KEL 2 :
- Sifa Nurfadilah (11220150000014)
- Riska Putriadi (11220150000021)
- Vina Shantyana (11220150000110)
Undang-undang No. 8 Tahun 1983 mengatur tentang daerah pabean, barang berwujud dan
BKP. Penyerahan BKP dalam peraturan tentang PPN ini adalah penyerahan BKP karena suatu
perjanjian, pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli (leasing) dan pengalihan hasil
produksi dalam keadaan bergerak.
Setiap wajib pajak khususnya yang melakukan kegiatan penyerahan barang dan jasa kena pajak
perlu memahami dengan betul ketentuan PPN. Dimana hal ini mencakup ketentuan tarif,
ketentuan penghitungan, ketentuan penyetoran, hingga ketentuan dalam pelaporan PPN.
Objek PPN
Berdasarkan UU PPN dan PPnBM Pasal 4 Ayat (1), kategori yang termasuk objek PPN antara
lain:
1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP.
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP.
8. Ekspor JKP oleh PKP.
Barang yang tidak termasuk objek PPN antara lain:
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP).
DPP untuk menghitung PPnBM seperti halnya dengan DPP untuk PPN Yaitu: harga jual, harga
penggantian, nilai impor, nilai ekspor dan nilai lain.
Perhitungan PPN
Sebelum masuk pada cara menghitung PPN terutang dari masing-masing DPP yakni harga jual,
penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain, kita akan lihat contoh soal PPN atas PKP
tertentu dan penyerahan atas kendaraan bermotor bekas, serta penyerahan emas perhiasan atau
jasa terkait dengan emas perhiasan.
Ketentuan pajak pertambahan nilai atas PKP tertentu artinya PPN yang berlaku bagi PKP
dengan peredaran usaha tidak lebih dari Rp1.800.000.
PKP tertentu ini dapat mengkreditkan PPN Masukan dengan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan sebagai berikut:
Pajak Masukan sebesar 60% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)
Pajak Keluaran sebesar 70% dari Pajak Masukan untuk penyerahan Barang kena Pajak
Pajak Keluaran bagi PKP tertentu ini juga dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN 11%
dengan DPP.
Kemudian cara menghitung PPN terutang adalah Pajak Keluaran dikurangi dengan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan.
Sehingga penghitungan PPN terutang yang disetor setiap masa pajak bagi PKP tertentu ini
sama dengan 4% dari DPP untuk transaksi penyerahan JKP dan 4% dari DPP untuk penyerahan
PKP.
Perhitungan PPN bagi PKP yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas adalah
sama dengan 1% dari DPP berupa peredaran usaha.
Kemudian besar Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan PPN Masukan adalah 90% dari Pajak Keluaran.
Ketentuan ini diperuntukkan bagi PKP yang melakukan penyerahan atas kendaraan bermotor
bekas secara eceran. Penyerahan barang atau jasa terkait emas perhiasan terutang PPN dengan
tarif 11% dikalikan dengan DPP 20% dari harga jual emas perhiasan atau nilai penggantian.
DPP dari harga jual emas perhiasan atau penggantian tersebut merupakan selisih antara harga
jual emas perhiasan dikurangi harga emas batangan kadar 24 karat yang terkandung di
dalamnya.
Untuk diketahui, DPP tersebut dalam hal penyerahan emas perhiasan dilakukan dengan cara
mengganti atau menukar emas perhiasan dengan emas batangan kadar 24 karat sebagai
pengganti seluruh bahan baku pembuaran emas perhiasan.