Anda di halaman 1dari 58

Kementerian Keuangan RI

Direktorat Jenderal Pajak

PJ.091/KUP/S/007/2015-00
Pengertian Pajak dan Jenis-jenisnya

Kewajiban Perpajakan Apotek

Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Apotek yang Bermitra dengan Dokter


Apa sih pajak itu ?
Kenapa sih harus bayar pajak ?
Untuk membiayai pengeluaran umum Pemerintah

kontribusi wajib kepada negara


Sifatnya dapat dipaksakan (berdasarkan Undang-Undang)

Mendapat kontraprestasi secara tidak langsung


JENIS PAJAK
Menurut pengelolanya

1 Pajak 2 Pajak
Pusat Daera
h
dikelola oleh dikelola oleh
pemerintah pemerintah
pusat (DJP) daerah
PPh
Pajak (Pajak
Penghasilan)

Pusat Rp
Dikenakan
atas
penghasilan
anyg diterima
Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
Dikenakan atas setiap
penyerahan Barang
dan Jasa Kena Pajak
serta Barang Mewah
(pajak konsumsi) Pajak Bumi & Bangunan
Perkebunan, Perhutanan,
dan Pertambangan (PBB-
P3)
Dikenakan atas
pemanfaatan Bumi &
Bangunan
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK
PENGELOLA PAJAK
PUSAT Bea Meterai
Pajak atas
pemanfaatan
dokumen tertentu
Bioskop
Pajak Daerah
Provin
si
• Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB);
• Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor;
• Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor; Kota/Kabupaten
• Pajak Air Permukaan; dan
• Pajak Rokok • Pajak Bumi & Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (PBB-P2)
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
• Pajak Restoran
• Pajak Reklame (Iklan)
• Pajak Parkir
• Pajak Hiburan
• Pajak Penerangan Jalan
• Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
• Pajak Parkir 6
• Pajak Air Tanah
• Pajak Sarang Burung Walet
2.Kewajiban Perpajakan Apotek

 Pajak Penghasilan

 Pajak Pertambahan Nilai


(PPN)
3.PAJAK PENGHASILAN
Setiap yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk
atau untuk Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.
Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36 Tahun 2008
Pegawai/ karyawan

APA (Apoteker Pengelola Apotek)


(kerjasama dengan PSA )

PSA (Pemilik Sarana Apotek)


KLASIFIKASI
PENGHASILAN

YANG DIKECUALIKAN
OBJEK PAJAK DARI OBJEK PAJAK
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

OBJEK PAJAK DENGAN


OBJEK PAJAK YANG
KETENTUAN (TARIF)
BERSIFAT FINAL
UMUM
(Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
WAJIB PAJAK DENGAN OMZET
TIDAK MELEBIHI 4,8 MILIAR
DALAM 1 TAHUN
(PP 46 Tahun 2013)
PPh bagi Wajib Pajak dengan Peredaran
Bruto Tertentu
(Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013)

 Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau


diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu (peredaran bruto tidak melebihi
Rp4,8 miliar dalam 1 tahun) dikenai PPh final
dengan tarif sebesar 1% (satu persen) dari jumlah
peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat
usaha
penghasilan dari
transaksi saham
penghasilan berupa
dan sekuritas penghasilan dari
bunga deposito
lainnya, transaksi transaksi
dan tabungan
derivatif yang pengalihan harta
lainnya, bunga
diperdagangkan di berupa tanah Penghasilan atas
obligasi dan surat
bursa, dan transaksi dan/atau usaha WP yang
utang negara, dan penghasilan berupa
penjualan saham bangunan, usaha memiliki peredaran
bunga simpanan hadiah undian;
atau pengalihan jasa konstruksi, bruto tertentu (PP
yang dibayarkan
penyertaan modal usaha real estate, 46 Tahun 2013).
oleh koperasi
pada perusahaan dan persewaan
kepada anggota
pasangannya yang tanah dan/atau
koperasi orang
diterima oleh bangunan; dan
pribadi;
perusahaan modal
ventura;

(Pasal 4 ayat (2) UU PPh) 14


Angsuran Masa
 Setoran bulanan merupakan PPh Pasal 4 ayat (2),
bukan PPh Pasal 25.
 Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final,
tidak wajib PPh Pasal 25.
 Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas
penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan
ketentuan umum.
 Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang
dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan
terhadap PPh terutang tahun pajak ybs. kecuali
untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final.
Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
 SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
Jika SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
 Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat


Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013

 SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib
Pajak orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
Penentuan Peredaran Bruto
Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan
November 2014. Pada bulan November 2014 tersebut,
memperoleh peredaran bruto sebesar Rp15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
peredaran bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x
Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00

Karena penghasilan bulan November 2014 (bulan pertama mulai


terdaftar sebagai Wajib Pajak) yang disetahunkan tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka
penghasilan yang diperoleh di tahun 2014 dikenai Pajak Penghasilan
yang bersifat final sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.
Penerapan Tarif
PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang bersifat
final sesuai PP ini.
Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari usaha
penjualan sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang untuk bulan
Agustus 2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final = 1% x Rp50.000.000,00
= Rp500.000,00

Kewajiban PT Daya Tangkap atas Kegiatan Usaha pada Bulan Agustus


2013:
menyetor PPh yang bersifat final sebesar Rp500.000,00 ke kantor pos
atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan SSP atau sarana administrasi lain yang dipersamakan
paling lambat tanggal 16 September 2013.
Apabila SSP tersebut telah mendapat validasi dengan NTPN,
PT..Daya Tangkap dianggap telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal
4 ayat (2) Agustus 2013.
Simulasi Pengisian SSP
SURAT SETORAN PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. LEMBAR
Diisi dengan: 1
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (SSP)
Untuk Arsip Wajib Pajak
• Kode Akun
Pajak 411128
(Untuk Jenis
NPWP : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 14 10 0 0 0 Pajak PPh Final)
Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki dan
NAMA WP : PT DAYA TANGKAP • Kode Jenis
Setoran 420
ALAMAT WP : JALAN 123, JAKARTA
(untuk
………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….pembayaran

NOP : PPh Final


Diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak peredaran bruto
ALAMAT OP : ………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
tertentu)
………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
Uraian Pembayaran : PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 2014
Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran
……………………………………………...…………………..…………………………………………………….
4 1 1 1 2 8 44 92 09 PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 2013
……………………………………………...…………………..……………………………………………………
……………………………………………...…………………..……………………………………………………
Masa Pajak
Tahun Pajak
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
X 2 0 1 3
Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Diisi Tahun terutangnya Pajak

Nomor Ketetapan : / / / /
Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP, SKPKB, SKPKBT

Jumlah Pembayaran : Rp500.000,00 Diisi dengan rupiah penuh


Terbilang : Lima Ratus Ribu Rupiah
………………………………………………….…….……………...………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………….…….……………...………………………………………………………………………………………………………………………………..
F O R M U L IR
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

TA H UN P A JA K
Pengisian SPT Tahunan PPh
MEMPUNYAI PENGHASILAN :
• DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
s.d

KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA BL TH BL TH


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL NORMA PEMBUKUAN
• DARI PENGHASILAN LAIN SPT PEMBETULAN KE - ……….
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Wajib Pajak Orang Pribadi


NPWP
ID E N T IT A S

NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS : KLU :

NO. TELEPON/FAKSIMILI : /

PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI TIDAK ADA

*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nila i desimal (contoh penulisan lihat buku petunju k hal. 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
LAMPIRAN - III

FORMULIR
2 0
A . P E N G H A S IL A N N E T O

TAHUN PAJAK
1770 - III
2. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN
2
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
3. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
3 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
4. PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI
4 PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
[Apabila memilik i penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat buku petunjuk]
5. JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)
5
• FINAL
s.d

…………………………………………………………………………………………………………………………..
6. ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
6
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH

7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG


SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)
7
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH NORMA PEMBUKUAN

8. KOMPENSASI KERUGIAN
8
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
B . P E N G H A S IL A N
K EN A P AJ AK

9. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)


9
NPWP :
10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
TK/ K/ K/I/ PH/ HB/ 10
11. PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)
11
NAMA WAJIB PAJAK :
12. PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)
12
T ER U T A NG

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL


C. PP h

13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN


13

14. JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)


14 DASAR PENGENAAN PPh TERUTANG
NO JENIS PENGHASILAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI
DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari formulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
15 (1) (2) (3) (4)
16. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI
16 BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA
D . K R E D IT P A J A K

(14-15)
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT 1.
NEGARA
17. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 BULANAN
17a

b. STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK) 2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI


17b

c. FISKAL LUAR NEGERI 17c

18. JUMLAH KREDIT PAJAK (17a+17b+17c)


18 3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
E . P P h K U R A N G / L E B IH

19. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29) TGL


(16-18) LUNAS 19
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) tgl bln thn 4. HADIAH UNDIAN
B AYA R

20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. PATUH)

b.
DIPERHITUNGKAN DENGAN
d.
DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 D (WP PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN
UTANG PAJAK TERTENTU 5.
PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Diisi dengan Jumlah PPh BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN GUNA
8.
Pasal 4 ayat (2) yang Telah SERAH

Disetor 9. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

10. USAHA JASA KONSTRUKSI

11. PENYALUR/DEALER/AGEN PRODUK BBM


Diisi Jumlah Peredaran Bruto BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA
12.
Selama Satu Tahun Pajak ANGGOTA KOPERASI

13. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

14. DIVIDEN

15. PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


16.
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

17. JUMLAH (1 s.d. 16)


SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK

FORMULIR
1771 PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

Pengisian SPT Tahunan


PERHATIAN : • SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN
2 0
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM SPT PEMBETULAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI KE-…

NPWP :
IDENTITAS
NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA : KLU :

NO. TELEPON : - NO. FAKS : -

PPh Wajib Pajak Badan


PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN TIDAK DIAUDIT

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

N P W P AKUNTAN PUBLIK :

NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :

LAMPIRAN - IV

TAHUN PAJAK
FORMULIR
N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK

NAMA KONSULTAN PAJAK


NPWP KONSULTAN PAJAK
:

:
1771 - IV SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
2 0 A A
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3)

(1) (2)
RUPIAH *)
(3)
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN

1
KENA PAJAK

(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) …………………………………………………………………

2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL 2


NPWP :

IDENTITAS
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) …………………………………

3
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..……………………………………

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)
NAMA WAJIB PAJAK :
B. PPh TERUTANG

a. Tarif PPh Ps. 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………….


b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ……………………. 4
PERIODE PEMBUKUAN : s.d.
c. Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)
(Lihat Buku Petunjuk)

5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI 5


(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ……………………………………… BAGIAN A : PPh FINAL
6 DASAR PENGENAAN PAJAK TARIF PPh TERUTANG
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..………………………………….………………… NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah) (%) (Rupiah)
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………………
7 (1) (2) (3) (4) (5)
8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI 8a
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 5) ……….……………..…....
1. BUNGA DEPOSITO / TABUNGAN,
b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI 8b
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ……….……………… DAN DISKONTO SBI / SBN
C. KREDIT PAJAK

8c
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………
2. BUNGA / DISKONTO OBLIGASI
9. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI
(6 – 7 – 8c)…. 9
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT

10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI 10a


a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………………..………………………………… 3. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM
10b YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK
b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….…………………………………………………

4. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM


c. JUMLAH (10a + 10b) …….……………………...………………
10c MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR

11. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)


(9 – 10c)….. 11 5. PENGHASILAN USAHA PENYALUR / DEALER /
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)
AGEN PRODUK BBM
12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ………

13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN
6. PENGHASILAN PENGALIHAN HAK ATAS
a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK TANAH / BANGUNAN
Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)

7. PENGHASILAN PERSEWAAN ATAS


TANAH / BANGUNAN
Diisi dengan Jumlah PPh IMBALAN JASA KONSTRUKSI :
a. PELAKSANA KONSTRUKSI

Pasal 4 ayat (2) yang Telah


8.
Disetor b. PERENCANA KONSTRUKSI

c. PENGAWAS KONSTRUKSI

9. PERWAKILAN DAGANG ASING

Diisi Jumlah Peredaran Bruto 10. PELAYARAN / PENERBANGAN ASING

Selama Satu Tahun Pajak 11. PELAYARAN DALAM NEGERI

12. PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

13. TRANSAKSI DERIVATIF YANG


Diisi dengan “Penghasilan DIPERDAGANGKAN DI BURSA
Penghasilan Usaha WP yang
14.
Usaha WP yang Memiliki Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
……………………………………………………………

Peredaran Bruto Tertentu” JUMLAH BAGIAN A JBA


WAJIB PAJAK DENGAN OMZET
LEBIH DARI 4,8 MILIAR
DALAM 1 TAHUN
Pajak Penghasilan
 Kewajiban Bulanan
 menyetor dan melaporkan PPh Ps. 25
 PPh Ps.25 adalah angsuran PPh dalam Tahun Pajak berjalan untuk
setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh WP sesuai UU PPh, pada
akhir tahun setoran PPh Ps.25 digunakan untuk mengurangi PPh
yang seharusnya dibayar oleh WP.

 Kewajiban Tahunan
 Menghitung berapa penghasilan yang diterima selama setahun dan
menghitung PPh yang terutang atas penghasilan tersebut
 Menuangkan penghitungan penghasilan dan PPh terutang ke dalam SPT
Tahunan, apabila PPh Terutang lebih besar daripada PPh Ps.25 maka harus
disetor kekurangannya, sebaliknya apabila terjadi kelebihan bayar akan
dikembalikan oleh negara
 SPT Tahunan disampaikan ke KPP paling lambat :
 Untuk WP OP  tgl.31 Maret tahun berikutnya
 Untuk WP Badan  tgl. 30 April tahun berikutnya
Apotek yang dimiliki Orang Pribadi

Pada dasarnya seluruh WP baik Orang Pribadi


maupun Badan wajib menyelenggarakan pembukuan,
namun untuk WP Orang Pribadi yang penghasilan
brutonya dalam setahun kurang dari Rp 4,8M dalam
menghitung penghasilan netonya boleh menggunakan
norma/persentase dari penghasilan bruto.

Norma untuk usaha Apotek (perdagangan eceran)


adalah 20% dari penghasilan bruto.
PTKP dan Tarif PPh Pasal 17 Orang Pribadi
PTKP Tarif Pasal 17

26
Apotek yang dimiliki Badan Hukum
 Besar angsuran PPh Ps. 25 untuk WP Badan adalah 1/12 dari
PPh Terutang tahun sebelumnya

 Menyampaikan SPT Tahunan paling lambat tgl. 30 April tahun


berikutnya dilampiri Laporan Laba-Rugi dan Neraca
PENGHITUNGAN
PAJAK
PENGHASILAN
Seluruh Wajib Pajak Badan

WAJIB PEMBUKUAN
29
Kewajiban Pembukuan
Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
ketentuan:
 memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
 menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata
uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;
 prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual dan stelsel
kas;
 perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun
buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak;
Pasal 28 UU KUP
Kewajiban Pembukuan (lanjutan)
 sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang;
 pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan setelah
mendapat izin Menteri Keuangan.

Note:
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan
selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia.

Pasal 28 UU KUP
BAGAIMANA
MENGHITUNG JUMLAH SELURUH PENGHASILAN BRUTO XXXX
PAJAK? BIAYA XXXX
JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL
(-)
XXXX
KOREKSI FISKAL
POSITIF XXXX
NEGATIF (XXX)
(+)
PENGHASILAN NETO FISKAL XXXX
KOMPENSASI KERUGIAN XXXX
PENGHASILAN KENA PAJAK
(-)
XXXX
PPh TERUTANG XXXX
KREDIT PAJAK XXXX
DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK KETIGA XXXX
TELAH DIBAYAR SENDIRI XXXX (+)
JUMLAH KREDIT PAJAK XXXX
(-)
KURANG/LEBIH BAYAR XXXX
Tarif sebelum
tahun pajak
Omzet di atas 50 2009
M (Pasal 17 ayat (1)
huruf b & ayat (2a) UU
PPh) Tarif tahun pajak
2009

Omzet s.d. 50 M Tarif tahun pajak


Tarif PPh Badan 2010 s.d.
(Pasal 31E UU PPh) sekarang

Perseroan terbuka (tbk)


(Pasal 17 ayat (2b) UU
PPh)
Note:
Apabila WP Badan memenuhi kategori memiliki peredaran bruto tertentu (s.d.
4,8 Milyar per tahun), maka WP Badan tersebut dikenakan PPh Final dengan
tarif 1% per bulan (PP No. 46 Tahun 2013).
Tahun Lapisan Penghasilan Tarif

s.d Rp 50.000.000 10%

Sebelum Tahun 2009 Di atas Rp50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15%

Di atas Rp100.000.000 30%

Tahun 2009 28 %

Tahun 2010 - sekarang 25 %

(Pasal 17 ayat (1) huruf b & ayat (2a) UU PPh)


Omzet sampai dengan 4,8 M
• pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17

Sisa omzet yang telah dikurangi bagian 4,8 M


• tetap menggunakan tarif pasal 17

Tahun 2010 –
Bagian Omzet Tahun 2009
sekarang
Bagian omzet s.d. 4,8 M 14 % 12.5%
Bagian omzet 4,8 s.d. 50 M 28 % 25 %

(Pasal 31E UU PPh )


PT X tahun 2014
Peredaran Usaha (Omzet) Rp. 30.000.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp.
5.000.000.000

Uraian Omzet PKP Tarif PPh


4,8 M
Fasilitas 4,8 M 800.000.000 12,5% 100.000.000
X 5M
30 M

4,8 M s.d 30 M 4.200.000.000 25% 1.050.000.000


Tarif biasa
(sisanya)
Total 30.000.000.000 5.000.000.000
Jumlah PPh Terutang 1.150.000.000
4.PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PPN
 Yang wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN
yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak adalah WP yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

 Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk


dikukuhkan sebagai PKP apabila peredaran brutonya
dalam setahun lebih dari Rp 600juta
Mekanisme Pemungutan PPN
 Tarif PPN 10%
 PPN dipungut di setiap jalur Distribusi
 PKP Penjual Memungut PPN dan Membuat Faktur Pajak
o Bagi PKP Penjual  Pajak Keluaran (PK)
o Bagi PKP Pembeli  Pajak Masukan (PM)
 Adanya Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan terhadap
Pajak Keluaran, sehingga PPN yang harus disetor ke Kas
Negara adalah : PK - PM
Ilustrasi Mekanisme PPN
PABRIKAN
1. Pabrikan menjual obat seharga 10.000.000 kepada Distributor,
atas transaksi tersebut Pabrikan memungut PPN sebesar
1 1.000.000, sehingga Distributor membayar sebesar Harga
Jual+PPN sebesar Rp 11.000.000, PPN sebesar 1.000.000
adalah PM bagi Distributor.
DISTRIBUTOR
2. Obat tersebut dijual oleh Distributor seharga 11.000.000
kepada Apotek, Distributor memungut PPN sebesar
2
1.100.000, sehingga Apotek membayar 12.100.000
PK = 1.100.000
APOTEK PM = 1.000.000
PPN yang harus disetor ke Kas Negara = PK – PM = 100.000

3 3. Apotek menjual obat kepada Konsumen seharga 12.500.000,


PPN = 1.250.000, Konsumen membayar 13.750.000
PK = 1.250.000
KONSUMEN PM = 1.100.000
AKHIR PPN yang harus disetor ke Kas Negara = PK – PM = 150.000
Contoh Pengisian SPT Masa PPN Apotek
menggunakan Formulir 1111
 Pada bulan April 2013 Apotek Sehat Farma melakukan penjualan sebesar Rp
60.000.000 dan pembelian sebesar Rp 55.000.000

 Rincian Pembelian dimasukkan ke Formulir 1111 B2 :

 Rincian Penjualan dimasukkan ke Formulir 1111 A2 (penjualan kepada pembeli yang jelas
identitasnya  Nama, NPWP, Alamat) :
 Rekapitulasi Penjualan dan Pembelian Formulir 1111 AB

Untuk penjualan kepada pembeli


yang tidak jelas identitasnya
langsung dimasukkan ke I.B.2
Pengisian Induk SPT PPN 1111

PPN yang harus disetor sebesar Rp


500.000 disetor menggunakan SSP
Mekanisme Khusus PPN
Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan

 Yang boleh menggunakan adalah PKP yang dalam satu tahun


omsetnya tidak lebih dari 1,8M

PENGHITUNGANNYA :
 PPN Terutang : Pajak Keluaran (PK) = 10% x DPP
 Pajak Masukan (PM) yang dikreditkan :
o PM = 70% x Pajak Keluaran ( untuk Penyerahan BKP )
o PM = 60% x Pajak Keluaran ( untuk Penyerahan JKP )
 PPN Disetor:
o PPN yang Disetor = PK - PM
o Sehingga PPN yang disetor :
• 3% x DPP ( untuk Penyerahan BKP )
• 4% x DPP ( untuk Penyerahan JKP )
Contoh Perhitungan PPN bagi PKP yang Menggunakan Pedoman
Pengkreditan Pajak Masukan

 Pada bulan April 2013, Apotek Sehat Farma melakukan penjualan total sebesar
Rp 60.000.000, pengisian SPT menggunakan formulir 1111 DM

PPN yang harus disetor sebesar Rp


1.800.000 disetor menggunakan SSP
Batas Waktu Pembayaran dan
Pelaporan Pajak
Batas Waktu Pembayaran
NO JENIS SPT Batas Waktu Pelaporan
Pajak

1 PPh Pasal 25 Tgl. 15 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikutnya

2 PPh Pasal 21 Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikutnya

3 PPh Final Ps.4 (2) Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikutnya

4 PPN Sebelum SPT disampaikan Akhir bulan berikutnya

5 SPT Tahunan OP Sebelum SPT disampaikan Tgl.31 Maret tahun berikutnya

6 SPT Tahunan Badan Sebelum SPT disampaikan Tgl.30 April tahun berikutnya
Sanksi Perpajakan

NO JENIS PAJAK Terlambat Membayar Terlambat/Tidak


tiap bulan Lapor SPT

1 PPh Pasal 25 2 % dari nilai pajak terhutang Rp 100.000

2 PPN 2 % dari nilai pajak terhutang Rp 500.000

3 SPT Tahunan OP 2 % dari nilai pajak terhutang Rp 100.000

4 SPT Tahunan Badan 2 % dari nilai pajak terhutang Rp 1.000.000


Kode Akun Pajak

NO JENIS PAJAK Kode MAP

1 PPh Pasal 25 OP 411125.100

2 PPh Pasal 26 Badan 411126.100

3 PPh Final Ps.4 ayat (2) PP46 411128.420

4 PPh Pasal 29 OP (SPT Tahunan) 411125.200

5 PPh Pasal 29 Badan (SPT Tahunan) 411126.200

6 PPN 411211.100

7 PPh Final Ps.4 ayat (2) 411128.403

8 PPh Pasal 21 411121.100


Apotek yang Bermitra dengan Dokter
1. Dokter Pongky berpraktek di Apotek Sumber Sehat. Setiap bulan Apotek
Sumber Sehat mengenakan biaya sewa ruangan sebesar Rp 1.000.000
sebulan. Atas penerimaan jasa praktek dokter diterima langsung oleh
dokter.
Solusi :
 Atas pembayaran biaya sewa ruangan, apotek wajib membayar PPh Sewa
Tanah dan/atau Bangunan sebesar 10% dan bersifat final. Atas penghasilan
dari sewa ruangan tidak digunggungkan dalam peredaran bruto apotek
karena bersifat final.
 SSP menggunakan kode akun pajak 411128.403, disetor paling lambat tgl.
10 bulan berikutnya.
 Apotek wajib melaporkan SPT Masa PPh Final Ps.4(2) ke KPP paling lambat
tgl.20 bulan berikutnya.
SPT Masa PPh Final Ps.4 ayat (2)
Diisi dengan Masa
Pajak terjadinya
pembayaran sewa

Diisi dengan
identitas Apotek

Diisi dengan
Nilai sewa, tarif,
dan PPh Terutang

Diisi dengan
jumlah
SSP PPh atas Sewa Ruangan

Diisi dengan
identitas Apotek

Diisi dengan
Kode Akun Pajak PPh
Sewa Ruangan

Diisi dengan
Uraian Pembayaran

Disilang pada Masa


Tahun Pajak
Pajak terjadinya
pembayaran sewa

Diisi dengan
jumlah
2. Dokter Boyke seorang dokter spesialis bedah berpraktek di Apotek Sejahtera. Pasien
membayar jasa praktek dokter ke apotek. Atas jasa praktek dokter, dokter dan apotek
membuat kesepakatan bagi hasil 70% untuk dokter dan 30% untuk apotek.
Misalnya seorang pasien membayar sesuai tagihan ke Apotek sebesar Rp 230.000,
dengan rincian untuk pembelian alat dan bahan Rp 50.000, pembelian obat Rp 80.000,
dan jasa dokter Rp 100.000. Apotek menerima bagi hasil dari uang jasa dokter sebesar
30% atau Rp 30.000.
Solusi :
 Apotek wajib memotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima Dokter Boyke
dari jumlah penghasilan bruto Rp 100.000 bukan dari jumlah penghasilan bruto
setelah dikurangi bagi hasil. Sehingga PPh Pasal 21 yang dipotong Apotek adalah
5% x (50% x Rp 100.000) = Rp 2.500. Pemotongan PPh Ps.21 dilakukan setiap
periode pembayaran kepada dokter. Apotek wajib membuatkan Bukti Potong PPh
Ps.21 untuk Dokter Boyke dan melaporkan SPT Masa PPh Ps.21.
 Atas pembelian alat dan bahan, obat, masuk ke penghasilan bruto Apotek  norma
20% (Dagang Eceran)
 Atas bagi hasil 30% masuk ke penghasilan bruto Apotek  norma 25% (Jasa
Kesehatan)
Bukti Potong PPh Ps.21

Identitas dokter yang


penghasilannya
dipotong PPh Ps.21

Penghasilan Bruto,
Tarif dan PPh Terutang

Identitas Apotek sebagai


Pemotong Pajak
SPT Masa PPh Ps.21

Rincian Bukti Potong

Jumlah
SPT Masa PPh Ps.21

Rincian Bukti Potong

Jumlah
SSP PPh Ps.21

Identitas Apotek

Jumlah
3. Dokter Deny seorang dokter umum berpraktek di Apotek K48. Dokter dan
apotek membuat kesepakatan kerjasama sebagai berikut :
 Pasien membayar biaya jasa medis melalui apotek
 setiap bulan ada atau tidak ada pasien apotek membayar fee kepada
dokter sebesar Rp 800.000
 apabila pendapatan jasa medis lebih dari Rp 800.000 sisanya menjadi
hak apotek
Solusi :
 Apotek memotong PPh Ps.21 sebesar 5% x (50% x Rp 800.000),
apotek wajib membuat Bukti Potong PPh Ps.21 diberikan kepada dokter
ybs.
 Penghasilan apotek dari klinik masuk ke penghasilan bruto  norma
25% (Jasa Kesehatan)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai