Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun-tahun terakhir ini pemerintah sangat memperhatikan pembayaran pajak yang
ditujukan untuk kepentingan umum. Pemerintah tidak pernah bosan untuk mengingatkan untuk
membayar pajak, mensosialisasikan pajak kepada masyarakat, bahkan sekarang pajak sudah
diajarkan dari dini.
Begitu banyak pengertian pajak dari berbagai tokoh, diantaranya Menurut Prof. Dr. P. J.
A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson
Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan. Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak
menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam
menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya
kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.
1

Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu
perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban
warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara
mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang
dipungut harus berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak. Pajak
menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir
dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah
"kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dibagi
menjadi dua yaitu, pajak negara dan pajak daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari konsultan pajak?
2.
3.
4.
5.
6.

Apa saja syarat menjadi konsultan pajak?


Apa saja materi penguasaan bagi konsultan pajak?
Apa saja hak dan kewajiban konsultan pajak?
Apa saja jasa-jasa yang ditawarkan oleh konsultan pajak?
Apa saja kode etik konsultan pajak Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian dari konsultan pajak
2. Untuk mengetahui syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi konsultan pajak
3. Untuk mengetahui materi penguasaan bagi konsultan pajak

4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban konsultan pajak


5. Untuk mengetahui jasa-jasa yang ditawarkan oleh konsultan pajak
6. Untuk mengetahui kode etik konsultan pajak Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsultan pajak
Pengertian Konsultan pajak adalah setiap orang yang dalam lingkungan pekerjaannya secara
bebas memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
Sedangkan Profesi konsultan pajak adalah profesi yang dijalankan oleh para profesional yang
memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak.
2.2 Syarat menjadi Konsultan Pajak
1. Warga Negara Indonesia
2. Bertempat tinggal di Indonesia
3. Memiliki serendah-rendahnya ijazah Strata Satu (S-1) atua setingkat dengan itu dari
Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang terakreditasi, kecuali bagi
pensiunan pegawai Direktorat Jenderal Pajak ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
4. Tidak terkait dengan pekerjaan atau jabatan pada Pemerintah/Negara atau Badan usaha
Milik Negara/Daerah.
5. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang.
3

6. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.


7. Memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
8. Bersedia menjadi anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia dan tunduk pada Kode Etik
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
9. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak.
Batas usia maksimal untuk menjadi Konsultan Pajak adalah 70 tahun
Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP) adalah gerbang bagi para praktisi pajak untuk
memperoleh Izin Praktek Konsultan Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Praktisi
pajak yang sudah lulus USKP berhak menyandang gelar BKP (Bersertifikat Konsultan Pajak).
USKP diselenggarakan oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia bekerja sama dengan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Perpajakan (Pusdiklat Pajak). Ujian ini dilaksanakanan paling sedikit 2
kali dalam setahun yang meliputi Sertifikat A, B dan C.
Untuk dapat dinyatakan lulus, peserta USKP harus minimal memenuhi kriteria dibawah ini :
1. Penilaian hasil ujian untuk setiap mata ujian dilakukan berdasarkan skala 1 (satu) sampai
dengan 100 (seratus).
2. Peserta USKP dinyatakan lulus apabila memperoleh nilai paling rendah 60 (enam puluh)
untuk setiap mata ujian.
3. USKP diselenggarakan dengan sistem kredit dengan batas mengulang dalam kurun waktu
2 (dua) tahun untuk 1 (satu) tingkatan sertifikat.
2.3 Materi Penguasaan bagi Konsultan Pajak
Perpajakan merupakan bagian terpenting bagi para wajib pajak (WP),dimana WP harus
memenuhi kewajiban perpajakannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
asas self

assesment

system. Dalam

asas

ini,
4

WP

diwajibkan

untuk

menghitung,

membayar/menyetor, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak terutang menurut WP


sesuai dengan peraturan perpajakan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pelatihan
Brevet A dan B Terpadu didesain untuk bisa memberikan pengetahuan dan kemampuan yang
komprehensif dalam bidang perpajakan sehingga dapat memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan baik dan benar.
Pelatihan Brevet C adalah pelatihan di tingkat lanjutan bagi para praktisi perpajakan yang berniat
untuk meningkatkan kualifikasi dan pengetahuan lanjutan di bidang perpajakan.

Brevet A (Materi Sertifikat A) : Pajak Orang Pribadi


1. Pancasila
2. PPh Orang Pribadi
3. PPh Pasal 21 dan SPT 1721
4. PPh Pasal 22/23/26
5. PPN dan SPT Masa PPN
6. KUP/PPSP/BPSP
7. BM/PBB/BPHTB
8. Akuntansi Perpajakan
9. SPT PPh Orang Pribadi (1770)
10. Kode Etik Profesi
Brevet B (Materi Sertifikat B) : Pajak Badan
5

1. Pancasila
2. PPh Badan
3. PPh Pasal 21 dan SPT 1721
4. PPh Pasal 22/23/26
5. PPN
6. KUP/PPSP/BPSP
7. BM/PBB/BPHTB
8. Akuntansi Perpajakan
9. SPT PPh Badan
10. SPT Masa PPN
11. Kode Etik Profesi
Brevet C (Materi Sertifikat C) : Pajak Internasional
1. PPh Badan
2. PPh Pasal 21 dan SPT 1721
3. PPh pasal 22/23/26
4. PPN
5. KUP/PPSP/BPSP
6. Perpajakan Internasional
7. Akuntansi Perpajakan
6

8. SPT PPh Badan


9. SPT Masa PPN
10. Kode Etik Profesi

2.4 Hak dan Kewajiban Konsultan Pajak


Hak Konsultan Pajak
Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat A berhak
memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di negara
yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia.
Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat B berhak
memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat C berhak
memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan dan kepada
Wajib Pajak Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap, dan yang berdomisili di negara yang
mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia dalam melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Sedangkan untuk Kewajiban Konsultan Pajak antara lain

Konsultan Pajak wajib memenuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan.

Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak, setiap
Konsultan Pajak wajib:
memiliki Izin Praktek Konsultan pajak yang masih berlaku
memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran III-1 dan III-2 Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.03/2005.
Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan
kepentingan negara.
Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat wajib mengikuti
penataran/pendidikan penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
Konsultan Pajak wajib memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan keterangan mengenai
Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan dengan menggunakan formulir
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.03/2005
dan melampirkan fotokopi Sertifikat Penataran/Pendidikan Penyegaran Perpajakan.
Laporan Tahunan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April
tahun takwin berikutnya.

Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian laporan tahunan secara
tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
Ketentuan tentang Konsultan Pajak ini diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
485/KMK.03/2003 tentang Konsultan Pajak Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.03/2005.
2.5 Jasa-jasa yang ditawarkan oleh Konsultan Pajak
1. Jasa Perencanaan Pajak
Perencanaan manajemen dalam bidang perpajakan (Jasa Pajak) yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan pajak, memperoleh alternatif terbaik untuk penghematan
pajak yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan mempersiapkan anggaran
perpajakan.
2. Jasa Konsultan Pajak
Jasa Konsultan dalam bidang perpajakan untuk periode tertentu yang dilaksanakan baik melalui
surat maupun tatap muka langsung.
3. Jasa Pengisian SPT Perpajakan
Jasa pengisian SPT Tahunan dan SPT Masa sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Lihat Jasa Akuntansi dan Pajak Akuntansi
4. Jasa Pendamping Pemeriksaan Pajak
Jasa untuk mendampingi dan mewakili klien dalam menghadapi pemeriksaan oleh aparat
perpajakan (Akuntansi Pajak).
5. Jasa Penanganan Kasus Perpajakan
Jasa untuk mengajukan keberatan, restitusi dan peninjauan kembali ke Dirjen Pajak atau
mengajukan gugatan dan naik banding ke Pengadilan Pajak (Pajak Jasak).

6. Jasa Review Perpajakan


Jasa mereview catatan atau pembukuan klien dalam mematuhi peraturan perpajakan yang
berlaku, mengidentifikasi kewajiban pajak potensial dan merencanakan langkah-langkah untuk
mengatasinya.

2.6 Kode Etik Konsultan Pajak Indonesia


1. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran profesi Konsultan Pajak, Perkumpulan
mempunyai Kode Etik yang ditetapkan oleh Kongres/Kongres Luar Biasa yang wajib
ditaati oleh setiap anggota Perkumpulan.
2. Konsultan Pajak wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Perkumpulan.
3. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan.
4. Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik Perkumpulan
berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan.
5. Keputusan Dewan Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila
pelanggaran terhadap Kode Etik Perkumpulan mengandung unsur pidana.
6. Perubahan Kode Etik Perkumpulan dilakukan di Kongres/Kongres Luar Biasa.
7. Dewan Kehormatan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan kode etik Perkumpulan.

10

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menjadi konsultan pajak harus bisa mengamalkan kode etik yang ada, diantaranya yaitu (1)
Integritas adalah konsistensi antara apa yang diucapkan (nilai ) dengan apa yang dilakukan.
Kepemilikan integritas sama dengan kepemilikan akhlak yang baik atau terpuji (al-akhlaq alkarimah). (2) Independen yang dimaksud di sini adalah mandiri dan objektif. Setiap konsultan
pajak harus benar-benar objektif dalam seluruh penugasan yang dilakukannya.

(3)

Berdedikasi tinggi berarti konsultan pajak memiliki komitmen untuk berbuat yang terbaik
dalam menjalankan profesinya. (4) Setiap konsultan pajak wajib menjaga kerahasiaan
kliennya dan/atau pemberi kerjanya. Hak dan tanggungjawab untuk memelihara kerahasiaan
adalah tanpa batas waktu terhadap informasi dimana Konsultan Pajak diberi kepercayaan oleh
kliennya sebagai konsekuensi selama atau setelah melaksanakan penugasan.

REFERENSI
https://id.scribd.com/doc/261090538/konsultan-pajak
http://ayutias.blogspot.com/2011/01/sejarah-jasa-konsultan-pajak-menurut.html

11

Anda mungkin juga menyukai