Anda di halaman 1dari 65

mempersembahkan

Pendidikan Profesi Berkelanjutan


dengan tema…
TUGIMAN BINSARJONO, SE,MM,BKP
Email: tugiman3003@gmail.com
Phone: 0811 956 957

Pendidikan dan Pengalaman Kerja:


• Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN) D3 (1988-1991) & D4
STAN (1996-2000)
• FE Universitas Indonesia S1 (1992-1995) & MMUI (1996-2000)
• Pemeriksa Pajak Karikpa Jakarta Khusus : 1991 - 1996;
• Pemeriksa Pajak Karikpa Pontianak : 1996 - 1996
• Konsultan Pajak dan Trainer – LM Formasi: sejak 1998 - 2008
Saat ini:
• Konsultan Pajak di TBS Consulting
• Dosen dan Trainer Pajak dan Akuntansi
Pendidikan Profesi Berkelanjutan Jarak Jauh

Tax Loopholes
vs
Corporate Tax
Management
KEWAJIBAN PERPAJAKAN DALAM BISNIS

Hutang Persediaan Piutang

Produksi
Sales, PPN Keluaran,
Pembelian
PPn BM
PPh 22, 23, 26, Fnl
Supplier Customer
Badan BM, Pajak Ekspor
DN & LN DN & LN
PPN
Usaha PPh 23, 22
(Kredit Pajak)
Masukan
Pinjaman Bagian
Kreditur Bunga Akuntansi

Laba
Pemegang Karyawa
Saham Komersil
Koreksi fiskal n/ Buruh
Laba Fiskal

Bagi Laba (dividen)


PPh 23
SPT
ASAL KATA

• LOOP + •HOLES
LOOP HOLES
Kaca Pembesar,
Celah, Lobang,
Mengamati Peluang
dengan seksama

5
Loopholes

Celah/lobang/peluang dalam
regulasi yang ada untuk diambil
manfaatnya dengan tidak
melawan hukum

6
PENGERTIAN LOOPHOLES

“A way of escaping a difficulty, especially an omission or


ambiguity in the wording of a contract or law that
provides a means of evading compliance .”

• Kondisi yang memungkinkan seseorang menghindari suatu kewajiban


tanpa ada pengenaan pinalti atau sanksi hukum;
• Aktivitas atau tindakan tertentu tidak diatur/tercakup oleh peraturan;
• Sesuatu yang tidak bertentangan dengan peraturan (legal);
• Loopholes kadang-kadang berhubungan dengan ketidakjelasan suatu
peraturan;
• WP dapat memperoleh keuntungan, menghemat pajak atau membantu
ekonomi negara secara keseluruhan.

7
LOOPHOLES PERPAJAKAN

“sebuah keadaan, peraturan, transaksi atau


kejadian yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha mendapatkan peluang
penghematan pembayaran pajak atau
terhindar dari kewajiban perpajakan tertentu
atau terhindar dari pengenaan sanksi
administratif perpajakan”

8
LOOPHOLES DALAM PERATURAN

• Sengaja diciptakan oleh pembuat kebijakan untuk


memberikan kemudahan/fasilitas. Misal penyediaan
makanan bagi seluruh pegawai

• Tidak sengaja diciptakan oleh pembuat kebijakan, tapi


lebih merupakan kelemahan dari peraturan itu sendiri.
Misal Saat pembuatan Faktur Pajak dikaitkan dengan
pengertian penyerahan menurut PP 1/2012

9
PEDOMAN PENAFSIRAN PERATURAN

ASAS PENAFSIRAN:
• Lex spesialis derogat legi generalis
• Lex superior derogat legi inferiori
• Lex posteriori derogat legi priori

CARA PENAFSIRAN:
• Otentik
• Sistematik
• Historis
• Gramatikal
• Analogi
• A Contrario
• Kebiasaan 10
Cara Menafsirkan Loop Holes

Akhir vs dahulu
Khusus vs umum
Tinggi vs rendah

11
Lex posteriori derogat legi priori

Akhir
vs

Dahulu

12
Lex spesialis derogat legi generalis

Khusus

vs

Umum

13
Lex superior derogat legi inferiori

Tinggi
vs
Rendah

14
Munculnya Loopholes

Ambiguity Creativity

Opportunity
CARA MENGINDENTIFIKASI LOOPHOLES

• Tentukan duduk persoalan & konteks suatu masalah


pajak
• Kumpulkan aturan sesuai konteks & permasalahannya.
• Perhatikan asas dan cara penafsiran yang benar.
• Identifikasi peluang penghematan, kemungkinan
terhindarnya kewajiban atau sanksi
• Tentukan alternatif perlakukan pajaknya
• Identifikasi risiko atas setiap alternatif
• Pilih alternatif yang paling murah pajaknya.

16
CRITICAL VARIABLE
Hal-hal yang dapat men-trigger WP untuk
mendapatkan Tax Loopholes

1. Minimumkan tarif pajak!


2. Maksimalkan biaya fiskal!
3. Maksimalkan pengecualian penghasilan!
4. Eksploitasi fasilitas perpajakan!
5. Cash flow management (Tunda
6. Penghasilan atau Percepat Biaya!
Grand Strategies untuk menemukan Loopholes

INTINYA: MENGGESER OBJEK PAJAK (DGN PILIHAN


KEBIJAKAN/TRANSAKSI

1. Menggeser dari objek pajak ke bukan objek pajak


2. Menggeser dari objek PPh tidak final ke PPh final atau
sebaliknya
3. Menggeser dari objek PPh badan ke PPh Pasal 21 atau
sebaliknya
4. Menggeser dari NDE ke DE, misal melalui transformasi
dividen menjadi biaya
5. Menggeser antar entitas
6. Menggeser antar tahun (waktu)
7. Menggeser antar negara
8. Kombinasi dari semua di atas
Tax Planning ala Kiyosaki
Tergantung sumber cashflow (penghasilan)

E
Employee B
Business Owner

S
Self Employed
I
Investor
Keterkaitan Loopholes dengan
Corporate Tax Management (CTM)

Loopholes dalam arti luas terdapat dalam peraturan-peraturan tertentu


dalam bentuk:
 Tax deduction
 Tax Exemption
 Fasilitas lain yang tersebunyi di balik suatu peraturan
 Pilihan metote akuntansi dan perpajakan
 Kelemahan aturan itu sendiri

Loopholes & CTM memiliki relevansi yang sangat kuat karena


penghematan pajak, penghindaran kewajiban atau sanksi dapat
dilakukan dengan cara memanfaatkan loopholes tersebut

20
Loopholes sering menjadi sarana CTM
Tujuan CTM adalah mencapai pemenuhan kewajiban pajak yang
OPTIMAL, yaitu WP membayar pajak tidak melebihi jumlah yang
seharusnya dibayar.

Kriterianya adalah:
 Manajemen memiliki tingkat keyakinan yang memadai
 Terjaminnya hak-hak WP
 WP terhindar dari sanksi-sanksi perpajakan
 Manajemen dapat memanfaatkan LOOPHOLES baik yang
tersurat maupun yang tersirat

Kalaupun masih under comply, masih manageable bagi manajemen

21
Mengapa ada CTM?
• Manusia adalah makhluk ‘homo economicus’
• Pajak masih dianggap sebagai beban yang sedapat mungkin
harus dihindari.
• Banyak WP berusaha menghindar dari pengenaan pajak.
– Dengan cara illegal  dengan cara melanggar peraturan
pajak; atau
– Dengan cara legal  dengan cara melakukan
perencanaan pajak (tax management/tax planning).
Faktor Pendorong
WP melakukan Tax Planning

• Sifat dasar manusia sebagai makhluk


homo economicus
• Tingginya beban pajak yang harus
dibayar WP
• Aparat Pajak yang kurang simpatik
Faktor Pengaruh
WP tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya:

• tingkat kerumitan peraturan pajak


• besar-kecilnya jumlah pajak terutang
• Besar kecilnya risiko deteksi
• berat-ringannya sanksi pajak
• moral masyarakat
Konsep Dasar Tax Management
• Planning
• Organizing
• Actuating
+ Evaluating
• Controlling
Secara umum CTM adalah implementasi fungsi-fungsi
manajemen dalam pelaksanaan Tax Compliance untuk
mencapai pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan secra
OPTIMAL sesuai regulasi perpajakan
CTM vs Tax Loopholes

Tax Loopholes bisa menjadi celah


dan/atau jalan bagi korporasi untuk
mengimplementasikan CTM,
TANPA MELANGGAR REGULASI PAJAK
TO BE A GOOD TAX PLANNiNG
• Tidak melanggar UU Pajak
• Secara bisnis harus reasonable
• Dukungan bukti dan acccounting treatment
• Networking dengan fiskus
• multi-disiplioner: pajak, hukum, akuntansi,
komunikasi, persuasi dsb
Loopholes di PPh Pasal 21

• Benefit in cash atau benefit in kinds


• Penggunaan metode gross-up sesuai
kondisi
• Manfaatkan fasilitas in natura yang bebas
pajak
• Jangan berikan bonus karyawan dari laba
tahun lalu
28
Benefit in cash atau benefit in kinds
Loopholesnya adalah WP memiliki kebebasan untuk
memberikan benefit in cash atau benefit in kinds

“Benefit in Cash akan dikenai tarif PPh Pasal 21 di


Karyawan”
“Benefit in Kinds akan dikenai tarif PPh Badan di
Perusahaan”
Pemanfaatan:
WP bisa memilih benefit in cash pada saat pengenaan tarif PPh Pasal 21
< tarif PPh badan atau memilih benefit in kinds pada saat tarif PPh
badan < tarif PPh Pasal 21

29
Penggunaan Gross Up sesuai Kondisi

Loopholesnya adalah gross up bukanlah metode pembukuan/akuntansi


sehingga tidak harus konsisten. Gross up atau Non GU tidak lebih
merupakan pilihan kebijakan dalam pemberian kompensasi karyawan

“Metode Gross Up identik dengan pemberian tunjangan pajak yang


esensinya merupakan benefit in cash”
“Metode Non Gross Up identik dengan pemberian kenikmatan pajak yang
esensinya merupakan benefit in kinds”

Pemanfaatan:
WP bisa memilih gross up pada saat pengenaan tarif PPh Pasal 21 < tarif PPh
badan atau memilih non gross up pada saat tarif PPh badan < tarif PPh Pasal 21

30
Manfaatkan fasilitas in natura yang bebas pajak

Loopholesnya adalah UU PPh memberikan tax exemption baik di PPh Pasal


21 maupun di PPh Badan untuk transaksi natura tertentu

“Di satu sisi, Natura tertentu bukan merupakan objek PPh Pasal 21 di
karyawan (non taxable income)”

“Di sisi lain, Natura tertentu tersebut boleh dibebankan sebagai biaya di
perusahaan (deductible expense)”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan pembebasan pajak bila memilih memberikan natura tertentu
tersebut. Misalnya pemberian makanan/minuman bagi seluruh karyawan, iuran
pensiun/JHT ditanggung pemberi kerja, pakaian seragam tertentu, natura di daerah
terpencil, kendaraan/handphone dinas (50%) dsb.
31
Jangan berikan bonus karyawan dari laba tahun lalu

Loopholesnya adalah pemberian bonus yang diambil dari laba akan


mengakibatkan pengenaan pajak berganda sehingga harus dihindari

“Bila bonus dibebankan ke Laba Ditahan, maka dikenai PPh Pasal


21 di karyawan dan PPh badan di perusahaan karena merupakan
non deductible expense”

“Bila bonus dibebankan ke biaya tahun berjalan, maka hanya akan


dikenakan PPh Pasal 21 saja, sementara di PPh badan merupakan
deductible expense”

Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari pengenaan pajak yang lebih tinggi karena adanya
pengenaan pajak berganda bila bonus dibebankan ke laba tahun tahun
(Laba Ditahan).
32
Loopholes di PPh Orang Pribadi
 Cabut NPWP istri bila tidak ada perjanjian
pisah harta/penghasilan
 Penuhi dokumentasi perolehan harta dari
hibah dan warisan
 Gunakan pembukuan atau pencatatan sesuai
kondisi
 Efisiensi administrasi via NPWP Non Efektif

33
Cabut NPWP istri bila tidak ada perjanjian pisah
harta/penghasilan
Loopholesnya adalah suami istri yang memiliki NPWP masing-masing akan
memiliki kewajiban perpajakan dua kali lipatnya

“Keluarga dalam satu kesatuan ekonomis sehingga cukup satu


NPWP sepanjang tidak ada perjanjian pisah harta/penghasilan”

“Bila sebelum menikah masing-masing sudah memiliki NPWP,


maka setelah menikah NPWP istri harus segera dimintakan
pencabutan untuk menghindari kewajiban dan risiko sanksi yang
lebih besar”
Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari kewajiban administratif perpajakan (misal
penyampaian SPT) dan terhindar dari risiko sanksi administratif akibat
ketidaktahuna/kelalaian WP.
34
Penuhi dokumentasi perolehan harta dari
hibah dan warisan
Loopholesnya adalah hibah dari keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat dan warisan bukanlah objek PPh, oleh karena itu harus
didukung dengan bukti yang cukup

“Lebih baik sedia payung sebelum hujan, meskipun dengan akta di


bahwah tangan perolehan harta dari hibah dan warisan harus
disiapkan bukti pendukungnya”

“Bila tidak ada bukti yang memadai bisa dianggap sebagai objek
PPh berupa tambahan kekayaan neto yang belum dikenai pajak”
Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari risiko pengenaan pajak berikut sanksi administrasi
yang lebih besar karena tidak bisa menunjukkan bukti pendukung yang
memadai.
35
Gunakan pembukuan atau pencatatan sesuai kondisi

Loopholesnya adalah bila omzet WP tidak lebih dari Rp 4.8 M setahun,


maka WP bebas memilih menggunakan pembukuan atau pencatatan.
“Penggunaan pencatatan relatif lebih mudah dan sederhana,
tetapi penghitungan PPhnya akan selalu untung karena
digunakannya norma penghitungan penghasilan neto”
“Penggunaan pembukuan akan relatif lebih sulit, tetapi bisa
menggambarkan kondisi sebenarnya ”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan pajak bila dapat memprediksi
dengan tetap tingkat keuntungannya. Pencatatan dipakai saat tingkat laba
riel > norma. Bila tingkat riel < norma, sebaiknya digunakan pembukuan.

36
Hemat Administrasi Via Non Efektif
Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang masuk kategori WPLN, dapat bebas
dari kewajiban penyampaian SPT PPh

“Pekerja Indonesia di luar negeri yang berstatus WPLN pada dasarnya hanya
meninggalkan Indonesia sementara. Keputusan Non Efektif akan
membebaskan kewajiban administratif penyampaian SPT. Ketika WP
kembali ke Indonesia NPWP-nya dapat aktif kembali tanpa harus daftar
ulang.”

Pemanfaatan:
Selain terhindar dari kewajiban administratif penyampaian SPT, WP juga
tidak perlu takut dengan risiko sanksi administrasi manakala kembali lagi ke
Indonesia. Penetapan Non Efektif ini dapat memperkuat tidak adanya
kewajiban pajak atas penghasilan dari luar negeri yang diterima oleh WP.
37
Loopholes di PPh Badan
 Dapatkan pembebasan pajak dari Intercorporate dividend
 Pilih metode penyusutan yang cocok dengan industri
 Bebas Bunga Khusus Pinjaman dari Pemegang Saham
 Pilih metode penilaian persediaan yang cocok dengan kondisi
 Percepat biaya melalui capital leasing (Aset)
 Lakukan Pemisahan Biaya Pra-operasi
 Lakukan Revaluasi Aktiva Tetap dalam kondisi tertentu
 Manfaatkan transfer pricing secara wajar

38
Dapatkan pembebasan pajak dari
Intercorporate dividend
Loopholesnya adalah Intercorporate dividend yang memenuhi persyaratan
tertentu dikecualikan dari pengenaan pajak.

“Intercorporate dividend yang bebas pajak adalah dividen yang


diterima oleh PT, BUMN/D dgn kepemilikan minimum 25% atau
dividen yang diterima oleh Koperasi”

“WP harus berusaha untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan


untuk mendapatkan pembebasan pajak”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan tax exemption bila dapat memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh peraturan perpajakannya.

39
Pilih metode penyusutan yang cocok
dengan industri
Loopholesnya adalah pilihan metode penyusutan akan mempengaruhi
besarnya laba atau rugi fiskal setiap tahunnya yang pada gilirannya akan
mempengaruhi cashflow pembayaran pajak.

“Industri yang ROI-nya lama (lambat) sebaiknya memilih metode


garis lurus, sebaliknya industri yang ROI-nya cepat sebaiknya
memilih saldo menurun”

“Industri yang pengenaan pajaknya bersifat final sebaiknya


memilih metode garis lurus karena akan berpengaruh pada capital
gain (loss) bila terjadi pengalihan harta”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan cash flow pajak atau terhindar dari pengenaan
pajak yang lebih besar.

40
Bebas Bunga Khusus Pinjaman dari
Pemegang Saham
Loopholesnya adalah Wajib Pajak dapat memanfaatkan fasilitas
pinjaman yang tidak perlu kena pajak (PPh 23)
“Lebih baik sedia payung sebelum hujan, untuk memenuhi
4 syarat agar tidak terutang PPh 23”

“Bila 4 syarat tidak terpenuhi, maka pembayaran tersebut


merupakan obyek PPh”
Pemanfaatan:
WP bisa terhindar dari pengenaan pajak atas pinjaman pemegang
saham dengan memenuhi 4 syarat beserta bukti pendukung yang
memadai.

41
Pilih metode penilaian persediaan yang
cocok dengan kondisi
Loopholesnya adalah metode penilaian persediaan secara tidak langsung
akan mempengaruhi penghitungan besarnya laba fiskal.

“Dalam kondisi harga yang cenderung naik, metode FIFO akan menghasilkan
penghitungan harga pokok penjualan yang lebih kecil (bila dibandingkan
dengan metode Rata-rata) sehingga laba fiskal menjadi lebih besar”

“Bila items persediaan banyak dan beragam lebih mudah menggunakan


metode FIFO dibanding metode Rata-rata”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan cashflow pajak bila memilih metode
penilaian persediaan yang cocok dengan kondisi perusahaan.
42
Percepat biaya dengan pengadaan aset
melalui capital leasing
Loopholesnya adalah capital leasing bisa mempercepat pembebanan biaya
fiskal oleh WP dibandingkan pengadaan dengan pembelian kredit.
Percepatan biaya berarti penundaan cash flow pembayaran pajak.

“Bila masa leasing lebih pendek daripada masa manfaat asset,


maka pembebanan biaya melalui leasing akan lebih cepat dari
pada pembebanan biaya melalui pembelian”

“Percepatan biaya fiskal dari kondisi sebelumnya juga bisa


dilakukan dengan melakukan ‘sale and leaseback’ atas aktiva
yang ada”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan cashflow pajak dengan mempersepat
biaya melalui capital leasing. Bila perlu dengan sale and leaseback atau
tailor made leasing.
43
Lakukan Pemisahan Biaya Pra-operasi

Loopholesnya adalah dengan memisahkan biaya pra-operasi akan


mempengaruhi besarnya beban biaya dan memperkecil cashflow
pembayaran pajak di awal periode.
“Dengan merinci biaya dengan masa manfaat < 1 tahun,
maka dapat dibiayakan lebih cepat”

“Rincian biaya dengan masa manfaat > 1 tahun,


pembebanan dilakukan melalui amortisasi”
Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan cash flow pajak yang lebih
besar pada awal periode.
44
Lakukan Raveluasi Aktiva Tetap (RAT) dalam
Kondisi Tertuntu
Loopholesnya adalah RAT dapat mengeser dari pengenaan PPh tidak final
ke PPh Final dengan tariff yang lebih rendah (PMK 79/PMK.03/2008).

“Dengan RAT, DJP memberikan tariff diskon (< tariff normal PPh
Badan, jika WP” mau melakukan RAT dan membayar PPh saat RAT

“Jika Net Present Value (NPV) dari tax benefit dari dari kenaikan
beban penyusutan di masa datang lebih besar dari biaya RAT saat
ini, maka RAT akan memberikan tax benefit kepada WP”

Pemanfaatan:
WP dapat menghindari tax loss karena Tax Loss Carry Forward
(TLCF) yang akan hangus atau dalam hal tingkat bunga relatif
rendah

45
Manfaatkan transfer pricing secara wajar
Loopholesnya adalah transfer pricing bisa mengeser laba/rugi suatu
perusahaan ke perusahaan lainnya bahkan lintas negara secara wajar.

“Transfer pricing yang dilakukan dengan tidak mencolok akan


sulit dideteksi oleh fiskus, terlebih bila didukung argumentasi
yang rasional. Produk hanyalah salah satu komponen bauran
pemasaran”

“Perbedaan harga belum tentu merupakan ketidakwajaran


transfer pricing sepanjang bisa dijelaskan. Misalnya perbedaan
pasar, partai, saluran distribusi, promosi dsb”
Pemanfaatan:
WP bisa mengatur keuntungan (kerugian) masing-masing
perusahaan dalam satu grup perusahaan bahkan bisa menggeser
laba ke negara yang tarif pajaknya rendah (tax haven countries)
secara wajar. Buat TP Documentation. 46
Loopholes di PPh Pasal 23/26/Final

 Memisahkan Jumlah Material dan Jasa dalam Kontrak


dan Invoice
 Tanamkan Kembali Laba Bersih Bentuk Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia
 Gunakan bentuk usaha firma atau kongsi
 Maksimalkan saat pemotongan PPh sesuai saat terhutang

47
Memisahkan Jumlah Material dan Jasa dalam
Kontrak dan Invoice

Loopholesnya adalah WP dapat dikenai PPh dengan dasar pengenaan


pajak yang lebih kecil

“Dari pada kena pajak lebih besar, lebih baik


kena pajak lebih kecil”

Pemanfaatan:
Dalam kontrak dan invoice harus dipisahkan dengan jelas jumlah
yang merupakan nilai material dan jumlah yang merupakan nilai jasa.
Khusus untuk invoice lebih baik dibuat terpisah (dipecah) antara
invoice material dan invoice jasa (lihat PMK 141/PMK.03/2015)
48
Tanamkan Kembali Laba Bersih Bentuk Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia

Loopholesnya adalah WP dapat menghindari pengenaan PPh Pasal 26 ayat


(4) sepanjang:

•Menjadi pendiri atau peserta pendiri (seluruh laba ditanamkan)


•Pada tahun berjalan atau paling lambat tahun pajak berikutnya;
dan
•Tidak dialihkan paling sedikit dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
sesudah perusahaan berproduksi komersial.

Pemanfaatan:
WP dapat bebas dari pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4) dengan memenuhi
seluruh syarat-syarat di atas.
49
Gunakan bentuk usaha firma atau kongsi
Loopholesnya adalah adanya ketentuan bahwa pengenaan pajak untuk
firma/kongsi/persekutuan hanya dilakukan pada tingkat PPh badan.

“Bagian laba yang diterima oleh anggota firma/kongsi bukan


merupakan taxable income”
“Di sisi lain, gaji yang dibayarkan kepada sekutu aktif akan
sama dengan bagian laba sehingga tidak boleh dikurangkan
sebagai biaya fiskal bagi firma (non dedcutible expense)”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan pajak karena tarif maksimum PPh
badan hanya 25% sementara tarif maksimum PPh orang pribadi adalah
30%.

50
Maksimalisasi Pemotongan PPh Sesuai
dengan Saat Terutang

Loopholes-nya adalah pemotongan pajak dapat dilakukan sesuai dengan jatuh


tempo. Accrue yang dibuat untuk memenuhi prinsip matching cost against
revenue belum terutang PPh.

“Saat terutangnya PPh Pasal 23/26 adalah saat


pembayaran, disediakan untuk dibayarkan atau
jatuh tempo pembayaran.”

Pemanfaatan:
Pemotongan pajak sesuai dengan jatuh tempo akan lebih fair dan
jelas bagi pemilik penghasilan dan pemotong pajak.
51
Loopholes di PPN/PPn BM
 Hemat Administrasi dengan Satu Faktur Pajak Gabungan
 Dapatkan keuntungan dari mekanisme Pengkreditan Pajak
Masukan
 Mengurangi DPP PPN dengan Potongan Harga
 Menghemat administrasi dgn pemusatan tempat terutangnya
PPN
 Pelaporan menggunakan e-filing
 Cara Jitu Menghemat PPN Membangun Sendiri

52
Hemat Administrasi dengan Satu
Faktur Pajak Gabungan
Loopholesnya adalah bahwa peraturan pajak memperkenankan PKP untuk
membuat satu FP Standar gabungan untuk memuat transaksi selama sebulan
dengan satu pembeli yang sama.

“Asyiiikkk…bisa ngirit kertas & tinta mesin ketik atau tinta printer”
Perhatian:
Untuk transaksi yang menggunakan mata uang asing penggabungan juga dapat
dilakukan untuk transaksi kepada pembeli yang sama selama satu bulan
kalender dengan kurs fiskal MK berlaku saat pembuatan Faktur Pajak.
Pemanfaatan:
PKP bisa menghemat kertas, tinta mesin ketik dan juga tinta printer.
53
Dapatkan keuntungan dari mekanisme
Pengkreditan Pajak Masukan
Loopholesnya adalah pengkreditan PM yang didasarkan pada basis akrual,
yaitu PM yang seharusnya dibayar PKP pembeli .

“Makin cepat mendapatkan FP Masukan dan kemudian mengkreditkannya,


maka WP diuntungkan karena sudah mendapatkan hak kredit pajak
meskipun belum membayarnya”
“Perlu diperhatikan juga aspek formalitas dari FP yang diterimanya. Teliti
dulu sebelum mengkreditkannya”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan keuntungan cash flow pembayaran PPN dengan
mempercepat pengkreditan PM. Jangan bebankan sebagai biaya untuk PM
yang dapat dikreditkan. Hal lain yang harus dikelola PKP pembeli adalah
mengenai term of payment dari pembelian tersebut.
54
Mengurangi DPP PPN dgn Potongan Harga
Loopholesnya adalah potongan harga merupakan cara legal untuk
mengurangi DPP PPN.

“DPP PPN adalah harga jual atau penggantian, yaitu nilai berupa
uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual karena penyerahan BKP/JKP, tidak termasuk PPN yang
dipungut menurut UU ini dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak ”

“Potongan harga pada hakekatnya merupakan penghasilan bagi


pedagang perantara di luar komisi/incentif/bonus/hadiah”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan penghematan PPN dengan menyulap biaya promosi
seperti komisi/incentif/bonus/hadiah menjadi diskon dengan memasukkannya
ke dalam FP. Masalah terminologi juga perlu diperhatikan.
55
Menghemat administrasi dgn pemusatan
tempat terutangnya PPN
Loopholesnya adalah pemusatan tempat terutangnya PPN bisa menghemat
administrasi kewajiban PPN.

“Dengan sentralisasi, PKP tidak perlu lagi memusingkan


penyerahan antara cabang”

“Tempat pembuatan FP, pengkreditan PM dan pembuatan SPT


Masa PPN dilakukan hanya di satu tempat”

Pemanfaatan:
WP bisa menghemat biaya administrasi yang harus ditanggung karena
pekerjaan administrasi menjadi lebih sedikit.

56
Pelaporan menggunakan e-filing

Loopholesnya adalah e-filing akan memudahkan pelaksanaan pekerjaan


administrasi perpajakan.

“Bila sudah e-filing, sentralisasi PPN hanya cukup dengan pemberitahuan,


bukan dengan permohonan”
“Dengan e-filing, WP lebih fleksibel dalam melaporkan SPT-nya, yaitu bisa
dilakukan sampai jam 24 WIB”

Pemanfaatan:
WP bisa mendapatkan kemudahan dalam pengajuan sentralisasi PPN dan
fleksibel dalam pelaporan SPT-nya.

57
Cara Jitu Menghemat PPN
Membangun Sendiri
Loopholesnya adalah bahwa peraturan PPN memberikan syarat-syarat
kumulatif untuk pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri.
“Orang niatnya mau ngirit koq…Ehh…malah kena PPN kegiatan
membangun sendiri…”

“Makanya, bangun rumah jangan besar-besar. Kalo mau besar,


pembangunannya dilakukan secara bertahap lebih dari dua tahun…”
Pemanfaatan:
WP bisa menghindari pengenaan PPN membangun sendiri dengan jalan tidak
membangun bangunan seluas 200 m2 atau lebih (sebelumnya 300 m2) , atau
melakukan pembangunan secara bertahap dengan jarak per tahap lebih dari
2 tahun. 58
Loopholes di KUP
 Akhirkan pembayaran/pelaporan pajak, bila perlu dgn
perpanjangan
 Hindari SPT Lebih bayar atau Rugi
 Ajukan permohonan menunda atau mengangsur
 Ajukan Gugatan Ketimbang Keberatan Untuk SKP Tertentu
 Manfaatkan Putusan Sela
 Manfaatkan ketentuan penyampaian SPT Kumulatif

59
Akhirkan pembayaran/pelaporan pajak,
bila perlu dgn perpanjangan
Loopholesnya adalah kewajiban pembayaran/pelaporan pajak diatur paling
lambat pada tanggal tertentu.

“Menunda pembayaran pajak baik pajak sendiri maupun


withholding tax merupakan potensi keuntungan celah bagi WP
untuk menunda cash flow”
“Menunda penyampaian SPT berarti memberikan kesempatan
waktu lebih banyak untuk menghitung dan menyusun SPT dengan
benar”

Pemanfaatan:
WP bisa menunda cash flow atau mendapatkan waktu yang cukup untuk
menghitung dan menyusun SPT-nya tanpa dikenakan sanksi administrasi.
Bila perlu dengan perpanjangan khusus SPT Tahunan.
60
Hindari SPT Lebih bayar atau Rugi
Loopholesnya adalah SPT LB dan atau SPT Rugi memiliki peluang paling
besar untuk diperiksa.

“Pemeriksaan pajak selalu mengandung risiko ditemukan


kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak”

“Temuan pemeriksa pajak berarti kekurangan pembayaran pajak


berikut dengan sanksi administrasinya”

Pemanfaatan:
WP bisa menghindari risiko tersebut dengan mengupayakan agar secara
bisnis tidak rugi dan tidak menghasilkan SPT LB. Caranya minta SKB PPh
Pasal 22/23, penurunan angsuran PPh Pasal 25, efisiensi biaya dsb
61
Ajukan permohonan menunda atau
mengangsur
Loopholesnya adalah peraturan memberikan kemudahan untuk
menunda/mengangsur bila WP mengalami kesulitan keuangan.

“Mengangsur atau menunda cashflow pajak berarti keuntungan


bagi perusahaan”

“Namun demikian perlu diperhatikan discount rate yang berlaku


karena menunda/mengangsur tidak menghilangkan pengenaan
sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan”

Pemanfaatan:
WP bisa menunda cash flow bila permohonan menunda/mengangsur
pembayaran pajak dikabulkan oleh Ditjen Pajak.
62
Atas SKP tertentu, Ajukan Gugatan
Ketimbang Keberatan

WP bisa mengajukan Keberatan, tetapi memakan waktu lama, dan bisa jadi
malah berujung ke banding

Proses tersebut butuh waktu (min 2 tahun), tenaga, biaya


tambahan. Padahal, untuk SKP tertentu, WP bisa mengajukan
gugatan ke Badan Peradilan Pajak

Pemanfaatan:
Perhatikan proses penerbitan SKP oleh Fiskus. Jika cacat prosedur, ajukan
gugatan dari pada keberatan karena akan menghemat waktu karena
diputuskan hanya enam bulan
63
Manfaatkan Putusan Sela
Putusan Sela diajukan kepada PP bersamaan dengan Gugatan utk menunda
pelaksanaan penagihan pajak. Yakinkan Majelis bahwa pelaksanaan
penagihan dapat menimbulkan kondisi yang sangat merugikan bagi WP

Pemanfaatan:
Dengan mengajukan Putusan Sela, penagihan pajak dapat ditunda sampai
dengan dikeluarkannya putusan Pengadilan Pajak. Hal ini sekaligus dapat
memberikan ketenangan bagi Wajib Pajak dalam mempersiapkan
gugatannya. Jika Pengadilan Pajak mengabulkan Gugatan WP, penagihan
pajak bahkan tidak dapat dilakukan sama sekali

64
Penyampaian SPT Kumulatif

WP kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa masa


dalam satu SPT Masa

Pemanfaatan:
Jika permohonan Wajib Pajak dikabulkan, sehingga WP dapat
melaporkan beberapa masa dalam satu SPT Masa saja, WP dapat
menghemat biaya administrasi terkait penyampaian SPT-nya.

65

Anda mungkin juga menyukai