Anda di halaman 1dari 4

Semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS

Kesehatan termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia
dan telah membayar iuran, yang dibagi atas jenis kepesertaan sebagai berikut:
1. Penerima Bantuan Iuran-Jaminan Kesehatan (PBI-JK), merupakan program Jaminan
Kesehatan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dibayar oleh Pemerintah Pusat
melalui APBN dan Pemerintah Daerah melalui APBD.

 2.      Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) terdiri dari:


a.      Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja
dengan menerima gaji atau upah, yang terdiri dari PPU Penyelenggara Negara dan
PPU Non Penyelenggara Negara.
1)     PPU Penyelenggara Negara terdiri dari Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Pusat/Daerah, PNS yang dipekerjakan di BUMN/BUMD, TNI/PNS TNI,
POLRI/PNS POLRI, DPRD dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
(PPNPN).
2)     PPU Non Penyelenggara Negara terdiri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Swasta
b.      Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri, yang terdiri dari: Notaris/Pengacara/LSM, Dokter/Bidan
Praktek Swasta, Pedangang/Penyedia Jasa, Petani/Peternak, Nelayan, Supir, Ojek,
Montir dan pekerja lain yang mampu membayar iuran.
c.      Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan termasuk masyarakat yang
didaftarkan dan iurannya dibayar oleh Pemerintah Pusat/Daerah, PPU serta PBPU,
yang terdiri dari: BP Penyelenggara Negara dan BP Non Penyelenggara Negara.
1)     BP Penyelenggara Negara terdiri dari Penerima Pensiun (PP) Pejabat Negara,
PP PNS Pusat/Daerah, PP TNI, PP POLRI, Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
2)     BP Non Penyelenggara Negara terdiri dari Investor, Pemberi Kerja dan BP lain
yang mampu membayar iuran.
 
ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG
Anggota keluarga yang ditanggung sebagai Peserta JKN-KIS tergantung pada jenis
kepesertaannya sebagai berikut:
1.        Peserta PBI-JK yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat, anggota keluarga yang
ditanggung adalah yang didaftarkan oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan Keputusan
Menteri Sosial RI.
2.        Peserta PBI-JK yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Daerah, anggota keluarga yang
ditanggung adalah yang didaftarkan dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3.        Peserta PPU meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan
kriteria:
a.        Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
b.        Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
c.        Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak ditanggung,
maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan
urutan kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang
anak yang sah.
d.        Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang termasuk
peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar
iuran tambahan.
4.        Peserta PBPU dan BP meliputi istri/suami yang sah, seluruh anak dan anggota keluarga
lain yang terdapat dalam satu Kartu Keluarga (KK).
Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk  pembayaran iuran peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020
sebesar Rp48,8 triliun. Subsidi kesehatan warga miskin tersebut naik nyaris dua kali lipat dari
alokasi tahun ini Rp 26,7 triliun lantaran memperhitungkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengatakan,
peningkatan anggaran ditujukan untuk menjamin kesinambungan layanan kesehatan yang
berkualias. Pemerintah berencana menaikkan iuran BPJS Kesehatan untuk peserta PBI dari Rp
23 ribu menjadi Rp 42 ribu.  "Peningkatan (anggaran) PBI menjadi Rp 48,8 triliun pada 2020
dari sekitar Rp 26,7 triliun pada tahun 2019," katanya dalam rapat bersama Badan Anggaran
(Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/9). Menurut
dia, tambahan anggaran ini berasal dari anggaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Adapun Kemenkes, akan melanjutkan perluasan kepesertaan JKN khususnya melalui PBI,
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta penguatan program promotif dan preventif.
(Baca: Menteri Puan Sebut Iuran BPJS Kesehatan Tetap Naik Meski Ditolak DPR) Meski
anggaran iuran PBI naik hampir dua kali lipat, anggaran belanja Kemenkes dalam RAPBN 2020
diusulkan hanya naik Rp 599 miliar dibanding tahun ini menjadi Rp 36 triliun.  Saat ini, ia
mengaku pihaknya masih menunggu proses penandatanganan Perpres oleh Presiden Joko
Widodo. Meski demikian, pemerintah berencana menghitung kenaikan iuran peserta PBI mulai
Agustus.
 "Iya nanti diteken tunggu presiden," ujarnya. Berdasarkan usulan pemerintah, iuran BPJS
Kesehatan untuk peserta mandiri akan naik hingga dua kali lipat. Iuran peserta mandiri kelas I
akan dinaikkan dari Rp 80 ribu menjadi Rp 160 ribu, kelas 2 dari Rp 55 ribu menjadi Rp 110
ribu, dan kelas 3 dari Rp 25.500 menjadi Rp 42 ribu. Kenaikan iuran ini diusulkan berlaku pada
Januari 2020.
Pemerintah juga mengusulkan batas upah yang dikenakan untuk perhitungan iuran pegawai
swasta atau peserta penerima upah dari badan usaha dan pemerintah dengan persentase 5%
dari upah. Sedangkan formulasi upah untuk pegawai swasta dinaikkan dari Rp 8 juta menjadi
Rp 12 juta dan diusulkan berlaku Januari 2020.
Sedangkan batas upah untuk pegawai pemerintah diusulkan naik dari semula hanya mencakup
gaji pokok dan tunjangan keluarga, ditambah dengan tunjangan kinerja. Kenaikan untuk
pembayaran iuran BPJS Kesehatan ini diusulkan berlaku mulai Oktober 2019. 
Tambah Jumlah Orang Miskin Konsultan  Data Indonesia Herry Gunawan menilai kenaikan
iuran BPJS Kesehatan berpotensi menambah jumlah orang miskin. Pasalnya, terdapat sekitar 8
juta orang  hampir miskin yang tak masuk dalam golongan peserta PBI dan harus membayar
iuran sendiri. Saat ini, menurut dia, penerima iuran PBI sebanyak 96,8 juta. Sementara data
Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dikeluarkan BPS menyebut terdapat , masyarakat yang
masuk kelompok miskin dan hampir miskin berada di empat desil terendah dengan setiap desil 
mewakili  10% penduduk Indonesia.  "Ada 8,2 juta (orang miskin dan hampir miskin) yang
menjadi peserta mandiri. Inilah yang paling terpapar dengan kenaikan iuran BPJS Kesehatan,"
ujar Herry.  Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pihaknya, menurut dia, kenaikan iuran
BPJS Kesehatan berpotensi menambah jumlah orang miskin sebanyak 143 ribu orang.  "Itu
hanya dihitung dari peserta mandiri karena ada penambahan pengeluaran," jelas dia. 

Anda mungkin juga menyukai