Anda di halaman 1dari 109

OBJEK PPN

Kertas Rp 100 ribu


PPNnya Rp 10 ribu
Jadi totalnya Rp 110 ribu..!!!

Lho…saya khan
cuma beli
kertas, enggak
beli PPN…!!!
OBJEK PAJAK (PPN)

adanya taatbestand yaitu keadaan peristiwa


atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan
pajak...
OBJEK PPN
Pasal 4
Pasal 16 C
Pasal 16 D
OBJEK PPN PASAL 4 UU PPN
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.

Impor BKP

Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh


Pengusaha

Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam


Daerah Pabean

Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah


Pabean

Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak


Penyerahan dikenakan PPN
• Yang diserahkan BKP atau JKP
• Dilakukan di dalam daerah pabean
• Dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaan

(penafsiran Pasal 1 angka 14 dan Pasal 4 UU PPN)


TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (1)

Penyerahan hak atas BKP karena suatu


perjanjian

Pengalihan BKP oleh karena suatu


perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing

Penyerahan BKP kepada pedagang


perantara atau melalui juru lelang

Pemakaian sendiri dan atau pemberian


cuma-cuma atas BKP
TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (2)

BKP berupa Persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan


semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan

Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau


sebaliknya dan penyerahan BKP antar Cabang

Penyerahan BKP secara konsinyasi


Dihapus dengan UU Nomor 11 Tahun 2020

Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian


pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang
penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak
yang membutuhkan BKP
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (1)

Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana


dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


huruf f (pusat ke cabang atau antar cabang) dalam hal
Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan
tempat pajak terutang
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (2)

Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka


penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha, serta pengalihan Barang Kena
Pajak untuk tujuan setoran modal pengganti saham
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena
Pajak; dan

Barang Kena Pajak berupa aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c

- huruf b: perolehan BKP/JKP yg tdk mempunyai hubungan lgsg


dgn kegiatan usaha
- huruf c : dihapus
OBJEK PPN
PASAL 16 C UU
PPN

Kegiatan
Membangun Sendiri
Kegiatan Membangun Sendiri
• adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain, termasuk yang
dilakukan melalui kontraktor tetapi tidak dipungut PPN dan
kontraktor tersebut bukan PKP
Kegiatan Membangun Sendiri
• Bangunan berupa 1 (satu) atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu
kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:
a. konstruksi utamanya terdtri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. luas bangunan yang dibangun paling sedikit 200m2 (dua ratus meter persegi).
• PPN yang terutang dihitung setiap bulan sebesar 10% x 20% x pengeluaran biaya termasuk PPN, tidak
termasuk biaya perolehan tanah
• KMS secara bertahap dianggap 1 (satu) kesatuan jika tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun
• Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan KMS tidak dapat dikreditkan

(PER. MENKEU 61/PMK.03/2022)


Penetapan Jabatan Kegiatan Membangun
Sendiri
• Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri tidak atau
kurang menyetorkan PPN terutang, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi.
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri tidak memberikan data atau bukti pendukung biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, maka jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan tersebut ditetapkan secara
jabatan berdasarkan nilai terendah dari data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN)
masing-masing daerah
• Data HSBGN bisa di lihat di http://sim.ciptakarya.pu.go.id/sibpb/dev/public/hsbgn.php

(PER. DIRJEN 25/PJ/2012)


OBJEK PPN
PASAL 16 D UU
PPN

- Penyerahan BKP berupa aktiva


- Tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan oleh
PKP
- Kecuali atas penyerahan yang PM-nya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c
Klasifikasi Barang/Jasa Dalam
UU PPN
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut (Dibahas di PPN B)
(Dibahas di PPN B)
• Barang berwujud (barang bergerak atau
barang tidak bergerak) dan barang tidak
BARANG berwujud yang dikenakan pajak
KENA
PAJAK
berdasarkan Undang-Undang PPN
• Pada prinsipnya semua barang dikenakan
PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009) jo UU Nomor 7 Tahun 2021

Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,


warung, yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pajak daerah dan retribusi daerah;

Uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan


devisa negara, dan surat-surat berharga.
• Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang
atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk
JASA dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
KENA menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan
PAJAK • Dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini
• Pada prinsipnya semua jasa dikenakan PPN kecuali UU
menetapkan sebaliknya
Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN (1)
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009 sdtd UU Nomor 7 Tahun 2021)

jasa keagamaan

Jasa Perhotelan (meliputi jasa penyewaan kamar dan/atau jasa penyewaan ruangan di hotel
yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah)

jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi
semua jenis jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan jasa tersebut tidak dapat
disediakan oleh bentuk usaha lain
jasa penyediaan tempat parkir meliputi jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir yang dilakukan
oleh pemilik tempat parkir atau pengusaha pengelola tempat parkir kepada pengguna tempat parkir yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah

jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah

jasa boga atau katering (meliputi semua kegiatan pelayanan penyediaan makanan dan minuman yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah)
Jasa Keagamaan

jasa pelayanan rumah ibadah;

jasa pemberian khotbah atau dakwah;

jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan

jasa lainnya di bidang keagamaan.

Untuk Jasa Penyiaraan Keagamaan Di Media Televisi dijelaskan dalam S - 1447/PJ.53/2001


Jasa Keagamaan
jasa lainnya di bidang keagamaan

PMK-92/PMK.03/2020
Dasar Pengenaan
Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK

Harga Jual (BKP)

Penggantian (JKP)

Nilai Impor

Nilai Ekspor

Nilai Lain
HARGA JUAL(Pasal 1 angka 18 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau


seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak
termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
tercantum dalam FP
PENGGANTIAN
(Pasal 1 angka 19 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk PPN
yang dipungut dan potongan harga yang tercantum dalam FP

Faktor yang menentukan adanya kaitan suatu biaya berkaitan


dengan penyerahan BKP atau JKP adalah apabila biaya tersebut
tidak dibayar maka akan menghambat kelancaran penyerahan
BKP atau JKP
NILAI IMPOR – EKSPOR
(Pasal 1 angka 20 & 26 UU PPN)

Nilai
• nilai berupa uang yang menjadi dasar
perhitungan bea masuk ditambah pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan

Impor
ketentuan dalam per-UU-an pabean untuk
impor BKP tidak termasuk PPN yang dipungut
(CIF + BM)

Nilai • nilai berupa uang yang termasuk biaya yang


diminta atau seharusnya diminta oleh

Ekspor eksportir CIF/FOB


NILAI LAIN

Suatu nilai yang digunakan sebagai


DPP bagi penyerahan BKP atau JKP
yang memenuhi kriteria tertentu
NILAI LAIN
a. Harga Jual,Nilai Penggantian,Nilai Impor dan Nilai
Ekspor sukar ditetapkan
b. Penyerahan Barang Kena Pajak yang dibutuhkan oleh
masyarakat banyak seperti air minum dan listrik
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (1)
1.Pemakaian sendiri
• harga jual atau penggantian
dan pemberian cuma-
cuma dikurangi laba kotor / HPP

2. Penyerahan film • perkiraan hasil rata-rata per judul


cerita film

3. Penyerahan Produk
Hasil Tembakau Harga jual eceran

Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015


NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (2)
4. BKP berupa
Persediaan atau aktiva
yang menurut tujuan
semula tidak untuk
•harga pasar wajar
diperjualbelikan yang
masih tersisa pada saat
(Penilai)
pembubaran perusahaan

5. Penyerahan BKP Pusat


Cabang atau antar
•Harga Pokok Penjualan
Cabang atau Perolehan
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (3)

6. Penyerahan
• Harga yang disepakati antara
BKP melalui
pedagang perantara dengan
pedagang
perantara
pembeli

7. Penyerahan
BKP melalui • Harga lelang
Juru Lelang
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (4)

8. penyerahan
emas, perhiasan
dan/atau jasa yang • 20% dari harga jual emas,
terkait dengan emas perhiasan atau nilai penggantian
perhiasan

Per. Menkeu: 30/PMK.03/2014


NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (5)

9. Jasa • seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh


Tenaga Kerja pengusaha jasa atas penyerahan jasa penyediaan tenaga
kerja kepada pengguna jasa, tidak termasuk imbalan yang
diterima tenaga kerja berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan sejenisnya

Per. Menkeu: 83/PMK.03/2012


PPN BESARAN TERTENTU

 Pengusaha Kena Pajak dengan ketentuan:


a. mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi jumlah tertentu
b. melakukan kegiatan usaha tertentu
c. melakukan penyerahan Barang Kena Pajak tertentu dan/atau Jasa Kena Pajak tertentu
dapat memungut PPN yang terutang dengan besaran tertentu.

 Atas Pajak Masukan perolehan BKP/JKP, impor BKP, dan pemanfaatan JKP/BKP tidak berwujud oleh PKP
tersebut tidak dapat dikreditkan.

 Contoh:
 penyerahan jasa pengiriman paket
 penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa
penyerahan paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana akomodasi yang
penyerahannya tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara
penjualan
 penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges)

Pasal 9A merupakan pasal baru, berisi pengaturan


pada Pasal 9 ayat (7), (7a) dan (7b)
36
Peraturan Pelaksanaan
PMK-71/PMK.03/2022
Peraturan Pelaksanaan
PMK-71/PMK.03/2022
POTONGAN PENJUALAN

HARGA JUAL (Pasal 1 angka 18 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta


atau seharusnya diminta oleh penjual karena
penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan
potongan harga yang tercantum dalam FP
POTONGAN PENJUALAN

Penjelasan Lainnya sehubungan dengan Imbalan yang Diterima


oleh Pembeli sehubungan dengan Kondisi Tertentu Imbalan yang
diterima sehubungan dengan kondisi tertentu dalam transaksi jual
beli sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b dan huruf c,
angka 4 huruf b dan huruf c, dan angka 5 huruf b, huruf c, dan
huruf d bukan merupakan potongan harga sehingga tidak
dicantumkan sebagai potongan harga dalam faktur penjualan
(commercial invoice) maupun Faktur Pajak yang mengurangi harga
jual atau penggantian dalam menghitung DPP.

SE - 24/PJ/2018
RABAT
RABAT
Contoh dalam Proses Bisnis Retail :
Rebate (rabat), hanya dalam proses
bisnis
Rebate adalah potongan harga
penjualan yang diklaim kemudian
berupa :
• Fix Rebate yaitu nilainya fix (x%)
dari total penjualan setahun dan
ditagih tanpa syarat apapun
• Conditional Rebate yaitu nilainya
fix (x%) dari nilai penjualan
setahun dan ditagih oleh Retail
kepada produsen/distributor
apabila kondisi target tercapai
RABAT
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN PENCAPAIN
SYARAT TERTENTU
RABAT
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN PENCAPAIN
SYARAT TERTENTU
RABAT
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN PENCAPAIN
SYARAT TERTENTU
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi
Sewa Aktiva Tetap Tanah dan Bangunan

Penawaran
Pembeli Kerjasama

Perjanjian pembayaran dilakukan secara periodik


Dan biasanya berlaku jangka panjang
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi

PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
(PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN)
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
(PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN)
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
(PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN)
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi

PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
(PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN)
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi

PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
Business-to-Business (B2B) / Rafaksi
PERLAKUAN PERPAJAKAN
IMBALAN ATAS
PENYEDIAAN RUANG
SAAT PAJAK TERUTANG
(Pasal 11 UU PPN 42/2009)

pada saat penyerahan BKP atau JKP

pada saat impor BKP

pada saat dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP dari luar daerah
pabean ke dalamnya;

pada saat ekspor BKP(Berwujud/Tidak Berwujud) dan ekspor JKP

pada saat pembayaran dalam hal :


• pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP
• pembayaran diterima sebelum dimulai pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP
dari luar daerah pabean ke dalamnya
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

a. Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang
bergerak, selain penyerahan oleh pemilik barang atau yang disebut consignor kepada penerima
barang atau yang disebut consignee secara konsinyasi, terjadi pada saat:
 Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak
ketiga untuk dan atas nama pembeli;
 Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang
untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan antar cabang;
 Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan;atau
 harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada
saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17A PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

1. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud yang menurut
sifat atau hukumnya berupa barang bergerak yang dilakukan secara konsinyasi, bagi consignor,
terjadi pada saat harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak consignor,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten Barang
Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga
untuk dan atas nama pembeli;
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17A PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

2. Penyerahan Barang Kena untuk penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud yang menurut sifat
atau hukumnya berupa barang bergerak yang dilakukan secara konsinyasi, bagi consignee,
terjadi pada saat:
 Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak
ketiga untuk dan atas nama pembeli;
 Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang
untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan antarcabang;
 Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan; atau
 harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada
saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

b. penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa
barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau
menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata,
kepada pihak pembeli.

c. penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud, terjadi pada saat :


1. harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai piutang
atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan
secara konsisten;atau
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat
sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak diketahui.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

d. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
terjadi, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu di antara saat:

1. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris;


2. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam
anggaran Dasar;
3. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan; atau
4. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan
kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau
berdasarkan data atau dokumen yang ada.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

e. Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, dan pengambilalihan usaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 1A
ayat (2) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai atau perubahan bentuk
usaha, terjadi pada saat:

1. disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha sesuai
dengan hasil rapat umum pemegang saham yang tertuang dalam perjanjian
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha,
atau perubahan bentuk usaha;
2. ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan atau pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha oleh
notaris;
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

3. disepakati atau ditetapkannya pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan


setoran modal pengganti saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A yang
tertuang dalam perjanjian pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal; atau
4. ditandatanganinya akta mengenai pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal pengganti saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A oleh
notaris.
SAAT PAJAK TERUTANG Impor Barang Kena Pajak
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Impor Barang Kena Pajak terjadi pada saat


Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke
dalam Daerah Pabean
SAAT PAJAK TERUTANG PENYERAHAN JKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Penyerahan Jasa Kena Pajak terjadi pada saat:

1. harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud
pada angka 1 tidak diketahui; atau
3. mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik
sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian
sendiri Jasa Kena Pajak
SAAT PAJAK TERUTANG Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
terjadi pada saat:

1. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
2. harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau penggantian Jasa Kena Pajak
tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
3. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya, yang terjadi
lebih dahulu

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian, dalam hal saat terjadinya
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
sebagaimana diatas tidak diketahui
SAAT PAJAK TERUTANG EKSPOR
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud terjadi pada saat Barang Kena
Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud terjadi pada saat
Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang diekspor
tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan.
 Ekspor Jasa Kena Pajak terjadi pada saat Penggantian atas jasa yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau
penghasilan.
FAKTUR PAJAK
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-11/PJ/2022

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR


JENDERAL PAJAK NOMOR PER-03/PJ/2022 TENTANG
FAKTUR PAJAK
Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:


 saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:  saat penerimaan pembayaran dalam hal
 penyerahan BKP; penerimaan pembayaran terjadi sebelum
 penyerahan JKP; penyerahan BKP dan/atau JKP;
 ekspor BKP berwujud;  saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
 ekspor BKP tidak berwujud; dan/atau
 saat ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud,
 ekspor JKP. dan/atau ekspor JKP; atau
 saat lain yang diatur berdasarkan PMK tersendiri.

Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor NEW

BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP


dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
 Pasal 17 dan Pasal 17A PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Faktur Pajak Gabungan
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
 Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
 Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya sebelum NEW

penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan penyerahan,


Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan BKP dan/atau JKP.
 Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang wajib dibuat
Faktur Pajak dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) kode transaksi, PKP
dapat membuat Faktur Pajak gabungan atas penyerahan dengan kode
transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi.
 Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 1 PER.

PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
Keterangan dalam Faktur Pajak
Keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak:
 nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;
 identitas pembeli BKP atau penerima JKP yang meliputi:
NEW
• nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi pemerintah;
• nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang pribadi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang pribadi; atau
• nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 UU PPh;
 jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
 PPN yang dipungut;
 PPnBM yang dipungut;
 kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
 nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

NIK mempunyai kedudukan yang sama


dengan NPWP dalam rangka pembuatan
Faktur Pajak dan pengkreditan Pajak Masukan
 Pasal 19A ayat (3) PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (1/2)
Identitas PKP Penjual
Nama, alamat, dan NPWP wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, dan NPWP yang tercantum dalam *) Dalam hal nama/alamat
Surat Pengukuhan PKP. *) yang tercantum dalam
SKT/SPPKP berbeda dengan
Identitas Pembeli BKP/Penerima JKP nama/alamat yang
 Nama, alamat, NPWP, NIK, dan nomor paspor wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, NPWP, NIK, sebenarnya/sesungguhnya,
WP harus mengajukan
dan nomor paspor yang sebenarnya/sesungguhnya.
permohonan perubahan
 Bagi subjek pajak dalam negeri, nama dan alamat dapat diisi sesuai dengan nama dan alamat data berupa nama/alamat
yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP. *) dalam SKT/SPPKP agar
sesuai dengan keadaan
 Dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan kepada Pembeli BKP/ Penerima JKP yang merupakan yang sebenarnya/
tempat dilakukannya pemusatan tempat PPN terutang, tetapi BKP/JKP dimaksud dikirim/ sesungguhnya.
diserahkan ke tempat PPN terutang yang dipusatkan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
• nama dan NPWP diisi nama dan NPWP PKP tempat dilakukannya pemusatan PPN terutang; dan
• alamat diisi alamat tempat PPN terutang yang dipusatkan yang menerima BKP/JKP.
 Contoh pengisian alamat pada Lampiran huruf A angka 2 PER.
Jenis Barang/Jasa
 Wajib diisi dengan keterangan yang sebenarnya/sesungguhnya mengenai BKP/JKP yang diserahkan.
 Untuk penyerahan BKP ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas  ditambah HS Code.
 Untuk penyerahan BKP berupa kendaraan bermotor baru untuk dilakukan registrasi kendaraan bermotor baru sesuai
ketentuan yang berlaku, PKP dealer harus mencantumkan keterangan berupa merek, tipe, varian, dan nomor rangka.
 Untuk penyerahan BKP berupa tanah dan/atau bangunan diisi dengan keterangan yang paling sedikit memuat informasi
berupa alamat lengkap tanah dan/atau bangunan dimaksud.
Pengisian Identitas Pembeli BKP/Penerima JKP dalam Faktur Pajak
Pasal 6 ayat (6):
 Dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan kepada Pembeli BKP/Penerima JKP yang melakukan pemusatan tempat
PPN/PPnBM terutang yang diadministrasikan di KPP WP Besar, KPP Khusus, atau KPP Madya,
 tetapi BKP/JKP dimaksud dikirimkan/diserahkan ke tempat PPN/PPnBM terutang yang dipusatkan yang berada di
kawasan/tempat tertentu yang mendapat fasilitas PPN/PPnBM tidak dipungut, serta
 penyerahan BKP/JKP dimaksud merupakan penyerahan yang mendapat fasilitas PPN/PPnBM tidak dipungut,
berlaku ketentuan sebagai berikut:

Isian Nama dan NPWP Pembeli BKP/Penerima JKP Isian Alamat Pembeli BKP/Penerima JKP
• Alamat tempat PPN atau PPN dan PPnBM terutang
Nama dan NPWP PKP tempat dilakukannya • yang dipusatkan yang menerima BKP dan/atau JKP
pemusatan PPN atau PPN dan PPnBM terutang yang berada di kawasan/tempat tertentu yang
mendapat fasilitas PPN/PPnBM tidak dipungut
dimaksud.
Pasal 6 ayat (7a):
Tempat/kawasan tertentu yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut yaitu tempat/kawasan tertentu
sebagaimana diatur dalam:
a. ketentuan mengenai tempat penimbunan berikat;
b. ketentuan mengenai penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus; dan
c. ketentuan lain (yang sejenis) yang mengatur mengenai kegiatan di kawasan/tempat tertentu di dalam Daerah Pabean
yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut.
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (2/2)
Dasar Pengenaan Pajak
Rp  nilai pada jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin sebagaimana dimaksud pada angka 5
dikurangi dengan potongan harga dan uang muka yang telah diterima;
 dasar pengenaan pajak berupa nilai lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan; atau
 nilai tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, yang menjadi
dasar penghitungan PPN yang dipungut dan disetor dengan besaran tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal
9A ayat (1) UU PPN.
PPN yang Dipungut
Rp  tarif PPN Pasal 7 ayat (1) UU PPN x Dasar Pengenaan Pajak; atau
 besaran tertentu PPN yang dipungut berdasarkan Pasal 9A ayat (1) UU PPN.

01
Kode dan NSFP
02
03
Total 16 digit: 2 digit kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 NSFP.

Nama dan Penanda Tangan Faktur Pajak


 Nama diisi sesuai KTP/paspor yang berlaku.
 Telah didaftarkan sebagai penanda tangan Faktur Pajak pada aplikasi e-Faktur.
 PKP dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) pejabat/pegawai untuk menandatangani e-Faktur.
 Termasuk pejabat/pegawai di cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat PPN terutang.
 Tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik.
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang
01 Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
melakukan penyerahan BKP/JKP.

Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah yang Kode Transaksi
02 PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah.

Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN lainnya (selain instansi


03 pemerintah) yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya.
Termasuk Ya
07/08
07/08?

Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Pasal 8A Tidak
04 ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP/JKP. Termasuk Ya
02/03
02/03?
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu cfm.
05 Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP. Tidak

Penyerahan lainnya yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang


06 melakukan penyerahan BKP/JKP (menggunakan tarif selain Pasal 7 ayat (1) Termasuk Ya
06
06?
UU PPN, penyerahan BKP kepada turis).
Tidak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya mendapatkan fasilitas tidak
07 dipungut atau ditanggung pemerintah.
Termasuk Ya
04/05
Penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan fasilitas dibebaskan dari 04/05?
08 pengenaan PPN/PPnBM. Tidak
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
09 diperjualbelikan cfm. Pasal 16D UU PPN yang PPN-nya dipungut oleh PKP
01

yang melakukan penyerahan BKP.


Bentuk Faktur Pajak dan Aplikasinya
FAKTUR PAJAK:
 berbentuk elektronik; e-Faktur
 dibuat menggunakan aplikasi atau sistem yang disediakan
dan/atau ditentukan oleh DJP; dan
 dicantumkan tanda tangan elektronik. Aplikasi e-Faktur
 aplikasi e-Faktur Client Desktop
 aplikasi e-Faktur Web Based
PENGECUALIAN:  aplikasi e-Faktur Host-to-Host (H2H)
• H2H Penyelenggara (PJAP)
Faktur Pajak atas:
 penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/penerima JKP dengan
karakteristik konsumen akhir cfm. Pasal 13 ayat (5a) UU PPN (eceran); PKP di TLDDP, TPB, atau KEK wajib
 penyerahan BKP/JKP dan/atau ekspor BKP/BKP tidak berwujud/ JKP, membuat e-Faktur atas penyerahan
yang bukti pungutan PPN-nya berupa dokumen tertentu yang BKP kepada pembeli BKP di Kawasan
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak cfm. Pasal 13 ayat Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
(6) UU PPN (dokumen tertentu); dan
 penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri
cfm. Pasal 16E UU PPN (VAT refund),
 dibuat sesuai dengan peraturan terkait.
Nomor Seri Faktur Pajak
NEW
Permintaan NSFP Jumlah NSFP yang Diberikan
PKP dapat mengajukan permintaan NSFP secara:  Paling banyak 75 NSFP, bagi PKP baru dikukuhkan, PKP
 elektronik melalui laman yang disediakan/ditentukan oleh yang belum pernah membuat dan melaporkan Faktur Pajak,
DJP (berdasarkan user manual aplikasi e-Nofa atau atau PKP yang 3 Masa Pajak sebelumnya membuat dan
melaporkan ≤75 Faktur Pajak.
 langsung ke KPP/KP2KP dengan cara menyampaikan surat
permintaan NSFP.  Paling banyak 120% dari jumlah Faktur Pajak yang dibuat
dan dilaporkan dalam SPT Masa PPN 3 Masa Pajak
Syarat Pemberian NSFP sebelumnya, bagi PKP yang 3 Masa Pajak sebelumnya
 Memiliki Kode Aktivasi dan Password; membuat dan melaporkan Faktur Pajak >75 Faktur Pajak.
(jika hilang/lupa, dapat mengajukan cetak ulang Kode  Jumlah tertentu, bagi PKP baru dikukuhkan, PKP
Aktivasi/kirim ulang Password secara langsung ke KPP). pemusatan, atau PKP yang mengalami peningkatan usaha
 Memiliki akun PKP yang telah diaktivasi. yang karena kegiatan usahanya membutuhkan NSFP dengan
jumlah teretntu.
 Telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 Masa Pajak terakhir
yang telah jatuh tempo.  Permintaan NSFP dengan jumlah tertentu harus
disampaikan langsung ke KPP/KP2KP.
Penggunaan NSFP NEW
NEW
Format Surat Permintaan dan Pemberian NSFP
NSFP digunakan untuk pembuatan Faktur Pajak mulai tanggal
surat pemberian NSFP sesuai dengan tahun peruntukan yang  Contoh format surat permintaan NSFP pada Lampiran huruf
tercantum dalam surat pemberian NSFP. F PER.
 Contoh format surat pemberian NSFP pada Lampiran huruf
G dan huruf H PER.
Batas Waktu Upload e-Faktur

e-Faktur wajib diunggah (di-upload) menggunakan aplikasi


e-Faktur untuk memperoleh persetujuan DJP.

e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan DJP


 BUKAN FAKTUR PAJAK
UPLOAD
PALING LAMBAT
Syarat untuk memperoleh persetujuan DJP:
 NSFP yang digunakan untuk penomoran e-Faktur
TANGGAL 15
merupakan NSFP yang diberikan oleh DJP; dan BULAN BERIKUTNYA
setelah tanggal e-Faktur
 e-Faktur diunggah (di-upload) dalam jangka
waktu paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah tanggal pembuatan e-Faktur.

Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 3 PER


Cap/Keterangan Fasilitas PPN/PPnBM

PPN ATAU PPN & PPnBM


TIDAK DIPUNGUT
Harus diberikan keterangan melalui aplikasi
e-Faktur mengenai:
PPN ATAU PPN & PPnBM  PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut,
dibebaskan, atau ditanggung pemerintah; dan
DIBEBASKAN
 peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang mendasarinya.
PPN ATAU PPN & PPnBM
DITANGGUNG PEMERINTAH
Tata Cara Pembetulan/Penggantian Faktur Pajak
 Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan
aplikasi e-Faktur atas permintaan pembeli BKP/penerima JKP atau
Pembetulan/Penggantian kemauan sendiri.
 SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang diganti masih
Salah dalam pengisian/penulisan
dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan.
sehingga tidak memuat
keterangan yang benar, lengkap,  NSFP Faktur Pajak pengganti sama dengan NSFP Faktur Pajak yang diganti.
dan jelas.  Kode status diisi 1 (satu), kode transaksi yang digunakan sesuai
peruntukan.
 Tanggal Faktur Pajak pengganti yaitu tanggal pada saat Faktur Pajak
pengganti dibuat.
 Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti dalam
SPT Masa PPN maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa
PPN yang bersangkutan untuk melaporkan Faktur Pajak pengganti.
 Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa
PPN yang bersangkutan untuk melaporkan Faktur Pajak pengganti.

Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pelaporan e-Faktur pengganti


dilakukan secara prepopulated.
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak
 Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur.
Pembatalan  SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang dibatalkan masih
dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan.
 Penyerahan BKP/JKP yang
 Dalam hal pembatalan Faktur Pajak karena terjadi pembatalan transaksi, harus
transaksinya dibatalkan. didukung bukti/dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan
 Penyerahan barang/jasa transaksi.
yang seharusnya tidak dibuatkan  Dalam hal PKP penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam
e-Faktur. SPT Masa PPN maka PKP penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak yang
dibatalkan tersebut dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai DPP,
PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
 Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN
yang bersangkutan dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
tersebut dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
 Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN
yang bersangkutan dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
tersebut dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).

Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pelaporan e-Faktur yang dibatalkan


dilakukan secara prepopulated.
Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran NEW

 PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/


penerima JKP dengan karakteristik konsumen akhir, termasuk yang
Penyerahan
dilakukan melalui PMSE, merupakan PKP Pedagang Eceran.
Bukan Konsumen
PKP  Tidak ditentukan berdasarkan KLU.
Akhir
 PKP Pedagang Eceran dapat membuat Faktur Pajak eceran atas
penyerahan BKP/JKP kepada konsumen akhir tanpa mencantumkan
BKP/JKP identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual.
Termasuk melalui PMSE
• Faktur Pajak eceran dapat berupa: bon kontan, faktur penjualan, segi
cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau
pembayaran lain yang sejenis
BKP/JKP  Dapat berbentuk elektronik.
Termasuk melalui PMSE Konsumen Akhir

Faktur Pajak eceran dapat juga dibuat atas:


Karakteristik Konsumen Akhir  pemakaian sendiri BKP/JKP; dan
 pembeli barang dan/atau penerima jasa mengonsumsi secara  pemberian cuma-cuma BKP/JKP kepada
langsung barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima; dan konsumen akhir.
 pembeli barang dan/atau penerima jasa tidak menggunakan atau  penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan
memanfaatkan barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima untuk fasilitas tidak dipungut PPN atau
kegiatan usaha. dibebaskan dari pengenaan PPN.
Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran NEW

PENGECUALIAN BKP/JKP Tertentu


PKP Pedagang Eceran yang melakukan  Penyerahan dan penyewaan:
penyerahan BKP tertentu atau JKP • angkutan darat: kendaraan bermotor.
tertentu kepada Konsumen Akhir wajib • angkutan air: kapal pesiar, kapal ekskursi,
membuat e-Faktur. kapal feri, yacht.
• tanah/bangunan.
• angkutan udara: pesawat terbang, helikopter,
balon udara.
 Penyerahan:
• senjata api dan peluru senjata api.
Pembetulan/Penggantian dan Pembatalan Faktur Pajak
bagi PKP Pedagang Eceran

Rp…

PKP pedagang eceran dapat melakukan


Rp 25.500,00 pembetulan atau penggantian dan
Rp299.000,00
Rp 32.990,00
pembatalan Faktur Pajak sesuai dengan
Rp 6.500,00 kelaziman usaha PKP pedagang eceran.
Rp363.990,00
Rp400.000,00
Rp 36.010,00
Persyaratan Formal dan Material Faktur Pajak
NEW

Faktur Pajak harus memenuhi:

Persyaratan Formal Persyaratan Material


Berisi keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor
Diisi secara benar, lengkap, dan jelas. BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP,
atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
Faktur Pajak Tidak Lengkap, Terlambat Dibuat, dan Dianggap Tidak Dibuat

Tidak memenuhi
TIDAK LENGKAP persyaratan formal TERLAMBAT DIBUAT

 e-Faktur tidak mencantumkan keterangan cfm. Tanggal yang tercantum dalam Faktur Pajak melewati saat
Pasal 5 PER atau Faktur Pajak PKP pedagang eceran seharusnya Faktur Pajak dibuat.
tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) PER.
 Mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya DIANGGAP TIDAK DIBUAT
atau sesungguhnya.
 Berisi keterangan yang tidak sesuai dengan Faktur Pajak dibuat setelah melewati jangka waktu 3 bulan
ketentuan pengisian keterangan cfm. PER. sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat.

PKP yang membuat Faktur Pajak tidak lengkap, terlambat membuat Faktur Pajak, dan/atau
dianggap tidak membuat Faktur Pajak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak lengkap dan/atau yang dianggap tidak
dibuat merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.

Contoh kasus pada Lampiran huruf A


angka 4, angka 5, dan angka 6 PER.
MEKANISME PPN

Mekanisme PPN ?
Pengkreditan ?
PK ?? PM ??
Pusiingg……!!!
MEKANISME PPN

Mekanisme
Umum

Mekanisme
Khusus
PK Vs PM = KB/LB/N

A Pembelian Rp 100
B Penjualan Rp 120
C
PPN (PM) Rp 11 PPN (PK) Rp 13,2
Total Rp 111 Total Rp 133,2

PK Rp 13,2
PM Rp 11

KB/LB/N ???
PAJAK MASUKAN

PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP


karena perolehan BKP (Ketentuan formal Faktur
Pajak Pasal 13 ayat 5 UU PPN)
penerimaan JKP (Ketentuan formal Faktur Pajak
Pasal 13 ayat 5 UU PPN)
pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean (ketentuan PMK 40 Tahun 2010
formal Pasal 13 ayat 6 UU PPN)

pemanfaatan JKP dari luar daerah Pabean (ketentuan formal


Pasal 13 ayat 6 UU PPN)

impor BKP (ketentuan formal Pasal 13 ayat 6 UU


PPN) Pasal 1 angka 24 UU PPN
PERSYARATAN UMUM PM DAPAT Pasal 9 UU PPN
DIKREDITKAN

Syarat Formal
• Diisi secara lengkap, jelas, benar dan ditandatangani
Pasal 73, 74 PMK
oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP 18 Tahun 2021
Pasal 13
ayat 9 UU Syarat Material
PPN
• Berisi keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya mengenai transaksi yang
bersangkutan (Arus Uang dapat dibuktikan, arus
barang kena pajak dapat dibuktikan)
PRINSIP DASAR (1)
(Pasal 9 UU PPN)

PM dalam suatu masa pajak dapat dikreditkan dengan


PK untuk masa pajak yang sama; (ayat (2))

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum melakukan penyerahan


Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, Pajak Masukan
atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,
impor Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean dapat
dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai
dengan Undang Undang ini

PM yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak


yang memenuhi persyaratan (ayat 2b)
PRINSIP DASAR (2)
(Pasal 9 UU PPN)

Bila PK>PM, maka selisihnya harus


dibayar oleh PKP; (ayat 3)

Bila PM>PK, maka selisihnya dikompensasikan ke


masa pajak berikutnya; (ayat 4) dan dapat diajukan
restitusi pada akhir tahun buku (4a) kecuali PKP
tertentu yg dapat restitusi pada setiap masa pajak
(4b)

PKP Tertentu:
-PKP yang melakukan ekspor BKP, BKP tdk berwujud, JKP
-PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN
-PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang PPN nya tidak dipungut
PRINSIP DASAR (3)
(Pasal 9 ayat 5 UU PPN)

Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak melakukan:


a. dalam penyerahan yang terutang pajak dan Pajak
Masukan yang berkenaan dengan penyerahannya dapat
dikreditkan; dan
b. penyerahan yang terutang pajak dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya tidak dapat dikreditkan Yang
dan/atau penyerahan yang tidak terutang pajak, terutang
dikenakan
Dalam hal bagian penyerahan yang terutang pajak sebagaimana Besaran
dimaksud dalam huruf a dapat diketahui dengan pasti dari Tertentu
pembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Kode 05
merupakan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
PRINSIP DASAR (4)
(Pasal 9 ayat 6 UU PPN)

Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak melakukan:


a. penyerahan yang terutang pajak dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya dapat dikreditkan; dan
b. penyerahan yang terutang pajak dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya tidak dapat dikreditkan
dan/atau penyerahan yang tidak terutang pajak,

sedangkan Pajak Masukan sehubungan dengan penyerahan yang


terutang pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dapat
diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman pengkreditan
Pajak Masukan.

PMK-78/PMK.03/2010
PENGKREDITAN MASA
TIDAK SAMA

Dapat dikreditkan dengan PK


untuk Masa Pajak yang sama

Masih dapat dikreditkan pada Masa Pajak


berikutnya p.l. 3 bulan setelah berakhirnya
Masa Pajak ybs sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum
dilakukan pemeriksaan

Penjelasan FP Masa Tidak Sama di SE -02/PJ/2020


PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (1)
UU PPN Pasal 9 ayat 8
Berlaku Bagi WP yang dikukuhkan
menjadi PKP setelah melebihi saat
Perolehan BKP atau JKP sebelum dikukuhkan sebagai PKP (E- harus PKP
faktur sudah deteksi) dirubah dengan UU Nomor 11 Tahun Contoh :
2020 menjadi dapat dikreditkan dengan Deemed Pajak PT A terpenuhi Wajib PKP tanggal 31
Masukan 80% dari Pajak Keluaran Januari 2019
PT A mendaptarkan diri menjadi
PKP/dikukuhkan PKP Jabatan tanggal 10
Perolehan BKP atau JKP yang tidak Juli 2020
Maka PM 80 % berlaku untuk masa
memiliki hubungan langsung dengan pajak sejak Januari 2019 s.d Juni 2020
kegiatan usaha (E-faktur tidak bisa
deteksi)

Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor


jenis sedan dan station wagon kecuali merupakan Menjadi dapat dikreditkan
barang dagangan atau disewakan (E-faktur tidak
bisa deteksi) Basisnya BPKB
Dihapus dengan UU Nomor 7 tahun 2021
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (2)
Berlaku Bagi WP yang dikukuhkan
menjadi PKP setelah melebihi saat
Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP harus PKP
dari luar daerah pabean di dalam Daerah Pabean Contoh :
sebelum dikukuhkan sebagai PKP (E-faktur sudah deteksi) PT A terpenuhi Wajib PKP tanggal 31
dirubah dengan UU Nomor 11 Tahun 2020 menjadi dapat Januari 2019
dikreditkan dengan Deemed Pajak Masukan 80% dari PT A mendaptarkan diri menjadi
Pajak Keluaran PKP/dikukuhkan PKP Jabatan tanggal 10
Juli 2020
Maka PM 80 % berlaku untuk masa
pajak sejak Januari 2019 s.d Juni 2020
Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya
berupa faktur pajak yang tidak mencantumkan
nama, alamat dan NPWP pembeli (E-faktur
menolak)

Contoh Kode transaksi


Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajak faktur pajak salah
standarnya tidak memenuhi syarat pembuatan Kategori Faktur Pajak tidak
faktur pajak (mengacu Pasal 13 ayat 5 UU PPN - Lengkap
PER-03/PJ/2022)
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (3)

Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar


daerah pabean yang FP tidak memenuhi syarat
(pembayaran PPN tidak sesuai 40/PMK.03/2010)

Tidak diajukan upaya hukum,


Setuju pada saat pemeriksaan,
Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih Telah dilakukan pembayaran
dengan penerbitan ketetapan pajak ( dirubah dengan UU Dikreditkan di masa pajak sesuai
Nomor 11 Tahun 2020 menjadi dapat dikreditkan sepanjang masa pajak saat pembayaran / 3
telah dilakukan pembayaran dan dapat dikreditkan sesuai masa pajak berikutnya setelah
Pasal 9 UU PPN) masa pembayaran

Data Pajak masukan tersebut


disampaikan kepada pemeriksa
Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya lengkap dengan tanda terima
tidak dilaporkan dalam SPT masa PPN yang sebelum SPHP terbit, atau
ditemukan pada saat pemeriksaan ( dirubah ditemukan oleh pemeriksa pada
dengan UU Nomor 11 Tahun 2020 menjadi dapat saat pemeriksaan, sepanjang
terpenuhi dapat dikreditkan
dikreditkan sepanjang sesuai Pasal 9 UU PPN) sesuai UU PPN
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (4)
Pasal 16B UU PPN

Pajak Masukan yang dibayar untuk


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas Faktur kode 07
penyerahannya tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan

Pajak Masukan yang dibayar untuk


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas Faktur kode 08
penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai,
tidak dapat dikreditkan
PAJAK KELUARAN

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang


Wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak

Penyerahan Barang Kena Pajak

Penyerahan Jasa Kena Pajak

Pasal 1 angka 25 UU PPN


MEKANISME PK DAN PM

Setiap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan


memungut Pajak Keluaran yang terutang (harus
menerbitkan FP)

Pada saat PKP tersebut membeli BKP atau JKP dari PKP
lain, juga membayar pajak yang terutang (Pajak
Masukan)

Pada akhir Masa Pajak, PM tsb dikreditkan dengan PK,


bila PK > PM, kekurangannya dibayar ke Kas Negara
selambat-lambatnya AKHIR bulan berikutnya
NOTA RETUR
PMK - 65/PMK.03/2010

102
BKP

Perlakuan Untuk Penjual


Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata
dikembalikan (retur) oleh Pembeli, Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut
dapat mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang terutang

103
BKP

Perlakuan Untuk Pembeli


• Mengurangi Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan
• Mengurangi biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut
• Mengurangi biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang
Kena Pajak yang dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut

104
JKP

Perlakuan Untuk Penjual

Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkan ternyata


dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh
Penerima Jasa, Pajak Pertambahan Nilai dari Jasa Kena
Pajak yang dibatalkan tersebut mengurangi Pajak
Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak
Pemberi Jasa Kena Pajak

105
JKP

Perlakuan Untuk Pembeli


• Mengurangi Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan
• Mengurangi biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut
• Mengurangi biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau
telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta

106
Retur Penjualan
Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap tidak
terjadi dalam hal Barang Kena Pajak yang
dikembalikan diganti dengan Barang Kena Pajak
yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis maupun
harganya

107
Nota Retur
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor urut nota retur;
2. Nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;
5. Jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dikembalikan;
7. Tanggal pembuatan nota retur;
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur

108
Bentuk Nota Retur

109
Nota Pembatalan
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor nota pembatalan;
2. Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak;
5. Jenis jasa dan jumlah penggantian Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
7. Tanggal pembuatan nota pembatalan; dan
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan

110
Bentuk Nota Pembatalan

111

Anda mungkin juga menyukai