Anda di halaman 1dari 22

Sosialisasi

MULTILATERAL INSTRUMENT
(BEPS Action 15)

Direktorat Perpajakan Internasional


Subdirektorat Perjanjian dan Kerja Sama Perpajakan Internasional
15 BEPS Actions

Standar Minimum
BEPS Action 15

MULTILATERAL CONVENTION
TO IMPLEMENT TAX TREATY RELATED MEASURES
TO PREVENT BASE EROSION AND PROFIT SHIFTING

KONVENSI MULTILATERAL UNTUK MENERAPKAN TINDAKAN-TINDAKAN


TERKAIT DENGAN PERSETUJUAN PENGHINDARAN
PAJAK BERGANDA UNTUK MENCEGAH PENGGERUSAN BASIS
PEMAJAKAN DAN PENGGESERAN LABA
Multilateral Instrument (MLI)

Rekomendasi
P3B BEPS
Conformity

Political
Urgency Sovereignty Speedy Action
Willingness
Substansi MLI
Part I – Scope and Interpretation of Terms Part II – Hybrid Mismatches

Art. 3 Transparent Entities (BEPS 2 & BEPS 6)


Part III – Treaty Abuse
Art. 4 Dual Resident Entities (BEPS 6)
Art. 5 Elimination of Double Taxation (BEPS 2)
ART. 6 PURPOSE OF A CTA (BEPS 6)
ART. 7 PREVENTION OF TREATY ABUSE (BEPS 6)
Art. 8 Dividend Transfer (BEPS 6)
Part IV – Avoidance of PE Status
Art. 9 Capital Gains (BEPS 6)
Art. 10 PE in Third Jurisdictions (BEPS 6)
Art. 11 Saving Clause (BEPS 6) Art. 12 Commissionaire Arrangements (BEPS 7)
Art. 13 Specific Activity Exemptions (BEPS 7)
Art. 14 Splitting-up of Contracts (BEPS 7)
Art. 15 Closely Related Persons (BEPS 7)
Part V – Improving Dispute Resolution

ART. 16 MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE (BEPS 14) Part VI – Arbitration


Art. 17 Corresponding Adjustments (BEPS 14)

Part VII – Final Provisions


STANDAR MINIMUM
Reservasi
P3B Tercakup MLI
Afrika Selatan Hungaria Meksiko Seychelles
Amerika Serikat Hong Kong, S.A.R. Mesir Singapura
Armenia India Norwegia Slovakia
Australia Inggris Pakistan Spanyol
Belanda Italia Polandia Swedia
Belgia Jepang Portugal Swiss
Brunei Darussalam Kanada Prancis Thailand
Bulgaria Rep. Korea Qatar R.R. Tiongkok
Rep. Ceko Kroasia Romania Turki
Denmark Laos Rusia Uni Emirat Arab Hubungan
Regional &
Filipina Luksemburg Selandia Baru Vietnam Geopolitik
Finlandia Malaysia Serbia (ASEAN + 3)

40 Matched CTAs Potensi


Treaty
Hubungan
Ekonomi
per 11 Februari 2019 Abuse Bilateral
Art. 3 Transparent Entities

Mengapa? Referensi
Mengatasi persoalan akibat perbedaan perlakuan perpajakan Art. 1(2) OECD Model
(hybrid mismatches) dan penghasilan yang diperoleh entitas yang
BEPS Action 2 Report – Chapter 14
diperlakukan sebagai transparan secara fiskal sepenuhnya atau
(pages 139-143)
sebagian.
BEPS Action 6 Report - Section A
Memastikan ketentuan P3B menmberikan hasil yang semestinya
(pages 88-89)
ketika diterapkan untuk entitas yang diperlakukan sebagai
transparan secara fiskal sepenuhnya atau sebagian (hybrid entities). MLI Explanatory Statement
(paragraphs 39-48)
Memberikan pengaturan dalam P3B bahwa suatu yurisdiksi akan
memperhitungkan penghasilan sebagai penghasilan penduduknya The Application of the OECD Model
sepanjang penghasilan tersebut, untuk tujuan perpajakan negara Tax Convention to Partnerships 1999
tersebut, sebagai penghasilan penduduk negara tersebut. (The Partnership Report)

Substansi Posisi Indonesia


Art. 3(1) (Entitas transparan) Reservasi
Art. 3(2) (Pencegahan pemajakan berganda bagi entitas transparan) Reservasi
Art. 3(3) (Saving clause Art. 11(3)) Reservasi
Art. 4 Dual Resident Entities

Mengapa? Referensi
Mengatasi persoalan akibat perbedaan perlakuan Art. 4(3) OECD Model
perpajakan (hybrid mismatches) dan kependudukan ganda
BEPS Action 6 Report - Section A (pages 72-75)
bagi subjek pajak selain orang pribadi.
MLI Explanatory Statement (paragraphs 49-59)
Modifikasi tie-breaker rule untuk menyelesaikan
kependudukan ganda bagi subjek pajak selain orang
pribadi melalui MAP.
Memberikan pengaturan dalam P3B bahwa dalam
ketiadaan MAP untuk kependudukan ganda bagi subjek
pajak selain orang pribadi, subjek pajak tersebut tidak
berhak memperoleh pengurangan atau pembebasan
apapun kecuali yang disepakati antar-CA.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 4(1) (MAP untuk kependudukan ganda bagi subjek pajak selain orang
Diadopsi
pribadi)
Art. 4(3)(e) (Dalam ketiadaan MAP, subjek pajak selain orang pribadi yang
berstatus kependudukan ganda tidak berhak memperoleh pengurangan atau Diadopsi
pembebasan apapun)
Art. 5 Application of Methods for Elimination
of Double Taxation
Mengapa? Referensi
Mengatasi persoalan akibat metode pembebasan Art. 23A(4) & Art. 23B OECD Model
(exemption method) dalam P3B terkait bagian penghasilan
BEPS Action 2 Report – Chapter 15 (pages 146-
yang tidak dipajaki di negara sumber
148)
Modifikasi metode eliminasi pemajakan berganda yang
MLI Explanatory Statement (paragraphs 60-74)
ada saat ini dengan menyediakan 3 opsi alternatif.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 5(2) – Opsi A (Art. 23A(4) OECD Model – tidak diterapkannya metode
pembebasan untuk instrumen keuangan hibrida (hybrid financial instrument) Reservasi
meskipun metode pembebasan digunakan dalam P3B)
Art. 5(4) – Opsi B (Penggunaan metode kredit khusus untuk instrumen
Reservasi
keuangan hibrida meskipun metode pembebasan digunakan dalam P3B)
Art. 5(6) – Opsi C (Tidak digunakannya metode pembebasan dalam P3B) Reservasi
Art. 6 Purpose of a CTA

Mengapa? Referensi
Memastikan maksud dan tujuan P3B mencakup Preamble OECD Model
pencegahan penyalahgunaan P3B (penghindaran atau
BEPS Action 6 Report - Section B (page 91)
pengelakan pajak, termasuk melalui treaty shopping)
selaras dengan standar minimum BEPS Action 6. MLI Explanatory Statement (paragraphs 75-87)

Substansi Posisi Indonesia


Art. 6(1) (Maksud dan tujuan P3B untuk mencegah penyalahgunaan P3B
Diadopsi
(penghindaran atau pengelakan pajak, termasuk melalui treaty shopping))
Art. 6(3) (Maksud dan tujuan P3B untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan
Tidak diadopsi
kerja sama perpajakan)
Art. 7 Prevention of Treaty Abuse

Mengapa? Referensi
Menangani penyalahgunaan P3B dengan uji tujuan utama Art. 29 OECD Model
(principal purpose test/PPT) atau PPT dan pembatasan
BEPS Action 6 Report - Section A.1.a (LOB –
manfaat (simplified limitation on benefits/LoB).
page 20; PPT –page 54)
Menerapkan ketentuan standar minimum BEPS Action 6
MLI Explanatory Statement (paragraphs 88-117)
terkait P3B.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 7(1) (PPT) Diadopsi
Art. 7(4) (Konsultasi antar-CA) Tidak diadopsi
Art. 7(8)-(13) (Simplified LoB) Tidak diadopsi
Art. 8 Dividend Transfer Transactions

Mengapa? Referensi
Menangani penyalahgunaan P3B yang memperbolehkan Art. 10(2) OECD Model
perusahaan untuk menerima tarif yang lebih rendah atas
BEPS Action 6 Report - Section A. (pages 70-72)
dividen dari anak usaha.
MLI Explanatory Statement (paragraphs 118-127)
Menerapkan ketentuan yang mensyaratkan terpenuhinya
periode kepemilikan minimum (minimum holding period)
saham bagi perusahaan untuk menerima tarif yang lebih
rendah atas dividen dari anak usaha.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 8(1) (Periode minimum kepemilikan saham untuk tarif yang lebih rendah) Diadopsi
Art. 9 Capital Gains from Alienation of Shares or Interests of Entities
Deriving their Value Principally from Immovable Property

Mengapa? Referensi
Menangani penyalahgunaan P3B terkait pemajakan atas Art. 13 OECD Model
keuntungan dari pengalihan saham perusahaan yang
BEPS Action 6 Report - Section A. (pages 71-72)
memperoleh nilainya terutama dari harta tak bergerak.
MLI Explanatory Statement (paragraphs 118-141)
Memperkenalkan batasan waktu untuk menentukan
bilamana saham memperoleh nilainya terutama dari harta
tak bergerak dan memperluas cakupan dengan
menyertakan hak yang sebanding dengan saham seperti
hak dalam persekutuan atau penitipan dengan
pengelolaan.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 9(1) (Pemajakan atas keuntungan dari pengalihan saham atau hak yang
sebanding dengan saham yang memperoleh nilainya terutama dari harta tak Tidak diadopsi
bergerak)
Art. 9(4) (Pemajakan atas keuntungan dari pengalihan saham atau hak yang
sebanding dengan saham yang lebih dari 50% nilainya berasal dari harta tak Diadopsi
bergerak)
Art. 10 Anti-abuse Rule for Permanent Establishments
Situated in Third Jurisdictions

Mengapa? Referensi
Menangani penyalahgunaan P3B dalam hal penghasilan Ketentuan baru OECD Model 2017
teratribusi pada BUT di yurisdiksi ketiga.
BEPS Action 6 Report - Section A.1.b.vii (page
Melindungi hak negara sumber untuk memajaki 75)
penghasilan yang teratribusi pada BUT di yurisdiksi ketiga
MLI Explanatory Statement (paragraphs 142-146)
saat penghasilan tersebut tidak dipajaki secara
seharusnya di yurisdiksi ketiga tersebut dan dikecualikan
dari pajak di negara penduduk.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 10(1) (Tidak diberikannya manfaat P3B untuk penghasilan yang teratribusi
pada BUT di yurisdiksi ketiga dan laba BUT tersebut dikecualikan dari pajak di
Tidak diadopsi
negara penduduk apabila tarif pajak di yurisdiksi ketiga kurang dari 60% dari
tarif pajak di negara penduduk)
Art. 10(2) (Pengecualian untuk usaha aktif yang dilakukan melalui BUT selain
kegiatan melakukan, mengelola, atau memegang investasi yang tidak termasuk
Tidak diadopsi
kegiatan perbankan oleh bank, asuransi oleh perusahaan asuransi, atau
sekuritas oleh pedagang sekuritas terdaftar)
Art. 10(3) (Konsultasi antar-CA) Tidak diadopsi
Art. 11 Application of Tax Agreements to Restrict a
Party’s Right to Tax its Own Residents

Mengapa? Referensi
Memastikan P3B tidak membatasi hak negara penduduk Art. 1(3) OECD Model
untuk memajaki penduduknya sendiri.
BEPS Action 6 Report - Section A.2.a (page 86)
MLI Explanatory Statement (paragraphs 147-155)

Substansi Posisi Indonesia


Art. 11(1) (P3B tidak mempengaruhi hak pemajakan suatu negara atas
Diadopsi
penduduknya)
Art. 12 Artificial Avoidance of Permanent Establishment Status
through Commissionnaire Arrangements and Similar Strategies

Mengapa? Referensi
Mencegah penghindaran status BUT. Art. 5(5) & 5(6) OECD Model
Menangani penyalahgunaan ketentuan BUT agen yang BEPS Action 7 Report - Section A (pages 15-27)
kedudukannya tidak bebas dalam Art. 5(5) dan Art. 5(6)
MLI Explanatory Statement (paragraphs 157-167)
OECD Model.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 12(1) (BUT agen yang kedudukannya tidak bebas terkait kontrak atas nama
SPLN, kontrak pengalihan kepemilikan atau pemberian hak untuk Diadopsi
menggunakan properti SPLN, atau kontrak penyediaan jasa oleh SPLN)
Art. 12(2) (Pengecualian untuk agen yang menjalankan usaha sebagaimana
lazimnya kecuali agen yang erat terkait dengan SPLN yang diwakili sepenuhnya Diadopsi
atau hampir sepenuhnya)
Art. 13 Artificial Avoidance of Permanent Establishment
Status through the Specific Activity Exemptions

Mengapa? Referensi
Mencegah penghindaran status BUT. Art. 5(4) & 5(4.1) OECD Model
Menangani penyalahgunaan ketentuan pengecualian BEPS Action 7 Report - Section B (pages 28-41)
kegiatan-kegiatan tertentu sebagai BUT dalam Art. 5(4)
MLI Explanatory Statement (paragraphs 168-181)
OECD Model.
Mencegah fragmentasi usaha menjadi beberapa kegiatan
kecil dalam rangka penyalahgunaan ketentuan
pengecualian kegiatan-kegiatan tertentu sebagai BUT.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 13(1) (Pemilihan Opsi A atau Opsi B atau tidak memilih sama sekali) Diadopsi
Art. 13(2) – Opsi A (Seluruh kegiatan tertentu dalam Art. 5(4) OECD Model
Diadopsi
dikecualikan sebagai BUT hanya jika bersifat persiapan atau pelengkap)
Art. 13(3) – Opsi B (Kegiatan-kegiatan tertentu dalam Art. 5(4) OECD Model
dan kegiatan lain yang bersifat persiapan atau pelengkap dikecualikan sebagai Tidak diadopsi
BUT)
Art. 13(4) (Pencegahan fragmentasi usaha menjadi beberapa kegiatan kecil) Diadopsi
Art. 14 Splitting-up of Contracts

Mengapa? Referensi
Mencegah penghindaran status BUT. Art. 5(3) OECD Model
Menangani pemecahan kontrak konstruksi untuk BEPS Action 7 Report - Section C.1 (pages 41-
menghindari uji waktu menjadi BUT konstruksi dalam Art. 44)
5(3) OECD Model.
MLI Explanatory Statement (paragraphs 182-187)

Substansi Posisi Indonesia


Art. 14(1) (Pencegahan pemecahan kontrak konstruksi ke pihak-pihak yang
Diadopsi
saling erat terkait untuk menghindari uji waktu menjadi BUT konstruksi)
Art. 15 Definition of a Person Closely Related to
an Enterprise
Mengapa? Referensi
Memperkenalkan pengertin konsep “Orang/Badan yang Art. 5(6)(b) OECD Model
Erat Terkait dengan Suatu Perusahaan” dari BEPS Action
BEPS Action 7 Report - Section A. (pages 15-17
7 yang terdapat dalam Art. 12, Art. 13, dan Art. 14 MLI.
& 23-27)
MLI Explanatory Statement (paragraphs 188-190)

Substansi Posisi Indonesia


Art. 15(1) (Pengertian “Orang/Badan yang Erat Terkait dengan Suatu
Diadopsi
Perusahaan”)
Art. 16 Mutual Agreement Procedure

Mengapa? Referensi
Memastikan penerapan penuh kewajiban-kewajiban dalam Art. 25 OECD Model
P3B terkait MAP dan penyelesaian MAP yang tepat waktu.
BEPS Action 14 Report - Section I. A. (pages 13-
Meningkatkan kepastian hukum perpajakan untuk para 14, 22-28)
Wajib Pajak dan investor.
MLI Explanatory Statement (paragraphs 191-208)
Menerapkan ketentuan standar minimum BEPS Action 14
BEPS Action 14 Peer Review Documents
terkait P3B.

Substansi Posisi Indonesia


Reservasi
Art. 16(1) kalimat pertama (MAP dapat diajukan kepada CA kedua negara – MAP diajukan kepada negara di
tidak mesti negara di mana WP menjadi penduduk/warga negara) mana WP adalah penduduk/
warga negara
Art. 16(1) kalimat kedua (Batas waktu minimal 3 tahun untuk pengajuan MAP) Diadopsi
Art. 16(2) kalimat pertama (CA harus berusaha untuk menyelesaikan kasus Telah termuat di seluruh P3B
MAP) Indonesia
Art. 16(2) kalimat kedua (Hasil MAP diterapkan tanpa dibatasi daluwarsa
Diadopsi
berdasarkan hukum domestik)
Art. 16(3) kalimat pertama (MAP untuk masalah interpretasi atau penerapan
Diadopsi
P3B)
Art. 16(3) kalimat kedua (Konsultasi antar-CA) Diadopsi
Art. 17 Corresponding Adjustments

Mengapa? Referensi
Memperbaiki penyelesaian sengketa dengan memastikan Art. 9(2) OECD Model
Negara Mitra untuk melakukan corresponding adjustments
BEPS Action 14 Report - Section B. (Best
dalam kasus transfer pricing atau memberi akses MAP
Practice 1, page 29)
untuk kasus transfer pricing tanpa memandang ada atau
tidaknya klausul Art. 9(2) OECD Model dalam P3B. MLI Explanatory Statement (paragraphs 209-214)
Memfasilitasi dimasukkannya klausul Art. 9(2) OECD BEPS Action 14 Peer Review Documents
Model dalam P3B sebagaimana direkomendasikan oleh
Best Practice 1 BEPS Action 14.

Substansi Posisi Indonesia


Art. 17(1) (Kewajiban corresponding adjustment) Diadopsi
TERIMA KASIH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pajak

Anda mungkin juga menyukai