Anda di halaman 1dari 24

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(VAT-Value Added Tax)

UU No 42 tahun 2009  PPN


UU No 7 tahun 2021  HPP
1
Subjek Pasal 3A

Objek Penyerahan/pemanfaatan BKP/JKP

PPN & PPnBM  PPN : - s.d 31 Maret 2022  10%


- UU No. 42 tahun 2009 - Mulai 1 April 2022  11%
Tarif - Mulai 1 Januari 2025  12%
- UU No. 7 tahun 2021
 PPnBM : 10% - 200%

- Harga jual
- Penggantian
DPP - Nilai Impor
- Nilai Ekspor
- Nilai lain

2
Subjek PPN
• Pengusaha yang melakukan penyerahan, kecuali pengusaha
kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
PPN & PPnBM yang terutang

• Pengusaha Kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak.

• Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena


Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau yang
memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang yang
penghitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan 3
Subjek Pajak PPnBM

Pengusaha Kena Pajak yang


menghasilkan BKP yang tergolong
mewah dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya
dan pengusaha yang mengimpor
barang yang tergolong mewah

4
Objek Pajak PPN (Pasal 4)
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak; dan
h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
5
Yang termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP:
Pasal 1A (1)
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau
perjanjian sewa guna usaha (leasing);
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan;
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antarcabang;
g. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
membutuhkan Barang Kena Pajak.
6
Yang tidak termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP:
Pasal 1A (2)
a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
pemusatan tempat pajak terutang;
d. pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, serta
pengalihan BKP untuk tujuan setoran modal pengganti saham,
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. 7
• Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud
yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa
barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan
barang tidak berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang PPN

• Pengecualian BKP
– makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan
dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau katering, yang merupakan
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pajak daerah dan retribusi daerah; dan
– uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa
negara, dan surat berharga.
8
• Jasa Kena Pajak
adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk
dari pemesan yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang PPN.
9
Pengecualian JKP
• jasa keagamaan;
• jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan
hiburan yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah;

• jasa perhotelan, meliputi jasa penyewaan kamar dan/atau jasa penyewaan ruangan di hotel yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah;

• jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum,
meliputi semua jenis jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya dapat dilakukan
oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain;

• jasa penyediaan tempat parkir, meliputi jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir
yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir atau pengusaha pengelola tempat parkir kepada
pengguna tempat parkir yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah;

• jasa boga atau katering, meliputi semua kegiatan pelayanan penyediaan makanan dan minuman
yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah. 10
Objek Pajak PPnBM

• Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah


yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan BKPTM tersebut di dalam
Daerah Pabean dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya

• Impor BKPTM oleh siapapun

11
Tarif PPN (Pasal 7)
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai yaitu:
a. sebesar 11% (sebelas persen) yang mulai berlaku pada tanggal 1
April 2022;
b. sebesar 12% (dua belas persen) yang mulai berlaku paling lambat
pada tanggal 1 Januari 2025.

(2) Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:


a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c. ekspor Jasa Kena Pajak. ***)
(3) Tarif PPN dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan
paling tinggi 15% (lima belas persen)
(4) Perubahan tarif PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah setelah disampaikan oleh Pemerintah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk dibahas
dan disepakati dalam penyusunan Rancangan APBN 12
Tarif PPnBM (Pasal 8)
(1) Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% (sepuluh persen) dan
paling tinggi 200% (dua ratus persen).

(2) Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak
dengan tarif 0% (nol persen).

(3) Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong


mewah yang dikenai PPnBM dengan tarif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(4) Ketentuan mengenai jenis Barang yang dikenai PPnBM


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
DPP PPN (Pasal 1 ayat 17)

Dasar Pengenaan PPN


adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai
Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai
dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

 Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung


dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan
Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain.

14
• Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk
semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan
Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak

Harga Barang = A
Biaya-biaya yang diminta = B
A+B
Potongan Harga = C
Harga Jual = (A+B) – C

PPN = Tarif PPN x Harga jual


15
• Penggantian adalah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa
karena penyerahan Jasa Kena Pajak,
tidak termasuk pajak yang dipungut
menurut undang-undang ini dan potongan
harga yang dicantumkan dalam faktur
pajak

16
• Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang
dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan Pabean untuk impor BKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut undang-undang ini.

Harga Barang (Cost) = A


Asuransi (Insurance) = B
Biaya angkut (Freight) = C
CIF = A+B+C = D
Bea Masuk = E
Pungutan Lain (UU Pabean) = F
Nilai Impor =D+E+F

PPN Impor = Tarif PPN x Nilai Impor

17
• Nilai ekspor adalah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir

• Nilai lain yang ditetapkan dengan


Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai
sebagai dasar untuk menghitung pajak
yang terutang.

18
Nilai lain:
(PMK Nomor 56/PMK.03/2015)
a. untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang
Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;
h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara
pedagang perantara dengan pembeli;
i. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau
jumlah yang seharusnya ditagih;
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa penyerahan
paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana akomodasi, yang penyerahannya tidak
didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan, adalah 10% (sepuluh
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;
l. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan
transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah
yang ditagih atau seharusnya ditagih.

=
19
Mekanisme PPN

• PK > PM : Kurang Setor/Bayar


• PK = PM : Nihil Setor/Bayar
• PK < PM : Lebih Setor/Bayar

20
• Pajak Masukan (PM)
adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh
PKP karena perolehan BKP dan/atau perolehan JKP
dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau
pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau
impor BKP.

• Pajak Keluaran (PK)


Adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP
Pajak yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan
JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak
Berwujud dan/atau ekspor JKP.

• PPN yang terutang adalah selisih antara Pajak


Keluaran dan Pajak Masukan 21
Faktur Pajak
Adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
PKP yang melakukan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP.

Jenis-jenis Faktur Pajak:


1. FP Gabungan
2. FP lain yg dipersamakan dengan FP Standar

22
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak adalah:
(Perdirjen No.10/PJ/2010)
A. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat
yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
B. b.Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh Bulog/DOLOG untuk
penyaluran tepung terigu;
C. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;
D. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
E. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
F. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
G. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;
H. Pemberitahuan Ekspor Jasa Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang dilampiri dengan
invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor
Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud;
I. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat Setoran
Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk
impor Barang Kena Pajak;dan
J. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean.
23
SOAL
a. PT. SINAR JAYA sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri
sepatu. Dalam rangka kegiatan usahanya, pada awal bulan Juni 2022
mengimpor bahan baku senilai US$33,000.00, asuransi 5% dari harga
barang, dan biaya angkut US$2,500.00. Bea masuk sebesar 20% dari
CIF, dan pungutan lain (berdasarkan UU Pabean) sebesar
Rp.10.000.000,-, PPN Impor 11%. Kurs valuta asing saat transaksi
menurut Kep.Men.Keu sebesar Rp.14.450,-/1 US$.

b. Setelah melakukan impor barang pada akhir Juni 2022, PT. SINAR JAYA
memproduksi sepatu kemudian menjualnya dengan harga jual
Rp.725.000,-/per pasang (sudah termasuk PPN). Unit yang terjual
sebanyak 175 pasang sepatu.

Pertanyaan:
• Berdasarkan uraian di atas, hitunglah PPN Kurang Bayar/Lebih
24
Bayar/Nihil atas transaksi tersebut !

Anda mungkin juga menyukai