudkan untuk
Kembali diekspor .
d) Impor Kembali (re-impor)
e) Pembayaran yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah ,BUMN
dan badan usaha tertentu ,badan usaha industri atau eksportir ,pembeli
komoditas tambang .
f) Pembayaran untuk pembelian barang yang berhubungan dengan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

7
Ibid,289.
8
S S T Vita Apriliasari et al., Praktikum PPh Pemotongan Dan Pemungutan (PPh Pasal 22, 23, 26,
4 Ayat (2), 15) (Penerbit Andi, n.d.).

5
g) Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh
industry otomotif ,Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) ,Agen
Pemegang Merek (APM) dan importir umum kendaraan bermotor .
h) Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan perhiasan
dari emas untuk tujuan ekspor .
i) Penjualan emas batangan oleh bdan usaha yang melakukan penjualan
emas batangan kepada Bank Indonesia .
j) Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah dan
BULOG
k) Pembelian bahan pangan pokok dalam rangka menjaga ketersediaan
pangan dan stabilisasi harga pangan oleh Perusahaan Umum Badan
Urusan Logistik atau BUMN lainnya.

5. Sifat Pemungutan
PPh Pasal 22 bersifat tidak final kecuali atas penjualan bahan bakar
minyak ,bahan bakar gas ,dan pelumas oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak ,bahan bakar gas ,dan pelumas kepada penyalur
atau agen .9

6. Saat Terutang dan Saat Pemungutan 10


No. Objek Pajak Saat Terutang dan Saat
Pemungutan
1. Pembelian barang oleh Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
bendaharawan pemerintah pembelian barang oleh bendaharawan
pemerintah terutang dan dipungut
pada saat pembayaran .
2. Pembelian barang oleh Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
badan usaha tertentu pembelian barang oleh BUMN dan
badan usaha tertentu yang dimiliki
secara langsung oleh BUMN dan
dipungut pada saat pembayaran .
3. Penjualan hasil produksi Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
industry tertentu penjualan hasil produksi bidang
(semen,kertas,baja,dll) usaha industry semen,industry
kertas,industry baja,industry

9
Ibid 15.
10
Mardiasmo, PERPAJAKAN 279-288.

6
otomotif,dan industry farmasi
,terutang dan sipungut saat penjualan.
4. Penjualan bahan bakar Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang
minya,bahan bakar gas,dan dan dipungut pada saat penerbitan
pelumas surat perintah pengeluaran barang
(delivery order)
5. Penjualan kendaraan Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang
bermotor dan dipungut pada saata penjualan
6. Pembelian bahan bahan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas
untuk keperluan industry pembelian bahan-bahan untuk
atau ekspor keperluan industry atau
ekspor,terutang dan dipungut pada
saat pembeliaan
7. Pembelian Komoditas Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang
Tambang dan dipungut pada saat pembelian
8. Penjualan Emas Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang
dan dipungut pada saat penjualan
9. Penjualan barang yang Pemungut Pajak wajim memungut
tergolong sangat mewah PPh Pasal 22 pada saat melakukan
(peswat pribadi,helicopter penjualan barang yang tergolong
pribadi,kapal pesiar,rumah sangat mewah
beserta tanahnya,apartemen
kendaraan )

7. Tatacara Pemungutan ,Penyetoran ,dan Pelaporan PPh 22


a. Pemungutan PPh pasal 22 atas impor barang oleh pemungut (bank
Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai) dilaksanakan dengan cara
penyetoran oleh pengimpor yang bersangkutan ke bank devisa, atau
bank persepsi, atau bendaharawan Dirjen Bea dan Cukai.
b. Pemungutan PPh pasal 22 atas pembelian barang atau bahan-bahan
oleh pemungut sebagaimana dimaksud butir 2,3,4,7 pada pemungut
pajak dilaksanakan dengan cara pemungutan dan penyetoran oleh
pemungut pajak atas nama Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro.
c. Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh
pemungut pada butir 5 pemungut pajak dilaksanakan dengan cara
pemungutan dan penyetoran oleh pemungut pajak atas nama Wajib
Pajak ke bank persepi atau Kantor Pos dan Giro. Penyetoran tersebut

7
dilakukan secara kolektif dengan menggunakan SSP dan harus
diterbitkan bukti pemungutannya rangkap 3.
d. Pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh
pemungut pada butir 6 pada pemungut pajak dilaksanakan dengan
cara penyetoran oleh penyalur,agen, dan atau pembeli lainnya ke
bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Atas pemungutannya
diterbitkan bukti pemungutan.

8. Cara Menghitung PPh Pasal 22


a. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Kegiatan Impor Barang
- Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), tarif
pemungutannya 2,5% dari nilai impor

PPh Pasal 22 = 2,5% X Nilai Impor

- Yang tidak menggunakan API, tarif pemungutannya 7,5% dari


nilai impor

PPh Pasal 22 = 7,5% X Nilai Impor

- Yang tidak dikuasai, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari


nilai jual lelang

PPh Pasal 22 = 7,5% X Harga jual lelang

b. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang yang Dibiayai


dengan APBN/APBD
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja
negara/belanja daerah dikenakan pemungutan PPh pasal 22 sebesar
1,5% dari harga pembelian.

PPh Pasal 22 = 1,5% X Harga Pembelian

8
c. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi
Industri Otomotif di Dalam Negeri
Besarnya PPh pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan
bermotor roda dua atau lebih di dalam negeri sebesar 0,45% dari
dasar pengenaan pajak (DPP) PPN

PPh Pasal 22 = 0,45% X DPP PPN


Penjualan kendaraan bermotor yang dikecualikan dari
pemungutan PPh Pasal 22 atas industri otomotif ini adalah penjualan
kendaraan bermotor kepada Instansi pemerintah, Korps diplomatik,
Bukan subjek Pajak

d. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi


Industri Rokok di Dalam Negeri
Besarnya PPh pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri
rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari harga badrol (pita cukai),
dan besifat final.

PPh Pasal 22 (final) = 0,15% X Harga bandrol

e. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi


Industri Kertas di Dalam Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri
kertas pada saat penjualan kertas di dalam negeri adalah 0,1 dari
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
PPh Pasal 22 = 0,1% X DPP PPN

f. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi


Industri Semen di dalam negeri

9
Besarnya PPh pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri
semen pada saat penjualan semen dalam negeri adalah 0,25% dari
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN.
PPh Pasal 22 = 0,25% X PPN

Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah


penjualan semen dalam negeri oleh PT. Indocement, PT. Semen
Cibinong, dan PT. Semen Nusantara kepada distributor
utama/tunggalnya .
g. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Baja
di Dalam Negeri
Besarnya PPh pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri
baja pada saat penjualan hasil produksinya di dalam negeri adalah
0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN

PPh Pasal 22 = 0,3% X DPP PPN

B. PPh Pasal 23
1. Pengertian PPh Pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23 (PPh Pasal 23), yaitu pajak penghasilan
yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk
Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggara kegiatan selain yang telah
dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 21.11

Patric Walandouw, “Analisis Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 23 Dan PPh Pasal 25,” Jurnal
11

EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1, no. 3 (2013).

10
2. Pemotong PPh Pasal 23
Pemotong PPh Pasal 23 adalah pihak yang membayarkan
penghasilan,yang terdiri atas :12

a. Badan Pemerintah
b. Subjek Pajak badan dalam negeri
c. Penyelenggara kegiatan
d. Bentuk Usaha Tetap
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
f. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang telah mendapat
penunjukkan dari Direktur Jendral Pajak untuk memotong pajak PPh
Pasal 23

Yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam


negeri atau Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperolah
penghasilan yang berasal dari modal penyerahan jasa ,atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 .13

3. Objek dan Tarif Pemotongan PPh Pasal 23


Berikut penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 beserta tarif pemotongan
:14

No. Objek Pajak Tarif


1. Dividen ,dengan nama dalam bentuk 15 % dari
apapun termasuk deviden perusahaan jumlah bruto
asuransi kepada pemegang polis,dan
pembagian sisa hasil udaha koperasi.
2. Bunga termasuk premium,diskonto,dan 15 % dari
imbalan karena jaminan pengembalian jumlah bruto
utang .
3. Royalti 15 % dari
jumlah bruto
4. Hadiah,penghargaan,bonus,dan 15 % dari
sejenisnya selain yang telah dipotong jumlah bruto

12
Direktorat Jenderal Pajak, “Pemotong Pajak Penghasilan - Pasal 23,” .
13
Mardiasmo, PERPAJAKAN 296.
14
Ibid 296-298.

11
pajak penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan 2% dari
dengan penggunaan harta,kecuali sewa jumlah bruto
tanah dan/atau bangunan. tidak
termasuk
pajak
pertambahan
nilai (PPN)
6. Imbalan sehubungan dengan jasa 2% dari
teknik,jasa manajemen,jasa konstruksi jumlah bruto
,jasa konsultan dan jasa lain selain jasa tidak
yang telah dipotong Pajak Penghasilan termasuk
Pasal 21. pajak
pertambahan
nilai (PPN)
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak ,besarnya tarif
pemotongan adalah lebih tinggi 100% .Kepemilikan Nomor Pokok Wjib
Pajak dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak Antara Lain Dengan Cara
Menunjukkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak .

4. Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 23 15


Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 yaitu :

a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada pihak bank .


b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna
usaha dengan hak opsi .
c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,koperasi,BUMN,BUMD
Dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia .
d. Dividen yang diterima oleh orang pribadi .
e. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya

15
Ibid 296-297.

12
f. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham,persekutuan,perkumpulan dll.
g. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atau jasa
keunagan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan /atau
pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Mentri Keuangan .
5. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 23
Menurut (Resmi, 2014) saat terutang, penyetoran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 23 adalah sebagai berikut : 16
a. Pajak Penghasilan 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan. Yang dimaksud saat terutangnya penghasilan yang
bersangkutan adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh pemotong
pajak sesuai dengan metode pembukuan yang dianutnya.
b. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong
pajak selambat-lambatnya tanggal 10 (supuluh) bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak ke bank ke bank
persepsi atau Kantor Pos Indonesia.
c. Pemotong PPh pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir.
d. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang
dipotong.
e. Pelaksanaan pemotongan,penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan Objek
PPh Pasal 23, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

16
Siti Resmi, “Perpajakan Teori Dan Kasus Edisi 8,” Jakarta: Salemba Empat (2014).

13
pengawasan terhadap pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23
tersebut. Transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 23 yang pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal
23 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh kantor cabang yang
bersangkutan

6. Cara Menghitung PPh Pasal 23


a. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Deviden
Atas penghasilan berupa deviden akan dikenakan pemotongan PPh
Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto

PPh Pasal 23 = 15% X Bruto

Contoh 1 : PT Sulindo membayarkan dividen kepada CV Perkasa


sebesar Rp.200.000.000. PPh Pasal 23 dipotong PTSulindo adalah
15% x Rp.200.000.000. = Rp.30.000.000.
b. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Bunga termasuk premium
,diskonto dan imbalan jasa karena jaminan pengembalian uang.

PPh Pasal 23 = 15% X Bruto

Contoh 2 : PT Karya Utama membayarkan Bunga atas pinjaman kepada


PT Indo Jaya sebesar Rp.80.000.000. PPh Pasal 23 dipotong PT Karya
Utama adalah 15% x Rp.80.000.000. = Rp.12.000.000.

c. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Royalti


Atas penghasilan yang berupa royalty akan dikenakan pemotongan
PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.

PPh Pasal 23 = 15% X Bruto

Contoh 3 : Cv Selera Makan membayar royalty kepada Ny.Sulastri atas


pemakaian merk Ayam Goreng “Bu Lastri” sebesar Rp.30.000.000. PPh

14
Pasal 23 dipotong CV Selera Makan adalah 15% x Rp.30.000.000. =
Rp.4.500.000. Apabila Ny.Sulastri belum memiliki NPWP maka PPh
Pasal 23 yang dipotong CV Selera Makan adalah 30% x Rp.30.000.000.
= Rp.9.000.000.
d. Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas Hadiah ,Penghargaan ,Bonus
,dan Sejenisnya
Atas hadiah sehubungan kegiatan dan penghargaan oleh Wajib
Pajak badan termasuk BUT dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto

PPh Pasal 23 = 15% X Bruto

Contoh 4 : Cv Perdana mendapatkan hadiah sebuah mobil senilai


Rp.200.000.000 sebagai distributor terbaik dari PT Artha Raya PPh
Pasal 23 yang dipotong adalah 15% x Rp.200.000.000 = Rp.30.000.000.

e. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas sewa dan penghasilan lain


sehubungan dengan penggunaan harta
Atas penghasilan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta (kecuali sewan dan penghasilan lain sehubungan
dengan persewaan tanah dan/atau bangunan) dekenakan potongan PPh
Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.

PPh Pasal 23 = 2% X Bruto

Contoh 5 : PT Sejahtera menyewa sebuah tractor milik bapak Susanto


dengan nilai sewa Rp.10.000.00. PPh Pasal 23 yang dipotong PT
Sejahtera Raya adalah 2% x Rp.10.000.000 = Rp.200.000. Apabila
Susanto belum memiliki NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT
sejahtera Raya adalah 4% x Rp.10.000.000 = Rp.400.000.

15
f. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Imbalan sehubungan dengan
jasa teknik,jasa manajemen,jasa kontruksi,jasa konsultan,dan jasa
lainnya.
Atas penghasilan imbalan sehubungan dengan sehubungan dengan
jasa teknik,jasa manajemen,jasa kontruksi,jasa konsultan,dan jasa lain
selain jasa yang telah dipotong PPh 21dikenakan potongan PPh Pasal 23
sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.

PPh Pasal 23 = 2% X Bruto

Contoh 6 : PT Pilar Utama yang baru berdiri meminta jasa dari CV


Konsultindo untuk membuat system akuntansi perusahan dengan
imbalan sebesar Rp.11.000.000 (termasuk PPN Rp.1.000.000.) PPh
Pasal 23 yang dipotong oleh PT Pilar Utama adalah 2% x Rp.10.000.000
= Rp.200.000.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh
bendaharawan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah ,instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga -lembaga negara lainnya berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan badan tertentu
dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan lainnya . Adapun objek pajak
PPh pasal 22 seperti Pembelian barang oleh bendaharawan pemerintah yang
dipungut oleh bendahara pemerintah ,Pejabat Penerbit Surat Perintah
Membayar dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan tarif pajak 1,5%
, Penjualan Emas dengan tarif PPh pasal 22 sebesar 0,45% dari harga jual
emas batanganyang dipungut badan usaha yang melakukan penjualan emas
Batangan di dalam negeri . PPh Pasal 22 bersifat tidak final kecuali atas
penjualan bahan bakar minyak ,bahan bakar gas ,dan pelumas oleh
produsen .

Pajak penghasilan pasal 23 (PPh Pasal 23), yaitu pajak penghasilan


yang dikenakan atas penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk
Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggara kegiatan selain yang telah
dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 21 .Adapun objek
pemotongan PPh Pasal 23 anatara lain deviden,bunga,royalty,hadiah yang
dikenakan tarif pemotongan 15% dari jumlah bruto sedangkan sewa dan
imbalan jasa dikenakan tarif pemotongan sebesar 2% dari jumlah bruto
tidak termasuk PPN.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “ PPh Pasal 22 dan PPh
Pasal 23 ” ini penulis menyadari bahwa makalh ini jauh dari kata sempurna
.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca makalah .

17
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. “Pemotong Pajak Penghasilan - Pasal 23.” Direktorat


Jenderal Pajak. https://pajak.go.id/id/pemotongan-pajak-penghasilan-pasal-
23.

Mardiasmo. PERPAJAKAN. Edited by Dian Arum. Edisi 2019. Yogyakarta: Andi,


2019.

MAULANA, AWANG. “IMPLEMENTASI INSENTIF PAJAK TERHADAP


PEMUNGUTAN PPH 22 ATAS IMPOR DI ‘PT. INTI DHARMA GLOBAL
INDO.’” Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta, 2022.

Patric Walandouw. “Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pph Pasal 23 Dan Pph
Pasal 25.” Emba 1, no. 3 (2013): 1689–1699.

Resmi, Siti. “Perpajakan Teori Dan Kasus Edisi 8.” Jakarta: Salemba Empat
(2014).

Taroreh, Lyviani A., Jenny Morasa, and Lidia M. Mawikere. “Evaluasi


Perhitungan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 Pada
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 9, no. 2 (2021): 378–386.

Vita Apriliasari, S S T, M Tax, Arief Budi Wardana, and S E Sulfan. Praktikum


PPh Pemotongan Dan Pemungutan (PPh Pasal 22, 23, 26, 4 Ayat (2), 15).
Penerbit Andi, n.d.

Walandouw, Patric. “Analisis Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 23 Dan PPh
Pasal 25.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi 1, no. 3 (2013).

18

Anda mungkin juga menyukai