Anda di halaman 1dari 5

RESUME PERPAJAKAN MATERI (PPN 1)

KEL 2 :
- Sifa Nurfadilah (11220150000014)
- Riska Putriadi (11220150000021)
- Vina Shantyana (11220150000110)

Pengertian dan dasar hukum PPN


Dasar hukum terkait PPN terdapat dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean
yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.

Undang-undang No. 8 Tahun 1983 mengatur tentang daerah pabean, barang berwujud dan
BKP. Penyerahan BKP dalam peraturan tentang PPN ini adalah penyerahan BKP karena suatu
perjanjian, pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli (leasing) dan pengalihan hasil
produksi dalam keadaan bergerak.

Barang Kena Pajak (BKP)


Barang Kena Pajak (BKP) merupakan barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang Tidak bergerak, dan barang tidak berwujud, yang
dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
Penyerahan Barang Kena Pajak meliputi :
1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian (jual beli, /tukar manukar/sejenisnya)
2. Pangalilian BKP oleh karens suetu porjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna
usaha
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
4. Pamakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP
5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual belikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknys dan/atau penyerahan BKP antar
cabang
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi
8. Penyerahan BKP oleh pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan
yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang penyerahannya dianggap langsung
dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan BKP
Pengecualian Barang Kena Pajak
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Borang Kena Pajak adalah
1. penyerahan BKP kepada makelar
2. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang
3. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar
cabang delam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang
4. pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambil alihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak dan
5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan.
Barang/Jasa yang tidak dikenakan PPN yaitu:
• Barang hasil pertambangan atau pengeboran (minyak mentah, asbes, batu bara, gas
bumi, dll).
• Barang Kebutuhan Pokok (beras, jagung, sagu, garam, susu, daging, telur, kedelai,
buah, sayuran, dan lainnya).
• Makanan dan minuman yang disajikan di rumah makan atau restoran.
• Uang dan Emas batangan
• Jasa pelayanan medis sosial keuangan asuransi keagamaan pengiriman surat dengan
perangka kesenian jasa pendidikan jasa tenaga kerja jasa perhotelan jasa bogo atau
catering dan sebagainya.
Jasa Kena Pajak
JKP merupakan jasa yang dikenakan PPN. Dalam hal ini, jasa kena pajak tersebut meliputi
seluruh jasa yang telah ditetapkan berdasarkan pada Undang-Undang PPN. Dimana selain jasa
yang dimaksud maka tidak dikenai pajak pertambahan nilai (PPN). Konsultan pajak Serpong
adalah pilihan tepat untuk konsultasi pajak anda. Sedangkan untuk jenis jasa tertentu yang
mana tidak dikenai PPN diantaranya yaitu:
• Jasa pelayanan kesehatan
• Jasa pelayanan sosial
• Jasa pengiriman surat dengan perangko
• Jasa keuangan
• Jasa asuransi
• Jasa keagamaan
• Jasa pendidikan
• Jasa kesenian dan hiburan
• Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
• Jasa angkutan umum di darat di air serta di udara dalam negeri
• Jasa tenaga kerja
• Jasa perhotelan
• Jasa yang disediakan oleh pemerintah
• Jasa penyediaan tempat parkir
• Jasa telepon umum
• Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
• Jasa boga atau katering

Setiap wajib pajak khususnya yang melakukan kegiatan penyerahan barang dan jasa kena pajak
perlu memahami dengan betul ketentuan PPN. Dimana hal ini mencakup ketentuan tarif,
ketentuan penghitungan, ketentuan penyetoran, hingga ketentuan dalam pelaporan PPN.

Objek PPN
Berdasarkan UU PPN dan PPnBM Pasal 4 Ayat (1), kategori yang termasuk objek PPN antara
lain:
1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP.
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP.
8. Ekspor JKP oleh PKP.
Barang yang tidak termasuk objek PPN antara lain:
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.

TARIF PPN dan PPnBM


Tarif PPN
1. Tarif PPN lama secara umum adalah 10% (sepuluh persen) yang berlaku hingga 31
Maret 2022.
2. Tarif PPN terbaru berdasarkan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU No.7 Tahun
2021) adalah:
• 11% yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022
• 12% yang mulai berlaku paling lambat pada tanggal 1 Januari 2025.
Tarif PPN 0% berdasarkan UU PPH berlaku untuk barang dan jasa untuk ekspor baik Barang
Kena Pajak Berwujud maupun Takberwujud.
3. Tarif PPN (11% & 12%) dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15%
dengan Peraturan Pemerintah sesuai kebijakan Pemerintah.

PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP).
DPP untuk menghitung PPnBM seperti halnya dengan DPP untuk PPN Yaitu: harga jual, harga
penggantian, nilai impor, nilai ekspor dan nilai lain.

Perhitungan PPN
Sebelum masuk pada cara menghitung PPN terutang dari masing-masing DPP yakni harga jual,
penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain, kita akan lihat contoh soal PPN atas PKP
tertentu dan penyerahan atas kendaraan bermotor bekas, serta penyerahan emas perhiasan atau
jasa terkait dengan emas perhiasan.
Ketentuan pajak pertambahan nilai atas PKP tertentu artinya PPN yang berlaku bagi PKP
dengan peredaran usaha tidak lebih dari Rp1.800.000.
PKP tertentu ini dapat mengkreditkan PPN Masukan dengan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan sebagai berikut:
Pajak Masukan sebesar 60% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)
Pajak Keluaran sebesar 70% dari Pajak Masukan untuk penyerahan Barang kena Pajak
Pajak Keluaran bagi PKP tertentu ini juga dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN 11%
dengan DPP.
Kemudian cara menghitung PPN terutang adalah Pajak Keluaran dikurangi dengan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan.
Sehingga penghitungan PPN terutang yang disetor setiap masa pajak bagi PKP tertentu ini
sama dengan 4% dari DPP untuk transaksi penyerahan JKP dan 4% dari DPP untuk penyerahan
PKP.
Perhitungan PPN bagi PKP yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas adalah
sama dengan 1% dari DPP berupa peredaran usaha.
Kemudian besar Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan PPN Masukan adalah 90% dari Pajak Keluaran.
Ketentuan ini diperuntukkan bagi PKP yang melakukan penyerahan atas kendaraan bermotor
bekas secara eceran. Penyerahan barang atau jasa terkait emas perhiasan terutang PPN dengan
tarif 11% dikalikan dengan DPP 20% dari harga jual emas perhiasan atau nilai penggantian.
DPP dari harga jual emas perhiasan atau penggantian tersebut merupakan selisih antara harga
jual emas perhiasan dikurangi harga emas batangan kadar 24 karat yang terkandung di
dalamnya.
Untuk diketahui, DPP tersebut dalam hal penyerahan emas perhiasan dilakukan dengan cara
mengganti atau menukar emas perhiasan dengan emas batangan kadar 24 karat sebagai
pengganti seluruh bahan baku pembuaran emas perhiasan.

Pajak Masukan dan Keluaran


PPN masukan dan keluaran merupakan dua istilah yang dikenal dalam jenis pajak PPN.
Fungsinya untuk menghitung seberapa besar PPN yang perlu wajib pajak setorkan ke
pemerintah.
PPN masukan merupakan pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak (PKP)
melakukan pembelian atas Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
Sedangkan PPN keluaran merupakan pajak yang dikenakan saat PKP melakukan penjualan
terhadap BKP/JKP.
Secara sederhana penghitungan PPN masukan dan keluaran itu ketika PKP
mengkreditkan/mengurangkan pajak masukan dalam satu masa pajak dengan PPN keluaran
dalam masa pajak yang sama. Jika dalam suatu masa pajak PPN keluaran ternyata lebih besar,
maka kelebihan pajak keluaran tersebut harus disetorkan kepada negara. Namun, jika yang
kelebihan adalah PPN masukannya, maka PKP bisa mendapatkan kompensasi di masa pajak
selanjutnya atau PKP bisa mengajukan restitusi pajak.

Anda mungkin juga menyukai